Pemahaman Kode Etik Akuntan Di Kalangan Mahasiswa Akuntansi Pada Perguruan Tinggi Di Kota Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PEMAHAMAN KODE ETIK AKUNTAN DI KALANGAN MAHASISWA AKUNTANSI PADA PERGURUAN TINGGI DI KOTA MEDAN

OLEH :

NAMA : SILVIA

NIM : 070503087

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

GUNA MEMENUHI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI

MEDAN 2011


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pemahaman Kode Etik Akuntan di Kalangan Mahasiswa Akuntansi pada Perguruan Tinggi di Kota Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul ini belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar, apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Oktober 2011 Yang Membuat Pernyataan,

Nama : Silvia NIM : 070503087


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pemahaman kode etik antara mahasiswa perguruan tinggi negeri serta mahasiswa perguruan tinggi swasta serta untuk mengetahui pemahaman kode etik dikalangan mahasiswa akuntansi baik mahasiswa akuntansi perguruan tinggi negeri maupun mahasiswa akuntansi perguruan tinggi swasta. Analisis penelitian didasarkan pada jawaban responden yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan di kota Medan. Obyek penelitian dikelompokkan dalam mahasiswa perguruan tinggi negeri dan mahasiswa perguruan tinggi swasta.

Penelitian ini menggunakan metode sampling. Sampel yang diambil adalah sebesar 125 responden. Kemudian responden tersebut diajukan 24 pertanyaan yang dapat menunjukkan pemahaman kode etik. Alternatif jawaban yang disediakan mulai dari “sangat tidak setuju” sampai dengan “sangat setuju” dengan skala mulai dari “1” sampai dengan “5”.

Pada data yang telah dikumpulkan dilakukan pengujian validitas dan reliabilitasnya, sebelum data diuji dengan pengujian asumsi normalitas sebaran. Pengujian hipotesis 1 menggunakan pengujian Independent Sample T Test, dan pengujian hipotesis 2 menggunakan pengujian One Sample T Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pemahaman yang signifikan antara mahasiswa akuntansi perguruan tinggi negeri dan mahasiswa akuntansi perguruan tinggi swasta serta mahasiswa akuntansi di kota Medan secara signifikan tidak memiliki pemahaman kode etik yang positif.


(4)

ABSTRACT

This study aims to determine the gap of understanding of the code of ethics between students of state universities and students of private universities and to determine understanding of the code of ethics among accounting students in both accounting students of state universities and accounting students of private universities. Research analysis is based on respondents' answers obtained from questionnaires distributed in the city of Medan. Research objects are grouped in groups of state universities students and private universities students.

This study uses sampling method. Samples were taken by 125 respondents. Then respondents were asked 24 questions that can demonstrate understanding of the code of ethics. Alternative answers provided ranging from "strongly disagree" to "strongly agree" with a scale ranging from "1" up to "5".

In the collected data performed validity test and reliability test, before the data is tested by the assumption of normality distribution test. Hypothesis one tested using the Independent Sample T Test, and hypothesis two tested using One Sample T Test. The results showed that there were no significant differences between accounting students of state universities and accounting students of private universities and also accounting students in the city of Medan do not have a positive understanding significantly in the code of ethics.


(5)

KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, anugerah, dan karuniaNya yang menyertai, membimbing dan memberikan kekuatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menemui berbagai macam kesulitan, kendala dan hambatan, akan tetapi berkat bimbingan, bantuan, dan dukungan, dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas waktu, bimbingan, dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembanding I dan Ibu Dra.

Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Dosen Pembanding II, terima kasih atas masukan dan saran yang telah diberikan.


(6)

6. Pimpinan universitas yang telah memberikan izin untuk menyebarkan kuesioner pada mahasiswa di universitas tersebut. Terima kasih atas bantuan dan masukan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Oktober 2011 Penulis,

Silvia


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.2 Manfaat Penelitian... 6

1.4Batasan Masalah ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Auditing ... 7

2.1.2 Pengertian Etika ... 8

2.1.3 Kode Etik Akuntan Indonesia ... 8

2.1.4 Pengertian Mahasiswa Akuntansi ... 20

2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21

2.3Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual ... 22

2.3.2 Hipotesis ... 24

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1Jenis dan Sumber Data ... 25

3.2Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

3.3Indentifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 27

3.4Metode Analisis Data 3.4.1 Pengujian Validitas ... 28

3.4.2 Pengujian Reliabilitas ... 28

3.4.3 Pengujian Normalitas ... 29


(8)

BAB IV. ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Pengumpulan Data... 33

4.2Gambaran Umum Objek Penelitian ... 36

4.3Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 4.3.1 Uji Validitas ... 37

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 39

4.4Analisis Data 4.4.1 Deskripsi Variabel Penelitian ... 40

4.4.2 Uji Normalitas ... 45

4.4.3 Pengujian Hipotesis ... 46

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 56

5.2Keterbatasan ... 57

5.3Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21

3.1. Kelompok Pernyataan dan Penilaian Pernyataan ... 27

4.1. Distribusi Kuesioner ... 35

4.2. Gambaran Umum Responden ... 36

4.3. Ringkasan Hasil Pengujian Validitas ... 38

4.4. Ringkasan Hasil Pengujian Reliabilitas ... 39

4.5. Hasil Pengujian Tanggung Jawab Profesi ... 40

4.6. Hasil Pengujian Kepentingan Publik ... 41

4.7. Hasil Pengujian Integritas ... 41

4.8. Hasil Pengujian Obyektifitas ... 42

4.9. Hasil Pengujian Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional ... 43

4.10. Hasil Pengujian Kerahasiaan ... 43

4.11. Hasil Pengujian Prilaku Profesional ... 44

4.12. Hasil Pengujian Standar Teknis ... 45

4.13. Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas ... 46

4.14. Ringkasan Pengujian Uji Beda ... 47

4.15. Ringkasan Uji Beda pada Masing-masing Pernyataan ... 48

4.16. Hasil Pengujian One-Sample T Test ... 51

4.17. Ringkasan Pengujian Nilai Pernyataan Pemahaman Kode Etik ... 53


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Universitas yang Mahasiswanya akan

Dijadikan Populasi ... 61

2 Daftar Kuesioner ... 62

3 Nilai Jawaban Kuesioner ... 66

4 Hasil Pengujian Reliabilitas dan Validitas ... 69

5 Tabel r ... 72

6 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif ... 73

7 Hasil Pengujian Normalitas ... 74

8 Hasil Pengujian Uji Beda Independent Sample T Test ... 75

9 Hasil Pengujian Uji Beda pada Masing-masing Pernyataan .. 76

10 Hasil Pengujian Nilai Pernyataan Pemahaman Kode Etik ... 78

11 Tabel t ... 79


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pemahaman kode etik antara mahasiswa perguruan tinggi negeri serta mahasiswa perguruan tinggi swasta serta untuk mengetahui pemahaman kode etik dikalangan mahasiswa akuntansi baik mahasiswa akuntansi perguruan tinggi negeri maupun mahasiswa akuntansi perguruan tinggi swasta. Analisis penelitian didasarkan pada jawaban responden yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan di kota Medan. Obyek penelitian dikelompokkan dalam mahasiswa perguruan tinggi negeri dan mahasiswa perguruan tinggi swasta.

Penelitian ini menggunakan metode sampling. Sampel yang diambil adalah sebesar 125 responden. Kemudian responden tersebut diajukan 24 pertanyaan yang dapat menunjukkan pemahaman kode etik. Alternatif jawaban yang disediakan mulai dari “sangat tidak setuju” sampai dengan “sangat setuju” dengan skala mulai dari “1” sampai dengan “5”.

Pada data yang telah dikumpulkan dilakukan pengujian validitas dan reliabilitasnya, sebelum data diuji dengan pengujian asumsi normalitas sebaran. Pengujian hipotesis 1 menggunakan pengujian Independent Sample T Test, dan pengujian hipotesis 2 menggunakan pengujian One Sample T Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pemahaman yang signifikan antara mahasiswa akuntansi perguruan tinggi negeri dan mahasiswa akuntansi perguruan tinggi swasta serta mahasiswa akuntansi di kota Medan secara signifikan tidak memiliki pemahaman kode etik yang positif.


(13)

ABSTRACT

This study aims to determine the gap of understanding of the code of ethics between students of state universities and students of private universities and to determine understanding of the code of ethics among accounting students in both accounting students of state universities and accounting students of private universities. Research analysis is based on respondents' answers obtained from questionnaires distributed in the city of Medan. Research objects are grouped in groups of state universities students and private universities students.

This study uses sampling method. Samples were taken by 125 respondents. Then respondents were asked 24 questions that can demonstrate understanding of the code of ethics. Alternative answers provided ranging from "strongly disagree" to "strongly agree" with a scale ranging from "1" up to "5".

In the collected data performed validity test and reliability test, before the data is tested by the assumption of normality distribution test. Hypothesis one tested using the Independent Sample T Test, and hypothesis two tested using One Sample T Test. The results showed that there were no significant differences between accounting students of state universities and accounting students of private universities and also accounting students in the city of Medan do not have a positive understanding significantly in the code of ethics.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, di Sumatera Utara telah banyak didirikan perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta. Hal ini membuat pendidikan dan gelar menjadi semakin mudah diraih, serta persaingan kerja diantara lulusan – lulusan perguruan tinggi menjadi ketat. Persaingan kerja ini dapat terjadi dikarenakan lapangan pekerjaan yang membutuhkan lulusan adalah tidak berbanding lurus dengan lulusan yang dihasilkan. Ditambah lagi dengan globalisasi dan berjalannya CAFTA, yang menyebabkan bebasnya tenaga kerja asing masuk ke lingkungan kerja nasional, hal ini menyebabkan persaingan kerja semakin ketat.

Faktor – faktor yang diperlukan untuk mengantisipasi keadaan ini adalah kompetensi dan profesionalisme. Hal ini selaras dengan perkembangan jaman, dimana keahlian merupakan salah satu aspek penting dalam tenaga kerja yang dibutuhkan. Kompetensi dan profesionalisme dapat menjadi dua aspek penting dalam perwujudan keahlian.

Kompetensi merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang dimana berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang merupakan tanggung jawabnya. Profesionalisme adalah sifat yang seharusnya dimiliki oleh seorang yang mana berkaitan dengan profesi yang dijalankannya. Salah satu hal yang memegang


(15)

peranan penting dalam menjaga kompetensi dan profesionalisme adalah adanya kode etik. Kode etik merupakan pedoman tingkah laku yang mengatur tingkah laku para profesional dalam bertindak.

Sektor jasa akuntansi merupakan salah satu prioritas penting yang memegang peranan sebagai penyedia informasi keuangan didalam perekonomian. Calon akuntan sebagai pelaku di sektor jasa akuntansi perlu meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya agar dapat bersaing dalam dunia kerja sekarang. Kode etik diperlukan untuk mengatur prilaku akuntan dalam bertindak sehingga kompetensi dan profesionalisme dari seorang akuntan dapat terjaga.

Kode etik juga diperlukan agar menjaga masyarakat atau pihak yang berhubungan dengan profesional dapat senantiasa mempercayai bahwa para profesional telah berkompeten, independen, dan bertanggung jawab. Hal ini dikarenakan akuntan bertindak sebagai penyedia informasi keuangan bagi berbagai pihak yang membutuhkan. Pihak yang membutuhkan informasi keuangan dapat berupa manajemen perusahaan, investor, pemerintah maupun pihak lainnya. Kode etik di dalam sektor jasa akuntansi disebut dengan Kode Etik Akuntan.

Kode Etik Akuntan adalah sebagai panduan dan aturan bagi seluruh akuntan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya. Para akuntan harus memahami Kode Etik Akuntan untuk dapat mematuhi kode etik. Hal ini akan berpengaruh dalam pengamalan dan tindakan akuntan, apakah sesuai dengan kode etik yang berlaku saat ini.


(16)

Pendidikan yang memegang peranan penting dalam pemahaman akan kode etik sangatlah diperlukan di dalam menghasilkan akuntan – akuntan yang berkualitas tinggi. Maka dari itu, perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta, sebagai tempat pendidikan para mahasiswa yang merupakan calon akuntan perlu memberikan pemahaman atas Kode Etik Akuntan. Dengan pemahaman kode etik yang baik, maka para calon akuntan tersebut akan dapat mengamalkan dan melaksanakan pekerjaannya dengan sesuai, sehingga mempunyai persiapan diri yang matang dalam memasuki ketatnya dunia persaingan kerja nantinya.

Peneliti memfokuskan penelitian ini pada paham tidaknya kode etik dikalangan mahasiswa akuntansi dan apakah terdapat perbedaan pemahaman antara mahasiswa perguruan tinggi negeri dengan perguruan tinggi swasta sebagai ruang ringkup penelitian bedasarkan penjelasan di atas. Penelitian mengenai kode etik sebelumnya telah dilakukan oleh Siek Yen (2003). Penelitian tersebut mengkaji tentang Persepsi Akuntan Publik dan Non-Publik di Kota Medan terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia. Hasil penelitian mengemukakan bahwa akuntan di kota Medan secara signifikan tidak memiliki persepsi yang positif terhadap kode etik dan tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara kelompok akuntan publik dan non-publik di Kota Medan terhadap Kode Etik Akuntan di Indonesia.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ronald Setiawan (2010). Penelitian tersebut mengkaji tentang Analisis Persepsi Akuntan Publik dan Mahasiswa


(17)

Pendidikan Profesi Akuntansi terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik dan mahasiswa pendidikan profesi akuntansi terhadap Kode Etik Akuntan.

Perbedaan antara kedua penelitian inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang Pemahaman Kode Etik di Kalangan Mahasiswa, dimana seperti yang diketahui, persepsi dan pemahaman memiliki pengertian yang hampir sama. Peneliti juga ingin melihat apakah terdapat perbedaan pemahaman antara mahasiswa perguruan tinggi negeri dengan perguruan tinggi swasta seperti yang ditelah disebutkan sebelumnya. Hal ini dikarenakan peneliti melihat terdapat beberapa perbedaan mendasar yang membedakan antara perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta.

Perbedaan pertama adalah pengalaman pengajar perguruan tinggi, dimana pada perguruan tinggi negeri, pengajar yang diperbolehkan untuk mengajar jenjang S1 adalah pengajar yang minimal telah lulus tingkat S2, sedangkan pada sebagian perguruan tinggi swasta, pengajar lulusan S1 telah diperbolehkan untuk mengajar jenjang S1. Perbedaan kedua adalah perpustakaan, dimana pada perguruan tinggi negeri perpustakaan yang ada lebih lengkap daripada perguruan tinggi swasta. Perbedaan terakhir adalah sisi psikologis mahasiswa, dimana mahasiswa perguruan tinggi negeri lebih berdedikasi dalam hal belajar dikarenakan kursi perguruan tinggi negeri yang didapat adalah dengan ujian berskala nasional serta jadwal kuliah yang seharian, sedangkan mahasiswa


(18)

perguruan tinggi swasta lebih berdedikasi terhadap pekerjaan dan pengalaman kerja.

Bedasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik menuangkannya di dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul : “Pemahaman Kode Etik Akuntan di Kalangan Mahasiswa Akuntansi Pada Perguruan Tinggi di Kota Medan.”

1.2 Perumusan Masalah

Peneliti membuat perumusan masalah berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas. Rumusan masalah adalah sebagai berikut.

1. Apakah terdapat perbedaan pemahaman Kode Etik Akuntan antara mahasiswa perguruan tinggi negeri dan mahasiswa perguruan tinggi swasta?

2. Apakah mahasiswa akuntansi pada perguruan tinggi di Kota Medan telah memahami Kode Etik Akuntan?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Peneliti membuat tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya. Tujuan penelitian adalah sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pemahaman Kode Etik Akuntan antara mahasiswa perguruan tinggi negeri dan mahasiswa perguruan tinggi swasta.


(19)

b. Untuk mengetahui apakah mahasiswa akuntansi pada perguruan tinggi di Medan telah memahami Kode Etik Akuntan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat membawa manfaat bagi pihak – pihak sebagai berikut.

a. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan wawasan pengetahuan peneliti khususnya mengenai pemahaman Kode Etik Akuntansi pada mahasiswa akuntansi.

b. Bagi para mahasiswa, penelitian ini bermanfaat untuk membantu mahasiswa dalam pemahaman Kode Etik Akuntan.

c. Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat sebagai referensi serta bahan masukan bagi pihak yang tertarik pada masalah Kode Etik Akuntan.

1.4 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada prinsip etika yang terdapat di dalam Kode Etik Ikantan Akuntan Indonesia yang meliputi : prinsip tanggung jawab profesi, prinsip kepentingan publik, prinsip integritas, prinsip obyektifitas, prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional, prinsip kerahasiaan, prinsip prilaku profesional, dan prinsip standar teknis.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian Auditing

Seperti yang telah di jelaskan pada latar belakang masalah, Kode Etik Akuntan merupakan salah satu faktor penting dalam profesi akuntan, dimana kode etik mengatur etika akuntan dalam bertindak. Etika profesi akuntan dipelajari secara khusus dalam bab tersendiri dalam mata kuliah auditing. Maka sebelum membahas tentang etika, peneliti akan memaparkan dan menjelaskan tentang pengertian auditing terlebih dahulu.

Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2006:4) “Auditing adalah pengumpulan dan evaluasian bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.”

Menurut Mulyadi (2002:9)

Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif nmengenai pernyataan–pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan–pernyataan dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penampaian hasil–hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.


(21)

independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti guna memberikan pendapat mengenai kewajaran dan kesesuaian terhadap laporan keuangan.

2.1.2 Pengertian Etika

Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2006:98), “Etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral.” Prinsip etika di Indonesia tidak secara khusus dirumuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, tetapi dianggap menjiwai kode prilaku akuntan di Indonesia. Menurut Daft (2002:167), “Etika (Ethics) adalah aturan mengenai prinsip– prinsip dan nilai–nilai moral yang mengatur prilaku seseorang atau kelompok mengenai apa yang benar dan apa yang salah.” Dari kedua pengertian diatas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa etika adalah prinsip dan nilai moral yang akan mempengaruhi seseorang dalam pelaksanaan tindakannya.

2.1.3 Kode Etik Akuntan Indonesia

Menurut Sihwahjoeni dan Gudono (2000:170), “Kode Etik Akuntan adalah norma yang mengatur hubungan antara akuntan dengan kliennya, antara akuntan dengan sejawatnya, dan antara profesi dengan masyarakat.” Menurut IAI, “Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya.”


(22)

Kode etik yang berlaku di Indonesia saat ini yang mengatur prilaku anggota IAI secara keseluruhan dengan pembagiannya sebagai berikut :

a. Kode Etik Akuntan,

b. Kode Etik Akuntan Kompartemen.

Kode Etik Akuntan adalah kode etik yang mengatur seluruh anggota IAI secara umum. Kode Etik Akuntan Kompartemen adalah kode etik yang mengatur masing–masing kompartemen yang terdapat didalam IAI. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari :

a. Prinsip Etika Akuntan, b. Aturan Etika Akuntan, dan

c. Interprestasi Aturan Etika Akuntan.

Prinsip Etika Akuntan adalah prinsip yang harus ditaati oleh semua anggota IAI. Aturan Etika Akuntan hanya mengikat anggota kompartemen yang mensahkan Aturan Etika tersebut. Interpretasi Aturan Etika Akuntan adalah interpretasi yang dikeluarkan pengurus kompartemen untuk menanggapi anggota–anggota dan pihak–pihak yang berkepentingan, tanpa membatasi lingkup dan penerapannya.

Prinsip Etika Akuntan sebagaimana ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia memuat 8 prinsip etika dengan masing-masing penjelasan seperti dibawah ini.

a. Tanggung jawab profesi

Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan


(23)

profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

b. Kepentingan publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, di mana publik dari profesi akuntan terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya


(24)

mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara. Profesi akuntan tetap berada pada posisi yang penting ini hanya dengan terus menerus memberikan jasa yang unik pada tingkat yang menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat dipegang teguh. Kepentingan profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan prestasi tinggi dan sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.

Dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya, anggota mungkin menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam mengatasi hal ini, anggota harus bertindak dengan penuh integritas, dengan suatu keyakinan bahwa apabila anggota memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan penerima jasa terlayani dengan sebaik-baiknya. Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan integritas, obyektivitas, keseksamaan profesional, dan kepentingan untuk melayani publik. Anggota diharapkan untuk memberikan jasa berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa, semuanya dilakukan dengan tingkat profesionalisme yang konsisten dengan Prinsip Etika Profesi ini.

Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Tanggung jawab seorang akuntan


(25)

tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang akuntan harus mengikuti standar profesi yang dititikberatkan pada kepentingan publik, misalnya: auditor independen membantu memelihara integritas dan efisiensi dari laporan keuangan yang disajikan kepada lembaga keuangan untuk mendukung pemberi pinjaman dan kepada pemegang saham untuk memperoleh modal, eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang akuntansi manajemen dalam organisasi dan memberikan kontribusi efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber daya organisasi, auditor intern memberikan keyakinan tentang sistem pengendalian internal yang baik untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan dari pemberi kerja kepada pihak luar, ahli pajak membantu membangun kepercayaan dan efisiensi serta penerapan yang adil dari sistem pajak dan konsultan manajemen mempunyai tanggung jawab terhadap kepentingan umum dalam membantu pembuatan keputusan manajemen yang baik.

c. Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seseorang anggota untuk, antara


(26)

lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak terdapat aturan, standar, panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat yang bertentangan, anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seorang berintegrasi akan lakukan dan apakah anggota telah menjaga integritas dirinya. Integritas mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk maupun jiwa standar teknis dan etika. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip obyektivitas dan kehati-hatian profesional.

d. Obyektivitas

Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka di berbagai situasi. Anggota dalam


(27)

praktik akuntan publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit intern yang bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintahan. Mereka harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.

Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan aturan etika sehubungan dengan obyektivitas, pertimbangan yang cukup harus diberikan terhadap faktor berikut.

1) Adakalanya anggota dihadapkan pada situasi yang memungkinkan mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya. Tekanan ini dapat mengganggu obyektivitasnya.

2) Tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi di mana tekanan-tekanan mungkin terjadi. Ukuran kewajaran (reasonable) harus digunakan dalam menentukan standar untuk mengidentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat merusak obyektivitas anggota.

3) Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh lainnya untuk melanggar obyektivitas harus dihindari. 4) Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang

yang terlibat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prinsip obyektivitas.


(28)

5) Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainmen yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas terhadap pertimbangan profesional mereka terhadap orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Anggota harus menghindari situasi-situasi yang dapat membuat posisi profesional mereka ternoda.

e. Kompetensi dan kehatihatian profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.

Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggotanya seyogyanya tidak menggambarkan dirinya memiliki keandalan atau pengalaman yang tidak mereka punyai. Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggung jawabnya, setiap anggota harus


(29)

melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkat profesionalisme yang tinggi seperti disyaratkan oleh Prinsip Etika. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi dua fase yang terpisah.

1) Pencapaian Kompetensi Profesional

Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesionalnya dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang normal untuk anggota.

2) Pemeliharaan Kompetensi Profesional

Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan melakukan peningkatan profesional anggota. Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, termasuk diantaranya pernyataan-pernyataan akuntansi, auditing, dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan. Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.

Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang


(30)

anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing-masing atau menilai apakah pendidikan, pengalaman, dan pertimbangan yang diperlukan memadai tanggung jawab yang harus dipenuhinya.

Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada penerima jasa dan publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung jawab untuk memberikan jasa dengan segera dan berhati-hati, sempurna, dan mematuhi standar teknis, dan etika yang berlaku. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan mengawasi secara seksama setiap kegiatan profesional yang menjadi tanggung jawabnya.

f. Kerahasiaan

Setiap anggota harus, menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi jasa yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi


(31)

jasa berakhir. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah diberikan atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk mengungkapkan informasi. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasihat dan bantuannya menghormati prinsip kerahasiaan.

Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi selama melakukan jasa profesional tidak menggunakan atau terlibat menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau keuntungan pihak ketiga. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang penerima jasa tidak boleh mengungkapkannya ke publik. Karena itu, anggota tidak boleh membuat pengungkapan yang tidak disetujui (unauthorized disclosure) kepada orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk pengungkapan informasi dengan tujuan memenuhi tanggung jawab anggota berdasarkan standar profesional.

Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. Berikut ini adalah contoh hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sejauh mana informasi rahasia dapat diungkapkan.


(32)

a. Apabila pengungkapan diijinkan

Jika persetujuan untuk mengungkapkan diberikan oleh penerima jasa, kepentingan semua pihak termasuk pihak ketiga yang kepentingannya dapat terpengaruh harus dipertimbangkan.

b. Pengungkapan diharuskan oleh hukum

Beberapa contoh di mana anggota diharuskan oleh hukum untuk mengungkapkan informasi rahasia adalah untuk menghasilkan dokumen atau memberikan bukti dalam proses hukum dan untuk mengungkapkan adanya pelanggaran hukum oleh klien.

c. Ketika kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan: untuk mematuhi standar teknis dan aturan etika, untuk melindungi kepentingan profesional anggota dalam sidang pengadilan untuk menaati penelahaan mutu (atau penelahaan sejawat) IAI atau badan profesional lainnya dan untuk menanggapi permintaan atau investigasi oleh IAI atau badan pengatur.

g. Perilaku profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawab kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.


(33)

h. Standar teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, International Federation of Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

2.1.4 Pengertian Mahasiswa Akuntansi

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia “Mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi.” Menurut Warren, Reeve, Fees (2005:8) “Accounting is an information system that provides reports to stakeholders about the economic activities and condition of a business.” Dari kedua pengertian diatas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa pengertian mahasiswa akuntansi adalah orang yang sedang mempelajari sistem infomasi yang menyediakan laporan tentang aktivitas ekonomi dan kondisi bisnis di perguran tinggi. Pengertian mahasiswa akuntansi dalam penelitian ini adalah orang yang sedang belajar di perguruan tinggi jurusan akuntansi yang telah menempuh mata kuliah auditing dan teori akuntansi. Persyaratan ini didasarkan pada asumsi bahwa para mahasiswa tersebut telah mempunyai pemahaman tentang prinsip-prinsip etika dalam Kode Etik IAI.


(34)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelum yang dilakukan berkaitan dengan persepsi terhadap etika dan kode etik menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan penjelasan dibawah ini.

Tabel 2.1

Tinjauan Peneliti Terdahulu

Nama peneliti Hasil Penelitian

Siek Yen (2003)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa akuntan di kota Medan secara signifikan tidak memiliki persepsi yang positif terhadap kode etik dan tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara kelompok akuntan publik dan non-publik di kota Medan terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia.

Ronald Arisetyawan (2010)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik dan mahasiswa pendidikan profesi akuntansi terhadap Kode Etik Akuntan.

