Pelaksanaan Pengelolaan Sampah dan Partisipasi Pedagang Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau Tahun 2015

(1)

PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN PARTISIPASI PEDAGANG DALAM MENJAGA KEBERSIHAN LINGKUNGAN

DI PASAR TERAPUNG KEC. TEMBILAHAN KOTA KAB. INDRAGIRI HILIR RIAU TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH :

NUR EVIANTRI

NIM. 121021103

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN PARTISIPASI PEDAGANG DALAM MENJAGA KEBERSIHAN LINGKUNGAN

DI PASAR TERAPUNG KEC. TEMBILAHAN KOTA KAB. INDRAGIRI HILIR RIAU TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

NUR EVIANTRI

NIM. 121021103

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

ABSTRAK

Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh yang negatif terhadap kesehatan dan menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan. Pasar Terapung merupakan penghasil sampah terbesar di Tembilahan dan masih banyak ditemukan sampah yang berserakan di sekitar pasar.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah dan partisipasi pedagang dalam menjaga kebersihan lingkungan di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir tahun 2015.

Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh pedagang di Pasar Terapung yaitu 1.063 orang dan jumlah sampel 91 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sampling dengan undian. Data dianalisa secara deskriptif dengan menampilkan tabel frekuensi dan persen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan Pengelolaan Sampah di Pasar Terapung Tembilahan belum memenuhi syarat kesehatan yaitu masih banyak pedagang yang tidak memiliki tempat sampah yaitu 72,5% dan masih ada pedagang yang membuang sampah sembarangan yaitu 75,8%. Partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah pada kategori rendah yaitu 62,6%, Partisipasi pedagang dalam membuang sampah pada kategori rendah yaitu 72,5%, Partisipasi pedagang dalam pembayaran retribusi kebersihan pasar pada kategori rendah yaitu 71,4%, dan Partisipasi pedagang dalam peraturan kebersihan pada kategori rendah yaitu 63,7%.

Dengan demikian, pihak pengelola pasar bekerjasama dengan lintas sektor untuk dapat mengelola sampah pasar dengan baik dan memberikan informasi bagi pedagang mengenai pengelolaan sampah yang baik. Kepada pedagang juga diharapkan dapat menyediakan tempat sampah dan menjaga kebersihan lingkungan pasar.

Kata Kunci : Sistem Pengelolaan Sampah, Partisipasi Pedagang, Pasar Terapung


(5)

ABSTRACT

Garbage is something that is not used, unutilized, unpopular, or something that is disposed derived from human activities and does not happen by itself. The impact of increases in human activities results increase in garbage productions. Poor garbage management can cause a negative impact on health and a decline in the quality of the urban environment. Floating Market is the largest waste sources in Tembilahan and it is common to find rubbish strewn around the market.

The purpose of this study was to determine the waste management system and the participation of traiders in keeping the environment clean at Floating Market Kec.Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau in 2015.

This study used a descriptive survey with 1603 merchants in Floating Market Tembilahan as population and the number of samples of 91 traders. The sampling technique in this study is simple random sampling. Data was analyzed descriptively with a table showing the frequency and percentage.

The results showed that the implementation of Solid Waste Management at Floating Market Tembilahan does not meet health requirements where there are still many traders who do not have a trash can, namely 72.5% and there are traders who throw litter to the river, namely 75.8%. Traders participation in the provision of bins is in the lower categories, namely 62.6%, participation of traders in disposing of waste is in the low category, namely 72.5%, traders’ participation in the payment of the levy hygiene marketis in the lower categories, namely 71.4%, and the participation of traders in regulation of cleanliness is in the low category, namely 63.7%.

Thus, the market management in cooperation with the relevant sectors is suggested to be able to manage waste properly in the Floating Market and provide information to traders on good waste management. Traders are also expected to provide bins and to keep the market environment clean.

Key words : Waste Management System, Trader’s Participation, Floating Market


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, rasa syukur penulis kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pelaksanaan Pengelolaan Sampah dan Partisipasi Pedagang Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau Tahun 2015. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda, Ibunda, Kakak, Adik dan Suami tercinta yang selalu memberi doa, dukungan, dan motivasi sehingga penulis akhirnya menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dra. Nurmaini, MKM, PhD selaku dosen pembimbing I dan Ir. Indra Chahaya S, MSi selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan masukan dalam


(7)

5. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku penguji I dan dr. Taufik Ashar, MKM selaku penguji II yang telah memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Dra. Syarifah, MS selaku dosen penasehat akademi yang telah membimbing dan memberikan motivasi penulis selama perkuliahan di FKM USU.

7. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU yang telah membantu dan memberikan ilmunya kepada penulis.

8. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Indragiri Hilir yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

9. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

10. Seluruh teman-teman stambuk 2012 kelas Ekstensi khususnya Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU yang telah berjuang bersama-sama selama masa perkuliahan serta semua pihak yang telah berperan dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Agustus 2015


(8)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Eviantri Tempat Lahir : Kotabaru

Tanggal Lahir : 23 Oktober 1986 Suku Bangsa : Batak

Agama : Islam

Nama Ayah : H. Mahlun Siregar Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : Hj. T. Derlani Harahap Suku Bangsa Ibu : Batak

Pendidikan Normal :

1. SD/ Tamat Tahun : SDN 02 Tembilahan /1998 2. SLTP/ Tamat Tahun : SLTPN 2 Tembilahan /2001 3. SLTA/Tamat Tahun : SMUN 1 Tembilahan /2004

4. Akademi/Tamat Tahun : DIII Kesehatan Gigi Poltekkes Medan/2007 5. Lama Studi di FKM USU : Tahun 2012-2015

Riwayat Pekerjaan :


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Riwayat Hidup ... vi

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Pengertian Sampah ... 7

2.2 Jenis Sampah ... 8

2.3 Sumber-sumber Sampah ... 10

2.4 Faktor-faktor Yang Menpengaruhi Jumlah Sampah ... 11

2.5 Pelaksanaan Pengelolaan Sampah ... 13

2.5.1 Operasional Pengelolaan Sampah ... 13

2.5.2 Perwadahan Sampah ... 13

2.5.3 Pengumpulan Sampah ... 15

2.5.4 Pengangkutan Sampah ... 18

2.5.5 Pembuangan Sampah ... 19

2.6 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Kesehatan, Masyarakat dan Lingkungan ... 24


(10)

2.6.2 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat ... 25

2.6.3 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Lingkungan ... 25

2.7 Pengertian Pasar ... 26

2.8 Klasifikasi Pasar ... 26

2.9 Pengertian Partisipasi ... 29

2.10 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Pedagang ... 31

2.11 Kerangka Konsep ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 34

3.2.2 Waktu Penelitian ... 34

3.3 Populasi dan Sampel ... 35

3.3.1 Populasi ... 35

3.3.2 Sampel ... 35

3.3.3 Informan ... 36

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.4.1 Data Primer ... 36

3.4.2 Data Sekunder ... 36

3.5 Definisi Operasional ... 36

3.6 Aspek Pengukuran ... 38

3.6.1 Observasi Sistem Pengelolaan Sampah Pasar ... 38

3.6.2 Partisipasi Pedagang ... 41

3.7 Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 44

4.1 Gambaran Umum Pasar Terapung Tembilahan ... 44

4.2 Karakteristik Responden ... 45

4.2.1 Distribusi Pedagang Berdasarkan Lama Berdagang ... 45


(11)

4.4.1 Partisipasi Pedagang Tentang Penyediaan Tempat Sampah ... 51

4.4.2 Partisipasi Pedagang Tentang Pembuangan Sampah ... 52

4.4.3 Partisipasi Pedagang Tentang Pembayaran Retribusi Sampah ... 54

4.4.4 Partisipasi Pedagang Tentang Peraturan Kebersihan ... 55

BAB V PEMBAHASAN ... 57

5.1 Karakteristik Responden ... 57

5.2 Sistem Pengelolaan Sampah Pasar Terapung ... 57

5.2.1 Perwadahan Sampah ... 59

5.2.2 Pengumpulan Sampah ... 60

5.2.3 Pengangkutan Sampah ... 61

5.2.4 Pemusnahan dan Pengolahan Sampah ... 61

5.3 Partisipasi Pedagang ... 63

5.3.1 Partisipasi Pedagang Tentang Penyediaan Tempat Sampah ... 63

5.3.2 Partisipasi Pedagang Tentang Pembuangan Sampah ... 64

5.3.3 Partisipasi Pedagang Tentang Pembayaran Retribusi Sampah ... 64

5.3.4 Partisipasi Pedagang Tentang Peraturan Kebersihan ... 65

5.4 Sistem Pengelolaan Sampah Yang Memenuhi Syarat di Pasar Terapung Tembilahan ... 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

6.1 Kesimpulan ... 70

6.2 Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi pedagang berdasarkan lama berdagang di Pasar

Terapung Tembilahan ... 45 Tabel 4.2 Distribusi pedagang berdasarkan jenis dagangan di Pasar

Terapung Tembilahan ... 46 Tabel 4.3 Hasil observasi sistem pengelolaan sampah di Pasar Terapung

Tembilahan ... 47 Tabel 4.4 Hasil observasi partisipasi pedagang dalam menjaga kebersihan

lingkungan di Pasar Terapung Tembilahan ... 49 Tabel 4.5 Hasil wawancara partisipasi pedagang tentang penyediaan tempat

sampah di Pasar Terapung Tembilahan ... 51 Tabel 4.6 Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan penyediaan tempat

sampah di pasar Terapung Tembilahan ... 52 Tabel 4.7 Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang pembuangan sampah

di Pasar Terapung Tembilahan ... 53 Tabel 4.8 Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan pembuangan sampah

di pasar Terapung Tembilahan ... 54 Tabel 4.9 Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang Pembayaran

Retribusi Sampah di Pasar Terapung Tembilahan ... 54 Tabel 4.10 Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang peraturan

kebersihan di Pasar Terapung Tembilahan ... 55 Tabel 4.11 Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan peraturan kebersihan


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.6. Diagram Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan

(SNI 19-2454-2002) ... 13

Gambar 2.11. Kerangka Konsep ... 33

Gambar 4.1 Denah Pasar Terapung Tembilahan ... 45


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner untuk pedagang ... 74

Lampiran 2. Kuesioner untuk Dinas Kebersihan dan Disperindag ... 77

Lampiran 3. Lembar Observasi Lapangan ... 78

Lampiran 4. Lembar Observasi Pedagang ... 80

Lampiran 5. Surat Permohonan izin Penelitian ... 81

Lampiran 6. Surat Pelaksanaan Penelitian ... 82

Lampiran 7. Surat Keterangan Penelitian ... 83

Lampiran 8. Tabel Master ... 84

Lampiran 9. Hasil Olahan Tabel Distribusi Frekuensi ... 90

Lampiran 10. Denah TPS di pasar Terapung Tembilahan ... 99


(15)

ABSTRAK

Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh yang negatif terhadap kesehatan dan menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan. Pasar Terapung merupakan penghasil sampah terbesar di Tembilahan dan masih banyak ditemukan sampah yang berserakan di sekitar pasar.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah dan partisipasi pedagang dalam menjaga kebersihan lingkungan di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir tahun 2015.

Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh pedagang di Pasar Terapung yaitu 1.063 orang dan jumlah sampel 91 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sampling dengan undian. Data dianalisa secara deskriptif dengan menampilkan tabel frekuensi dan persen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan Pengelolaan Sampah di Pasar Terapung Tembilahan belum memenuhi syarat kesehatan yaitu masih banyak pedagang yang tidak memiliki tempat sampah yaitu 72,5% dan masih ada pedagang yang membuang sampah sembarangan yaitu 75,8%. Partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah pada kategori rendah yaitu 62,6%, Partisipasi pedagang dalam membuang sampah pada kategori rendah yaitu 72,5%, Partisipasi pedagang dalam pembayaran retribusi kebersihan pasar pada kategori rendah yaitu 71,4%, dan Partisipasi pedagang dalam peraturan kebersihan pada kategori rendah yaitu 63,7%.

Dengan demikian, pihak pengelola pasar bekerjasama dengan lintas sektor untuk dapat mengelola sampah pasar dengan baik dan memberikan informasi bagi pedagang mengenai pengelolaan sampah yang baik. Kepada pedagang juga diharapkan dapat menyediakan tempat sampah dan menjaga kebersihan lingkungan pasar.

Kata Kunci : Sistem Pengelolaan Sampah, Partisipasi Pedagang, Pasar Terapung


(16)

ABSTRACT

Garbage is something that is not used, unutilized, unpopular, or something that is disposed derived from human activities and does not happen by itself. The impact of increases in human activities results increase in garbage productions. Poor garbage management can cause a negative impact on health and a decline in the quality of the urban environment. Floating Market is the largest waste sources in Tembilahan and it is common to find rubbish strewn around the market.

The purpose of this study was to determine the waste management system and the participation of traiders in keeping the environment clean at Floating Market Kec.Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau in 2015.

This study used a descriptive survey with 1603 merchants in Floating Market Tembilahan as population and the number of samples of 91 traders. The sampling technique in this study is simple random sampling. Data was analyzed descriptively with a table showing the frequency and percentage.

The results showed that the implementation of Solid Waste Management at Floating Market Tembilahan does not meet health requirements where there are still many traders who do not have a trash can, namely 72.5% and there are traders who throw litter to the river, namely 75.8%. Traders participation in the provision of bins is in the lower categories, namely 62.6%, participation of traders in disposing of waste is in the low category, namely 72.5%, traders’ participation in the payment of the levy hygiene marketis in the lower categories, namely 71.4%, and the participation of traders in regulation of cleanliness is in the low category, namely 63.7%.

Thus, the market management in cooperation with the relevant sectors is suggested to be able to manage waste properly in the Floating Market and provide information to traders on good waste management. Traders are also expected to provide bins and to keep the market environment clean.

Key words : Waste Management System, Trader’s Participation, Floating Market


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Masalah sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena kurangnya pengertian masyarakat terhadap akibat-akibat yang dapat ditimbulkan oleh sampah. Faktor yang menyebabkan permasalahan sampah di Indonesia semakin rumit adalah meningkatnya taraf hidup masyarakat yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan dan juga partisipasi masyarakat yang kurang untuk memelihara kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya (Slamet, 2009).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 yang dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau/proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat yang terdiri atas sampah rumah tangga maupun sampah sejenis sampah rumah tangga. Sedangkan pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi perencanaan, pengurangan, dan penanganan sampah.

Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Dampak peningkatan aktivitas manusia, lebih lanjut mengakibatkan bertambahnya sampah. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya


(18)

kualitas lingkungan perkotaan karena pengelolaan persampahan yang kurang memadai. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan suatu cara untuk menangani masalah sampah tersebut sehingga fenomena sampah yang selama ini terjadi pada kota tidak menjadi masalah serius bagi warga masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan. Sejalan dengan itu, bahwa masalah persampahan telah mengakibatkan pencemaran lingkungan secara berantai, seperti bau busuk yang mengganggu, sumber penularan penyakit, tersumbatnya drainase dan sungai yang dapat mengakibatkan banjir. (Naatonis, 2010)

Salah satu permasalahan sampah yang cukup rumit adalah permasalahan sampah pasar, sebab selain jumlahnya yang relatif banyak, sampah pasar juga mempunyai problematik tersendiri. Keadaan ini terjadi di pasar tradisional sebagai salah satu wadah perekonomian sebagian besar masyarakat perkotaan. Aktivitas yang ada baik itu jual beli antara pedagang dengan pengunjung atau pembeli secara tidak langsung dapat menyebabkan adanya timbulan sampah pada pasar tersebut setiap harinya.(Naatonis, 2010)

Menurut penelitian Susanawati (2004) mengenai evaluasi pengelolaan sampah Pasar Johar berdasarkan persepsi pengelola dan pedagang serta arahan pengelolaannya di Kota Semarang, mengatakan bahwa pengelola sampah mengeluhkan tentang rendahnya partisipasi dari pedagang untuk ikut mengelola sampah di Pasar Johar, terutama mengenai pewadahan secara individual yang sangat diabaikan oleh pedagang. Pedagang juga mengeluhkan mengenai peralatan-peralatan yang digunakan untuk operasional pengelolaan sampah,


(19)

karena dinilai sering mengalami kerusakan dan pengelola tidak menyediakan peralatan cadangan sehingga mengakibatkan operasionalnya terhambat.

Menurut Naatonis (2010) dalam penelitiannya mengenai sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat di kampung nelayan Oesapa Kupang, menunjukkan pada subsistem pewadahan, sebagian besar masyarakat kampung nelayan (26,92%) sudah mempunyai pewadahan, namun belum memisahkan sampah menurut jenisnya. Sedangkan sistem pengumpulan yang dilakukan petugas kebersihan masih kurang karena 73,08% masyarakat kampung nelayan menyatakan kurang puas.

Menurut penelitian Zulkarnaini (2009) bahwa tingkat partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah Pasar Pagi Arengka Kota Pekanbaru berdasarkan kriteria Interpretasi skor secara keseluruhan tingkat partisipasi pedagang termasuk kategori sedang dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi adalah pendidikan, pendapatan, kepedulian terhadap sampah, peraturan, kondisi lingkungan dan fasilitas.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan, Pasar Terapung merupakan salah satu pasar pasar tradisional yang ada di kecamatan tembilahan kota kab. Indragiri hilir riau. Pasar terapung dibangun di atas sungai Indragiri. Gedung pasar ini memiliki 2 lantai. Lantai 1 terdiri dari para pedagang bahan mentah seperti sayur-sayuran, ikan, telur, buah-buahan dan lain-lain, di lantai 2 terdiri dari pedagang yang menjual makanan siap saji. Pengelolaan sampah tidak terlepas dari perilaku pedagang dalam mengelola sampah. Perilaku pedagang yang dimaksud


(20)

diantaranya perlakuan terhadap sampah sebelum dibuang, penyediaan tempat sampah, dan bahan pewadahan yang digunakan.

