Pandangan Yusuf Qardhawi tentang zakat profesi: studi hadis-hadis dalam kitab fiqh al-Zakat)

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

Oleh : Anwar Mustaqim NIM: 102034024801

PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh : Anwar Mustaqim NIM : 102034024801

Di Bawah Bimbingan

Muslih, M.Ag. NIP : 19721024 200312 1 002

JURUSAN TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

“Studi Hadis-Hadis Dalam Kitab Fiqh al-Zakat”,Telah diujikan dalam sidang Munaqasah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Maret 2010. Skripsi ini telah diterimaa sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1), pada Jurusan Tafsir Hadis.

Jakarta, 18 Maret 2010 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris

Dr. Bustamin, M. Si. Rifqi Muhammad Fathi, MA.

NIP. 19630701 199803 1003 NIP. 19710816 199703 2002

Anggota,

Dr. Bustamin, M. Si. Dr. M. Isa HA Salam, MA.

NIP. 19630701 199803 1003 NIP. 19531231 198603 1 010

Muslih, M. Ag. NIP. 19721024 200312 1 002


(4)

i

sebenarnya dibagi menjadi dua bagian, yang pertama adalah zakat tentang harta dan yang kedua zakat pertanian. Zakat ini berupa emas, perak, hasil pertanian (tanaman dan buah-buahan), barang dagangan, ternak, hasil tambang, barang temuan, dan jasa propesi.

Masalah zakat profesi, memang baru muncul pada zaman sekarang, hal ini disebabkan banyaknya ahli-ahli tertentu yang mendapat penghasilan dari keahliannya tersebut. Namun perlu diketahui bahwa di zaman Rosulullah Saw telah ada beragam profesi, namun kondisinya berbeda dengan zaman sekarang dari segi penghasilannya. Di zaman itu penghasilan yang cukup besar dan dapat membuat seseorang menjadi kaya bertolak belakang dengan zaman sekarang.

Kondisi tersebut menimbulkan permasalahan apakah penghasilan yang diperoleh mereka dapat dikenakan zakat? permasalahan ini telah dijawab oleh para ulama tradisional maupun modern

Berkenaan dengan zakat terhadap harta penghasilan di atas apakah sama wajib dizakati seperti halnya harta benda yang telah jelas dalilnya?, bila merujuk pada kitab-kitab klasik tidak akan ditemukan dalil yang sharih (jelas), tentang zakat propesi sehingga mereka (ulama modern), mengistinbat hukum dengan mencari kiasan pada al-Qur’an dan hadis

Maka dari itu penulisan ini, diarahkan pada penilitian terhadap hadis-hadis zakat propesi untuk mengetahui kehujjahan suatu hadis.


(5)

ii

t

z

ts

‘a

j

gh

h

f

kh

q

d

k

dz

ل

l

r

m

z

n

s

w

sy

ه

H

s

Y

BACAAN PANJANG

â (a dibaca panjang

Contoh,

ﻚ ﻟ ﺎ ﻤ ﻟ ا

- al-Mâlik

Î (i dibaca panjang

Contoh,

ﻢﯿﺣﺮﻟا

- al-Rahîm

Û (u dibaca panjang)

Contoh,

ر ﻮ ﻔ ﻐ ﻟ ا –

al-Ghafûr


(6)

iii

Tiada kata yang paling mulia kecuali ucapan syukur kepada Allah SWT Maha pencipta alam semesta. Atas rahmat dan karunia-nya, serta tak henti-hentinya Dia menyinari penulis sehingga skripsi yang berjudul : “PANDANGAN YUSUF QARDHAWI

TENTANG ZAKAT PROFESI( Studi Hadis-hadis Dalam Kitab Fiqh

al-Zakat )

”,akhirnya dapat terselesaikan walaupun ada sedikit kendala. Salawat serta salam, penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW juga Rasul pilihan rahmat bagi seluruh alam. Begitupun bagi keluarga, sahabat-sahabatnya dan umatnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi dan melengkapi persyaratan mencapai gelar sarjana (S1) pada jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa suksesnya penulisan skripsi iniu bukan semata-mata atas upaya penulis sendiri, akan tetapi juga karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, yang senantiasa mencurahkan do’a, dan kasih sayangnya kepada penulis. Dan selalu memberikan dukungan yang tidak ternilai baik moril maupun materiil.

2. Bapak Dr. H. Muhammad Amin Nurdin, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.Bapak Dr.Bustamin, MBA., Selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis, dan Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis Bapak Dr. Edwin Syarif, M.A. beserta para dosen dan staf Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya serta pelayanan dalam proses penyusunan skripsi ini.


(7)

iv

4. Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, dan Perpustakaan Iman Jama’ yang telah memberikan pelayanan dalam memberikan literatur kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 5. Kakanda Siti Arfiyah, Titi Tartila, Nur hasanah dan juga adik penulis Siti Khodijah,

yang telah men-Support kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.

6. Teman-teman jurusan Tafsir Hadis angkatan 2002, khususnya teman-teman KKN Sukabumi : Nurohman, Junaidi Ismail, Salman Al-Farisi, Muhyidin, Husni Mubarraq, Miftah, Juman, Sholahuddin, haidar Dan teman-teman kelas yang penulis tidak dapat sebutkan satu per satu tapi tidak sedikitpun menghilangkan rasa hormat penulis kepada mereka.

7. Kawan-kawan seperjuangan di KMB (Komunitas Mari Berbagi) : Muhyiddin, Zaky Amany, Anwar Turis, Sahrul, Pujo dan teman-teman kostan Nyonk, Idris, Jayadi Amin, Miftah, Amin Medan, Agil, Tio, Ahmad Baihaqi, Asok, lain-lain.

8. Kawan-kawan di Rock n Scooter Zein Fathir, Babay, Indra doyok, Babay, Ijal Jali, dan lain-lain.

9. kawan di band NEBULA Wira, Aris, Sarah, Reza, Sykron. Serta Kawan-kawan di Yess n Roll Tsabit, Markel, Bung Roy dan Damsyit. Kapan kita ngejam lagi.

Hasrat untuk menyajikan skrifsi ini dengan baik dan sempurna telah penulis upayakan secara sungguh-sungguh dan maksimal. Namun, penulis menyadari sepenuh hati, bahwa hasil yang dicapai masih jauh dari keinginan dan harapan semua pihak.


(8)

v

pengetahuan, khususnya perkembangan ilmu Tasir dan Hadis di masa yang akan datang, amien.

Jakarta, 02 Maret 2010


(9)

vi

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

C. Tinjauan Pustaka. ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Metodologi Penelitian... 6

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT A. Pengertian ... 8

1. Menurut bahasa (etimologi)... 8

2. Menurut istilah (terminologi) ... 10

B. Pembagian zakat... 11

C. Tujuan dan manfaaat zakat... 15

BAB III HADIS-HADIS TENTANG ZAKAT PROFESI A. Redaksi Hadis... 21

B. Kritik Sanad dan Matan Periwayatan Hadis ... 24

1. Kritik Sanad. ... 25


(10)

vii

B. Hadis-hadis Zakat Profesi ... 64 C. Pendapat Para Ulama Tentang Zakat Profesi... 69 D. Analisis ... 72 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 84 B. Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA... 88


(11)

1

Islam mempunyai pondasi rukun imam dan rukun Islam yang diyakini sebagai tolak ukur beragama yang baik dalam ajaran Islam. Sebagai mana firman Allah Swt :



























































“....Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah: 98/5).

Rukun Islam yang dijelaskan salah satunya adalah tentang zakat. Zakat sebenarnya dibagi menjadi dua bagian, yang pertama adalah zakat tentang harta dan yang kedua zakat pertanian.1Zakat ini berupa emas, perak, hasil pertanian (tanaman dan buah-buahan), barang dagangan, ternak, hasil tambang, barang temuan,jasa profesi.2

Bentuk penghasilan yang paling menyolok pada zaman sekarang ini adalah apa yang diperoleh dari pekerjaan dan profesinya. Pekerjaan yang menghasilkan uang ada dua macam, pertama adalah pekerjaan yang dikerjakan sendiri, tanpa tergantung pada orang lain berkat kecekatan tangan ataupun otak. Pengahasilan

1

Agil Munawar,Ilmu Fiqh dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos, 2001), Cet. I, h. 243.

2


(12)

yang diperoleh dengan cara ini, merupakan penghasilan profesional seperti penghasilan seorang dokter, insiyur, advokat seniman, penjahit, tukang kayu dan lain-lainnya. Yang kedua adalah pekerjaan yang dikerjakan seseorang buat pihak lain-baik pemerintah, perusahaan, maupun perorangan dengan memperoleh upah yang diberikan dengan tangan, otak ataupun kedua-duanya.3

Masalah zakat profesi, memang baru muncul pada zaman sekarang, hal ini disebabkan banyaknya ahli-ahli tertentu yang mendapat penghasilan dari keahliannya tersebut. Namun perlu diketahui bahwa di zaman Rosulullah Saw telah ada beragam profesi, namun kondisinya berbeda dengan zaman sekarang dari segi penghasilannya. Di zaman itu penghasilan yang cukup besar dan dapat membuat seseorang menjadi kaya bertolak belakang dengan zaman sekarang. Diantaranya adalah berdagang, bertani, dan berternak. Sebaliknya, di zaman sekarang ini berdagang tidak otomatis membuat pelakunya menjadi kaya, sebagaimana juga bertani dan berternak. Bahkan umumnya petani dan peternak di negeri kita ini termasuk kelompok orang miskin yang hidupnya masih kekurangan. Sebaliknya, profesi-profesi tertentu yang dahulu sudah ada, tapi dari sisi pendapatan saat itu tidaklah merupakan kerja yang mendatangkan materi besar. Di zaman sekarang ini justru profesi-profesi inilah yang mendatangkan sejumlah besar harta dalam waktu yang singkat. Seperti Dokter Spesialis, Arsitek, Komputer Programer, Pengacara, dan sebagainya. Nilainya bisa ratusan kali lipat dari petani dan peternak miskin di desa-desa.

3


(13)

Perubahan Sosial inilah yang mendasari ijtihad para ulama saat ini untuk melihat kembali cara pandang kita dalam menentukan; siapakah orang kaya dan siapakah orang miskin? intinya zakat itu adalah mengumpulkan harta orang kaya untuk diberikan pada orang miskin. Dizaman dahulu, orang kaya identik dengan Pedagang, Petani, dan Peternak. Akan tetapi di zaman sekarang ini, orang kaya adalah para profesional yang bergaji besar. Zaman berubah namun prinsip zakat tidak berubah. Yang berubah adalah realitas di masyarakat. Tapi intinya orang kaya menyisihkan uangnya untuk orang miskin. Dan itu adalah intisari Zakat. Dengan demikian, zakat profesi merupakan ijtihad para ulama di masa kini yang nampaknya berangkat dari ijtihad yang cukup memiliki alasan dan dasar yang juga cukup kuat.

Kondisi tersebut menimbulkan permasalahan apakah penghasilan yang diperoleh mereka dapat dikenakan zakat? permasalahan ini telah dijawab oleh para ulama tradisional maupun modern.

Berkenaan dengan zakat terhadap harta penghasilan di atas apakah sama wajib dizakati seperti halnya harta benda yang telah jelas dalilnya?, bila merujuk pada kitab-kitab klasik tidak akan ditemukan dalil yang sharih (jelas)4, tentang zakat profesi sehingga mereka(ulama modern), mengistinbat hukum dengan mencari kiasan pada al-Qur’an dan hadis.

Maka dari itu penulisan ini, diarahkan pada penilitian terhadap hadis-hadis zakat profesi untuk mengetahui kehujjahan suatu hadis. Berkaca pada latar belakang masalah diatas penulis memberikan tema pada karya ini Analisa

Hadis-4

Sharih adalah suatu penjelaskan kepada hal-hal sesuatu. Lih Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor,Kamus Kontemporer Arab–Indonesia, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1999) Cet.III. h. 432.


(14)

hadis tentang Zakat Profesi. Sehingga kita dapat mengambil sikap terhadap hadis tersebut, apakah hadis tersebut dapat diamalkan atau ditinggalkan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Sebagaimana yang telah kami ungkapkan pada latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan kami bahas dalam penelitian ini berkisar pada : Analisa hadis-hadis Tentang Zakat Profesi yang menimbulkan perdebatan dari golongan ulama tradisional mapun modern, dari segi periwayatannya juga dari segi penafsiran hadis.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “(bagaimana kehujjahan hadis-hadis tentang zakat profesi? )”

C. Tinjauan Pustaka

Telah ditemukan empat skripsi yang membahas tentang zakat profesi; pertama, dengan judul skripsi "Zakat Profesi Sebagai Salah Satu Usaha Untuk Memberdayakan Ekonomi Umat" yang ditulis oleh Ahmad Sofyan Hasibuan.5 Kedua, Judul skripsi "Peranan Zakat Profesi Terhadap Pengendalian Sosial Umat": (Studi Kasus Masyarakat Mampang Jakarta Selatan) merupakan karya Shafaul Bariyah.”6 Ketiga, “Ketentuan Nisab Dan kadar Zakat Profesi Serta Kaitannya Dengan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat” yang ditulis oleh Amrina.7Keempat, dengan judul skripsi “Pengeloalaan zakat Profesi”: Studi di

5

Ahmad sofyan Hasibuan, Zakat Profesi Sebagai Salah Satu Usaha Untuk Memberdayakan Ekonomi Umat, (Jakarta: Fakultas Syari’ah UIN Syahid, 2005).

6

Shafaul Bariyah, Peranan Zakat Profesi Terhadap Pengendalian Sosial Umat,: Studi

Kasus Masyarakat Mampang Jakarta Selatan, (Jakarta, Fakultas Syari’ah UIN Syahid, 2004).

7

Amrina, Ketentuan Nisab Dan kadar Zakat Profesi Serta Kaitannya Dengan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat,(Jakarta, Fakultas Syari’ah UIN Syahid, 2005).


(15)

Kantor DEPAG Kotamadya Pemalang Siantar Sumatera Utara merupakan karya M. Rifa’i Fajrin yang juga pernah membahas tentang “zakat profesi”.8Keempat skripsi ini menjelaskan tentang “Zakat Profesi Dalam Islam”, dan dilengkapi dengan hadis dan ayat yang berkaitan dengan zakat.

Sebuah penelitian dengan judul analisis hadis-hadis zakat profesi yang akan dibahas yang berhubungan dengan zakat profesi. Dalam hal ini peneliti mengamati zakat profesi dari segi analisis hadis. Penelitian ini menjelaskan tentang kajian analisis hadis-hadis zakat profesi dan mencoba memaparkan konsep zakat profesi dengan menggunakan pendapat para pakar di bidangnya, selain itu juga penelitian ini mencoba untuk mengungkap pendapat para ulama tentang kehujjahan hadis-hadis zakat profesi. Konsep zakat profesi digunakan untuk melihat bagaimana zakat profesi itu diberdayakan, sehingga diperoleh pengetahuan kenapa ada istilah zakat semacam itu.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa dengan menggunakan analisis hadis, kita akan mengetahui bukan hanya bagaimana cara mengeluarkan zakat, tetapi bagaimana zakat profesi itu diperintahkan (Asbâb al-Wurûd). Bahkan lebih jauh lagi bisa mengungkap hadis-hadis yang kuat untuk dijadikan dalil.

Penelitian ini dilengkapi dengan Asbâb al-Wurûd tentang hadis-hadis zakat profesi serta dilengkapi dengan analisis sanad dan matan yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

D. Tujuan Penelitian

8

M. Rifa’i Fajrin, Pengeloalaan zakat Profesi,: Studi di Kantor DEPAG Kotamadya Pemalang Siantar Sumatera Utara, (Jakarta: Fakultas Syari’ah UIN Syahid, 2007).


(16)

Dalam segala bentuk penelitian, tujuan merupakan landasan utama yang dijadikan ukuran. Tanpa tujuan yang jelas, maka akan simpang siurlah pelakasanaan kegiatan penelitian ini, tujuan yang jelas akan mempermudah cara dan upaya dalam pencapaiannya.

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kehujahan hadis-hadis tentang zakat profesi. 2. Untuk memenuhi persyaratan Program Sarjana S1

E.Metode Penelitian

Dalam penyusunan skrpsi ini penulis melakukan penelitian kepustakaan (Library Research), dengan merujuk kepada buku-buku, yang mendukung masalah yang dibahas baik sumber primer dari kitab Sulaiman bin Asy-ats Abu Daud Assajastan Al-Azdi,Sunan Abu Daud(Bairut: Dar Al-Fikri, 1999), juz 2, Bab Zakat asâimah, Muhammad bin Yazid bin Abdullah Al-Quzwaini, Sunan Ibnu Mâjah(Bairut: Dar Al-Fikri, 2004), juz 2, BabMan Istifada Mâlan,Hukum Zakat”, Yusuf Qardawi,Cet. IV 1996.

Juga dalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan penelitian kritik hadis.hal ini dilakukan sebagai langkah awal penelitian guna untuk mengetahui kualitas dari hadis tersebut, yang pada akhirnya akan menentukan apakah hadis tersebut laiak atau tidak untuk dijadikan sebagai hujjah suatu hukum

Sedang data skunder merupakan sumber pendukung yang masih ada relevansinya dengan pembahasan skripsi ini.


(17)

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode deskripsi Analitis, yakni melalui pengumpulan data dan pendapat muhadditsin, untuk kemudian dianalisis.

Adapun tehnik penulisan skripsi ini, penulis mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang disusun oleh tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008, juga Rujukan Penulisan Ayat-ayat Al-Qur’an DEPAG RI.

F. Sistematika Penulisan

Ada lima bab dalam penulisan ini. Setiap bab terdiri dari sub-sub bab, sebagai penjelasan yang memiliki korelasi dengan pembahasan bab-bab tersebut. Adapun sistematika penulisan ini adalah:

Bab pertama adalah bab Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan, dan Sistematika Penulisan.

Bab kedua menjelaskan Seputar Tentang Zakat Profesi, Pengertian (Menurut bahasa (etimologi), Menurut istilah (terminologi), Pembagian Macam-macam Zakat, Tujuan dan manfaaat Zakat.

Bab ketiga menjelaskan, Hadis-Hadis Tentang Zakat Profesi, Redaksi Hadis, Riwayat Hadis, Perbandingan Sanad dan Matan Hadis, Skema Hadis..

Bab empat menjelaskan, Analisa Hadis-Hadis Tentang Zakat Profesi , Subtansi Dasar Zakat Profesi , Hadis-hadis Zakat Profesi, Pendapat Para Ulama Tentang Zakat Profesi.


(18)

8 A. Pengertian Zakat

1. Menurut Bahasa (etimologi)

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu "keberkahan", al-namaa, "pertumbuhan dan perkembangan", al-Tahârah, 'kesucian, dan al-Salâh, "keberesan".1 Dan menurut Abu Malik Kamal bin Al-Sayyid Salim yang dimaksud dengan zakat secara bahasa adalah bentuk Mashdar dari kata"zakâ al-Syai’, apabila ia tumbuh dan bertambah. Karena itu zakat juga berarti keberkahan, pertumbuhan, kesucian dan kebaikan. 2 sedang menerut Imam Taqiyuddin Abubakar bin Muhammad al-Husaini dalam kitabnya Kifayatul Akhyar (terj), lafadz zakat menurut bahasa berarti tumbuh dan berkah serta banyaknya kebajikan. Dikatakan zakaz-zar'u tatkala tanaman itu tumbuh. Dan apa bila dikatakan zakaa fulaanun berarti si fulan itu banyak kebajikannya.3

Sedangkan pula menurut pendapat Hasbullah Bakry dalam bukunya yang berjudul Pedoman Islam diIndonesiayang dimaksud zakat menurut bahasa dari awal kata zakka, tuzakki, tazkiyah, zakat yang mempunyai arti membersihkan

1

Majma Lughah al-Arabiyyah, al-Mu'jam al-Wasith, (Mesir: Daar al-Ma'arif, 1972), Juz. I, h.396.

2

Didin Hafidhuddin,Zakat Dalam Perekonomian Moderen,(Jakarta: Gema Insani,2002), Cet.II, h.7

3

Imam Taqiyuddin Abubakar bin Muhammad al-husaini, Kifayatul Akhyar(terj), (surabaya:Bina Iman,2003), cet. VI, h.386


(19)

atau menyucikan harta kita yang lebih yang bukan haknya.4Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur'an yang berbunyi:

ð













































“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (al-Taubah:103)

Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda. Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan (solidaritas, kasih saying) dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.

Kalau diartikan secara bahasa zakat propesi di kaitkan menjadi dua elemen. Pertama zakat itu sendiri yang artinya telah penulis utarakan diatas, kedua adalah kata propesi bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, yang terkait dengan jasa, yang diusahakan oleh manusia, baik itu perorangan juga secara perkelompok, grup seperti dokter, insinyur, disainer, konsultan hukum dan lainnya.5

4

Hasbullah Bakry,Pedoman Islam di Indonesia, (Jakarta: UI Press, 1988), cet.V, h. 243

5

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahsa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet.III, h. 897.


(20)

2. Menurut Istilah (terminologi)

Sedangkan kalau dilihat dari Istilah (syari'at), adalah bagian harta wajib yang telah ditentukan baik waktunya (nisab), dan pembagiannya kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Sedangkan menurut para ulama zakat yang diartikan Istilahan biarpun pendapatnya berbeda redaksi tetapi sama maksudnya ialah harta yang wajib dikeluarkan pada nisabnya dan pembagiannya pun diatur kepada orang-orang yang berhak menerimanya semua itu diatur oleh syari'atnya. Imam Taqiyuddin dalam kitab syarah kifayatul akhyar menembahkan bahwa zakat menurut syara ialah nama dari sejumlah harta yan tertentu yang diberikan kepada golongan tertentu dengan syarat-syarat tertentu. Dinamakan zakat, karena harta itu akan bertambah (tumbuh) disebabkan berkah dikeluarkan zakatnya dan do'a dari orang yang menerimanya.

Sebagaimana firman Allah Swt. Dalam al-Qur'an:









 



 













































 



“Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.

Sedangkan yang dimaksud dengan zakat profesi menurut Yusuf Qardhawi ialah zakat yang berasal dari penghasilan dan pendapatan yang diusahakan melalui keahliannya, baik keahlian yang dilakukan sendiri maupun bersama-sama


(21)

juga berkelompok dan sebagainya melalui system upah dan gaji, yang sampai nisabnya wajib dikeluarkan6.

B. PEMBAGIAN ZAKAT

Kita ketahui awal mulanya zakat dalam garis besarnya terbagi menjadi dua bagian, karena perkembangan fiqh dan syar'inya dalam ijmaulama zakat tumbuh dan berkembang menjadi banyak macamnya.

Kedua zakat tersebut ialah zakat tentang harta pribadi berupa(barang berharga, emas,uang, perak, dan perhiasan lainnya) dan zakat pertanian(berupa beras, gandum, kurma, perternakan hewan dan hasil pertanian lainnya. Ijma ulama mengembangkan dunia zakat menjadi bermacam-macam bentuknya sebagai mana ulama sepakat diantaranya ialah:7

1. Zakat Harta dan Barang Berharga

Zakat ini berpusat kepada harta yang dianggap berharga baik barang seperti emas, perak, logam mulia, intan permata, mata uang, rumah, mobil dan motor surat-surat berharga terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya adalah:

a. zakat mata uang b. zakat perhiasan

c. zakat saham dan obligasi

d. zakat property dan kendaraan bermotor 2. Zakat Pertanian dan perternakan

6

Didin Hafidhuddin,Zakat Dalam Perekonomian Moderen,h. 90.

7


(22)

Zakat ini menghubungkan kepada sektor hasil-hasil perdagangan dari pertanian dan juga pemeliharaan, penjualan hewan ternak yang jatuh nisabnya.

Sebagaimana dalam firman Allah Swt:









































































“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”(al-Baqarah:267).

Dan ayat lainnya yang artinya:

“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”

Sedangkan dalam al-Qur'an yang menjelaskan tentang zakat peternakan terdapat dalam:


(23)

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.

Kemudian pada surat al-Nahl ayat 10 sebagai berikut:

































“Dia-lah, yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.”

Kemudian juga pada surat al-Nahl ayat 68-69























































































“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia". "kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.”


(24)

3 Zakat Profesi atau Keahlian dan Jasa

Zakat profesi terdiri dari dua suku kata yakni zakat dan profesi. Mengenai pengertian tentang kata zakat baik itu dari segi bahasa maupun istilah, penulis telah menjelaskan pada pembahasan-pembahasan sebelumnya. Sedangkan profesi menurut bahasa adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan, keahlian (keterampilan, kejuruan) tertentu.

Mengenai zakat profesi para ulama menyebutkan nash-nash yang bersifat umum untuk dijadikan hujjah tentang keberadaan zakat profesi, diantaranya adalah firman Allah dalam surat Taubah ayat 103, al-Baqarah ayat 267, dan adz-Dzaariyaat ayat 19 yang berbunyi:



















“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.”