Sumber : Peneliti, 2011

Siek Yen (2003) melakukan penelitian dengan judul Persepsi Akuntan Publik dan Non-Publik di Kota Medan Terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia. Objek penelitian adalah akuntan di kota Medan yang dikelompokkan ke dalam: (1) Akuntan Publik dan (2) Akuntan Non-Publik. Sampel yang diambil adalah sebanyak 42 responden, dimana untuk masing-masing responden diberikan 35 pernyataan yang dapat mencerminkan persepsi mereka terhadap kode etik. Dari data tersebut dilakukan pegujian validitas dan reabilitasnya, kemudian pengujian asumsi, dan pengujian rerata (mean) untuk menguji hipotesis 1 dan hipotesis 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akuntan di Kota Medan secara signifikan tidak memiliki persepsi yang positif terhadap kode etik dan tidak terdapat


(35)

perbedaan persepsi yang signifikan antara kelompok akuntan publik dan non-publik di Kota Medan terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia.

Ronald Arisetyawan (2010) melakukan penelitian dengan judul Analisis Persepsi Akuntan Publik dan Mahasiswa Pendidikan Profesi Akuntansi Terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia. Populasi dari penelitian ini adalah Akuntan Publik yang berada di Semarang dan mahasiswa pendidikan profesi akuntansi Universitas Diponegoro Semarang dan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sampel yang diambil adalah sebanyak 200 responden dimana untuk masing-masing responden diberikan 12 pernyataan. Pengujian realibitas data menggunakan Cronbach alpha, dan pengujian normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Untuk pengujian hipotesis menggunakan Independent Sample T-Test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik dan mahasiswa pendidikan profesi akuntansi terhadap Kode Etik Akuntan.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut.


(36)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Keterangan :

Kode etik digunakan dalam keanggotaan sebagai pedoman dan peraturan bagi semua anggota untuk melaksanakan tanggung jawab profesional dan menyatakan prinsip dasar dari perilaku etis dan profesional. Untuk mahasiswa jurusan akuntansi pada perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta, pemahaman terhadap kode etik sebaiknya dimulai sejak di bangku kuliah sehingga Kode Etik Akuntan yang ada benar-benar dipahami untuk dilaksanakan pada praktek kerja nantinya. Mencermati hal tersebut, perlu kiranya untuk mengetahui bagaimana pemahaman terhadap persoalan-persoalan etika yang akan

Kode Etik Akuntan

Mahasiswa Perguruan Tinggi

Negeri

Mahasiswa Perguruan Tinggi

Swasta

Uji Beda Pemahaman

Terdapat Perbedaan Pemahaman

Tidak Terdapat Perbedaan Pemahaman


(37)

dihadapi oleh mahasiswa perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta apakah ada kesamaan atau perbedaan antara dua kelompok tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan uji beda dan uji satu sampel. Hasilnya akan memberikan kemungkinan adanya perbedaan atau persamaan pemahaman diantara kedua kelompok tersebut dan kemudian memberikan kemungkinan adanya pemahaman positif atau negatif dari penggabungan kedua kelompok tersebut.

2.3.2 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual dan uraian teoritis di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Terdapat perbedaan pemahaman Kode Etik Akuntan antara mahasiswa

perguruan tinggi negeri dan mahasiswa perguruan tinggi swasta.

H2 : Mahasiswa akuntansi pada perguruan tinggi di Medan sebagai calon


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002:146), “Data primer yaitu data yang didapat dari sumber asli (tidak melalui media perantara).” Menurut Umar (2008:60), “Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain.” Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada masing– masing responden. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari lembaga Kopertis Wilayah I melalui web kopertis yang menunjukkan perguruan tinggi di kota medan yang membuka jurusan akuntansi, dan jenjang akreditasi dari masing-masing perguruan tinggi tersebut.

3.2Populasi dan Sampel Penelitian

Sugiyono (2008:115), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya.” Adapun kriteria yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan populasi adalah mahasiswa dari perguruan tinggi yang memiliki peringkat akreditasi A dan B. Bedasarkan kriteria tersebut, maka perguruan yang menjadi populasi penelitian


(39)

berjumlah 12 perguruan tinggi. Daftar perguruan tinggi yang menjadi populasi dapat dilihat pada lampiran 1. Alasan pemilihan kriteria dimana perguruan tinggi yang memiliki akreditasi A dan B karena peneliti melihat bahwa terlalu banyak perguruan tinggi swasta yang berakreditasi C yang dapat menyebabkan ketimpangan pada data yang akan diperoleh, sehingga peneliti berinisiatif untuk mengeleminasi perguruan tinggi yang berakreditasi C.

Erlina (2008 : 75), “ Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Teknik yang digunakan peneliti dalam penelitian ini menggunakan Teknik Purposive Sampling, adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan akuntansi S1 yang telah atau sedang mengambil mata kuliah auditing. Alasan pemilihan kriteria sampel karena pembahasan tentang Kode Etik Akuntan dipelajari pada mata kuliah auditing.

Jumlah sampel yang akan dipergunakan ditetapkan dengan pertimbangan sampel minimum. Alasan penggunaan jumlah sampel minimum dikarenakan total jumlah seluruh mahasiswa akuntansi yang telah atau sedang mengambil mata kuliah auditing untuk perguruan tinggi terpilih adalah terlalu banyak sehingga akan menjadi kurang efisien, dan juga kurang efektif dimana total mahasiswa perguruan tinggi negeri adalah sangat sedikit bila dibandingkan dengan total mahasiswa perguruan tinggi swasta. Kuncoro (2003:111), mengatakan bahwa secara umum jumlah sampel minimal yang dapat diterima untuk suatu studi tergantung dari jenis studi yang dilakukan. Pedoman yang dianjurkan dalam buku kuncoro (2003:263) adalah Gay Dan Diehl, dimana untuk studi korelasional,


(40)

dibutuhkan minimal 30 sampel untuk menguji ada tidaknya hubungan, dan untuk studi kausal-komparatif, minimal 30 subjek per group. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang untuk masing-masing perguruan tinggi yang terpilih.

3.3Indentifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah pemahaman Kode Etik Akuntan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Memahami adalah mengerti atau mengetahui. Kode Etik Akuntan adalah aturan prilaku yang mengatur akuntan dalam berhubungan dengan masyarakat. Pengukuran variabel yang digunakan adalah Skala Likert, yaitu skala yang berisi lima tingkat jawaban yang merupakan skala jenis ordinal (Imam Ghozali,2002:2).

Tabel 3.1

Kelompok Pernyataan dan Penilaian Pernyataan Kelompok Nomor

Pernyataan

Penilaian

Pernyataan Keterangan

Pernyataan Positif

A. 1, 2, 3 B. 4, 5, 6 E. 13, 14, 15 F. 17, 18 G. 19, 21 H. 23, 24

STS = 1 TS = 2

R = 3 S = 4 SS = 5

STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju

R : Ragu-ragu S : Setuju

SS : Sangat Setuju Pernyataan

Negatif

C. 7, 8, 9 D. 10, 11, 12 F. 16

G. 20 H.22

STS = 5 TS = 4

R = 3 S = 2 SS = 1


(41)

3.4Metode Analisis Data 3.4.1 Pengujian Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Jadi validitas ingin mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah kita buat betul-betul dapat mengukur apa yang hendak kita ukur (Ghozali, Imam, 2002:135). Dalam uji validitas digunakan perhitungan koefisien korelasi SPSS Corrected Item Total Correlation sehingga dapat diketahui validitas masing-masing butir pernyataan kuesioner.

Kriteria pengujian validitas penelitian :

1. apabila nilai r hitung dibawah nilai r tabel , maka kuesioner tersebut tidak valid,

2. apabila nilai r hitung diatas nilai r tabel , maka kuesioner tersebut adalah valid.

3.4.2 Pengujian Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan terhadap pernyataan-pernyataan yang sudah valid untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok ulang pada kelompok yang sama dengan alat ukur yang sama. Cara menghitung tingkat realibilitas suatu data yaitu menggunakan rumus Cronbach’s Alpha (Azwar, Saifuddin, 1997: 45).


(42)

Rumus :

Dimana :

K = Jumlah item valid

r = Rata-rata korelasi antar item

α = Koefisien realibilitas

Kriteria pengujian validitas penelitian :

1. apabila nilai α > 0,600 , maka kuesioner tersebut adalah reliabel,

2. apabila nilai α < 0,600 , maka kuesioner tersebut adalah tidak reliabel. 3.4.3 Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang dianalisa telah terdistribusi dengan normal. Dalam penelitian ini, pengujian normalitas juga digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan selanjutnya dalam pengujian hipotesis. Apabila data yang diperoleh dalam penelitian ini berdistribusi normal, maka akan digunakan statistik parametrik untuk pengujian hipotesis, sedangkan apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka akan digunakan statistik non-paramtrik untuk pengujian hipotesis. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode


(43)

3.4.4 Pengujian Hipotesis

Seperti yang telah peneliti kemukakan sebelumnya, untuk menganalis hipotesis pada penelitian ini maka peneliti akan menggunakan statistik parametrik ataupun statistik non-parametrik tergantung pada hasil pengujian normalitas. Untuk H1 akan digunakan uji beda Independent Sample T Test

apabila menggunakan statistik parametrik. Uji Independent Sample T Test

dilakukan dengan cara melihat tingkat signifikansi yang didapat dari hasil pengujian. Apabila tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 maka sampel akan dikatakan sederajat atau homogen. Kemudian, apabila besarnya t hitung yang didapatkan lebih besar dari t tabel maka hipotesis alternatif akan diterima.