Sebagian besar pedagang di Pasar Terapung tidak memiliki tempat penampungan sampah yang memadai, masih banyaknya timbulan dan tumpukan sampah pada daerah sekitarnya (TPS), serta sebagian besar pedagang membuang sampah ke sungai karena letak pasar yang berada diatas sungai dan kurangnya petugas kebersihan di pasar Terapung.

Tempat penampungan sampah harus memenuhi syarat-syarat tempat sampah yang dianjurkan, seperti: konstruksinya kuat, tidak mudah bocor, tempat sampah mempunyai tutup, dan mudah untuk diangkat oleh satu orang. Kebanyakan mereka menggunakan keranjang sampah yang terbuat dari bambu, kardus dan kantong plastik. Pedagang yang tidak mempunyai kotak sampah mereka akan membuang sampah di sekitar tempat pedagang, sehingga menjadikan tempat tersebut kotor dan sebagian besar membuang ke sungai.

Tempat pengumpulan sampah yang terbuka dapat menjadikan tempat perkembangbiakan kuman penyakit, yang akan menjadi sumber infeksi. Dan tempat perkembangbiakannya vektor penyakit yang dapat menularkan penyakit melalui makanan dan minuman, serta ganguan estetika. Kondisi ini perlu dicermati agar tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Pewadahan sampah yang ada pada saat ini masih belum seragam, baik dari bentuk dan kapasitas serta bahannya. Mulai dari Pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan sementara hingga ke pembuangan akhir dinilai


(21)

mengkaji sistem pengelolaan sampah yang sesuai, dengan cara menganalisa sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah sampah yang berserakan disekitar pasar Terapung mengakibatkan pasar ini menjadi tidak rapi dan masih ada pedagang yang membuang sampah di sungai yang berada dibawah gedung. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan sampah dan partisipasi yang dilakukan pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan sampah dan partisipasi yang dilakukan pedagang untuk menciptakan lingkungan yang bersih di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pengelola pasar meliputi: perwadahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, dan Pembuangan akhir sampah yang dilaksanakan di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau. 2. Untuk mengetahui partisipasi pedagang dalam menciptakan lingkungan


(22)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi pihak pengelola Untuk dapat memberikan alternatif solusi terhadap system pengolahan Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau.

2. Untuk dapat kiranya membantu Dinas Kebersihan, pertamanan dan pemakaman Kab. Indragiri Hilir dalam penanggulangan sampah, khususnya sampah pasar.

3. Untuk dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman serta sebagai proses belajar bagi penulis dalam mengimplementasikan berbagai teori yang diperoleh di bangku perkuliahan selama proses belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan.

4. Sebagai informasi dan bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya pada bidang ilmu kesehatan lingkungan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah

Sampah ialah segala sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. (Slamet, 2009). Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. (Chandra, 2007)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 yang dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau/proses alam yang berbentuk padat.

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat yang terdiri atas sampah rumah tangga maupun sampah sejenis sampah rumah tangga.

Menurut SNI 19-2454-2002, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.

Berdasarkan pengertian sampah tersebut dapat disimpulkan bahwa sampah adalah suatu benda berbentuk padat yang berhubungan dengan aktifitas atau kegiatan manusia, yang tidak digunakan lagi, tidak disenangi dan dibuang secara saniter yaitu dengan cara-cara yang diterima umum sehingga perlu pengelolaan yang baik.


(24)

2.2 Jenis Sampah

1. Berdasarkan Asal Sampah

Menurut Gilbert dkk. dalam Artiningsih (2008), berdasarkan asalnya sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut :

a. Sampah Organik

Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting.

b. Sampah Anorganik

Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan Non hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi: sampah logam dan produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng. 2. Berdasarkan Sifat Fisik


(25)

a. Sampah Basah (Garbage)

Sampah golongan ini merupakan sisa-sisa pengolahan atau sisa sisa makanan dari rumah tangga atau merupakan timbulan hasil sisa makanan, seperti sayur mayur, yang mempunyai sifat mudah membusuk, sifat umumnya adalah mengandung air dan cepat membusuk sehingga mudah menimbulkan bau.

b. Sampah Kering (Rubbish)

Sampah golongan ini memang dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis: - Golongan sampah tak lapuk. Sampah jenis ini benar-benar tidak akan bisa

lapuk secara alami, sekalipun telah memakan waktu bertahun-tahun, contohnya kaca dan mika.

- Golongan sampah tak mudah lapuk. Sekalipun sulit lapuk, sampah jenis ini akan bisa lapuk perlahan-lahan secara alami. Sampah jenis ini masih bisa dipisahkan lagi atas sampah yang mudah terbakar, contohnya seperti kertas dan kayu, dan sampah tidak mudah lapuk yang tidak bisa terbakar, seperti kaleng dan kawat.

3. Berdasarkan Dapat dan Tidaknya Dibakar a. Sampah yang mudah terbakar

Sampah yang mudah terbakar, misalnya: kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan sebagainya.

b. Sampah yang tidak dapat terbakar

Sampah yang tidak dapat terbakar misalnya: kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya. (Chandra, 2007).


(26)

2.3 Sumber-Sumber Sampah

1) Sampah yang berasal dari pemukiman

Sampah disuatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampahbasah (garbage), sampah kering (rubbish), abu, atau sampah sisa tumbuhan.(Candra, 2007)

2) Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti: pasar, tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.( Aswar, 2002)

3) Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering, dan mudah terbakar.

4) Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari kertas, kardus, debu, batu-batuan, pasir, daun, palstik, dan sebagainya. (Candra, 2007)

5) Sampah yang berasal dari industri

Sampah dari proses industri ini misalnya sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, kaleng, dan sebagainya.(Candra, 2007)


(27)

6) Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa sayur-mayur, dan sebagainya.(Candra, 2007)

7) Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan

Sampah ini dapat berupa kotoran ternak, sisa makanan ternak, bangkai binatang, dan sebagainya. (Aswar, 2002)

2.4Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Sampah

Menurut Budiman Candra (2007), faktor-faktor yang memengaruhi jumlah sampah adalah sebagai berikut :

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk. Semakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempat atau ruang untuk menampung sampah kurang. Semakin meningkat aktivitas penduduk, sampah yang dihasilkan semakin banyak, misalnya pada aktivitas pembangunan, perdagangan, industri, dan sebagainya.

2. Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai

Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika dibandingkan dengan truk.

3. Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali

Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai ekonomi bagi golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi oleh keadaan, jika harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit.


(28)

4. Faktor geografis

Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, pantai, atau dataran rendah.

5. Faktor waktu

Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Jumlah sampah per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah sampah pada siang hari lebih banyak daripada jumlah di pagi hari, sedangkan sampah di daerah perdesaan tidak begitu bergantung pada faktor waktu.

6. Faktor sosial ekonomi dan budaya

Contoh, adat istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat. 7. Faktor musim

Pada musim hujan sampah mungkin akan tersangkut pada selokan pintu air, atau penyaringan air limbah.

8. Kebiasaan masyarakat

Contoh jika seseorang suka mengkonsumsi satu jenis makanan atau tanaman sampah makanan itu akan meningkat.

9. Kemajuan teknologi

Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Contoh plastik, kardus, rongsokan AC, TV, kulkas, dan sebagainya.

10. Jenis sampah

Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kompleks pula macam dan jenis sampahnya.


(29)

2.5 Pelaksanaan Pengelolaan Sampah 2.5.1 Operasional Pengelolaan Sampah

Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri dari kegiatan perwadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat terpadu dengan melakukan pemilahan sejak dari sumbernya. (SNI 19-2454-2002).

Gambar 2.5. Diagram Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan (SNI 19-2454-2002)

2.5.2 Perwadahan Sampah

Perawadah sampah yang dimaksud adalah wadah penampungan sampah yang berupa bak/bin/tong/kantong/keranjang sampah.(SNI 19-2454-2002) Sampah yang ada dilokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel, pasar dan sebagainya) ditempatkan dalam tempat sampah. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpul dalam tempat yang terpisah. Idealnya sampah basah hendaknya dikumpulkan bersama sampah basah. Demikian pula sampah kering,


(30)

sampah yang mudah terbakar, sampah yang tidak mudah terbakar dan lain sebagainya, hendaknya ditempatkan sendiri secara terpisah untuk mempermudah dalam pemusnahannya.(Candra, 2007)

Adapun syarat-syarat tempat sampah yang dianjurkan adalah :

a. Konstruksinya kuat, jadi tidak mudah bocor, penting untuk mencegah berserakannya sampah.

b. Tempat sampah mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan. Amat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotorkan tangan.

c. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh satu orang.

d. Macam tempat sampah yang dipakai untuk penyimpanan sampah ini banyak ragamnya. Di negara yang telah maju dipergunakan kertas plastik, atau kertas tebal. Sedangkan di Indonesia yang lazim ditemui adalah, keranjang plastik, rotan dan lain sebagainya. (Aswar, 2002)

Menurut SNI 19-2454-2002 pola pewadahan sampah dapat dibagi menjadi:

1. Sampah organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan dengan wadah warna gelap.

2. Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam dan lainnya, dengan wadah warna terang.