Sayyid Quthub (wafat 1965 M) dalam tafsirnya Fi Zhilalil Qur'an ketika menafsirkan tiga ayat tersebut menyatakan bahwa nash-nash itu mencakup seluruh hasil usaha manusia yang baik dan halal dan mencakup pula seluruh hasil pertanian, juga pertambangan seperti minyak. Nash ini mencakup semua harta, baik yang terdapat di zaman rasulullah Saw maupun zaman sesudahnya. Semua ini menurut Sayyid Quthub wajib dikeluarkan zakatnya dengan ketentuan kadar yang ditentukan oleh hukum syara' baik secara langsung maupun yang dikiaskan kepadanya.


(25)

Al-Qurthubi (wafat 671 H) dalam tafsir Jaami' li Ahkaam al-Qur'an menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kata-kata haqun ma'lum (hak yang pasti) pada surat adz-Dzaariyaat ayat 19 adalah zakat yang diwajibkan, bagi semua harta yang dimiliki dan semua penghasilan yang didapat dan dicari jika telah memenuhi syarat nisab zakat maka wajib dikeluarkan zakatnya.8

C. Tujuan dan Manfaat Zakat 1. Tujuan dari zakat

Sebagaimana yang telah kita ketahui, zakat adalah salah satu sebagian dari ibadah, dalam rukun Islam yang ke empat. Unsur dari zakat mempunyai tujuan yang paling dasar dan mulia disisi manusia itu sendiri dan tuhan-Nya. Secara global tujuan utama dari zakat adalah mensejahterakan masyarakat khususnya masyarakat islam dan melancarkan sifat pertukaran ekonomi global, dan menciptakan tujuan kasih saying dan iba kepada kaum dluafa. 2. Hikmah dan Manfaat Zakat

Sesuatu hal yang baik mempunyai hikmah dan manfaat yang ditujunya. Tak lain zakat pun demikian, hikmah dan manfaat dari zakat ialah :9

Pertama, sebagai perwujudan keimanan kepada Allah Swt dan mensyukuri nikmat-Nya, dan menumbuhkan akhlak mulia dengan

8

Didin Hafidhuddin,Zakat Dalam Perekonomian Moderen, hal 94-95

9


(26)

rasa kemanusiaan yang tinggi batau kesolidaritasan, menghilangkan sifat kikir, rakus, dan materealistis yang berlebvihan. Semua itu mengembangkan dan menumbuhkan ketenangan hidup, membersihkan diri dari harta yang bukan miliknya. Sebagaimana firman Allah dalm al-Qur'an surat Ibrahim ayat 7:























“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Kedua, karena zakat merupakan hak Mustahik atau delapan ashnaf maka zakat berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka dari kemiskinan. Dan zakat mengarah kepada kehidupan yang lebih baik, layak dan sepadan dengan perekonomian yang memadai dan menghindarkan dari bahaya kekufuran yang nyata menghilangka iri dengki dan hasad dari mereka yang kaya. Selanjutnya fungsi zakat bukan sekedar memenuhi kebutuha para mustahik melainkan memberikan rasa setara dan seimbang dengan si kaya kearah kesejahteraan kehidupan. Sebagaimana firman Allah Azza Wa Jalla dalm surat al-Nisa ayat.: 7

Yangketiga, sebagai pilar amal bersama(jamai) antara orang-orang kaya yang berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan berjihad di jalan Allah.

Kesibukan tersebut tidak dia miliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan berikhtiar mencari nafkah diri dan keluarganya. Allah berfirma dalam surat al-Baqarah ayat 273


(27)























































" (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui".

Disamping itu sebagai fungsi social yang kongkrit yang di syariatkan pleh agama islam sebagai tolong menolong kepada sesama. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al-Mâidah ayat 2:








































































































(28)





































"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalâ’id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Keempat, sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan Negara juga sarana prasarana yang harus dimiliki oleh umat islam seperti masjid, tempat pendidikan, kesehatan, jalan dan jembatan yang semua ini didanai oleh sumber dana dari zakat.

Kelima, untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah membersihkan harta yang kotor saja melainkan bagian dari hak orang lain dengan cara itu kita mengusahakan beretika ekonomi yang baik dan benar. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 267:


(29)









































































“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Keenam, sebagai pembangunan untuk mensejahterakan pemerataan masyarakat umat islam yang dikelola oleh baitul mal dan baitul zakat seperti Baziz hal ini mencegah terjadinya akumulasi harta dalam satu tangan dan kesenjangan social yang dapat menghancurkan sistim umat, bangsa dan Negara. Sebagaimana firman Allah dalam

surat al-Hasyr ayat 7:



































































































“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang-orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang


(30)

diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.”

Adapun yang terakhir sebagai dorongan ajaran Islam yang begitu kuat kepada orang yang beriman untuk berzakat, berinfak, bersedekah dan menunjukan umat Islam mampu bekerja keras dan berusaha untuk berlomba-lomba menjadi yang terbaik.


(31)

21

Adapun para ulama yang sepakat tentang perlunya zakat profesi di berlakukan pada saat ini menggunakan landasan hukum, baik itu dari nash al-Qur’an maupun hadis rasulullah. Berkenaan hujjah atau landasan hukum para ulama tersebut tentang masalah ini, penulis akan memaparkan hadis-hadis yang di jadikan hujjah oleh mereka. Para ulama menggunakan dua tema yang berbeda untuk mendukung pendapatnya, diantaranyaal-Hauldanal-Mustafâda.

A. Redaksi Hadis

1. Pertama hadis yang diriwayatkan oleh Abû Dâud dari jalur’Alî Ra, yaitu:


(32)

ُ.

)

(

1

“Telah memberitahu kami Sulaiman bin Dawud Mehri kepada Ibnu Jarir bin memberiku sebuah kabar dari seorang bernama Ishaq Abu Asim al-Harits bin Damra dan Haris al-A’war dari Ali ra bahwa Nabi saw bersabda “jika kamu memiliki dua ratus dirham dan telah berlalu satu tahun lalu maka wajib di zakati sebesar lima dirham, dan tidak ada kewajiban membayar zakat bagi hartamu yang berbentuk emas, sehingga kamu memiliki dua puluh dinar dan satu tahun telah berlalu kepemilikannya, maka di dalamnya terdapat kewajiban membayar zakat setengah dinar begitu pula kelipatannya,”

(perawi berkata) “aku tidak tahu kata ‘Fabihisabi zalika; apakah Ali yang mengatakan kata tersebut atau di nisbahkan kepada Nabi saw.

“dan tidak wajib zakat pada harta kecuali telah sampai satu tahun masa kepemilikan telah berlalu

Jarir berkata bahwa Ibn al-Wahab menambahkan dalam hadis Nabi saw ini kata-kata “tidak dalam zakat uang sampai satu tahun telah berlalu”

2. Kedua hadis yang diriwayatkan oleh Dâruqutnî dari jalur Ibn ‘Umar Ra, yaitu:

ﺎ ﻨ ﺛ ﺪ ﺣ

ﻦ ﺑ

ﻦ ﺑ

ﺎ ﻨ ﺛ

ﺪ ﻴ ﻌ ﺳ

ﻦ ﺑ

ﺎ ﻨ ﺛ

ﻦ ﺑ

ﺪ ﺒ ﻋ

ﺎ ﻨ ﺛ

ﺔ ﻴ ﻘ ﺑ

ﻦ ﻋ

ﻦ ﻋ

ﺪ ﻴ ﺒ ﻋ

ﻦ ﺑ

ﺮ ﻤ ﻋ

ﻦ ﻋ

ﻊ ﻓ ﺎ ﻧ

ﻦ ﻋ

ﻦ ﺑ

ﺮ ﻤ ﻋ

ﻰ ﻠ ﺻ

ﻪ ﻴ ﻠ ﻋ

ﻢ ﻠ ﺳ

:

ﻪ ﻴ ﻠ ﻋ

ﺮ ﻤ ﺘ ﻌ ﻣ

ﻦ ﻋ

ﺪ ﻴ ﺒ ﻋ

ﺎ ﻓ ﻮ ﻗ ﻮ ﻣ

.

