1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam mempunyai pondasi rukun imam dan rukun Islam yang diyakini sebagai tolak ukur beragama yang baik dalam ajaran Islam. Sebagai mana firman
Allah Swt :
“....Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama
yang lurus[, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. QS. Al-Bayyinah: 985.
Rukun Islam yang dijelaskan salah satunya adalah tentang zakat. Zakat sebenarnya dibagi menjadi dua bagian, yang pertama adalah zakat tentang harta
dan yang kedua zakat pertanian.
1
Zakat ini berupa emas, perak, hasil pertanian tanaman dan buah-buahan, barang dagangan, ternak, hasil tambang, barang
temuan, jasa profesi.
2
Bentuk penghasilan yang paling menyolok pada zaman sekarang ini adalah apa yang diperoleh dari pekerjaan dan profesinya. Pekerjaan yang menghasilkan
uang ada dua macam, pertama adalah pekerjaan yang dikerjakan sendiri, tanpa tergantung pada orang lain berkat kecekatan tangan ataupun otak. Pengahasilan
1
Agil Munawar, Ilmu Fiqh dan Perkembangannya, Jakarta: Logos, 2001, Cet. I, h. 243.
2
Said Sabiq, Zakat dan Pembangiannya, Bandung; Ma’arif, 1983, cet.II, h. 286.
yang diperoleh dengan cara ini, merupakan penghasilan profesional seperti penghasilan seorang dokter, insiyur, advokat seniman, penjahit, tukang kayu dan
lain-lainnya. Yang kedua adalah pekerjaan yang dikerjakan seseorang buat pihak lain-baik pemerintah, perusahaan, maupun perorangan dengan memperoleh upah
yang diberikan dengan tangan, otak ataupun kedua-duanya.
3
Masalah zakat profesi, memang baru muncul pada zaman sekarang, hal ini disebabkan banyaknya ahli-ahli tertentu yang mendapat penghasilan dari
keahliannya tersebut. Namun perlu diketahui bahwa di zaman Rosulullah Saw telah ada beragam profesi, namun kondisinya berbeda dengan zaman sekarang
dari segi penghasilannya. Di zaman itu penghasilan yang cukup besar dan dapat membuat seseorang menjadi kaya bertolak belakang dengan zaman sekarang.
Diantaranya adalah berdagang, bertani, dan berternak. Sebaliknya, di zaman sekarang ini berdagang tidak otomatis membuat pelakunya menjadi kaya,
sebagaimana juga bertani dan berternak. Bahkan umumnya petani dan peternak di negeri kita ini termasuk kelompok orang miskin yang hidupnya masih
kekurangan. Sebaliknya, profesi-profesi tertentu yang dahulu sudah ada, tapi dari sisi pendapatan saat itu tidaklah merupakan kerja yang mendatangkan materi
besar. Di zaman sekarang ini justru profesi-profesi inilah yang mendatangkan sejumlah besar harta dalam waktu yang singkat. Seperti Dokter Spesialis, Arsitek,
Komputer Programer, Pengacara, dan sebagainya. Nilainya bisa ratusan kali lipat dari petani dan peternak miskin di desa-desa.
3
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat,Bandung:Mizan,1996, Cet. IV, h.459.
Perubahan Sosial inilah yang mendasari ijtihad para ulama saat ini untuk melihat kembali cara pandang kita dalam menentukan; siapakah orang kaya dan
siapakah orang miskin? intinya zakat itu adalah mengumpulkan harta orang kaya untuk diberikan pada orang miskin. Dizaman dahulu, orang kaya identik dengan
Pedagang, Petani, dan Peternak. Akan tetapi di zaman sekarang ini, orang kaya adalah para profesional yang bergaji besar. Zaman berubah namun prinsip zakat
tidak berubah. Yang berubah adalah realitas di masyarakat. Tapi intinya orang kaya menyisihkan uangnya untuk orang miskin. Dan itu adalah intisari Zakat.
Dengan demikian, zakat profesi merupakan ijtihad para ulama di masa kini yang nampaknya berangkat dari ijtihad yang cukup memiliki alasan dan dasar yang
juga cukup kuat. Kondisi tersebut menimbulkan permasalahan apakah penghasilan yang
diperoleh mereka dapat dikenakan zakat? permasalahan ini telah dijawab oleh para ulama tradisional maupun modern.
Berkenaan dengan zakat terhadap harta penghasilan di atas apakah sama wajib dizakati seperti halnya harta benda yang telah jelas dalilnya?, bila merujuk
pada kitab-kitab klasik tidak akan ditemukan dalil yang sharih jelas
4
, tentang zakat profesi sehingga merekaulama modern, mengistinbat hukum dengan
mencari kiasan pada al-Qur’an dan hadis. Maka dari itu penulisan ini, diarahkan pada penilitian terhadap hadis-hadis
zakat profesi untuk mengetahui kehujjahan suatu hadis. Berkaca pada latar
belakang masalah diatas penulis memberikan tema pada karya ini Analisa Hadis-
4
Sharih adalah suatu penjelaskan kepada hal-hal sesuatu. Lih Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab – Indonesia, Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1999
Cet.III. h. 432.
hadis tentang Zakat Profesi. Sehingga kita dapat mengambil sikap terhadap hadis
tersebut, apakah hadis tersebut dapat diamalkan atau ditinggalkan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah