2.2 Konsep pembangunan
Kata pembangunan berasal dari kata “bangun” yang berarti sadar, siuman, bangkit, dan juga berarti bentuk. Dalam kata kerja “bangun” juga berarti
membuat, mendirikan, atau membina. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan meliputi bentuk anatomis, kehidupan isologis dan perilaku
behavioral. Lebih dari itu, kata “pembangunan” telah menjadi bahasa dunia. Keinginan bangsa-bangsa untuk mengejar bahwa memburu masa depan yang
lebih baik menurut kondisi dan cara masing-masing melahirkan berbagai konsep pembangunan. Antara, lain, pertubuhan growth, rekontruksi recontruction,
modernisasi modernization, westernisasi westernization, pembaharuan innavation, pembangunan bangsa nation building, pembangunan nasional
national development, pembangunan development, pembangunan dan pembinaan. Ndara dalam Surjono dan Nugroho 2008:1.
Menurut Siagian dalam surjono dan Nugroho 2008:2, pembangunan merupakan suatu arah atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berencana dan dilakukan oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah secara sadar menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa nation building. Bryant dan
White dalam Surjono dan Nugroho 2008:2 menyebutkan bahwa pembangunan adalah upaya meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa
depanya dan memiliki lima implikasi utama, yaitu:
1. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan manusia secara optimal, baik individu maupun kelompok capacity;
2. Pembangunan berarti
mendorong tumbuhnya
kebersamaan, kemerataan nilai, dan kesejahteraan equity;
3. Pembangunan berarti menaruh kepercayaan kepada masyrakat untuk membangun dirinya sendiri sesuai kemampuannya. Kepercayaan ini
dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih dan kekuasaan untuk memutuskan empowerment;
4. Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan negara satu kepada negara lain, menciptakan hubungan saling mengutungkan dan
menghormati interdependence.
2.3 Konsep kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaandiaksesdari http:www.sigana.web.idindex.phpkemiskinanabsolut.htm
l. pada tanggal 06 november 2014. Kemiskinan senangtiasa menarik perhatian berbagai kalangan, baik para akademisi maupun praktisi. Dalam konteks
masyarakat indonesia, masalah kemiskinan juga merupakan masalah sosial yang senang tiasa relevan untuk dikaji secara terus-menerus. Ini bukan saja karena
masalah kemiskinan telah ada sejak lama melainkan pula karena masalah ini masih hadir ditengah-tengah masyarakat Indonesia dan bahkan kini gejalanya
semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang dihadapi oleh bangsa ini.
Berbagai konsep dan pendekatan terus-menerus dikembangkan untuk melukiskan mengenai kemiskinan. Suyanto 1996:1 membedakan kemiskinan
menurut jenisnya dan penyebab yang melatar belakanginya. a. Menurut jenisnya, kemiskinan dibedakan ke dalam dua kategori:
1. Kemiskinan Relatif, yakni yang dinyatakan dengan beberapa persen dari pendapatan nasional yang diterima oleh kelompok
penduduk dengan kelas pendapatan tertentu dibandingkan dengan proporsi pendapatan nasional yang diterima oleh kelompok
penduduk dengan pendapatan lainnya. 2. Kemiskinan Absolut, yakni suatu keadaan dimana tingkat
pendapatan absolut dari satu orang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, seperti: sandang, pangan dan
pemukiman. b. Menurut penyebab yang melatar belakanginya, kemiskinan juga
dibedakan ke dalam dua kategori: 1. Kemiskinan Alamiah, yakni kemiskinan yang timbul sebagai akibat
sumber-sumber daya yang langkah dan atau karena tingkat perkembangan teknologi yang sangat rendah. Artinya faktor-faktor
yang menyebabkan suatu masyarakat menjadi miskin adalah secara alamiah memang ada.
2. Kemiskinan buatan, yakni kemiskinan yang terjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak
menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata. Pengertian kemiskinan buatan seringkali diindentikkan dengan
pengertian kemiskinan struktural. 2.3.1 Dimensi Kemiskinan
Kemiskinan dapat dilihat dari berbagai dimensi. SMERU dalam Surjono dan Nugroho, 2008:40 menyatakan dimensi-dimensi tersebut adalah sebagai
berikut: a. Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar pangan,
sandang, dan papan ; b. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainya kesehatan,
pendidikan, sanitasi, parit bersih, dan trasportasi; c. Ketiadaan jaminan masa depan karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga; d. Kerentangan terhadap guncangan yang bersifat individu maupun massal;
e. Rendahnya kwalitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber daya alam;
f. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat; g. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja yang berkesinambungan;
h. Ketidak mampuan untuk berusaha karena efek fisik maupun mental; i. Ketidak mampuan dan ketidak beruntungan sosial anak terlantar, wanita
korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil.
2.3.2 Kriteria Kemiskinan Di indonesia usaha untuk memahami kemiskinan lebih didominasi oleh
penggunaan konsep kemiskinan absolut. Kemiskinan sendiri memiliki beberapa ciri yaitu, SMERU dalam Suharto et al., 2004:7-8:
1 Ketidak mampuan memenuhi konsumsi dasar sandang,pamgan,papa; 2 Ketiadaan
akses terhadap
kebutuhan hidup
dasar lainnya
kesehatan,pendidikan,sanitasi,air bersih dan transportasi; 3 Ketiadaan jaminan masa depan karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga; 4 Kerentaan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun masal;
5 Rendahnya kwalitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber alam;
6 Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat; 7 Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan; 8 Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental;
9 Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial anak terlantar, wanita korban tindak kekerasan rumah tangga,janda miskin,kelompok
marjinal dan terpencil. Dengan menggunakan prespektif yang lebih luas lagi, Davic Cox 2004:1-6
dalam Suharto 2005:132-133 membagi kemiskinan kedalam beberapa dimensi: 1 Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan
pemenang dan ada yang kalah. Pemenang umumnya adalah negara- negara maju. Sedangkan negara-negara berkembang seringkali
semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan persyaratan globalisasi;
2 Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsisten kemiskinan akibat rendahnya pembangunan, kemiskinan
pedesaan kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan, kemiskinan perkotaan kemiskinan yang disebabkan
oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan; 3 Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-
anak, dan kelompok minoritas;
4 Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian- kejadian lain atau faktor-faktor eksternal diluar si miskin, seperti
konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan dan tingginya jumblah penduduk.
2.4 Konsep Efektivitas