(31)

3. Sampah bahan berbahaya beracun rumah tangga (jenis sampah B3), dengan warna merah yang diberi lambang khusus atau semua ketentuan yang berlaku.

2.5.3 Pengumpulan Sampah

Sampah yang disimpan sementara di rumah, kantor atau restoran, tentu saja selanjutnya perlu dikumpulkan, untuk kemudian diangkut dan dibuang atau dimusnahkan. Karena jumlah sampah yang dikumpul cukup besar, maka perlu dibangun rumah sampah (dipo). Lazimnya penanganan masalahnya ini dilaksanakan oleh Pemerintah atau oleh masyarakat secara bergotong-royong. Tempat pengumpulan sampah ini tentunya harus pula memenuhi syarat kesehatan. (Candra, 2007)

Menurut Candra (2007) Syarat tempat pengumpulan sampah yang dianjurkan adalah:

a. Dibangun di atas permukaan setinggi kendaraan pengangkut sampah. b. Mempunyai dua buah pintu, satu untuk tempat masuk sampah dan yang

lain untuk mengeluarkannya.

c. Perlu ada lubang ventilasi, bertutup kawat kasa untuk mencegah masuknya lalat.

d. Di dalam rumah sampah harus ada keran air untuk membersihkan lantai. e. Tidak menjadi tempat tinggal lalat dan tikus.

f. Tempat tersebut mudah dicapai, baik oleh masyarakat yang akan mempergunakannya ataupun oleh kendaraan pengangkut sampah.


(32)

Jika sampah yang dihasilkan tidak begitu banyak, misalnya pada suatu komplek perumahan ataupun suatu asrama, dapat dibangun suatu container yang ditempatkan di daerah yang mudah dicapai penduduk serta mudah pula dicapai kendaraan pengangkut sampah. Umumnya suatu container dibangun dalam ukuran yang cukup besar untuk menampung jumlah sampah yang dihasilkan selama tiga hari. Sama halnya dengan penyimpanan sampah maka dalam pengumpulan sampah ini, sebaiknya juga dilakukan pemisahan. Untuk ini dikenal dua macam yakni:

a. Sistem duet, artinya disediakan dua tempat sampah yang satu untuk sampah

organik dan lain untuk sampah anorganik.

b. Sistem trio, yakni disediakan tiga bak sampah yang pertama untuk sampah organik, kedua untuk sampah anorganik yang mudah dibakar serta yang ketiga untuk sampah anorganik yang tidak mudah terbakar (kaleng, kaca, dan sebagainya). (Aswar, 2002).

Menurut SNI 19-2454-2002, Pola pengumpulan sampah terdiri dari : 1. Pola Individual Langsung

Pola individual langsung adalah cara pengumpulan sampah dari rumah sampah/sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui proses pemindahan. Pola individual langsung dengan persyaratan sebagai berikut:


(33)

b. Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan lainnya.

c. Kondisi dan jumlah alat memadai. d. Jumlah timbulan sampah > 0,3 m3/hari 2. Pola Individual Tak Langsung

Pola individual tak langsung adalah cara pengumpulan sampah dari masing-masing sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan (menggunakan gerobak) untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir. Dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya rendah. b. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.

c. Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung. d. Kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%).

e. Kondisi lebar jalan dapat dilalui alat pengumpul.

f. Organisasi pengelola harus siap dengan sistem pengendalian. 3. Pola Komunal Langsung

Pola komunal langsung adalah cara pengumpulan sampah dari masing-masing titik wadah komunal dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir. Dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Bila alat angkut terbatas.

b. Bila kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah. c. Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah.


(34)

e. Wadah komunal mudah dijangkau alat pengangkut. f. Untuk permukiman tidak teratur.

4. Pola Komunal Tak Langsung

Pola komunal tak langsung adalah cara pengumpulan sampah dari masing-masing titik wadah komunal dibawa ke lokasi pemindahan (menggunakan gerobak) untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir. Dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Peran serta masyarakat tinggi.

b. Penempatan wadah komunal mudah dicapai alat pengumpul. c. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.

d. Kondisi topografi relatif datar (< 5%).

e. Lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul. f. Organisasi pengelola harus ada.

2.5.4 Pengangkutan Sampah

Dari rumah sampah (dipo), sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan sampah dengan mempergunakan truk pengangkut sampah yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota. (Chandra, 2007)

Menurut SNI 19-2454-2002 persyaratan alat pengangkut yaitu:

1. Alat pengangkut sampah harus dilengkapi: dengan penutup sampah, minimal dengan jaring.

2. Tinggi bak maksimum 1,6 m. 3. Sebaiknya ada alat ungkit.


(35)

5. Bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah. Jenis peralatan dapat berupa:

1. Truk (ukuran besar dan kecil). 2. Dump truk/tipper truk.

3. Armroll truk. 4. Truk pemadat. 5. Truk dengan crane. 6. Mobil penyapu jalan. 7. Truk gandengan. 2.5.5 Pembuangan Sampah

Sampah yang telah dikumpulkan, selanjutnya perlu dibuang untuk dimusnahkan. Ditinjau dari perjalanan sampah, maka pembuangan atau pemusnahan ini adalah tahap terakhir yang harus dilakukan terhadap sampah. Pembuangan sampah biasanya dilakukan di daerah yang tertentu sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kesehatan manusia. Lazimnya syarat yang harus dipenuhi dalam membangun tempat pembuangan sampah adalah:

a. Tempat tersebut dibangun tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber air lainnya yang dipergunakan oleh manusia (mencuci, mandi, dan sebagainya)

b. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.

c. Di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia.

Adapun jarak yang sering dipakai sebagai pedoman ialah sekitar 2 km dari perumahan penduduk, sekitar 15 km dari laut serta sekitar 200 m dari sumber air.


(36)

Sebelum sampai ke tempat pembuangan dan atau pemusnahan ini, sampah perlu diangkut dahulu dari tempat-tempat pengumpulan sampah. Armada pengangkut sampah yang cukup jumlahnya amat diharapkan. Alat pengangkut tersebut sebaiknya kendaraan yang mempunyai tutup untuk mencegah berseraknya sampah serta melindungi dari bau. Karena pekerjaan yang seperti ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit, lazimnya ditangani oleh Pemerintah, yang dalam pelaksanaannya perlu mengikutsertakan masyarakat. (Aswar, 2002)

Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain: (Chandra,2007)

a. Sanitary landfill

Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat. Sanitary landfill yang baik harus memenuhi persyaratan berikut:

- Tersedia tempat yang luas.

- Tersedia tanah untuk menimbunnya. - Tersedia alat-alat besar

Lokasi sanitary landfill yang lama dan sudah tidak terpakai lagi dapat dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman, perkantoran, dan sebagainya.


(37)

b. Incineration

Incineration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik. Manfaat sistem ini, antara lain:

- Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya. - Tidak memerlukan ruang yang luas.

- Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap.

- Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini adalah biaya besar dan lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan penduduk.

c. Composting

Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organic oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos dan pupuk.

d. Hot feeding

Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (mis. Babi). Perlu diingat bahwa sampah basah tersebut harus diolah lebih dahulu (dimasak atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis ke hewan ternak.


(38)

e. Discharge to sewers

Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan air limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah memang baik.

f. Dumping

Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang, atau tempat sampah.

g. Dumping in water

Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir. h. Individual inceneration

Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk terutama di daerah perdesaan.

i. Recycling

Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai atau daur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat didaur ulang, antara lain, plastik, gelas, kaleng, besi, dan sebagainya.

j. Reduction

Metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari jenis garbage) sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian diolah untuk menghasilkan lemak.


(39)

k. Salvaging

Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya kertas bekas. Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan penyakit.

Menurut SNI 19-2454-2002 tentang teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan, secara umum teknologi pengolahan sampah dibedakan menjadi 3(tiga) metode yaitu:

a. Metode Open Dumping

Merupakan sistem pengolahan sampah dengan hanya membuang/menimbun sampah di suatu tempat tanpa ada perlakukan khusus/pengolahan sehingga sistem ini sering menimbulkan gangguan pencemaran lingkungan.

b. Metode Controlled Landfill (Penimbunan terkendali)

Controlled Landfill adalah sistem open dumping yang diperbaiki yang merupakan sistem pengalihan open dumping dan sanitary landfill yaitu dengan penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh yang dipadatkan atau setelah mencapai periode tertentu.

c. Metode Sanitary landfill (Lahan Urug Saniter)

Sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup. Pekerjaan pelapisan tanah penutup dilakukan setiap hari pada akhir jam operasi. Menurut SNI 19-2454-2002, Peralatan dan perlengkapan yang digunakan di TPA sampah sebagai berikut :


(40)

2. Crawl/track dozer untuk pemadatan pada tanah lunak. 3. Wheel dozer untuk peralatan, pengurugan.

4. Loader dan powershowel untuk penggalian, peralatan, pengurugan dan pemadatan.

5. Dragline untuk pengendalian dan pengurugan. 6. Scraper untuk pengurugan tanah dan pemerataan.

7. Kompaktor (landfril compactor) untuk pemadatan timbunan sampah pada lokasi dalam.

2.6 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Kesehatan, Masyarakat Dan Lingkungan.