Untuk statistik non-parametrik, peneliti menggunakan uji beda Mann-Whitney U-Test. Kedua rumus dibawah akan digunakan untuk pengujian dikarenakan untuk mengetahui nilai U yang lebih kecil. Nilai U hitung yang lebih kecil kemudian akan dibandingkan dengan U tabel yang kemudian akan menentukan apakah H1 diterima atau ditolak.

Rumus :


(44)

Dimana :

= Jumlah sampel 1 = Jumlah sampel 2 = Jumlah peringkat 1 = Jumlah peringkat 2

= Jumlah rangking pada sampel = Jumlah rangking pada sampel

Untuk pengujian H2 akan digunakan uji One Sample T Test apabila menggunakan statistik parametrik. Uji One Sample T Test dilakukan dengan cara melihat nilai mean yang didapat dari hasil pengujian. Apabila nilai mean yang didapatkan lebih besar atau sama dengan nilai mean yang diharapkan maka hipotesis akan diterima. Selain itu, apabila besarnya t hitung yang didapatkan lebih besar dari t tabel maka hipotesis akan diterima. Apabila terdapat perbedaan hasil pada kedua penelitian tersebut maka peneliti akan merujuk pada hasil pengujian nilai mean.

Untuk statistik non-parametrik akan menggunakan Run Test. Pada pengujian ini sampel yang telah didapat akan digabungkan menjadi satu karena peneliti mempertimbangkan sampel masih dalam 1 kategori yang sama yaitu mahasiswa akuntansi pada perguruan tinggi. Pengujian akan dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Menghitung nilai rata-rata jawaban yaitu jumlah skor jawaban yang didapat dibagi dengan soal yang ada.


(45)

c. Bila nilai rata-rata jawaban lebih besar dari nilai tengah yang diharapkan maka dikelompokkan dalam paham, bila nilai rata-rata jawaban lebih kecil dari nilai tengah yang diharapkan maka dikelompokkan dalam tidak paham.

d. Kelompok paham kemudian dijumlahkan banyaknya sesuai sampel yang diperoleh.

e. Membandingkan jumlah kelompok paham dalam observasi dengan nilai yang ada pada Tabel Test Run yang akan menentukan apakah H2 diterima atau ditolak.


(46)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Pengumpulan Data

Penelitian diawali dengan merancang kuesioner yang menjadi instrumen dalam penelitian ini. Kuesioner disusun menjadi 2 bagian antara lain bagian mengenai pertanyaan data diri responden dan bagian pernyataan mengenai Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner modifikasi antara beberapa peneliti terdahulu antara lain penelitian Ronald Setiawan (2010), dan Penelitian Siek Yen (2003). Kuesioner dapat dilihat pada lampiran 2.

Peneliti melakukan pretest terhadap kuesioner yang dirancang untuk mendeteksi kekurangan dalam desain instrumen yang akan digunakan setelah merancang kuesioner. Dalam pretest ini, kuesioner diujicobakan kepada 15 orang mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan 15 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Informasi Teknologi dan Bisnis, yang berada pada semester 7 atau stambuk 2008. Mahasiswa yang mengisi kuesioner adalah mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah auditing, sehingga mereka dapat mewakili responden dalam penelitian ini. Pada tahap selanjutnya dilakukan pengujian terhadap pretest berupa pengujian validitas dan pengujian reliabilitas. Dari hasil pengujian atas validitasnya diketahui bahwa pada kuesioner tersebut tidak terdapat pernyataan yang gugur jadi secara keseluruhan kuesioner adalah


(47)

valid, dan untuk pengujian reabilitas diketahui bahwa kuesioner adalah reliabel sehingga kuesioner dianggap layak untuk dipakai dalam penelitian ini.

Langkah selanjutnya adalah membuat surat permohonan riset yang ditandatangani oleh Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang merupakan syarat untuk melakukan penelitian. Surat permohonan riset dapat dilihat pada lampiran 12. Kemudian, peneliti berupaya untuk mendapatkan izin dari pimpinan perguruan tinggi sehubungan dengan penyebaran kuesioner yang akan dilakukan. Peneliti meminta izin dengan mengirimkan surat permohonan riset yang telah dibuat sebelumnya kepada perguruan tinggi yang berakreditasi A dan B di Medan. Dari 12 surat yang dikirim, peneliti hanya mendapatkan persetujuan dari 6 perguruan tinggi meliputi Universitas Sumatera Utara, Universitas Negeri Medan, Universitas Dharmawangsa, Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara, Universitas Katolik St.Thomas Sumatra Utara, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan. Hal tersebut peneliti lakukan pada bulan Juli awal sampai dengan bulan Agustus akhir.

Responden yang dipilih adalah mahasiswa perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta yang terdapat di Medan. Responden yang dijadikan sebagai sampel penelitian adalah mahasiswa akuntansi stambuk 2008 yang masih aktif kuliah. Pengumpulan data dilakukan mulai dari awal bulan september 2011 sampai dengan akhir bulan september 2011. Data penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan 30 kuesioner kepada masing-masing perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta. Distribusi kuesioner


(48)

yang disebarkan, kuesioner yang kembali, dan kuesioner terpakai untuk diolah dapat dilihat pada tabel 4.1 ini.

Tabel 4.1 Distribusi Kuesioner

Sumber: Data primer yang diolah peneliti, 2011

Bedasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 180 kuesioner yang disebarkan, hanya 140 kuesioner (77,77%) yang kembali. Dari keseluruhan kuesioner yang kembali, tidak semuanya layak untuk dipakai dalam analisis. Terdapat beberapa kuesioner dari mahasiswa yang gugur karena tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria kuesioner yang akan disertakan didalam penelitian adalah kuesioner yang terisi secara keseluruhan, baik bagian pernyataan umum maupun bagian pernyataan kode etik. Setelah dilakukan penelusuran terhadap kuesioner yang kembali didapatkan bahwa total kuesioner yang layak untuk diolah hanya 125 kuesioner. Dari 125 kuesioner yang layak untuk diolah tersebut telah mencapai target sampel minimal yang diharapkan dalam analisis berupa 30 responden untuk masing-masing kelompok responden mahasiswa perguruan tinggi negeri dan mahasiswa perguruan tinggi swasta.

No Perguruan Tinggi

Kuesioner Disebarkan Kuesioner Kembali Tingkat Pengembalian Kuesioner Gugur Kuesioner Terpakai

1. Universitas Sumatera Utara 30 25 83,33% 3 22

2. Universitas Negeri Medan 30 24 80% 1 23

3. Universitas Dharmawangsa 30 27 90% 2 25

4. Universitas Muhammadiyah

Sumatra Utara 30 24 80% 4 20

5. Universitas Katolik

St.Thomas Sumatra Utara 30 20 66,66% 3 17

6. Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi Harapan 30 20 66,66% 2 18


(49)

4.2 Gambaran Umum Objek Penelitian

Dari jumlah kuesioner yang layak untuk dipakai sejumlah 125 kuesioner, terdapat 45 kuesioner dari mahasiswa perguruan tinggi negeri dan 80 kuesioner dari mahasiswa perguruan tinggi swasta. Dari kuesioner tersebut akan dibahas terlebih dahulu mengenai indentitas responden. Dari indentitas tersebut diharapkan nantinya tidak menimbulkan adanya bias penelitian yang diakibatkan oleh sampel penelitian.

Tabel 4.2

Gambaran Umum Responden

Sumber: Data primer yang diolah peneliti, 2011

Bedasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa pada mahasiswa perguruan tinggi negeri hanya terdapat 11 orang mahasiswa yang berumur kurang dari 21 tahun (24,44%) dan selebihnya berumur antara 21 tahun – 25 tahun sebanyak 34 orang (75,56%). Pada mahasiswa perguruan tinggi swasta terdapat 8 orang (10%) mahasiswa yang berumur kurang dari 21 tahun, 71 orang (88,75%) mahasiswa

Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri

( n = 45 )

Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta

( n = 80 )

Total Mahasiswa Perguruan Tinggi

( n = 125 ) UMUR

Kurang dari 21 tahun 11 (24,44%) 8 (10,00%) 19 (15,20%)

21 – 25 tahun 34 (75,56%) 71 (88,75%) 105 (84,00%)

Lebih dari 25 tahun - 1 (1,25%) 1 (0,80%)

JENIS KELAMIN

Laki-laki 14 (31,11%) 20 (25,00%) 34 (27,20%)

Perempuan 31 (68,89%) 60 (75,00%) 91 (72,80%)

PENDIDIKAN TERAKHIR

SMU 45 (100,00%) 78 (97,50%) 123 (98,40%)

D3 - - -

S1 - - -


(50)

yang berumur antara 21 tahun – 25 tahun, dan 1 orang (1,25%) mahasiswa yang berumur lebih dari 25 tahun. Hasil analisa menunjukkan bahwa mahasiswa perguruan tinggi negeri relatif lebih muda jika dibandingkan dengan mahasiswa perguruan tinggi swasta

Bedasarkan jenis kelamin dapat diketahui bahwa dari 45 orang mahasiswa perguruan tinggi negeri, yang berjenis kelamin laki-laki terdapat sebanyak 14 orang (31,11%) dan yang berjenis kelamin perempuan terdapat sebanyak 31 orang (68,89%). Pada mahasiswa perguruan tinggi swasta, yang berjenis kelamin laki-laki terdapat sebanyak 20 orang (25%) dan yang berjenis kelamin perempuan terdapat sebanyak 60 orang (75%). Hasil analisa menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak berminat pada jurusan akuntansi di Medan.

