61
BAB IV KAJIAN HADIS-HADIS TENTANG ZAKAT PROFESI
A. Subtansi Dasar Zakat Profesi
Zakat profesi atau zakat penghasilan sebenarnya telah dikenal sejak lama. Beberapa riwayat menjelaskan hal tersebut, diantaranya adalah riwayat dari Ibnu
Masud, Muawiyah dan Umar bin Abdul Aziz yang menjelaskan bahwa beliau mengambil zakat dari athoyat, jawaiz hadiah dab al-madholim barang ghasab
yang dikembalikan. Abu Ubaid meriwayatkan, Adalah Umar bin Abdul Aziz memberi upah kepada pekerjaannya dan mengambil zakatnya, dan apabila
mengembalikan al-madholim barang ghasab yang dikembalikan diambil zakatnya, dan beliau juga mengambil zakat dari atoyat gaji rutin yang diberikan
kepada yang menerimanya. Dasar pengenaan zakat profesi diantaranya adalah QS Al- Baqarah, ayat 267:
............
Hai orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil usaha kamu yang baik ………..
Kemudian juga dijelaskan QS At Taubah : 103. yang berbunyi:
.
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo`alah untuk mereka.
Sesungguhnya do`a kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Fatwa Ulama pada Mutamar Internasional I tentang zakat di Kuwait 30 April 1984 M, antara lain juga menyebutkan obyek zakat yang tidak secara
spesifik disebutkan dalam hadist yaitu : zakat profesi, perusahaan, dan kegiatan usaha lainnya.
1
Berbagai ulama berpendapat bahwa pengenaan zakat profesi dapat diqiyaskan atau dianalogkan dengan dua jenis zakat sekaligus yaitu zakat
pertanian dan zakat uang emas. Dianalogkan dengan zakat pertanian, karena zakat profesi tidak mempunyai haul. Artinya kalau zakat pertanian wajib
dikeluarkan saat panen QS 6:141, maka zakat profesi juga wajib dikeluarkan saat kita menerima hasil usaha jerih payah kita.
Dianalogkan dengan zakat uangemas, karena penghasilan yang kita terima berupa uang tidak dalam bentuk natura. Zakat profesi dianalogkan dengan zakat
pertanian untuk nishabnya, yaitu setara dengan 524 kg beras, sehingga jika harga beras Rp 5.000,00kg berarti nishob zakat profesi sebesar Rp 2.620.000,00 per
bulan. Untuk prosentasenya, mengikuti zakat uang emas yaitu 2,5 dari hasil yang diterima bruto.
Beberapa alasan Kewajiban Zakat Profesi, antara lain:
1
Halqa—ad-Dirasah al-Ijtima’iyyah hal :248
Ayat-ayat Quran yang bersifat umum yang mewajibkan semua jenis harta dikeluarkan zakatnya.
Berbagai pendapat para ulama terdahulu maupun sekarang, meskipun dengan menggunakan istilah yang berbeda. Sebagian dengan menggunakan istilah
yang bersifat umum yaitu al-amwaal, sementara sebagian lagi secara khusus memberikan istilah dengan istilah al-mustafad seperti terdapat dalam fiqh zakat
dan al-fiqh al-Islamy wa Adillatuhu. Dari sudut keadilan – yang merupakan ciri utama ajaran Islam – penetapan
kewajiban zakat pada setiap harta yang dimiliki akan terasa sangat jelas, dibandingkan dengan hanya menetapkan kewajiban zakat pada komoditas-
komoditas tertentu saja yang konvensional. Petani yang saat ini kondisinya secara umum kurang beruntung, tetapi harus berzakat, apabila hasil pertaniannya telah
mencapai nishob. Karena itu sangat adil pula, apabila zakat inipun bersifat wajib pada penghasilan yang didapatkan para dokter, para ahli hukum, konsultan dalam
berbagai bidang, para dosen, para pegawai dan karyawan yang memiliki gaji tinggi, dan profesi lainnya.
Sejalan dengan perkembangan kehidupan ummat manusia, khususnya dalam bidang ekonomi, kegiatan penghasilan melalui keahlian dan profesi ini
akan semakin berkembang dari waktu ke waktu. Bahkan akan menjadi kegiatan ekonomi yang utama, seperti terjadi di negara-negara industri sekarang ini.
Penetapan kewajiban zakat kepadanya, menunjukkan betapa hukum Islam sangat aspiratif dan responsif terhadap perkembangan zaman. Afif Abdul Fatah Thabari
menyatakan bahwa aturan dalam Islam itu bukan saja sekedar berdasarkan pada
keadilan bagi seluruh ummat manusia, akan tetapi sejalan dengan kemaslahatan dan kebutuhan hidup manusia, sepanjang zaman dan keadaan, walaupun zaman
itu berbeda dan berkembang dari waktu ke waktu.
B. 1. Hadis-hadis zakat profesi