1

Sulaiman bin Asy-ats Abu Daud Assajastan Al-Azdi,Sunan Abu Daud(Bairut: Dar


(33)

)

(

2

“Kami telah mendapati kabar dari Hassan bin Ahmed bin Saleh Al-Halabi, dari Said Bin Utsman al-wariqy dari Abu at-Tuqa Hisyam bin Abdul Malik Idari Baqiyyah dari Ismail ‘Iyas dari Ubaidillah bin Umar dari Nafi’ dari Umar berkata Rasulullah SAW bersabda tidak ada zakat pada harta kalian sehingga sampai satu tahun telah berlalu masa kepemilikannya Diriwayatkan oleh Mu’tamir dan perawi lain lain dari Ubaidullah dan hadis ini Mauquf”

3.Ketiga hadis yang diriwayatkan olehIbnu Mâjahdari jalur ‘Âisyah Ra, Yaitu:

ﺎ ﻨ ﺛ ﺪ ﺣ

ﺮ ﺼ ﻧ

ﻦ ﺑ

ﻲ ﻠ ﻋ

ﺎ ﻨ ﺛ ﺪ ﺣ

ﻦ ﺑ

ﺎ ﻨ ﺛ ﺪ ﺣ

ﻦ ﺑ

ﻦ ﻋ

ﻦ ﻋ

ﺔ ﺸ ﺋ ﺎ ﻋ

ﺖ ﻟ ﺎ ﻗ

:

ﻰ ﻠ ﺻ

ﻪ ﻴ ﻠ ﻋ

:

ﻪ ﻴ ﻠ ﻋ

.

ﻪ ﺟ ﺎ ﻣ

3

“Hadis dari Nashr bin Ali al-Jahdhami, dari Syuja’ bin Al-Walid dari Haritsah bin Muhammad dari Amrah dari Aisyah berkata “saya mendengar Rasulullah SAW bersabda “tidak ada kewajiban zakat dalam suatu harta hingga berlalu satu tahun kepemilikan”

4. Keempat hadis yang diriwayatkan oleh Dâruqutnî dari jalur Anas Ra, yaitu:

ﺎ ﻨ ﺛ ﺪ ﺣ

ﻦ ﺑ

ﺔ ﻜ ﲟ

ﺎ ﻨ ﺛ ﺪ ﺣ

ﻦ ﺑ

ﻦ ﺑ

ﺲ ﻧ ﻮ ﻳ

ﺎ ﻨ ﺛ

ﻦ ﺑ

ﺎ ﻨ ﺛ

ﻦ ﺑ

ﻦ ﻋ

ﺖ ﺑ ﺎ ﺛ

ﻦ ﻋ

2Al

î bin ‘Amr Abû al-Hasan al-Dâruqutnî al-Bagdâdî,Sunan al-Dâruqutnî, (Bairut: Dâr

al-Ma’rifah, 1986), Juz II, h.90.

3

Muhammad bin Yazid bin Abdullah Al-Quzwaini,Sunan Ibnu Mâjah(Bairut: Dar


(34)

ﻰ ﻠ ﺻ

ﻪ ﻴ ﻠ ﻋ

ﻢ ﻠ ﺳ

:

ﺲ ﻴ ﻟ

ﻪ ﻴ ﻠ ﻋ

)

(

4

“Hijau berkata kepada kami al-Hasan bin Ishaq meriwayatkan mekkah menilai Yunus bin Ibrahim bin Muhammad bin Suleiman berhala al-Asadi EAC Hassan Bin Siah konstan dari Anas bahwa Rasulullah dan saw bersabda: Tidak ada zakat uang sampai satu tahun telah berlalu”

B. Kritik Sanad dan Matan riwayat Hadis a. Hadis Abû Dâud jalur ‘Alî

No Nama-nama Sanad Periwayatan

1 Ke-1

2 Ke-2

3 Ke-3

4 Ke-4

5 Ke-5

6 Ke-6

7 Ke-7

1. Sulaimân bin Dâud al-Mahriyî.(256 H).5 Nama lengkap beliau adalah

4

Alî bin ‘Amr Abû al-Hasan al-Dâruqutnî al-Bagdâdî,Sunan al-Dâruqutnî, Juz. II, h. 92.

5

Yûsuf bin al-Zakkî Abdu al-Rahmân Abû al-Hajjâj al-Mizî,Tahzîb al-Kamâl, (Bairut:


(35)

،

،

a) Guru-gurunya adalah:

،

،

,

b) Murid-muridnya adalah:

،

,

ﺔ ﻌ

c) Pernyataannya Para kritikus hadis: Ibnu Hajar berkata beliau:

"

ﺔ ﻘ ﺜ

،

"

"

،

:

Al-Zahabî berkata;

"

ﺔ ﻘ ﺜ

"

،

،

ﺔ ﺠ ﺤ

ل ﻤ ﺎ ﻋ

"

Dari pernyataan kritikus hadis diatas, tidak seorangpun yang mencela

Sulaimân bin Dâud al-Mahriyî, dan apabila dilihat dari tahun kelahirannya dan kota tempat beliau lahir juga wafatnya tidak ada kejanggalan dengan perawi diatasny, dengan demikian periwayatan yang menyatakan bahawa beliau telah

menerima hadis diatas dari Ibnu Wahbi dengan lambang yang berarti

sanadnya bersambung.

2. Ibnu Wahbi.(197 H).6

6


(36)

Nama lengkap beliau adalah:

،

a) Guru-gurunya adalah:

,

b) Murid-muridnya adalah:

,

c) Pernyataannya Para kritikus hadis: Ibnu Hajar berkata beliau:

ﺔ ﻘ ﺜ

ﻓ ﺎ ﺤ

Al-Zahabî berkata;

Dari pernyataan kritikus hadis diatas, tidak seorangpun yang mencela

Ibnu Wahbi, dan apabila dilihat dari tahun kelahirannya dan kota tempat beliau lahir juga wafatnya tidak ada kejanggalan dengan perawi diatasny, dengan demikian periwayatan yang menyatakan bahawa beliau telah menerima hadis

diatas dari Jarîr bin Hâzim dengan lambang yang berarti sanadnya

bersambung.

1. Jarîr bin Hâzim. (170 H).7 Nama lengkap beliau adalah:

7


(37)

،

ل ﻴ ﻗ

،

)

،

(

d) Guru-gurunya adalah:

,

e) Murid-muridnya adalah:

,

ﺔ ﻌ ﻤ ﺠ ﻟ

f) Pernyataannya Para kritikus hadis: Ibnu Hajar berkata beliau:

ﺔ ﻘ ﺜ

ﻰ ﻓ

،

ﻪ ﻟ

Al-Zahabî berkata;

ﺔ ﻘ ﺜ

،

ﺎ ﻤ ﻟ

ﻪ ﺒ ﺠ ﺤ

Dari pernyataan kritikus hadis diatas, tidak seorangpun yang mencela

Jarîr bin Hâzim, dan apabila dilihat dari tahun kelahirannya dan kota tempat beliau lahir juga wafatnya tidak ada kejanggalan dengan perawi diatasny, dengan demikian periwayatan yang menyatakan bahawa beliau telah menerima hadis

diatas dari Abî Ishâqdengan lambang yang berarti sanadnya bersambung.

3. Abî Ishâq(129 H)8

Nama lengkap beliau adalah:

8


(38)

ﻰ ﻠ ﻋ

،

،

a) Guru-gurunya adalah:

,

b) Murid-muridnya adalah:

,

c) Pernyataannya Para kritikus hadis: Ibnu Hajar berkata beliau:

ﺔ ﻘ ﺜ

،

Al-Zahabî berkata;

،

ﻰ ﻓ

Dari pernyataan kritikus hadis diatas, tidak seorangpun yang mencela

Abî Ishâq, dan apabila dilihat dari tahun kelahirannya dan kota tempat beliau lahir juga wafatnya tidak ada kejanggalan dengan perawi diatasny, dengan demikian periwayatan yang menyatakan bahawa beliau telah menerima hadis

diatas dari ‘Âsim bin Damrah dengan lambang yang berarti sanadnya


(39)

4. ‘Âsim bin Damrahdanal-Hârits bin al-A’war9

Nama lengkap beliau adalah:

"

،

)

ل ﻴ ﻗ

:

(

."

"

،

)

ﻰ ﻠ ﻋ

"(

.

a) Guru-gurunya adalah:

ﻰ ﻠ ﻋ

b) Murid-muridnya adalah:

,

ﺔ ﻌ ﻤ ﺠ

c) Pernyataannya Para kritikus hadis: Ibnu Hajar berkata beliau:

Al-Zahabî berkata;

،

ل ﺎ ﻗ

:

ﻪ ﺒ

،

ل ﺎ ﻗ

ﻪ ﻨ ﻴ ﻴ ﻠ ﺘ ﺒ

،

Dari pernyataan kritikus hadis diatas, tidak seorangpun yang mencela

‘Âsim bin Damrah, dan apabila dilihat dari tahun kelahirannya dan kota tempat beliau lahir juga wafatnya tidak ada kejanggalan dengan perawi diatasnya, dengan

9


(40)

demikian periwayatan yang menyatakan bahwa beliau telah menerima hadis diatas dari ‘Alî Ra, dengan lambang yang berarti sanadnya bersambung.

5. “Alî bin AbîTâlib.(40 H).10 Nama lengkap beliau adalah:

ﻰ ﻠ ﻋ

،

)

،

ﻰ ﻠ ﺼ

ﻪ ﻴ ﻠ ﻋ

(

a) Guru-gurunya adalah:

ﻰ ﻠ ﺻ

ﻪ ﻴ ﻠ ﻋ

)

(

b) Murid-muridnya adalah:

ﻢ ﺻ ﺎ ﻋ

ﻦ ﺑ

,

ﻦ ﺑ

ﺪ ﺒ ﻋ

,

c) Pernyataannya Para kritikus hadis: Ibnu Hajar berkata beliau:

)

:

ﻦ ﻣ

،

ﻦ ﻣ

،

ﻮ ﻫ

(

Al-Zahabî berkata;

)

:

(

Dari pernyataan kritikus hadis diatas, tidak seorangpun yang mencela

‘Alî Ra, dan apabila dilihat dari tahun kelahirannya dan kota tempat beliau lahir juga wafatnya tidak ada kejanggalan dengan perawi diatasny, dengan demikian

10


(41)

periwayatan yang menyatakan bahawa beliau telah menerima hadis diatas dari Nabi Saw., dengan lambang yang berarti sanadnya bersambung.

b. HadisIbnu Mâjahdari jalur‘Âisyah Ra:

No Nama–nama Sanad Periwayatan

1

ﺮ ﺼ ﻧ ﻦ ﺑ ﻲ ﻠ ﻋ

Ke-1

2

ﻦ ﺑ

Ke-2

3

ﻦ ﺑ

Ke-3

4 Ke-4

5

ﺔ ﺸ ﺋ ﺎ ﻋ

Ke-5

1.

ﺮ ﺼ ﻧ ﻦ ﺑ ﻲ ﻠ ﻋ

.(250 H).11

Nama lengkap beliau adalah

ﻰ ﻠ ﻋ

ﻰ ﻠ ﻋ

)

ﻰ ﻠ ﻋ

(

d) Guru-gurunya adalah:

11Ahmad bin Al


(42)

,

e) Murid-muridnya adalah:

ﺔ ﺠ ﺎ ﻤ

)

"

( "

,

f) Pernyataannya Para kritikus hadis: Ibnu Hajar berkata beliau:

"

ﺔ ﻘ ﺜ

ﻊ ﻨ ﺘ ﻤ ﺎ ﻓ

"

Al-Zahabî berkata;

"

،

ل ﺎ ﻗ

:

"

Dari pernyataan kritikus hadis diatas, tidak seorangpun yang mencela

Nasir bin ‘Alî, dan apabila dilihat dari tahun kelahirannya dan kota tempat beliau lahir juga wafatnya tidak ada kejanggalan dengan perawi diatasny, dengan demikian periwayatan yang menyatakan bahawa beliau telah menerima hadis diatas dariSyajâ’dengan lambangﺎ ﻨ ﺛ ﺪ ﺣ yang berarti sanadnya bersambung.

ﻦ ﺑ

. 2

(204 H).12

Nama lengkap beliau adalah:

،

)

،

(

12


(43)

g) Guru-gurunya adalah:

,

h) Murid-muridnya adalah:

ﻰ ﻠ ﻋ

ﻰ ﻠ ﻋ

,

i) Pernyataannya Para kritikus hadis: Ibnu Hajar berkata beliau:

ﻪ ﻟ

Al-Zahabî berkata;

ﺢ ﻟ ﺎ ﺼ

Dari pernyataan kritikus hadis diatas, tidak seorangpun yang mencela

ٍSyajâ bin al-Walîd, dan apabila dilihat dari tahun kelahirannya dan kota tempat beliau lahir juga wafatnya tidak ada kejanggalan dengan perawi diatasny, dengan demikian periwayatan yang menyatakan bahawa beliau telah menerima hadis diatas dari‘Umarah binti ‘Abdul al-Rahmandengan lambang ﺎ ﻨ ﺛ ﺪ ﺣ yang berarti

sanadnya bersambung.

. 3 (98-106H).13

Nama lengkap beliau adalah:

)

ﻰ ﻓ

ﺔ ﺸ ﺌ ﺎ ﻋ

(

13


(44)

j) Guru-gurunya adalah:

:

, k) Murid-muridnya adalah:

,

l) Pernyataannya Para kritikus hadis: Ibnu Hajar berkata beliau:

ﺔ ﻘ ﺜ

Al-Zahabî berkata;

ﺔ ﻘ ﺜ

،

Dari pernyataan kritikus hadis diatas, tidak seorangpun yang mencela

‘Umarah, dan apabila dilihat dari tahun kelahirannya dan kota tempat beliau lahir juga wafatnya tidak ada kejanggalan dengan perawi diatasny, dengan demikian periwayatan yang menyatakan bahawa beliau telah menerima hadis diatas dari

Hârisahdengan lambang yang berarti sanadnya bersambung.

4.

ﻦ ﺑ

(148 H)14

Nama lengkap beliau adalah:

:

،

14


(45)

a. Guru-gurunya adalah:

ﺔ ﺸ ﺌ ﺎ ﻋ

,

b. Murid-muridnya adalah:

,

c. Pernyataannya Para kritikus hadis: Ibnu Hajar berkata beliau:

Al-Zahabî berkata;

Dari pernyataan kritikus hadis diatas, tidak seorangpun yang mencela

Hârisah, dan apabila dilihat dari tahun kelahirannya dan kota tempat beliau lahir juga wafatnya tidak ada kejanggalan dengan perawi diatasny, dengan demikian periwayatan yang menyatakan bahawa beliau telah menerima hadis diatas dari

‘Âisyah Ra,dengan lambang yang berarti sanadnya bersambung.

5.

ﺔ ﺸ ﺋ ﺎ ﻋ

(57-58 H)15

Nama lengkap beliau adalah:

15


(46)

"

ﺔ ﺸ ﺌ ﺎ ﻋ

:

،

،

)

ﺒ ﻋ

(

a. Guru-gurunya adalah:

ﻰ ﻠ ﺼ

ﻪ ﻴ ﻠ ﻋ

b. Murid-muridnya adalah:

,

c. Pernyataannya Para kritikus hadis: Ibnu Hajar berkata beliau:

ﺔ ﻴ ﺒ ﺎ ﺤ ﺼ

)

ل ﺎ ﻗ

:

،

،

ﻰ ﻠ ﺼ

ﻪ ﻴ ﻠ ﻋ

(

Al-Zahabî berkata;

ﺔ ﻴ ﺒ ﺎ ﺤ ﺼ

)

ل ﺎ ﻗ

:

،

،

Dari pernyataan kritikus hadis diatas, tidak seorangpun yang mencela

Âisyah Ra, dan apabila dilihat dari tahun kelahirannya dan kota tempat beliau lahir juga wafatnya tidak ada kejanggalan dengan perawi diatasny, dengan


(47)

demikian periwayatan yang menyatakan bahawa beliau telah menerima hadis diatas dari Nabi Saw, dengan lambangﺖ ﻟﺎ ﻗ yang berarti sanadnya bersambung.

2. Hadis dari Dâruqutni jalur Ibnu ‘Unar Ra:

No Nama–nama Sanad Periwayatan

1

ﻦ ﺑ

ﻦ ﺑ

Ke-1

2

ﻦ ﺑ

ﺪ ﻴ ﻌ ﺳ

Ke-2

3

ﺪ ﺒ ﻋ

ﻦ ﺑ

Ke-3

4

ﺔ ﻴ ﻘ ﺑ

Ke-4

5 Ke-5

6

ﺮ ﻤ ﻋ

ﻦ ﺑ

ﻴ ﺒ ﻋ

Ke-6

7

ﻊ ﻓ ﺎ ﻧ

Ke-7

8

ﺮ ﻤ ﻋ

ﻦ ﺑ

Ke-8

3.