Latar belakang pendidikan yang menjadi responden dalam penelitian ini paling banyak adalah dari tingkat SMU, dimana terdapat 45 orang (100%) dari mahasiswa perguruan tinggi negeri, dan 78 orang (97,50%) dari mahasiswa perguruan tinggi swasta. Kelompok lain adalah tingkat SMK dimana hanya terdapat 2 orang (2,50%) dari mahasiswa perguruan tinggi swasta. Total secara keseluruhan maka tingkat SMU terdapat 123 orang (98,40%) mahasiswa, dan pada tingkat SMK hanya terdapat 2 orang (1,60%) mahasiswa.

4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 4.3.1 Uji Validitas

Pengujian validitas pada penelitian ini menggunakan “Corrected Item-Total Correlation” dengan SPSS Release 18.00. Pengujian instrumen


(51)

dilakukan dengan cara menguji korelasi antar masing-masing skor butir pertanyaan. Nilai jawaban kuesioner dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil pengujian validitas secara rinci dapat dilihat pada lampiran 4. Ringkasan hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.3 ini.

Tabel 4.3

Ringkasan Hasil Pengujian Validitas

Sumber: Data primer yang diolah peneliti, 2011

Bedasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa koefisien korelasi untuk masing-masing butir lebih besar dibandingkan nilai r tabel (df = 125; 0,05). Dengan

Variabel Butir No Koefisien Korelasi Nilai Signifikansi Status Tanggung Jawab Profesi 1 0,294 0,176 Valid

2 0,292 0,176 Valid

3 0,271 0,176 Valid

Kepentingan Publik 4 0,253 0,176 Valid

5 0,392 0,176 Valid

6 0,420 0,176 Valid

Integritas 7 0,193 0,176 Valid

8 0,431 0,176 Valid

9 0,322 0,176 Valid

Obyektifitas 10 0,195 0,176 Valid

11 0,186 0,176 Valid

12 0,245 0,176 Valid

Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

13 0,371 0,176 Valid

14 0,217 0,176 Valid

15 0,213 0,176 Valid

Kerahasiaan 16 0,247 0,176 Valid

17 0,245 0,176 Valid

18 0,339 0,176 Valid

Perilaku Profesional 19 0,365 0,176 Valid

20 0,244 0,176 Valid

21 0,519 0,176 Valid

Standar Teknis 22 0,367 0,176 Valid

23 0,436 0,176 Valid


(52)

demikian, dapat dikatakan bahwa semua butir berkorelasi positif terhadap skor totalnya. Kesimpulannya semua butir adalah valid (berkorelasi positif secara signifikan terhadap total butir pernyataan).

4.3.2 Uji Reliabilitas

Pengujian Reliabilitas dilakukan pada butir pernyataan yang valid dengan menggunakan metode “Cronbach alpha” pada SPSS Release 18.00. Pada pengujian validitas penelitian diketahui bahwa semua butir pada kuesioner adalah valid, maka pengujian validitas dilakukan pada seluruh butir kuesioner. Ringkasan hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.4. Hasil pengujian secara rinci dapat dilihat pada lampiran 4.

Tabel 4.4

Ringkasan Hasil Pengujian Reliabilitas Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,755 24

Sumber: Data primer yang diolah peneliti, 2011

Bedasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa koefisien korelasi untuk pengujian reliabilitas adalah sebesar 0,755. Nilai tersebut menyatakan bahwa pernyataan yang digunakan dalam kuesioner penelitian adalah reliabel karena


(53)

4.4 Analisis Data

4.4.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Pada penelitian terdapat delapan variabel antara lain : tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, obyektifitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis. Masing-masing pernyataan mengandung 3 butir pernyataan. Berikut merupakan hasil statistik deskriptif untuk penelitian ini yang menunjukkan gambaran mengenai pernyataan. Hasil pengujian statistik deskriptif masing-masing pernyataan dapat dilihat pada lampiran 6.

Tabel 4.5

Hasil Pengujian Tanggung Jawab Profesi

Sampel Minimum Maximum Rata-rata Kesimpulan Teoritis Empiris Teoritis Empiris Teoritis Empiris

Mahasiswa PTN 3 10 15 15 9 13 > rata-rata Mahasiswa PTS 3 11 15 15 9 12,94 > rata-rata Sumber: Data primer yang diolah peneliti, 2011

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa rata-rata pemahaman mahasiswa perguruan tinggi negeri mengenai tanggung jawab profesi adalah sebesar 13, dimana berada diatas rata-rata teoritis, sedangkan rata-rata dari pemahaman mahasiswa perguruan tinggi swasta adalah sebesar 12,94, dimana juga berada diatas rata-rata teoritis. Dari hasil tersebut, ditunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa perguruan tinggi negeri memiliki skor lebih tinggi daripada pemahaman mahasiswa perguruan tinggi swasta. Pada tabel juga ditunjukkan bahwa rata-rata pemahaman kedua kelompok sample tersebut berada didalam kategori diatas rata-rata.


(54)

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Kepentingan Publik

Sampel Minimum Maximum Rata-rata Kesimpulan Teoritis Empiris Teoritis Empiris Teoritis Empiris

Mahasiswa PTN 3 9 15 15 9 12,47 > rata-rata Mahasiswa PTS 3 9 15 15 9 12,36 > rata-rata Sumber: Data primer yang diolah peneliti, 2011

Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa rata-rata pemahaman mahasiswa perguruan tinggi negeri mengenai kepentingan publik adalah sebesar 12,47, dimana berada diatas rata-rata teoritis, sedangkan rata-rata dari pemahaman mahasiswa perguruan tinggi swasta adalah sebesar 12,36, dimana juga berada diatas rata-rata teoritis. Dari hasil tersebut, ditunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa perguruan tinggi negeri memiliki skor lebih tinggi daripada pemahaman mahasiswa perguruan tinggi swasta. Pada tabel juga ditunjukkan bahwa rata-rata pemahaman kedua kelompok sample tersebut berada didalam kategori diatas rata-rata.

Tabel 4.7

Hasil Pengujian Integritas

Sampel Minimum Maximum Rata-rata Kesimpulan Teoritis Empiris Teoritis Empiris Teoritis Empiris

Mahasiswa PTN 3 7 15 15 9 11,31 > rata-rata Mahasiswa PTS 3 7 15 15 9 10,55 > rata-rata Sumber: Data primer yang diolah peneliti, 2011

Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa rata-rata pemahaman mahasiswa perguruan tinggi negeri mengenai integritas adalah sebesar 11,31, dimana berada diatas rata-rata teoritis, sedangkan rata-rata dari pemahaman mahasiswa perguruan tinggi swasta adalah sebesar 10,55, dimana juga berada


(55)

diatas rata-rata teoritis. Dari hasil tersebut, ditunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa perguruan tinggi negeri memiliki skor lebih tinggi daripada pemahaman mahasiswa perguruan tinggi swasta. Pada tabel juga ditunjukkan bahwa rata-rata pemahaman kedua kelompok sample tersebut berada didalam kategori diatas rata-rata.

Tabel 4.8

Hasil Pengujian Obyektifitas

Sampel Minimum Maximum Rata-rata Kesimpulan Teoritis Empiris Teoritis Empiris Teoritis Empiris

Mahasiswa PTN 3 9 15 14 9 11,44 > rata-rata Mahasiswa PTS 3 7 15 14 9 10,73 > rata-rata Sumber: Data primer yang diolah peneliti, 2011

Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa rata-rata pemahaman mahasiswa perguruan tinggi negeri mengenai obyektifitas adalah sebesar 11,44, dimana berada diatas rata-rata teoritis, sedangkan rata-rata dari pemahaman mahasiswa perguruan tinggi swasta adalah sebesar 10,73, dimana juga berada diatas rata-rata teoritis. Dari hasil tersebut, ditunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa perguruan tinggi negeri memiliki skor lebih tinggi daripada pemahaman mahasiswa perguruan tinggi swasta. Pada tabel juga ditunjukkan bahwa rata-rata pemahaman kedua kelompok sample tersebut berada didalam kategori diatas rata-rata.


(56)

Tabel 4.9

Hasil Pengujian Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Sampel Minimum Maximum Rata-rata Kesimpulan Teoritis Empiris Teoritis Empiris Teoritis Empiris

Mahasiswa PTN 3 6 15 15 9 11,84 > rata-rata Mahasiswa PTS 3 8 15 14 9 10,81 > rata-rata Sumber: Data primer yang diolah peneliti, 2011

Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa rata-rata pemahaman mahasiswa perguruan tinggi negeri mengenai kompetensi dan kehati-hatian profesional adalah sebesar 11,84, dimana berada diatas rata teoritis, sedangkan rata-rata dari pemahaman mahasiswa perguruan tinggi swasta adalah sebesar 10,81, dimana juga berada diatas rata-rata teoritis. Dari hasil tersebut, ditunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa perguruan tinggi negeri memiliki skor lebih tinggi daripada pemahaman mahasiswa perguruan tinggi swasta. Pada tabel juga ditunjukkan bahwa rata-rata pemahaman kedua kelompok sample tersebut berada didalam kategori diatas rata-rata.

