Partisipasi Pedagang Tentang Pembayaran Retribusi Sampah

bagi menjadi sampah organic, anorganik dan sampah bahan berbahaya beracun rumah tangga. Pemisahan sampah bertujuan untuk mempermudah dalam pemusnahannya, Candra, 2007. 5.3.2 Partisipasi Pedagang Tentang Pembuangan Sampah Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis sampah yang paling banyak dibuang pedagang adalah sampah dapur. Pedagang yang mempunyai tempat sampah sering membuang sampah ke tempat sampah, sedangkan pedagang yang tidak mempunyai tempat sampah mereka 69,7 membuang sampahnya ke sungai karena mereka menganggap sudah biasa dan tidak adanya petugas kebersihan pasar yang akan membersihkannya. Sikap pedagang jika melihat ada yang membuang sampah di sembarang tempat 80,2 diam saja. Hal ini disebabkan karena apabila di tegur maka akan terjadi pertengkaran. Membuang sampah sembarangan dapat menimbulkan masalah baru di lingkungan. Menurut Chandra 2007, pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat atau tikus dan estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata. Usaha yang paling baik yang dapat kita lakukan adalah membuang sampah pada tempatnya.

5.3.3 Partisipasi Pedagang Tentang Pembayaran Retribusi Sampah

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa 65 orang 71,4 tidak membayar retribusi untuk kebersihan pasar, hal ini dikarenakan tidak meratanya pemungutan retribusi kebersihan oleh pihak pasar. Retribusi sampah dikenakan kepada pedagang yang berjualan di luar gedung pasar. Universitas Sumatera Utara Besar retribusi sampah di pasar Terapung Tembilahan sekitar Rp. 500 sampai dengan Rp. 1.000 setiap hari. Menurut Peraturan Daerah Nomor 15 tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan PersampahanKebersihan, dalam pasal 8 dijelaskan bahwa tarif retribusi untuk kioslos pasar rakyat sebesar Rp. 12.000 per bulan. 5.3.4 Partisipasi Pedagang Tentang Peraturan Kebersihan Berdasarkan penelitian diketahui bahwa 54,9 pedagang tidak tahu tentang peraturan kebersihan. Tetapi di pasar Terapung pihak pengelola pasar tidak ada menerapkan peraturan kebersihan secara tertulis. Peraturan kebersihan di pasar terapung hanya disampaikan secara lisan dan tanpa ada sanksi yang diberikan pihak pengelola pasar. Hal ini menunjukkan karena tidak adanya peraturan secara tertulis dan sanksi dari pihak pasar maka para pedagang membuang sampah tidak pada tempat sampah dan membuang sampah ke sungai hal ini dapat mencemari lingkungan dan mengganggu estetika. Menurut Sarudji 2010 sampah baik bentuk atau wujud maupun baunya sudah menimbulkan kesan tidak estetis dan terdapatnya onggokan sampah yang terkesan tidak terkelola dengan baik akan memberikan nilai negatif bukan hanya ditilik dari segi estetika, melainkan menjurus kepada kepribadian masyarakat yang bersangkutan. Pada pasar Terapung tidak pernah dilakukan penyuluhan tentang kebersihan dan infoemasi tentang pengelolaan sampah. Menurut Zulkarnaini 2009 Dalam pelaksanaan sebuah kegiatan perlu adanya bimbingan dan penyuluhan kepada anggota masyarakat untuk memahami seluk beluk sebuah perencanaan pembangunan. Untuk memudahkan suatu Universitas Sumatera Utara program berjalan dengan baik ada beberapa sarana media yang bisa dikerjakan, salah satunya adalah dengan pembuatan pamflet dan leaflet yang disebarkan dengan sebaiknya. Pemberian informasi kepada pedagang dapat mempermudah dalam mengelola sampah pasar terapung dan menambah wawasan pedagang tentang kebersihan lingkungan.

5.4 Sistem Pengelolaan Sampah Yang Memenuhi Syarat di Pasar Terapung Tembilahan.