Pendapatan Landasan Teori .1 Usahatani

tenaga kerja dan atau modal per satuan luas. Suatu usahatani intensif dapat dilihat dari tiap kegiatannya, misalnya pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman. Contoh usahatani intensif adalah jika seorang petani menggarap tanah sesuai dengan kebutuhan sampai siap untuk ditanami jagung, menggunakan pupuk awal, bibit unggul, melakukan penyiangan dan pemupukan periodik. Tiga setengah bulan kemudian, petani tersebut panen dan diperoleh hasil 12 ku per satuan luas. Suatu usahatani dikatakan ekstensif jika usahatani tersebut tidak banyak menggunakan tenaga kerja atau modal per satuan luas. Sebagai contoh usahatani ekstensif adalah jika seorang petani menggarap tanah ala kadarnya, lalu menebar bibit, biji-bijian jagung. Setelah itu lahan dibiarkan saja. Tiga setengah bulan kemudian, petani tersebut datang untuk memanen dan memperoleh hasil 2 ku per satuan luas. Dapat disimpulkan bahwa karena penggunaannya intensif, yaitu menggunakan tenaga dan modal lebih banyak maka diperoleh hasil yang lebih banyak pula.

2.2.2 Pendapatan

Menurut Soekartawi 1999, biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam proses produksi, dihitung dalam rupiah per satuan luas lahan Ha. Sedangkan pendapatan dapat dihitung dengan mengurangi nilai output total penerimaan dengan nilai input biaya. Dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan total biaya. Persamaan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Pd = TR – TC Keterangan: Pd : Pendapatan TR : Total Penerimaan TC : Total Biaya 2.3 Penelitian Terdahulu Agustira 2004 tentang “Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Padi Sawah Di Kabupaten Deli Serdang”. Metode Penentuan sampel yang digunakan dengan metode acak berlapis atau strata stratified random sampling, berdasarkan strata luas lahan sebanyak 30 sampel yaitu Strata I dengan luas lahan 0,5 Ha sebanyak 20 orang dan Strata II yaitu dengan luas lahan sebanyak 10 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Input-input produksi yang digunakan petani padi sawah di daerah penelitian meliputi penggunaan lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk SP 36, pupuk KCl, pupuk ZA, insektisida, herbisida, dan fungisida. Penggunaan input produksi mempengaruhi 81,6 produksi padi sawah di daerah penelitian, dan secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah. Sedangkan secara parsial, input produksi yang berpengaruh adalah penggunaan pupuk urea dan pupuk SP 36, sedangkan input produksi yang lain pupuk KCl, pupuk ZA, insektisida, herbisida, dan fungisida tidak berpengaruh secara nyata. Penggunaan semua input produksi oleh petani belum optimal sehingga perlu dilakukan penambahan penggunaan input produksi di daerah penelitian. BPTP Sulawesi Tengah 2009 dalam “Kajian Peningkatan Intensitas Tanaman Padi Sawah Di Sulawesi Tengah APBN”. Indeks Pertanaman Padi bahkan bisa ditingkatkan menjadi IP Padi 400. Pengembangan indeks pertanaman padi 400 IP Padi 400 merupakan pilihan menjanjikan guna meningkatkan produksi padi nasional tanpa memerlukan tambahan irigasi luar biasa. IP Padi 400 artinya petani dapat panen padi empat kali setahun di lokasi yang sama. Konsekuensi pengembangan IP Padi 400, diperlukan empat pilar pendukung. Pertama, produksi benih super genjah dengan umur kurang dari 80 hari. Kedua, dukungan pengendalian hama terpadu PHT. Ketiga, pengelolaan hara terpadu. Keempat, manajemen tanam dan panen yang efisien. IP Padi 400 dapat memecah kejenuhan peningkatan produksi levelling off dalam peningkatan produksi beras nasional P2BN, bahkan Indonesia dapat memenuhi kebutuhan pangan dengan lahan yang sama sampai 25 bahkan 50 tahun mendatang. Pertimbangannya, para pemulia tanaman breeder Indonesia berhasil mengubah padi berumur 180 hari 6 bulan dengan produksi 2-3 tonha menjadi berumur 105 hari dengan produktivitas 6-8 tonha seperti padi lokal beras meras Aek Sibundong varietas lokal Sumatera Utara. Melalui persilangan konvensional, marka molekuler, iradiasi para pemulia dapat memperpendek umur padi 105 hari menjadi kurang dari 80 hari dengan produktivitas yang sama. Saat ini Balai Besar Penelitian Padi Badan Litbang Pertanian telah memiliki galur calon varietas dengan umur 85 hari meski produktivitasnya masih di bawah lima ton. Lungguk 2011 tentang “Analisis Luas Lahan Minimum Untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”. Metode Penentuan sampel yang digunakan dengan metode acak berlapis atau strata stratified random sampling, metode analisis data adalah analisis usahatani dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas lahan dan tingkat pendapatan di daerah penelitian bervariasi pada masing-masing strata. Rata-rata luas lahan petani di daerah penelitian berkisar antara 0,35 Ha sampai dengan 1,38 Ha dan rata-rata pendapatan petani berkisar antara Rp 617.650 sampai dengan Rp 2.906.900 per bulan. Pola pengeluaran petani berdasarkan pengeluaran terbanyak digunakan pada kebutuhan makanan. Luas lahan minimum yang harus diusahakan petani untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya di daerah penelitian adalah 0,96 Ha. Azrul 2014 tentang “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Usahatani Padi Sawah Petani Penyewa Lahan di Desa Pematang Sijonam Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai”. Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposive, artinya pengambilan sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang. Metode analisis data menggunakan regresi linier berganda. Adapun hasil penelitian yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas usahatani padi sawah petani penyewa lahan di Desa Pematang Sijonam adalah umur X 1 , bibit X 2 , lama berusahatani X 3 , dan pupuk X 4 . Nilai koefisien determinasi R 2 diperoleh sebesar 0,426. Koefisien determinasi ini menunjukkan bahwa produktivitas padi sawah Y dapat dijelaskan oleh variabel umur X 1 , bibit X 2 , lama berusahatani X 3 , dan pupuk X 4 sebesar 43, sedangkan sisanya sebesar 57 dipengaruhi oleh faktor lainnya. Secara serempak faktor umur, bibit, lama berusahatani dan pupuk, berpengaruh nyata terhadap produktivitas pai sawah petani penyewa lahan. Secara parsial faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas ushatani padi sawah petani penyewa lahan adalah bibit, sedangkan umur, lama berusahatani, dan pupuk tidak mempengaruhi produktvitas usahatani padi sawah penyewa lahan.