Tabel 4.10

Hasil Pengujian Kerahasiaan

Sampel Minimum Maximum Rata-rata Kesimpulan Teoritis Empiris Teoritis Empiris Teoritis Empiris

Mahasiswa PTN 3 6 15 15 9 11,84 > rata-rata Mahasiswa PTS 3 8 15 15 9 12,21 > rata-rata Sumber: Data primer yang diolah peneliti, 2011

Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa rata-rata pemahaman mahasiswa perguruan tinggi negeri mengenai kerahasiaan adalah sebesar 11,84, dimana berada diatas rata-rata teoritis, sedangkan rata-rata dari pemahaman mahasiswa perguruan tinggi swasta adalah sebesar 12,21, dimana juga berada


(57)

diatas rata-rata teoritis. Dari hasil tersebut, ditunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa perguruan tinggi negeri memiliki skor lebih rendah daripada pemahaman mahasiswa perguruan tinggi swasta. Pada tabel juga ditunjukkan bahwa rata-rata pemahaman kedua kelompok sample tersebut berada didalam kategori diatas rata-rata.

Tabel 4.11

Hasil Pengujian Prilaku Profesional

Sampel Minimum Maximum Rata-rata Kesimpulan Teoritis Empiris Teoritis Empiris Teoritis Empiris

Mahasiswa PTN 3 9 15 14 9 11,27 > rata-rata Mahasiswa PTS 3 6 15 14 9 10,56 > rata-rata Sumber: Data primer yang diolah peneliti, 2011

Pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa rata-rata pemahaman mahasiswa perguruan tinggi negeri mengenai perilaku profesional adalah sebesar 11,27, dimana berada diatas rata-rata teoritis, sedangkan rata-rata dari pemahaman mahasiswa perguruan tinggi swasta adalah sebesar 10,56, dimana juga berada diatas rata-rata teoritis. Dari hasil tersebut, ditunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa perguruan tinggi negeri memiliki skor lebih tinggi daripada pemahaman mahasiswa perguruan tinggi swasta. Pada tabel juga ditunjukkan bahwa rata-rata pemahaman kedua kelompok sample tersebut berada didalam kategori diatas rata-rata.


(58)

Tabel 4.12

Hasil Pengujian Standar Teknis

Sampel Minimum Maximum Rata-rata Kesimpulan Teoritis Empiris Teoritis Empiris Teoritis Empiris

Mahasiswa PTN 3 9 15 15 9 12,13 > rata-rata Mahasiswa PTS 3 6 15 15 9 11,01 > rata-rata Sumber: Data primer yang diolah peneliti, 2011

Pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa rata-rata pemahaman mahasiswa perguruan tinggi negeri mengenai standar teknis adalah sebesar 12,13, dimana berada diatas rata-rata teoritis, sedangkan rata-rata dari pemahaman mahasiswa perguruan tinggi swasta adalah sebesar 11,01, dimana juga berada diatas rata-rata teoritis. Dari hasil tersebut, ditunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa perguruan tinggi negeri memiliki skor lebih tinggi daripada pemahaman mahasiswa perguruan tinggi swasta. Pada tabel juga ditunjukkan bahwa rata-rata pemahaman kedua kelompok sample tersebut berada didalam kategori diatas rata-rata.

4.4.2 Uji Normalitas

Pada penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas dengan teknik Kolmogorov Smirnov Test. Uji normalitas dilakukan pada 2 kelompok sampel yaitu Mahasiswa Perguruan tinggi Negeri dan Mahasiswa Perguruan tinggi Swasta. Hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada lampiran 7. Ringkasan hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.13 ini.


(59)

Tabel 4.13

Hasil Pengujian Normalitas

Kelompok Asymp. Sig. (2-tailed) α Status

Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri 0,277 0,05 Normal Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta 0,437 0,05 Normal Sumber: Data primer yang diolah peneliti, 2011

Dari tabel 4.13 menunjukkan bahwa untuk kelompok mahasiswa perguruan tinggi negeri, taraf signifikansi adalah sebesar 0,277 sedangkan untuk kelompok mahasiswa perguruan tinggi swasta, taraf signifikansi adalah sebesar 0,437. Data akan berdistribusi normal apabila taraf signifikansi lebih

besar dari α = 0,05. Dari hasil pengujian maka dapat disimpulkan bahwa

kedua kelompok data telah berdistribusi secara normal. 4.4.3 Pengujian Hipotesis

a. Analisis perbedaan pemahaman kode etik diantara kelompok mahasiswa perguruan tinggi negeri dengan mahasiswa perguruan tinggi swasta

Hipotesis pertama berbunyi sebagai berikut :

Terdapat perbedaan pemahaman Kode Etik Akuntan antara mahasiswa perguruan tinggi negeri dan mahasiswa perguruan tinggi swasta.

Hipotesis pertama pada penelitian ini akan diuji menggunakan uji beda (Independent Sample T Test). Dari hasil pengujian akan ditunjukkan tentang perbedaan pemahaman yang dimiliki oleh responden. Hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran 8. Ringkasan pengujian dapat dilihat pada tabel 4.14.


(60)

Tabel 4.14

Ringkasan Pengujian Uji Beda

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Total Keseluru han Equal variances assumed

,945 ,333 2,343 123 ,021 3,114 1,329 ,483 5,745

Equal variances not assumed

2,369 94,412 ,020 3,114 1,314 ,505 5,723

Sumber: Data primer yang diolah peneliti, 2011

Berdasarkan tabel 4.14 ditunjukkan bahwa nilai F sebesar 0,945 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,333. Sampel akan dikatakan homogen apabila tingkat signifikansi adalah lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, sampel responden dapat dikatakan homogen karena tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05. Selanjutnya, digunakan hasil pengujian equal variances assumed

yaitu nilai t sebesar 2,343 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,021. Sampel akan dikatakan tidak terdapat perbedaan pemahaman apabila tingkat signifikansi adalah lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, sampel responden dapat dikatakan terdapat perbedaan pemahaman antara kedua kelompok sampel.

Setelah peneliti melakukan pengujian secara keseluruhan, kemudian peneliti akan melakukan pengujian pada setiap pernyataan kode etik dengan uji beda untuk melihat perbedaan pemahaman antara mahasiswa perguruan tinggi negeri dengan mahasiswa perguruan tinggi swasta terhadap


(61)

masing-masing pernyataan. Hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran 9. Ringkasan pengujian dapat dilihat pada tabel 4.15 ini.

Tabel 4.15

Ringkasan Uji Beda Pada Masing-masing Pernyataan

Pernyataan

Sig Nilai F

Sig

Diharapkan Kesimpulan

Sig Nilai t

Sig

Diharapkan Kesimpulan

Tanggung Jawab

Profesi 0,592 0,05 Homogen 0,800 0,05

Tidak Terdapat Perbedaan

Kepentingan Publik 0,297 0,05 Homogen 0,690 0,05

Tidak Terdapat Perbedaan

Integritas 0,138 0,05 Homogen 0,021 0,05 Terdapat Perbedaan

Obyektifitas 0,141 0,05 Homogen 0,029 0,05 Terdapat Perbedaan

Kompetensi dan

Kehati-hatian Profesional 0,473 0,05 Homogen 0,971 0,05

Tidak Terdapat Perbedaan

Kerahasiaan 0,044 0,05

Tidak

Homogen 0,319 0,05

Tidak Terdapat Perbedaan

Perilaku Profesional 0,321 0,05 Homogen 0,016 0,05 Terdapat Perbedaan

Standar Teknis 0,091 0,05 Homogen 0,000 0,05 Terdapat Perbedaan

Sumber: Data primer yang diolah peneliti, 2011

Dari tabel 4.15 menunjukkan bahwa pernyataan tanggung jawab profesi memiliki tingkat signifikansi untuk nilai F sebesar 0,592. Sampel responden dikatakan homogen karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih besar dari tingkat signifikansi yang diharapkan yaitu 0,05. Kemudian, digunakan hasil pengujian equal variances assumed dengan tingkat signifikansi sebesar 0,800. Sampel responden dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan pemahaman antara kedua kelompok sampel karena tingkat signifikansi telah lebih besar dari tingkat signifikansi yang diharapkan sebesar 0,05.

Pernyataan kepentingan publik memiliki tingkat signifikansi untuk nilai F sebesar 0,297. Sampel responden dikatakan homogen karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih besar dari tingkat signifikansi yang diharapkan yaitu 0,05. Kemudian, digunakan hasil pengujian equal variances assumed dengan tingkat signifikansi sebesar 0,690. Sampel responden dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan pemahaman antara kedua kelompok


(62)

sampel karena tingkat signifikansi telah lebih besar dari tingkat signifikansi yang diharapkan sebesar 0,05.