2.6.1 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Kesehatan

Menurut Slamet (2009), pengaruh pengelolaan sampah terhadap kesehatan dikelompokkan menjadi:

1. Efek langsung

Yang dimaksud dengan efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah tersebut. misalnya, sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik, teratogenik, dan lainnya. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah ini dapat berasal dari sampah rumah tangga selain sampah industri.


(41)

kesehatan dapat terjadi karena tercemarnya air, tanah, dan udara. Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembangbiak di dalam sampah. Sampah bila ditimbun sembarangan dapat dipakai sarang lalat dan tikus. Lalat adalah vektor berbagai penyakit perut. Demikian juga halnya dengan tikus, selain merusak harta benda masyarakat, tikus juga sering membawa pinjal yang dapat menyebarkan penyakit Pest.

2.6.2 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat

Menurut Budiman Candra (2007) pengelolaan sampah disuatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat yaitu :

1. Sampah dapat dijadikan pupuk

2. Sampah dapat dijadikan sebagai makanan ternak.

3. Dapat menurunkan minat wisatawan untuk berkunjung kedaerah tersebut karena kondisi lingkungan yang buruk

4. Pengelolaaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial budaya masyarakat setempat.

2.6.3 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Lingkungan

Menurut Budiman Candra (2007), pengelolaan sampah juga berpengaruh terhadap lingkungan yaitu :

1. Sampah dapat digunakan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah.

2. Mengurangi tempat untuk berkembangbiak serangga atau binatang pengerat.


(42)

3. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat.

4. Pengelolaan sampah yang kurang baik apabila musim hujan sampah akan menumpuk dan mengakibatkan banjir dan pemcemaran lingkungan.

2.7 Pengertian Pasar

Menurut Peraturan Menteri Perdagangan (2008), pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya.

Pasar dalam arti sempit adalah suatu tempat pertemuan penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dan jasa. Sedangkan dalam pengertian secara luas pasar diartikan sebagai tempat bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk menjual barang/jasa dan pembeli yang menggunakan uang untuk membeli barang dengan harga tertentu (Adhyzal, 2003).

2.8 Klasifikasi Pasar

Pasar menurut sifat atau jenis barang yang diperjualbelikan disebut juga pasar konkrit. Pasar konkrit (pasar nyata) adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli yang dilakukan secara langsung. Penjual dan pembeli bertemu untuk melakukan transaksi jual beli (tawarmenawar). Barang-barang yang diperjualbelikan di pasar konkrit terdiri atas berbagai jenis barang yang ada di tempat tersebut. Contoh pasar konkrit yaitu pasar tradisional, supermarket, dan


(43)

Misalnya pasar buah hanya menjual buahbuahan, pasar hewan hanya melayani jual beli hewan, pasar sayur hanya menjual sayur-mayur (Adhyzal, 2003).

Pasar konkrit pada kenyataannya dapat dikelompokkan menjadi berbagai bentuk yaitu pasar konkrit berdasarkan manajemen pengelolaan, manajemen pelayanan, jumlah barang yang dijual, banyak sedikit barang yang dijual, dan ragam barang yang dijual (Adhyzal, 2003).

1) Berdasarkan Manajemen Pengelolaan a) Pasar Tradisional.

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat. Tempat usahanya dapat berbentuk toko, kios, los, dan tenda yang menyediakan barang-barang konsumsi sehari-hari masyarakat. Pasar tradisional biasanya dikelola oleh pedagang kecil, menengah, dan koperasi. Proses penjualan dan pembelian dilakukan dengan tawar-menawar.

b) Pasar Modern.

Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, dan koperasi yang dikelola secara modern. Pada umumnya pasar modern menjual barang kebutuhan sehari-hari dan barang lain yang sifatnya tahan lama. Modal usaha yang dikelola oleh pedagang jumlahnya besar. Kenyamanan berbelanja bagi pembeli sangat diutamakan. Biasanya penjual memasang label harga pada setiap barang. Contoh pasar modern yaitu plaza, supermarket, hipermart, dan shopping centre.

2) Berdasarkan Manajemen Pelayanan. a) Pasar Swalayan (supermarket).


(44)

Pasar swalayan adalah pasar yang menyediakan barang-barang kebutuhan masyarakat, pembeli bisa memilih barang secara langsung dan melayani diri sendiri barang yang diinginkan. Biasanya barangbarang yang dijual barang kebutuhan sehari-hari sampai elektronik. Seperti sayuran, beras, daging, perlengkapan mandi sampai radio dan televisi.

b) Pertokoan (shopping centre).

Shopping centre (pertokoan) adalah bangunan pertokoan yang berderet-deret di tepi jalan. Biasanya atas peran pemerintah ditetapkan sebagai wilayah khusus pertokoan. Shopping centre berbentuk ruko yaitu perumahan dan pertokoan, sehingga dapat dijadikan tempat tinggal pemiliknya atau penyewa. c) Mall/plaza/supermall.

Mall/plaza/supermall adalah tempat atau bangunan untuk usaha yang lebih besar yang dimiliki/disewakan baik pada perorangan, kelompok tertentu masyarakat, atau koperasi. Pasar ini biasanya dilengkapi sarana hiburan, rekreasi, ruang pameran, gedung bioskop, dan seterusnya.

3) Berdasarkan Jumlah Barang Yang Dijual. a) Pasar Eceran.

Pasar eceran adalah tempat kegiatan atau usaha perdagangan yang menjual barang dalam partai kecil. Contoh toko-toko kelontong, pedagang kaki lima, pedagang asongan, dan sebagainya.

b) Pasar Grosir.


(45)

lain-lain. Pasar grosir dimiliki oleh pedagang besar dan pembelinya pedagang eceran. Contoh: pusat-pusat grosir, makro, dan sebagainya (Adhyzal, 2003).

2.9 Pengertian Partisipasi

Menurut Mubyarto yang dikutip oleh Abu Huraerah (2008) partisipasi adalah tindakan mengambil bagian dalam kegiatan, sedangkan partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam suatu proses pembangunan di mana masyarakat ikut terlibat mulai dari tahap penyusunan program, perencanaan dan pembangunan, perumusan kebijakan, dan pengambilan keputusan.

Menurut Sulaiman yang dikutip oleh Abu Huraerah (2008) partisipasi sosial sebagai keterlibatan aktif warga masyarakat secara perorangan, kelompok, atau dalam kesatuan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan bersama, perencanaan dan pelaksanaan program serta usaha pelayanan dan pembangunan kesejahteraan sosial di dalam dan atau di luar lingkungan masyarakat atas dasar rasa kesadaran tanggung jawab sosialnya.

Menurut Isbandi yang dikutip oleh Abu Huraerah (2008) partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Menurut Mikkelsen yang dikutip oleh Abu Huraerah (2008) dalam mendefenisikan partisipasi, Mikkelsen membaginya ke dalam 6 bagian yaitu :


(46)

(1) Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan;

(2) Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan;

(3) Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri;

(4) Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu;

(5) Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial; (6) Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,

kehidupan, dan lingkungan mereka.

Dari beberapa defenisi partisipasi masyarakat yang dikemukakan oleh beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan partisipasi masyarakat adalah sesuatu melibatkan masyarakat bukan hanya kepada proses pelaksanaan kegiatan saja, tetapi juga melibatkan masyarakat dalam hal perencanaan dan pengembangan dari pelaksanaan program tersebut, termasuk menikmati hasil dari pelaksanaan program tersebut.


(47)

kegiatan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai kepada proses pengembangan kegiatan atau program tersebut.

2.10 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Pedagang

Dikutip dalam Zulkarnaini (2009), Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah di pasar adalah sebagai berikut: 1. Faktor Internal

Faktor Internal yang mempengaruhi tingkat partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah di pasar, meliputi pendidikan, pendapatan, kepedulian terhadap sampah, dan pengetahuan tentang sampah.

a) Pendidikan

Salah satu tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dalam berpartisipasinya ditentukan oleh tingkat pendidikan.

b) Penghasilan

Penghasilan pedagang dibagi menjadi dua kelompok yaitu pendapatan bersih dari usaha dan pendapatan sampingan.

c) Kepedulian terhadap Sampah

Kepedulian terhadap sampah meliputi pemisahan bentuk sampah (antara kering dan basah), sistem pembuangan sampah, dimana sampah terlebih dahulu dikumpulkan pada wadah kantong plastik atau keranjang bambu, kemudian diangkut dengan truk.