ﻦ ﺑ

ﻦ ﺑ

16

Nama lengkap beliau adalah

m) Guru-gurunya adalah:

,

n) Murid-muridnya adalah:

16


(48)

, o) Pernyataannya Para kritikus hadis:

Ibnu Hajar berkata beliau:

"

ﺔ ﻘ ﺜ

ﻊ ﻨ ﺘ ﻤ ﺎ ﻓ

" Al-Zahabî berkata;

"

،

ل ﺎ ﻗ

:

"

Dari pernyataan kritikus hadis diatas, tidak seorangpun yang mencela

al-Hasan bin Ahmad, dan apabila dilihat dari tahun kelahirannya dan kota tempat beliau lahir juga wafatnya tidak ada kejanggalan dengan perawi diatasny, dengan demikian periwayatan yang menyatakan bahawa beliau telah menerima hadis diatas dari Sa’îd bin ‘Utsman al-Warâq dengan lambang ﺎ ﻨ ﺛ ﺪ ﺣ yang berarti

sanadnya bersambung.

ﺪ ﻴ ﻌ ﺳ

ﻦ ﺑ

. 2

(204 H).17

Nama lengkap beliau adalah:

p) Guru-gurunya adalah:

,

q) Murid-muridnya adalah:

, r) Pernyataannya Para kritikus hadis:

17


(49)

Ibnu Hajar berkata beliau:

ﻪ ﻟ

Al-Zahabî berkata;

Dari pernyataan kritikus hadis diatas, tidak seorangpun yang mencela

Sa’îd bin ‘Utsman al-Warâq, dan apabila dilihat dari tahun kelahirannya dan kota tempat beliau lahir juga wafatnya tidak ada kejanggalan dengan perawi diatasny, dengan demikian periwayatan yang menyatakan bahawa beliau telah menerima hadis diatas dari Abû al-Taqi Hisyâm dengan lambang ﺎ ﻨ ﺛ ﺪ ﺣ yang berarti sanadnya bersambung.

ﻦ ﺑ

ﺪ ﺒ ﻋ

. 3 (98-106H).18

Nama lengkap beliau adalah:

،

ﻰ ﻘ ﺘ

ﻰ ﺼ ﻤ ﺤ

s) Gurugurunya adalah: t) Muridmuridnya adalah:

-u) Pernyataannya Para kritikus hadis: Ibnu Hajar berkata beliau:

ﺔ ﻘ ﺜ

Al-Zahabî berkata;

18

Yûsuf bin al-Zakkî Abdu al-Rahmân Abû al-Hajjâj al-Mizî,Tahzîb al-Kamâl, (Bairut:


(50)

ﺔ ﻘ ﺜ

،

Dari pernyataan kritikus hadis diatas, tidak seorangpun yang mencela Abû al-Taqi Hisyâm, dan apabila dilihat dari tahun kelahirannya dan kota tempat beliau lahir juga wafatnya tidak ada kejanggalan dengan perawi diatasny, dengan demikian periwayatan yang menyatakan bahawa beliau telah menerima hadis diatas dariBaqiyahdengan lambang yang berarti sanadnya bersambung.

6.

ﺔ ﻴ ﻘ ﺑ

(148 H)19

Nama lengkap beliau adalah:

ﺔ ﻴ ﻘ ﺒ

،

a. Guru-gurunya adalah:

, b. Murid-muridnya adalah:

ﻰ ﻘ ﺘ

,

c. Pernyataannya Para kritikus hadis: Ibnu Hajar berkata beliau:

Al-Zahabî berkata;

19

Yûsuf bin al-Zakkî Abdu al-Rahmân Abû al-Hajjâj al-Mizî,Tahzîb al-Kamâl, Juz.4,


(51)

،

ﺎ ﻤ ﻴ ﻓ

ﻪ ﻌ ﻤ ﺴ

،

ل ﺎ ﻗ

:

ل ﺎ ﻗ

:

ﺔ ﻘ ﺜ

Dari pernyataan kritikus hadis diatas, tidak seorangpun yang mencela Baqiyah, dan apabila dilihat dari tahun kelahirannya dan kota tempat beliau lahir juga wafatnya tidak ada kejanggalan dengan perawi diatasny, dengan demikian periwayatan yang menyatakan bahawa beliau telah menerima hadis diatas dari Ismâ’îl bin ‘Ayâsy,dengan lambang yang berarti sanadnya bersambung.

7. (57-58 H)20

Nama lengkap beliau adalah:

،

ﺔ ﺒ ﺘ ﻋ

a. Guru-gurunya adalah:

,

b. Murid-muridnya adalah:

, c. Pernyataannya Para kritikus hadis:

Ibnu Hajar berkata beliau:

ﺔ ﻘ ﺜ

20Ahmad bin Alî bin Hajar al-Qalânî,Tahzîb al- Tahzîb, (Bairut: Dâr al-Fikr, 1980), Juz.


(52)

Al-Zahabî berkata;

Dari pernyataan kritikus hadis diatas, tidak seorangpun yang mencela

Ismâ’îl bin ‘Ayâsy, dan apabila dilihat dari tahun kelahirannya dan kota tempat beliau lahir juga wafatnya tidak ada kejanggalan dengan perawi diatasny, dengan demikian periwayatan yang menyatakan bahawa beliau telah menerima hadis diatas dari ‘Ubaidillah bin ‘Umar, dengan lambang ﺖ ﻟﺎ ﻗ yang berarti sanadnya

bersambung.

4.

ﺮ ﻤ ﻋ

ﻦ ﺑ

ﺪ ﻴ ﺒ ﻋ

(

w. tidak disebutkan)

21

Nama lengkap beliau adalah:

)

(

d. Guru-gurunya adalah:

e. Murid-muridnya adalah:

f. Pernyataannya Para kritikus hadis:

21

. Yûsuf bin al-Zakkî Abdu al-Rahmân Abû al-Hajjâj al-Mizî,Tahzîb al-Kamâl, Juz.19,


(53)

Ibnu Hajar berkata beliau:

:

ﺔ ﻘ ﺜ

Al-Zahabî berkata;

:

Dari pernyataan kritikus hadis diatas, tidak seorangpun yang mencela

‘Ubaidillah bin ‘Umar, dan apabila dilihat dari tahun kelahirannya dan kota tempat beliau lahir juga wafatnya tidak ada kejanggalan dengan perawi diatasny, dengan demikian periwayatan yang menyatakan bahawa beliau telah menerima hadis diatas dari Nâfi’, dengan lambangﺖ ﻟﺎ ﻗ yang berarti sanadnya bersambung.

8.

ﻊ ﻓ ﺎ ﻧ

(w. tidak ditemukan)

22

Nama lengkap beliau adalah:

"

ﻊ ﻓ ﺎ ﻨ

)

ل ﻴ ﻗ

ل ﻴ ﻗ

ل ﻴ ﻗ

(

a. Guru-gurunya adalah:

b. Murid-muridnya adalah:

22


(54)

,

c. Pernyataannya Para kritikus hadis: Ibnu Hajar berkata beliau:

ﺔ ﻘ ﺜ

ﻪ ﻴ ﻘ ﻓ

Al-Zahabî berkata;

Dari pernyataan kritikus hadis diatas, tidak seorangpun yang mencela

Nâfi’, dan apabila dilihat dari tahun kelahirannya dan kota tempat beliau lahir juga wafatnya tidak ada kejanggalan dengan perawi diatasny, dengan demikian periwayatan yang menyatakan bahawa beliau telah menerima hadis diatas dari

Ibnu ‘Umar, dengan lambangﺖ ﻟﺎ ﻗ yang berarti sanadnya bersambung.