Pernyataan integritas memiliki tingkat signifikansi untuk nilai F sebesar 0,138. Sampel responden dikatakan homogen karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih besar dari tingkat signifikansi yang diharapkan yaitu 0,05. Kemudian, digunakan hasil pengujian equal variances assumed dengan tingkat signifikansi sebesar 0,021. Sampel responden dapat dikatakan terdapat perbedaan pemahaman antara kedua kelompok sampel karena tingkat signifikansi telah lebih besar dari tingkat signifikansi yang diharapkan sebesar 0,05.

Pernyataan Obyektifitas memiliki tingkat signifikansi untuk nilai F sebesar 0,141. Sampel responden dikatakan homogen karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih besar dari tingkat signifikansi yang diharapkan yaitu 0,05. Kemudian, digunakan hasil pengujian equal variances assumed dengan tingkat signifikansi sebesar 0,029. Sampel responden dapat dikatakan terdapat perbedaan pemahaman antara kedua kelompok sampel karena tingkat signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi yang diharapkan sebesar 0,05. Pernyataan kompetensi dan kehati-hatian profesional memiliki tingkat signifikansi untuk nilai F sebesar 0,473. Sampel responden dikatakan homogen karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih besar dari tingkat signifikansi yang diharapkan yaitu 0,05. Kemudian, digunakan hasil pengujian equal variances assumed dengan tingkat signifikansi sebesar 0,971. Sampel responden dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan pemahaman


(63)

antara kedua kelompok sampel karena tingkat signifikansi telah lebih besar dari tingkat signifikansi yang diharapkan sebesar 0,05.

Pernyataan kerahasiaan memiliki tingkat signifikansi untuk nilai F sebesar 0,044. Sampel responden dikatakan tidak homogen karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih besar dari tingkat signifikansi yang diharapkan yaitu 0,05. Kemudian, digunakan hasil pengujian equal variances not assumed dengan tingkat signifikansi sebesar 0,319. Sampel responden dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan pemahaman antara kedua kelompok sampel karena tingkat signifikansi telah lebih besar dari tingkat signifikansi yang diharapkan sebesar 0,05.

Pernyataan perilaku profesional memiliki tingkat signifikansi untuk nilai F sebesar 0,321. Sampel responden dikatakan homogen karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih besar dari tingkat signifikansi yang diharapkan yaitu 0,05. Kemudian, digunakan hasil pengujian equal variances assumed dengan tingkat signifikansi sebesar 0,016. Sampel responden dapat dikatakan terdapat perbedaan pemahaman antara kedua kelompok sampel karena tingkat signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi yang diharapkan sebesar 0,05.

Pernyataan standar teknis memiliki tingkat signifikansi untuk nilai F sebesar 0,091. Sampel responden dikatakan homogen karena tingkat signifikansi yang diperoleh lebih besar dari tingkat signifikansi yang diharapkan yaitu 0,05. Kemudian, digunakan hasil pengujian equal variances assumed dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Sampel responden dapat


(1)

Lampiran 8

Hasil Pengujian Uji Beda

Independent Sample T Test

Group Statistics

Kelompok

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

TotalKeseluruhan

dimensi on1

N

45

94,29

6,950

1,036

S

80

91,18

7,232

,809

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Total

Keseluruhan Equal variances assumed

,945 ,333 2,343 123 ,021 3,114 1,329 ,483 5,745

Equal variances not assumed


(2)

Lampiran 9

Hasil Pengujian Uji Beda pada Masing-masing Pernyataan

Group Statistics

Kelompok

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

TanggungJawabProfesi

dimensi on1

N

45

13,00

1,279

,191

S

80

12,94

1,344

,150

KepentinganPublik

dimensi on1

N

45

12,47

1,307

,195

S

80

12,36

1,443

,161

Integritas

dimensi on1

N

45

11,31

1,975

,294

S

80

10,55

1,598

,179

Obyektifitas

dimensi on1

N

45

11,44

1,560

,233

S

80

10,73

1,842

,206

KompetensidanKehatihatian

profesional

dimensi on1

N

45

10,82

1,466

,219

S

80

10,81

1,450

,162

Kerahasiaan

dimensi on1

N

45

11,84

2,153

,321

S

80

12,21

1,589

,178

PerilakuProfesional

dimensi on1

N

45

11,27

1,338

,199

S

80

10,56

1,652

,185

StandarTeknis

dimensi on1

N

45

12,13

1,424

,212


(3)

Lampiran 9

Hasil Pengujian Uji Beda pada Masing-masing Pernyataan

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper TanggungJawab

Profesi

Equal variances assumed

,289 ,592 ,254 123 ,800 ,063 ,246 -,425 ,550 Equal variances

not assumed

,257 95,166 ,797 ,063 ,243 -,419 ,544 KepentinganPubli

k

Equal variances assumed

1,095 ,297 ,400 123 ,690 ,104 ,260 -,411 ,619 Equal variances

not assumed

,412 99,058 ,681 ,104 ,253 -,398 ,606 Integritas Equal variances

assumed

2,231 ,138 2,344 123 ,021 ,761 ,325 ,118 1,404 Equal variances

not assumed

2,210 76,595 ,030 ,761 ,344 ,075 1,447 Obyektifitas Equal variances

assumed

2,200 ,141 2,211 123 ,029 ,719 ,325 ,075 1,364 Equal variances

not assumed

2,316 104,31 0

,023 ,719 ,311 ,103 1,335 KompetensidanK

ehatihatianprofesi onal

Equal variances assumed

,518 ,473 ,036 123 ,971 ,010 ,271 -,527 ,547 Equal variances

not assumed

,036 90,503 ,972 ,010 ,272 -,531 ,550 Kerahasiaan Equal variances

assumed

4,144 ,044 -1,091

123 ,277 -,368 ,337 -1,036 ,300 Equal variances

not assumed

-1,003

71,357 ,319 -,368 ,367 -1,099 ,363 PerilakuProfesion

al

Equal variances assumed

,995 ,321 2,442 123 ,016 ,704 ,288 ,133 1,275 Equal variances

not assumed

2,590 107,70 6

,011 ,704 ,272 ,165 1,243 StandarTeknis Equal variances

assumed

2,911 ,091 3,788 123 ,000 1,121 ,296 ,535 1,707 Equal variances

not assumed

3,962 103,93 5


(4)

Lampiran 10

Hasil Pengujian Nilai Pernyataan Pemahaman Kode Etik

One-Sample Statistics

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

TanggungJawabProfesi

125

12,96

1,316

,118

KepentinganPublik

125

12,40

1,391

,124

Integritas

125

10,82

1,774

,159

Obyektifitas

125

10,98

1,773

,159

KompetensidanKehatihatian

profesional

125

10,82

1,450

,130

Kerahasiaan

125

12,08

1,812

,162

PerilakuProfesional

125

10,82

1,578

,141

StandarTeknis

125

11,42

1,671

,149

One-Sample Test

Test Value = 12

t

df

Sig.

(2-tailed)

Mean

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower

Upper

TanggungJawabProfesi

8,155

124

,000

,960

,73

1,19

KepentinganPublik

3,215

124

,002

,400

,15

,65

Integritas

-7,413

124

,000

-1,176

-1,49

-,86

Obyektifitas

-6,405

124

,000

-1,016

-1,33

-,70

KompetensidanKehatihatianprofesional

-9,128

124

,000

-1,184

-1,44

-,93

Kerahasiaan

,494

124

,622

,080

-,24

,40

PerilakuProfesional

-8,389

124

,000

-1,184

-1,46

-,90


(5)

Lampiran 11

Tabel t


(6)

Lampiran 12


Dokumen yang terkait

ANALISIS PERSEPSI DOSEN AKUNTANSI DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA (SURVEY DI PERGURUAN TINGGI WILAYAH SURAKARTA).

0 1 8

PERSEPSI DOSEN AKUNTANSI DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA (Survey Pada Perguruan Tinggi di Surakarta).

0 1 10

ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI AKUNTAN DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK AKUNTAN INDONESA ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI AKUNTAN DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK AKUNTAN INDONESA (SURVEY PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DAN PERGURUAN TINGGI DI WIL

0 0 14

PENDAHULUAN ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI AKUNTAN DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK AKUNTAN INDONESA (SURVEY PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DAN PERGURUAN TINGGI DI WILAYAH SEMARANG).

0 0 7

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI PADA PERGURUAN TINGGI DI SURAKARTA MENGENAI KODE ETIK IKATAN PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI PADA PERGURUAN TINGGI DI SURAKARTA MENGENAI KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA.

0 0 12

PENDAHULUAN PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI PADA PERGURUAN TINGGI DI SURAKARTA MENGENAI KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA.

0 0 8

PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA (Survey PTS di Kota Surakarta).

0 0 12

PERBEDAAN PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK PERBEDAAN PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA (Survey Pada Perguruan Tinggi di Wilayah Surakarta).

0 0 9

PENDAHULUAN PERBEDAAN PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA (Survey Pada Perguruan Tinggi di Wilayah Surakarta).

0 0 6

DAFTAR PUSTAKA PERBEDAAN PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA (Survey Pada Perguruan Tinggi di Wilayah Surakarta).

0 1 4