itu terdapat kelompok neuron pada hipotalamus preoptikanterior yang disuplai oleh suatu jaringan kaya vaskuler dan sangat permeabel, yang disebut or ganum
vasculorum laminae terminalis OVLT Isselbacher, 1999.
Ketika terpapar pada pirogen endogen dari sirkulasi, sel-sel endotel OVLT melepaskan metabolit asam arakidonat yang sebagian besar berupa prostaglandin
E
2
. Metabolit asam arakidonat yang diyakini memperantarai kenaikan pada titik termoregulasi yang sudah ditetapkan, kemudian diduga berdifusi ke dalam daerah
hipotalamus preoptikanterior dan mencetuskan demam Isselbacher, 1999.
2.4 Analgetik-Antipiretik
Analgetik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu
tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi Anief, 2000.
Mekanisme kerja analgetik dan antipiretik adalah sebagai berikut: 1.
Analgetik Efek analgetik ditimbulkan dengan cara menghambat secara langsung dan
selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat yang mengkatalis biosintesis prostaglandin seperti siklooksigenase, yang dapat merangsang rasa sakit
secara mekanis atau kimiawi Siswandono, 2000. 2.
Antipiretik Kerja antipiretik ditimbulkan dengan meningkatkan eliminasi panas pada
penderita dengan suhu badan yang tinggi, dengan cara menimbulkan dilatasi
Universitas Sumatera Utara
pembuluh darah perifer dan mobilisasi air sehingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran keringat. Penurunan suhu adalah hasil kerja obat pada sistem
saraf pusat yang melibatkan pusat kontrol di hipotalamus Siswandono, 2000.
2.5 Parasetamol
Rumus bangun : OH
NHCOCH
3
Rumus Molekul : C
8
H
9
NO
2
BeratMolekul : 151, 16
Nama Kimia :
4’-hidroksiasetanilida Pemerian
: Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1N,
mudah larut dalam etanol Sinonim
: Asetaminofen Ditjen POM, 1995.
Parasetamol merupakan derivat anilin yang masih berkaitan dengan fanaseti n. Parasetamol adalah suatu analgesik dan antipiretik, namun tidak memiliki kerja
inflamasi. Obat ini hanya menghambat sintesis prostaglandin di jaringan syaraf, dan merupakan suatu antipiretik yang paling selektif Walsh, 1997.
Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Farmakokinetik
Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh
plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma, 25 parasetamol terikat protein plasma. Obat ini dimetabolisme oleh enzim
mikrosom hati. Sebagian asetaminofen 80 dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain itu obat ini juga
dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Obat ini diekskresi melalui ginjal,
sebagian kecil sebagai parasetamol 3 dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi Setiabudy, 2007.
2.5.2 Farmakodinamik
Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Obat ini menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang
diduga juga berdasarkan efek sentral. Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol
merupakan penghambat biosintetis prostaglandin yang lemah. Efek iritasi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini Setiabudy, 2007.
2.5.3 Efek Samping
Efek samping yang terjadi antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati. Pada
Universitas Sumatera Utara
dosis diatas 6 g mengakibatkan necrosis hati irreversibel. Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolitnya yang pada dosis normal dapat ditangkal oleh
glutation suatu tripeptida dengan –SH. Pada dosis diatas 10 g persedian peptide
tersebut habis dan metabolitnya mengikat diri pada protein dengan gugusan –SH
di sel-sel hati dan terjadilah kerusakan irreversible Tjay, 2007. Overdose dapat menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anoreksia.
Penanggulangnya dengan cuci lambung, disamping perlu pemberian zat penawar asam amino n-asetilsistein atau metionin sedini mungkin. Sebaiknya dalam 8-10
jam setelah intoksinasi Tjay, 2007.
2.5.4 Dosis
Oral: Dewasa 2-3 dd 0,5-1 g, maks. 4 ghari. Anak-anak 4-6 dd 10 mgkg, yakni rata-rata:
a. 3-12 bulan 60 mg.
b. 1-4 tahun 120-180 mg.
c. 4-6 tahun 180 mg.
d. 7-12 tahun 240-360 mg.
