Tata Cara Pelaksanaan Salat Tarâwih

16 Umar: agar semua salat di belakang imam dan akhirnya beliau menentukan siapa yang berhak menjadi imam yaitu Ubay bin Ka‟ab. Kemudian di malam-malam berikutnya, Abdurrahman dan Umar kembali masuk ke dalam masjid dan mendapati orang telah salat tarâwih dengan satu Qari‟ pembaca, yaitu satu imam. Maka berkatala h Umar bin Khathab: “ni‟matu al bid‟ah hadzihi” yang sebaik-baik bid‟ah adalah ini. Orang tidur terlebih dahulu lebih afdhal dengan orang yang salat lebih dahulu, yaitu dia salat di ujung malam, sedangkan orang-orang di waktu itu salat di awal malam. Dari uraian di atas telah jelas sekali bahwa Umar bin Khaththab lah yang dengan tegas mengadakan salat tarâwih dengan berjama‟ah. Setelah beberapa hari salat tarâwih berjama‟ah itu dilaksanakan dengan baik, kemudian Umar bin Khaththab berkata bahwa jika ada yang hendak mengatakan bahwa hal yang demik ian adalah bid‟ah maka ini adalah bid‟ah yang paling baik. Akhirnya salat tarâwih ini dinisbatkan kepada Umar bin Khaththab, karena beliaulah yang memerintahkan umat Islam untuk melaksanakan salat tarâwih secara be rjama‟ah bersama imam Ubay bin Ka‟ab. 11

C. Tata Cara Pelaksanaan Salat Tarâwih

Dalam Islam, salat merupakan ibadah wajib yang paling utama dan paling disukai Allah SWT baik itu salat wajib maupun salat sunnah. 12 Di antara salat- 11 Assobuny, Petunjuk Nabi SAW Yang Sahih Tentang Shalat Taraawih, h. 32 12 Ahmad Sutanto, Filosofi Shalat , Jakarta: Dea Press, 1999, h. 19. 17 salat sunnah ada yang cukup di anjurkan saja oleh Nabi SAW dan ada pula yang sangat ditekankan. Namun demikian, tidak sepatutnya kita memilah dan memilih ibadah kepda sang Khaliq, karena semua amal ibadah pada hakikatnya sangat baik untuk dilksanakan. 13 Salah satu salat sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah pada bulan Ramadhan adalah melaksanakan salat tarâwih. Adapun mengenai cara mengerjakannya, salat tarâwih dikerjakan setelah salat isya ‟ pada malam bulan Ramadhan sampai waktu fajar, sekalipun salat isya itu dijama‟ taqdim dengan maghrib, tanpa didahului dengan salat isya‟, maka salat tarawih itu tidak sah. 14 Sebagaiman salat pada umumnya, salat tarâwih diawali dengan niat saat takbiratul ihram, salat tarâwih dilakukan dua raka‟at-dua raka‟at, atau empat raka‟at-empat raka‟at dengan satu kali tahiyat di raka‟at terakhir. Setelah salam selesai menunaikan salat tarâwih dua at au empat raka‟at, dan sebelum menunaikan dua atau empat raka‟at berikutnya disunahkan membaca doa, antara lain sebagai berikut: Setelah selesai salat tarâwih hendaknya diteruskan dengan salat witir, sekurang- kurangnya satu raka‟at. Tetapi umumnya dikerjakan tiga raka‟at dengan dua salam dan boleh pula d ikerjakan tiga raka‟at dengan satu salam. 13 Abdul Ghani, Pedomman Sholat-Sholat Menurut Rasulullah SAW, cet.I, Kuala Lumpur: Darul Nu‟man, 1995 h. 52 14 Quraish Shihab, Panduan Shalat Bersama Quraish Shihab, Jakarta: Republika, 2003, h. 90. 18 Asy- Syafi‟i dan Ash Habun dan Abu Hanifah, Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa yang lebih afdhal mengerjakannya ialah dengan berjama‟ah sebagaimana yang telah dilakukan oleh Umar bin Khaththab dan sahabat-sahabat Nabi SAW , karena menurut mereka melakukan salat tarawih berjama‟ah hukumnya adalah sunnah „ain, di mana apabila terdapat suatu jama‟ah melakukannya maka sunnah berjama‟ah itu tidak gugur dari yang lain. Bila seseorang melakukan salat tarawih di rumahnya, maka disunnahkan baginya untuk melakukan salat tersebut dengan orang yang ada di rumah secara berjama‟ah, karena jika ia melakukan secara sebdiri berarti ia telah kehilangan pahala sunnah jama‟ah. Sedangkan menurut Imam Malik, Imam Hanafi dan Abu Yusuf pemuka kedua dari Mazhab Hanafi berpendapat lebih baik di rumah saja. Karena menurut mereka bahwa melakukan salat tarawih dengan berjama‟ah hukumnya sunnah kifayah bagi semua orang, jika ada sebagian dari mereka yang berjama‟ah maka yang lain tidaklah dituntut untuk melakukannya. 15 Namun, ada pula sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim Muttafaqun „alaih dari Aisyah: “ Dari Aisyah bahwa Nabi SAW salat di masjid, lalu orang banyak mengikuti di belakang. Lalu beliau salat pula di malam kedua, orang pun bertambah banyak mengikuti. Kemuadian orang-orang berkumpul di malam ketiga, tetapi Nabi SAW tidak keluar di malam itu. Maka 15 Abdurrahman Al-Jaziri, Al- Fiqh „Ala al-Mazahib Al-Arba‟ah, Cairo: Mathba‟ah Al- Istiqamah , jilid II, h. 285 19 tatkala waktu subuh Nabi keluar seperti biasa lalu beliau bersabda: “ telah aku lihat apa yang telah kamu kerjakan, tetapi tidaklah ada yang menghalangi aku untuk keluar tadi malam, melainkan karena aku takut dia akan menjadikan fardhu atas kamu.” 16 Para ulama membagi salat sunnah itu kepada dua macam, ada sunnah munfarid dan ada pula salat sunnah jama‟ah. Yang termasuk salat sunnah jama‟ah di antaranya ialah salat tarâwih, salat ied, salat gerhana dan salat istisqa. Dengan demikian, tidak ada keharusan yang mengatakan bahwa salat tarâwih harus dilakukan dengan berjama‟ah atau pun dengan sendiri-sendiri karena keduanya diperbolehkan. Namun ada baiknya salat tarâwih itu dikerjakan dengan cara berjama‟ah, karena hal ini sangat dianjurkan oleh Nabi untuk menghidupkan bulan Ramadhan sebagai syi‟ar agama Allah yang luhur. Begitu pula dengan tata caranya, boleh dilakukan dengan cara dua raka‟at-dua raaka‟at salam atau pun empat raka‟at- empat raka‟at dengan satu kali tahiyyat di akhir raka‟at.

D. Jumlah Raka’at Salat Tarâwih Menurut Pendapat Para Imam Mazhab