9. 23

ﺮ ﻤ ﻋ

ﻦ ﺑ

Nama lengkap beliau adalah:

،

ﻦ ﻤ ﺣ ﺮ ﻟ ا

a. Guru-gurunya adalah

ﻰ ﻠ ﺼ

ﻪ ﻴ ﻠ ﻋ

23

Yûsuf bin al-Zakkî Abdu al-Rahmân Abû al-Hajjâj al-Mizî,Tahzîb al-Kamâl, Juz. IV,


(55)

b. Murid-muridnya adalah:

ﻊ ﻓ ﺎ ﻨ

,

c. Pernyataannya Para kritikus hadis: Ibnu Hajar berkata beliau:

ﻰ ﺒ ﺎ ﺤ ﺼ

Al-Zahabî berkata;

ﻰ ﺒ ﺎ ﺤ ﺼ

)

ل ﺎ ﻗ

:

،

ل ﺎ ﻗ

ﻰ ﻠ ﺼ

ﻪ ﻴ ﻠ ﻋ

" :

ﺢ ﻟ ﺎ ﺼ

( "

Dari pernyataan kritikus hadis diatas, tidak seorangpun yang mencela

Ibnu ‘Umar, dan apabila dilihat dari tahun kelahirannya dan kota tempat beliau lahir juga wafatnya tidak ada kejanggalan dengan perawi diatasny, dengan demikian periwayatan yang menyatakan bahawa beliau telah menerima hadis diatas dari Nabi Saw, dengan lambangﺖ ﻟﺎ ﻗ yang berarti sanadnya bersambung.

e. Hadis dari Dâruqutni jalur Anas Ra:

No Nama–nama Sanad Periwayatan

1

ﺔ ﻜ ﲟ

ﻦ ﺑ

Ke-1

2

ﺲ ﻧ ﻮ ﻳ

ﻦ ﺑ

ﻦ ﺑ

Ke-2

3

ﻦ ﺑ

Ke-3

4

ﻦ ﺑ

Ke-4

5

ﺖ ﺑ ﺎ ﺛ

Ke-5


(1)

87

pekerjaan?" Beliau bersabda, "Tolong orang yang meminta pertolongan." Mereka bertanya, "Bagaimana bila tidak bisa?" Beliau menjawab, "Kerjakan kebaikan dan tinggalkan kejelekan, hal itu merupakan sedekahnya."

Pembebasan penghasilan-penghasilan yang berkembang sekarang tersebut dari sedekah wajib atau zakat dengan menunggu masa setahunnya, berarti membuat orang-orang hanya bekerja, berbelanja, dan bersenang-senang, tanpa harus mengeluarkan rezeki pemberian Tuhan dan tidak merasa kasihan kepada orang yang tidak diberi nikmat kekayaan itu dan kemampuan berusaha.


(2)

88

2. Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor,Kamus Kontemporer Arab–Indonesia, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1999) Cet.III. h. 432.

3. al-Qordawi, Yusuf,Hukum dan Fungsi Zakat, (Bandung: Mizan,1991), Cet. I. 4. ...,Fatwa-fatwa Kontemporer, (Bandung: Mizan 1996)Cet. V 5. al-Thayyib, Muhammad Syams al-Haq al-Adlzim Abbadi Abu, Aun al-Ma'bud

Syarh Sunan Abi Dawud, Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1415 H. 6. Laporan III Majlis Tarjih Muhammadiyah.Tentang ZIS(2005).

7. Muhammad bin Yazid bin Abdullah Al-Quzwaini, Sunan Ibnu Mâjah (Bairut: Dar Al-Fikri, 2004), juz 2, BabMan Istifadu Mâlan.

8. Sabiq, Said,Zakat dan Pembagiannya, (Bandung; Ma’arif, 1983), Cet.II 9. Surat Keputusan Dewan Hisbah Persis,Tentang ZIS,(2003).

10. Hafiduddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, 2002.

11. Hasan, Adi,Zakat Dan Infak Salah Satu Solusi Mengatasi Probelematika Sosial Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006.

12. Permono, Sechjul Hadi, Sumber-Sumber Penggalan Zakat, Jakarta, Pustaka Firdaus, 1993.

13. Azzuhaili, Wahbah,Zakat Kajian Madzhab, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997.


(3)

89

14. Syauqi Ismail Syahhatih, Al-Thathbiq al-Ma^ashir li al-Zakat,Penerapan Zakat di Dunia Moderen,terjemahan : Ansari Umar Sitanggal, Jakarta : Pustaka Media dan Antar Kota, 1987.

15. Ahmad Warson Al-Munawwir, Al-Munawwir Ibrahim Mustafa dkk,Mu^jam al-Wasit, Tehran : Al-Maktabah al-Ilmiyah, Yusuf al-Qardhawi,Fiqh al-Zakah, Beirut : Muassasah al-Risalah, 1994, Juz I.

16. Didin Hafiduddin,Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, dan Sedekah,

Jakarta : Gema Insani Press, 2001.

17. M.Amin Rais,Cakrawala Islam Antara Cita dan Fakta, Bandung : Mizan, 1999. 18. Abdullah, Syarifuddin,Zakat Profesi,Jakarta: PT. Moyo Segoro Agung, 2003. 19. Afzalurrahman.Doktrin Ekonomi Islam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1996. 20. Baqai, Muhammad Yusuf. 1995.al-Qamus al-Muhith.Beirut: Dar al-Fikri. 21. Baqi, Muhammad Fuad Abdul. 1994. al-Mu’jam al-Mufahris li Alfadh

Al-Qur’an.Cet. IV. Beirut: Dar al-Fikr.

22.Membangun Ekonomi Umat Melalui Pengelolaan Zakat. Jakarta: Nuansa Madani.

23.Analisa Peringkat Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten/Kota”. Ekonomi dan Keuangan Indonesia,Vol. XIX No. 4.


(4)

al-25. Mannan, Teori Wakaf dan Praktik Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti 1997.

26. Al-Qardhawi,Yusuf`, Fiqhu al-Zakat (Dirasah Muqaranah Liahkamiha wa Falsafatiha fi Dhau’ al-Qur’an wa al-Sunnah, Beirut: Muassasah al-Risalah, , 1997. Cet. XXIV.

27. Al-Qosimi, Mujahid al-Islam, Buhus Fiqhiyah min al-Hind, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah,2003, Cet. I.

28.Sumarto, Sudarno. “Tata Kelola Pemerintahan dan Penanggulangan Kemiskinan: Bukti-Bukti Awal Desentralisasi di Indonesia.”Kertas Kerja SMERU.2004

29. Syaltut, Muhammad. Aqidah dan Syariah Islam. Terj. Fachruddin Hs dan Nashruddin Thaha, Jakarta: Bumi Aksara,1994.

30. Yafie, Ali.Menggagas Fiqih Sosial.Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1994.

31. Al-Zarqa’ Mustofa Ahmad, al-Madkhal al-Fiqhi al-‘Am, Beirut: Dar al-Fikr, 1387.

32. Sulaiman bin Asy-ats Abu Daud Assajastan Al-Azdi,Sunan Abu Daud(Bairut: Dar Al-Fikri, 1999), juz 2, Bab Zakat asâimah, hal. 100.

33.Alî bin ‘Amr Abû al-Hasan al-Dâruqutnî al-Bagdâdî,Sunan al-Dâruqutnî, (Bairut: Dâr al-Ma’rifah, 1986), Juz II, h.90.

34. Muhammad bin Yazid bin Abdullah Al-Quzwaini,Sunan Ibnu Mâjah(Bairut: Dar Al-Fikri, 2004), juz 2, BabMan Istifadu Mâlan, hal. 571.


(5)

91

II.

36. Yûsuf bin al-Zakkî Abdu al-Rahmân Abû al-Hajjâj al-Mizî,Tahzîb al-Kamâl, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1980), Juz.IV

37Yûsuf bin al-Zakkî Abdu al-Rahmân Abû al-Hajjâj al-Mizî,Tahzîb al-Kamâl, Beirut:1996.

38. Yûsuf bin al-Zakkî Abdu al-Rahmân Abû al-Hajjâj al-Mizî,Tahzîb al-Kamâl, Juz. 4.

39. Ahmad bin Alî bin Hajar al-Qalânî,Tahzîb al- Tahzîb, (Bairut: Dâr al-Fikr, 1980), Juz. 9

40. Yûsuf bin al-Zakkî Abdu al-Rahmân Abû al-Hajjâj al-Mizî,Tahzîb al-Kamâl, Juz.19

41. Ahmad bin Alî bin Hajar al-Qalânî,Tahzîb al- Tahzîb, juz. I

42. Yûsuf bin al-Zakkî Abdu al-Rahmân Abû al-Hajjâj al-Mizî,Tahzîb al-Kamâl, Juz. IV

43. Syuhudi Ismail,Metode Penelitian Hadis, (Jakarta:Bulan Bintang, 1996) 44. Halqa—ad-Dirasah al-Ijtima’iyyah

45. Abu Daud, Sunan Abu Daud , Beirut 1994 46. Daruquthni, al-ilal, Beirut 1990

47. Nushbu ar-riwayah, Mesir, 1997


(6)

50. Ibnu Hazm meriwayatkan dalam al-Muhalla, jilid 5. 51. Abu Ubaid, Al-Muhalla, Beirut:1985, Jilid 4.