(48)

d) Pengetahuan tentang Sampah

Pengetahuan tentang sampah meliputi jenis sampah, cara pengolahan dan pemanfaatan sampah, dampak dari sampah terhadap kesehatan, dan dampak dari sampah terhadap lingkungan.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah di pasar, meliputi :

a. Peraturan,

b. Bimbingan penyuluhan, c. Kondisi lingkungan, d. Fasilitas.

3. Partisipasi Pedagang Dalam Pengelolaan Sampah

Partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah meliputi : a. Kebiasaan mengumpulkan sampah dagangan,

b. Menegur orang membuang sampah sembarangan, c. Memberikan gagasan untuk kegiatan kebersihan,

d. Menghadiri rapat/pertemuan untuk membicaran masalah kebersihan, e. Membayar retribusi sampah pasar,

f. Membuang sampah pada tempatnya,

g. Menjaga kondisi kebersihan sampah di tempat berusaha, h. Menyediakan tempat sampah sementara sendiri,


(49)

j. Melakukan evaluasi bersama terhadap kebersihan di lingkungan sekitar pasar.

2.11 Kerangka Konsep

Gambar 2.11 Skema Kerangka Konsep System Pengelolaan

Sampah Pasar :

1. Perwadahan sampah 2. Pengumpulan sampah 3. Pengangkutan sampah

4. Pembuangan sampah

Partisipasi Pedagang : 1. Penyediaan Tempat

sampah

2. Pembuangan Sampah 3. Pembayaran Retribusi 4. Peraturan Kebersihan


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif, bertujuan untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir dan partisipasi pedagang dalam menjaga kebersihan lingkungan di pasar Terapung.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah karena belum pernah dilakukan penelitian tentang pelaksanaan pengelolaan sampah dan partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan yang bersih di pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau, serta kondisi pasar masih buruk, seperti masih banyak sampah yang berserakan dan menimbulkan bau yang tidak sedap serta lokasi pasar yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April s/d Juni tahun 2015, mulai dari pengambilan dan pengumpulan data serta mempelajari sistem pengelolaan sampahnya.


(51)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pedagang yang berjualan di Pasar Terapung yang berjumlah 1.063 kios/los dengan rincian Blok A ada 76 Kios/los, Blok B ada 55 Kios/Los, TPS I ada 102 Kios/Los, TPS II ada 328 Kios/los, Blok Sembako ada 328 Kios/los, dan Blok Ikan ada 210 Kios/Los

3.3.2. Sampel

Dalam penelitian ini sampel adalah sebagian dari populasi yang berada di pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau. Teknik pengambilan sampel yang digunakan berdasarkan rumus Slovin (Notoatmodjo, 2002). Sebagai patokan untuk menentukan ukuran sampel minimal yang harus diambil, yaitu:

� = Keterangan :

n = Sampel N = Populasi

d = Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan (0,1) Sehingga,

= 91,4 sampel/orang (jadi jumlah sampel yang diambil 91 orang) Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling dengan cara undian yaitu menulis nama-nama kios di pasar diatas kertas undian, lalu kertas-kertas tersebut di ambil secara acak sebanyak 91 kertas.

N 1+N (d2)


(52)

Kemudian 91 kertas tersebut dibuka untuk melihat nama kios yang menjadi sampel.

3.3.3 Infoman

Dalam penelitian ini, penulis juga memperoleh data atau informasi dari Kapala Bidang Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. INHIL dan Kepala Seksi Kebersihan Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kab. INHIL dengan menggunakan kuesioner.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil observasi tentang pengelolaan Sampah di pasar Terapung dan melakukan wawancara dengan mempergunakan kuesioner kepada pedagang yang berjualan di Pasar Terapung, serta wawancara dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. INHIL dan Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kab. INHIL.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data yang ada di Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kab. Indragiri Hilir Riau serta instansi pemerintah yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.5 Defenisi Operasional

1. Sistem pengelolaan sampah adalah seluruh kegiatan yang dimulai dari pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah,


(53)

pembuangan sampah yang dilaksanakan di pasar Terapung yang dilakukan oleh petugas kebersihan dan pengelola pasar.

2. Perwadahan sampah adalah upaya yang dilakukan oleh pedagang di setiap kios/loods yang dimasukkan ke tempat sampah (ember sampah, tong, keranjang, kantung plastik).

3. Pengumpulan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh petugas kebersihan pasar dengan mengumpulkan sampah dari setiap tempat sampah yang dimiliki pedagang maupun sampah yang berserakan kemudian membuang ke tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) sebelum diangkut/dibuang ke TPA.

4. Pengangkutan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh petugas pengangkut sampah yang mengangkut sampah dari tempat pengumpulan sampah dan membawanya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

5. Pembuangan dan pengolahan sampah adalah kegiatan pemusnahan atau pembuangan sampah di tempat penampungan akhir dan kemudian diolah di TPA.

6. Partisipasi pedagang adalah keikutsertaan pedagang dengan kesadaran sendiri dalam menjaga kebersihan lingkungan serta usaha keberhasilan pengelolaan sampah yang terdiri dari: penyediaan tempat sampah, pembuangan sampah, pembayaran retribusi, dan peraturan kebersihan.


(54)

7. Penyediaan tempat sampah adalah keikutsertaan pedagang dalam kepemilikan tempat sampah untuk menciptakan lingkungan pasar yang bersih

8. Pembuangan sampah adalah keikutsertaan pedagang dengan kesadaran sendiri dalam hal membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan lingkungan tempat berjualan.

9. Pembayaran retribusi adalah keikutsertaan pedagang dalam pembayaran iuran kebersihan pasar yang dikutip oleh pihak Pengelola Pasar.

10.Peraturan kebersihan adalah peraturan yang diterapkan oleh pihak pengelola pasar untuk menjaga kebersihan pasar.

11.Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat yaitu sampah tidak berserakan dimana-mana, tempat-tempat sampah tersedia dengan cukup, sampah yang terkumpul dibuang tepat pada waktunya dan tidak menjadi sarang lalat dan tempat berkembangbiaknya binatang pengganggu lainnya.

3.6 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran berupa kuesioner yang ditujukan kepada responden, yaitu pedagang di Pasar Terapung Kec. Tembilahan Kota Kab. Indragiri Hilir Riau yang berkaitan dengan partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di pasar dan observasi pengelolaan sampah pasar Terapung.

3.6.1 Observasi sistem pengelolaan sampah pasar a. Perwadahan sampah


(55)

- Apabila tempat sampah yang dipakai kedap air, - tidak mudah dilobangi tikus, rata bagian dalam/halus, - memiliki tutup,

- mudah diisi dan dikosongkan serta mudah dibersihkan Tidak memenuhi syarat :

- Apabila tempat sampah yang dipakai tidak kedap air, - Mudah dilobangi tikus,

- Tidak mempunyai tutup,

- Hanya berupa tumpukan biasa dan mudah berserakan b. Pengumpulan sampah

Untuk menilai pengumpulan sampah digunakan kriteria sebagai berikut: Memenuhi syarat :

- Apabila terdapat peralatan pengumpulan dan peralatan tidak bocor/rusak,

- Frekuensi pengumpulan 1 hari sekali, - Mempunyai petugas pelaksana yang tetap

- Dibedakan tempat sampah yang mudah membusuk dan tidak mudah membusuk,

- Semua sampah terkumpul dari setiap kios/loods dan tidak ada sisa, - TPS mudah untuk memasukkan/mengosongkan sampah dan tidak

mudah berserakan, - TPS dilengkapi tutup - Jauh dari penjaja makanan,


(56)

- TPS tidak terlalu penuh oleh sampah, sampah tidak berserakan, dan TPS tidak menimbulkan bau.

Tidak memenuhi syarat :

- Apabila tidak terdapat peralatan pengumpulan, peralatan bocor/rusak, - Frekuensi pengumpulan 3 hari sekali,

- Tidak mempunyai petugas pelaksana yang tetap, tidak dibedakan tempat sampah yang mudah membusuk dan tidak mudah membusuk, - Banyak sampah yang tidak terkumpul dari kios/loods,

- Hanya berupa tumpukan biasa, mudah berserakan, menyulitkan untuk mengangkut,

- Tumpukan sampah melebihi daya tampung TPS, sampah berserakan dan menimbulkan bau.

c. Pengangkutan sampah

Untuk menilai pengangkutan sampah digunakan kriteria sebagai berikut: Memenuhi syarat :

- Apabila sampah yang ada di TPS terangkut habis semuanya setiap hari,

- Frekuensi pengangkutan ke TPA 1 hari sekali, - Truk pengangkut sampah memiliki tutup Tidak memenuhi syarat :

- Apabila sampah yang ada di TPS tidak terangkut habis semuanya setiap hari,


(57)

d. Pembuangan dan pengolahan sampah

Untuk menilai pengolahan sampah digunakan kriteria sebagai berikut: Memenuhi syarat : Apabila pengumpulan dan penumpukan sampah

yang dijadikan bahan pupuk dan proses pematangan pupuk tidak merupakan tempat perindukan serangga dan binatang pengerat serta memperhatikan prinsip estetika

Tidak memenuhi syarat : Apabila pengumpulan dan penumpukan sampah yang dijadikan bahan pupuk dan proses pematangan pupuk terdapat tempat perindukan serangga dan binatang pengerat serta tidak memperhatikan prinsip estetika

3.6.2 Partisipasi Pedagang a. Penyediaan Tempat Sampah

Untuk Penyediaan tempat sampah responden diukur dengan 5 pertanyaan, dengan ketentuan sebagai berikut :

- jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 2; - jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0;

Sehingga diperoleh skor tertinggi = 10. Selanjutnya dikategorikan atas tinggi, sedang, dan rendah dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Tinggi, jika responden dapat menjawab > 75% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skore > 7.


(58)

2. Sedang, jika responden dapat menjawab 40%-75% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skore 4–7.

3. Rendah, jika responden dapat menjawab < 40% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skore < 4.

b. Pembuangan Sampah

Untuk pembuangan sampah responden diukur dengan 5 pertanyaan, dengan ketentuan sebagai berikut :

- jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 2; - jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0;

Sehingga diperoleh skor tertinggi = 10. Selanjutnya dikategorikan atas tinggi, sedang, dan rendah dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Tinggi, jika responden dapat menjawab > 75% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skore > 7.

2. Sedang, jika responden dapat menjawab 40%-75% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skore 4–7.

3. Rendah, jika responden dapat menjawab < 40% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skore < 4.

c. Pembayaran Retribusi Kebersihan

Untuk pembayaran retribusi kebersihan responden diukur dengan 1 pertanyaan, dengan ketentuan sebagai berikut :

- jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 2; - jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0.


(59)

d. Peraturan Kebersihan

Untuk peraturan kebersihan responden diukur dengan 4 pertanyaan, dengan ketentuan sebagai berikut :

- jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 2; - jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0;

Sehingga diperoleh skor tertinggi = 8. Selanjutnya dikategorikan atas tinggi, sedang, dan rendah dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Tinggi, jika responden dapat menjawab > 75% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skore > 6.

2. Sedang, jika responden dapat menjawab 40%-75% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skore 3–6.

3. Rendah, jika responden dapat menjawab < 40% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skore < 3.

3.7 Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan tabel distribusi frekuensi yang selanjutnya akan dideskripsikan.


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Pasar Terapung

Pasar Terapung merupakan salah satu pasar Tradisional yang ada di kabupaten Indragiri Hilir. Lokasi pasar terletak di jalan Yos Sudarso dan berada di atas sungai Indragiri Hilir. Sebelum menjadi pasar terapung, lokasi ini merupakan Tempat Penampungan Ikan sementara dari para nelayan di sekitar Tembilahan. Pada tahun 1990-an tempat ini di jadikan pasar ikan dan sayuran. Pasar Terapung mulai dibangun pada tahun 2002 dan diresmikan pada tahun 2004. Pemberian nama terapung karena letaknya diatas sungai dan apabila air sungai musim pasang maka bangunannya seperti terapung di atas sungai.

Pasar terapung memiliki 2 gedung utama yang terdiri dari 2 lantai yaitu lantai 1 menjual barang-barang mentah dan lantai 2 menjual makanan dan minuman. Selain itu, pasar terapung memiliki gedung tanbahan yang disebut blok Tempat Penjualan Sementara (TPS). Ukuran luas kios/los masing-masing terbagi dalam 2 kategori, yaitu 2x2M dan 2x3M. Jumlah kios di Pasar Terapung berjumlah 1063 kios. Tahun 2006 terjadi kebakaran yang menghanguskan 360 kios, 60 kios dilantai 2 (dua) dan 300 kios di lantai 1 (satu). Semenjak kejadian itu para pedagang banyak yang tidak berjualan lagi di daerah kebakaran tersebut dan di pindahkan di sekitaran pasar (depan gedung pasar) sekarang disebut blok TPS. Pada tahun 2014 pasar terapung mengalami perubahan nama menjadi pasar Terapung Selodang Kelapa. Denah lokasi Pasar Terapung Tembilahan dapat


(61)

Gambar 4.1 Denah Pasar Terapung Tembilahan 4.2 Karakteristik Responden

4.2.1 Distribusi Pedagang Berdasarkan Lama Berdagang

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para pedagang didapat hasil lama berdagang pedagang yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi pedagang berdasarkan lama berdagang di Pasar Terapung Tembilahan.

No Lama berdagang (tahun) Jumlah pedagang (orang)

persen 1.

2. 3. 4.

< 5 6-15 16-25

> 26

17 60 9 5

18,7 65,9 9,9 5,5

Total 91 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa pedagang yang berdagang di pasar Terapung < 5 tahun ada 17 orang (18,7%), 6-15 tahun ada 60


(62)

orang (65,9%), 16-25 tahun ada 9 orang (9,9%) dan > 26 tahun ada 5 orang (5,5%).

4.2.2 Distribusi Pedagang Berdasarkan Jenis Dagangan

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para pedagang didapat hasil jenis dagangan pedagang yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi pedagang berdasarkan jenis dagangan di Pasar Terapung Tembilahan,

No Jenis Dagangan Jumlah pedagang

(orang) Persen 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Ayam Daging Ikan Sayur Tahu, tempe Ikan kering Aksesoris/kosmetik Pecah belah Bumbu, rempah-rempah Sembako

Makanan dan minuman Cabe, bawang 5 3 15 10 8 8 5 3 5 15 6 8 5,5 3,3 16,5 11,0 8,8 8,8 5,5 3,3 5,5 16,5 6,6 8,8

Total 91 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, dapat diketahui bahwa pedagang yang menjual jenis dagangan ayam ada 5 orang (5,5%), daging ada 3 orang (3,3%), ikan ada 15 orang (16,5%), sayur ada 10 orang (11,0%), tahu/tempe ada 8 orang


(63)

pecah belah ada 3 orang (3,3%), bumbu/rempah-rempah ada 5 orang (5,5%), sembako ada 15 orang (16,5%), makanan dan minuman ada 6 orang (6,6%), dan cabe/bawang ada 8 orang (8,8%).

4.3 Pengelolaaan Sampah Pasar Terapung

Sampah yang dihasilkan dari aktivitas penjual dan pembeli di Pasar Terapung dapat dikelompokan menjadi sampah organik dan anorganik.berdasarkan jumlah sampah yang dihasilkan di Pasar setiap harinya, jumlah sampah organik lebih banyak dibandingkan dengan jumlah sampah anorganik. Sampaah organik berasal dari sisa-sisa makanan, sayuran, kulit buah dan dedaunan. Sampah anorganik berasal dari plastik, botol-botol plastik, kaca, besi dan kaleng-kaleng.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di Pasar Terapung Tembilahan tentang sistem pengelolaan sampah pasar yang meliputi perwadahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, dan pengolahan sampah dapat dilihat secara rinci yang disajikan dalam bentuk tabel berikut:

Tabel 4.3 Hasil observasi sistem pengelolaan sampah di Pasar Terapung Tembilahan.

No Indikator Kategori

Ya Tidak I Perwadahan Sampah

1. Setiap kios/los tersedia tempat sampah 

2. Tempat sampah dibedakan antara sampah basah dan sampah kering.

 3. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kedap air, tidak

mudah dilubangi tikus dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.

4. Tempat sampah mempunyai tutup yang mudah dibuka

dan ditutup tanpa pengotoran tangan


(64)

Tabel 4.3 (lanjutan)

II Pengumpulan Sampah

1. Tersedia tempat penampungan sampah sementara

(TPS) yang kuat, kedap air dan mudah di bersihkan

2. Tempat sampah dibedakan antara tempat sampah yang

mudah membusuk dengan yang tidak mudah membusuk

3. Frekuensi pengumpulan 1 hari sekali 

4. Mempunyai petugas pelaksana yang tetap 

5. Semua sampah terkumpul dari setiap kios/loods dan tidak ada sisa

6. TPS dilengkapi tutup 

7. TPS terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah dan jaraknya minimal 10 meter dari gedung pasar

 8. TPS tidak berada pada jalur utama pasar dan jauh dari

penjaja makanan

9. TPS tidak terlalu penuh oleh sampah, sampah tidak berserakan dan tidak menimbulkan bau

III Pengangkutan Sampah

1 Sampah diangkut 1x24 jam dari TPS 

2 Sampah terangkut semua 

3 Tersedia petugas pengangkut sampah (petugas kebersihan) dari TPS ke TPA

4 Truk pengangkut sampah memiliki penutup  IV Pembuangan dan Pengolahan Sampah

1 Tumpukan sampah di TPA tidak merupakan tempat perindukan serangga dan binatang pengerat

 2 Timbulan sampah basah dan kering dikelola sesuai

peraturan yang ada

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa pada indikator Perwadahan sampah dari 4 kriteria yang tidak memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan masih ada kios/los yang tidak memiliki tempat sampah dan tempat sampah yang ada tidak memenuhi syarat kesehatan.