Rectal: Dewasa 4 dd 0,5-1 g. Anak-anak:
a. 3-12 bulan 2 -3 dd 120 mg.
b. 1-4 tahun 2 -3 dd 240 mg.
c. 4-6 tahun 4 dd 240 mg.
d. 7-12 tahun 2 -3 dd 0,5 g Tjay, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang
sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektroskopi serapan ultraviolet, cahaya tampak, inframerah dan serapan atom. Jangkauan panjang gelombang
untuk daerah ultraviolet adalah 190 nm-380 nm, daerah cahaya tampak 380 nm- 780 nm, daerah inframerah dekat 780 nm-3000 nm, dan daerah inframerah 2,5
m hingga 40
m atau 4000 cm
-1
hingga 250 cm
-1
Ditjen POM, 1995. Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran berapa banyak radiasi yang
diserap oleh sampel. Metode ini biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis hanya memberikan
sedikit informasi tentang struktur yang didapatkan, tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak
memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi Dachriyanus, 2004.
Proses penyerapan energi ultraviolet dan sinar tampak dapat terjadi karena adanya transisi elektron ikatan dan elektron anti ikatan elektron sigma,
, elektron phi,
, dan elektron yang tidak berikatan atau nonbonding elektron, n. Transisi-transisi elektron yang terjadi diantara tingkat-tingkat energi di dalam
suatu molekul ada 4, yaitu transisi sigma-sigma star
, transisi n-sigma star n
, transisi n-phi star n
,transisi phi-phi star
Rohman, 2007.
Energi yang diperlukan untuk transisi sigma-sigma star
besarnya sesuai dengan sinar yang frekuensinya terletak diatara UV vakum kurang dari
Universitas Sumatera Utara
180 nm sehingga kurang begitu bermanfaat untuk analisis dengan cara spektrofotometri UV-Vis. Energi yang diperlukan untuk transisi n-sigma star
n
lebih kecil dibanding transisi
sehingga sinar yang diserap mempunyai panjang gelombang yang lebih panjang, yakni sekitar 150-250 nm.
Transisi n
dan transisi
dapat terjadi jika molekul organik mempunyai gugus fungsional yang tidak jenuh sehingga ikatan rangkap dalam gugus tersebut
memberikan orbital phi yang diperlukan. Jenis transisi ini merupakan transisi yang paling cocok untuk analisis sebab sesuai dengan panjang gelombang antara
200-700 nm Rohman, 2007. Spektra Uv-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan sekaligus
dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Data spektra Uv-Vis secara tersendiri tidak dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya. Akan
tetapi jika digabung dengan cara lain seperti spektroskopi inframerah dan spektrofotometri massa maka dapat digunakan untuk maksud identifikasianalisis
kualitatif suatu senyawa tersebut Rohman, 2007. Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan
larutan sampel dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas
sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap Rohman, 2007. Instrumen Spektroskopi UV pada dasarnya terdiri atas :
1. Sumber cahaya
Sumber cahaya yang biasa digunakan untuk daerah UV pada panjang gelombang dari 190-350 nm adalah lampu deuterium. Untuk daerah visible
Universitas Sumatera Utara
pada panjang gelombang antara 350-900 nm digunakan lampu tungsten Rohman, 2007.
2. ................................................................................................................. Mo
nokromator Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya
dapat berupa prisma. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian ini dapat digunakan celah. Jika celah
posisinya tetap, maka prisma yang dirotasikan untuk mendapatkan panjang gelombang yang diinginkan Khopkar, 1990.
3. ................................................................................................................. Sel
Kuvet Sel haruslah meneruskan energi radiasi dalam daerah spektral yang
diminati. Untuk daerah ultraviolet digunakan sel kuarsa, sedangkan untuk daerah tampak digunakan sel kaca Day, 2002.
Umumnya tebal kuvet adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi,
tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan. Khopkar, 1990. 4.
................................................................................................................. Det ektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang Khopkar, 1990. Secara umum, detektor
fotolistrik digunakan dalam daerah tampak dan ultraviolet. Detektor fotolistrik
Universitas Sumatera Utara
yang paling sederhana adalah tabung foto, ini berupa tabung hampa udara, dengan jendela yang tembus cahaya, yang berisi sepasang elektroda. Tersedia
aneka ragam tabung foto, yang berbeda bahan permukaan katodenya dan juga berbeda jendela tembus cahayanya. Selain tabung foto, terdapat juga tabung
pengganda foto Photomultiplier. Tabung pengganda foto lebih peka dari pada tabung foto biasa karena penggandaan yang tinggi dapat dicapai dengan
tabung itu sendiri Day, 2002.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Tempat Pelaksanaan Penetapan kadar