2.4 Kerangka Pemikiran

Dokumen yang terkait

Analisis Perhitutungan Biaya Sumberdaya Domestik Komoditi Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

2 102 247

Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang

7 49 130

Analisis Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah Di Kabupaten Serdang Bedagai

3 44 63

Analisis Dampak Penggunaan Dana Bantuan Program Optimasi Lahan Dalam Meningkatkan Produksi Padi Sawah (Studi Kasus : Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

0 9 163

Analisis Dampak Penggunaan Dana Bantuan Program Optimasi Lahan Dalam Meningkatkan Produksi Padi Sawah (Studi Kasus : Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 14

Analisis Dampak Penggunaan Dana Bantuan Program Optimasi Lahan Dalam Meningkatkan Produksi Padi Sawah (Studi Kasus : Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 1

Analisis Dampak Penggunaan Dana Bantuan Program Optimasi Lahan Dalam Meningkatkan Produksi Padi Sawah (Studi Kasus : Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 7

Analisis Dampak Penggunaan Dana Bantuan Program Optimasi Lahan Dalam Meningkatkan Produksi Padi Sawah (Studi Kasus : Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 16

Analisis Dampak Penggunaan Dana Bantuan Program Optimasi Lahan Dalam Meningkatkan Produksi Padi Sawah (Studi Kasus : Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 2

Analisis Dampak Penggunaan Dana Bantuan Program Optimasi Lahan Dalam Meningkatkan Produksi Padi Sawah (Studi Kasus : Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 75