(65)

frekuensi pengumpulan sampah dilakukan 1 kali sehari. Secara keseluruhan tahap pengumpulan sampah masih dalam kategori tidak memenuhi syarat kesehatan.

Pada indikator pengangkutan sampah dari 4 kriteria ada 2 kriteria yang memenuhi syarat dan 2 kriteria yang tidak memenuhi syarat. Indikator yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah sampah yang ada di TPS tidak semua terangkut ke TPA dan truk pengangkut sampah tidak memiliki tutup. Secara keseluruhan tahap pengangkutan sampah dalam kategori tidak memenuhi syarat kesehatan.

Pada indikator pembuangan dan pengolahan sampah dari 2 kriteria ada 1 kriteria yang memenuhi syarat dan 1 kriteria tidak memenuhi syarat yaitu tumpukan sampah yang ada di TPA tidak diolah dan tumpukan sampah menjadi tempat perindukan serangga dan binatang pengerat. Secara keseluruhan dari tahap pembuangan dan pengolahan sampah dalam kategori tidak memenuhi syarat kesehatan.

4.4 Partisipasi Pedagang

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kepada para pedagang tentang partisipasi pedgang dalam menjaga kebersihan lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Hasil observasi dan pertanyaan partisipasi pedagang dalam menjaga kebersihan lingkungan di Pasar Terapung Tembilahan.

Observasi dan Pertanyaan Ya Tidak

n % n %

Memiliki tempat sampah. 25 27,5 66 72,5 Tempat sampah terpisah, sampah yang mudah

membusuk dan sampah yang tidak mudah membusuk.

0 0 25 100,0


(66)

Tabel 4.4 (lanjutan)

Tempat sampah tertutup dan kedap air 0 0 25 100,0 Tempat sampah terbuka dan kedap air 13 52,0 12 48,0 Tempat sampah terbuka dan tidak kedap air 12 48,0 13 52,0 Jenis sampah yang banyak di buang adalah

sampah dapur (sisa makanan, sayur-sayuran)

63 69,2 28 30,8 Kondisi kios/los kotor dan sampah berserakan di

lantai

42 46,2 49 53,8 Peralatan kebersihan tersedia (sapu, sekop, sapu

lidi)

91 100,0 0 0 Membuang sampah ke Tempat Penampungan

Sementara?

22 24,2 69 75,8 Membersihkan kios/los setelah selesai berdagang? 65 71,4 26 28,6 Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa pedagang yang memiliki tempat sampah ada 25 orang (27,5%) dan yang tidak memiliki tempat sampah ada 66 orang (72,5%). Seluruh tempat sampah tidak dipisahkan antara sampah yang mudah membusuk dengan sampah yang tidak mudah membusuk dan tempat sampahnya mudah dibersihkan dan diangkat. Jenis tempat sampah yang dimiliki pedagang, ada 13 orang (52%) tempat sampahnya terbuka dan kedap air, dan ada 12 orang (48%) tempat sampahnya terbuka dan tidak kedap air. Setiap pedagang memiliki peralatan kebersihan, membersihkan kios mereka setelah berjualan, namun masih ada juga kondisi kios/los pedagang yang kotor dan sampah berserakan (46,2%). Pedagang yang membuang sampahnya langsung ke TPS ada 22 orang (24,5%).

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para pedagang maka partisipasi yang dilakukan pedagang dalam menciptakan lingkungan bersih di pasar Terapung Tembilahan dapat dilihat secara rinci yang


(67)

4.4.1 Partisipasi Pedagang Tentang Penyediaan Tempat Sampah

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada para pedagang tentang Penyediaan Tempat Sampah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Hasil wawancara partisipasi pedagang tentang penyediaan tempat sampah di Pasar Terapung Tembilahan.

Penyediaan tempat sampah Jumlah

(pedagang)

Persen (%)

Memiliki Tempat Sampah Ya Tidak 25 66 27,5 72,5

Total 91 100,0

Alasan tidak ada tempat sampah Karena tidak penting

Karena biasa buang ke sungai

29 37

43,9 56,1

Total 66 100,0

Meletakan tempat sampah

Di setiap kios/los pedagang, WC umum dan Mushala. Tidak tahu 76 15 83,5 16,5

Total 91 100,0

Yang menyediakan Tempat Sampah Pedagang dan pengelola pasar

Tidak tahu

37 54

40,7 59,3

Total 91 100,0

Jenis Tempat Sampah yang memenuhi syarat Tertutup dan kedap air

Terbuka dan tidak kedap air/kedap air

21 70

23,1 76,9

Total 91 100,0

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa ada 25 pedagang (27,5%) mempunyai tempat sampah dan 66 pedagang (50,6%) tidak mempunyai tempat sampah. Alasan pedagang tidak mempunyai tempat sampah karena tidak penting ada 29 pedagang (31,9%) dan karena biasa buang ke sungai ada 37 pedagang (40,7%). Pendapat pedagang tentang letak tempat sampah seharusnya di setiap kios/los pedagang, WC umum dan mushala ada 76 pedagang (83,5%) dan


(68)

yang menjawab tidak tahu ada 15 pedagang (16,5%). Menurut pedagang yang seharusnya menyediakan tempat sampah adalah pedagang dan pengelola pasar sebanyak 37 pedagang (40,7%) dan tidak tahu ada 54 pedagang (59,3%). Menurut pedagang tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan adalah tertutup dan kedap air ada 21 pedagang (23,1%), dan terbuka dan kedap air/tidak kedap air ada 70 pedagang (76,9%). Partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di pasar Terapung Tembilahan dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6 Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan penyediaan tempat sampah di pasar Terapung Tembilahan

Partisipasi Penyediaan tempat sampah

Jumlah (pedagang) Persen (%) Tinggi

Sedang Rendah

6 28 57

6,6 30,8 62,6

Total 91 100,0

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di Pasar Terapung berada pada kategori tinggi yaitu 6 orang (6,6%), sedang yaitu 28 orang (30,8%) dan kategori rendah yaitu 57 orang (62,6%). Secara keseluruhan partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di pasar Terapung masih pada kategori rendah.

4.4.2 Partisipasi Pedagang Tentang Pembuangan Sampah

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para pedagang tentang pembuangan sampah dapat dilihat pada tabel berikut:


(1)

Apakah dilakukan pemisahan tempat sampah yang mudah busuk dgn tempat sampah yang tidak busuk?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak punya tempat

sampah

66 72.5 72.5 72.5

Tidak 25 27.5 27.5 100.0

Total 91 100.0 100.0

Apakah tempat sampah mudah di bersihkan dan diangkat?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak punya tempat

sampah

66 72.5 72.5 72.5

Ya 25 27.5 27.5 100.0

Total 91 100.0 100.0

Apakah tempat sampah pedagang tertutup dan kedap air?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak punya tempat

sampah

66 72.5 72.5 72.5

Tidak 25 27.5 27.5 100.0


(2)

Apakah tempat sampah pedagang terbuka dan kedap air?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak punya tempat

sampah

66 72.5 72.5 72.5

ya 13 14.3 14.3 86.8

tidak 12 13.2 13.2 100.0

Total 91 100.0 100.0

Apakah tempat sampah pedagang terbuka dan tidak kedap air?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak punya tempat

sampah

66 72.5 72.5 72.5

ya 12 13.2 13.2 85.7

tidak 13 14.3 14.3 100.0

Total 91 100.0 100.0

Jenis sampah yang banyak dibuang adalah sampah dapur?(sisa makanan, sayur-sayuran)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 63 69.2 69.2 69.2

tidak 28 30.8 30.8 100.0

Total 91 100.0 100.0

Apakah kondisi sekitaran kios pedagang banyak sampah yang berserakan?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 42 46.2 46.2 46.2

tidak 49 53.8 53.8 100.0


(3)

Apakah pedagang menyediakan peralatan bersih-bersih seperti sapu, sekop dan sapu lidi?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 91 100.0 100.0 100.0

Apakah pedagang membuang sampahnya ke TPS?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 22 24.2 24.2 24.2

tidak 69 75.8 75.8 100.0

Total 91 100.0 100.0

Apakah pedagang membersihkan kios setiap selesai berjualan?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 65 71.4 71.4 71.4

tidak 26 28.6 28.6 100.0


(4)

Gambar Lampiran 1. Denah Tempat penampungan sampah sementara di Pasar Terapung Tembilahan.

Keterangan gambar :

Titik 1 ( ) : kontainer sampah Titik 2 ( ) : kontainer sampah Titik 3 ( ) : kontainer sampah


(5)

lampiran 10. Dokumentasi Penelitian


(6)

Gamabar lampiran 3. Situasi pada saat wawancara pedagang pasar Terapung Tembilahan.