model ini unik adalah manajer dan karyawan bank yang terjun langsung ke masyarakat untuk menjelaskan dan memperkenalkan program bank pada
masyarakat. Grameen Bank menekankan pada sistem kredit yang dianggap ampuh dalam mengatasi kemiskinan serta mampu menimbulkan kegiatan
sosial ekonomi yang efektif. Sujono dan Nugroho2008:34 menejelaskan bahwa,
“metodologi Grameen Bank tidak berbasis pada penilaian kepemilikan seseorang, tetapi berbasis pada potensi dari orang
tersebut. Grameen Bank percaya bahwa setiap manusia termasuk yang miskin sekalipun dibekali dengan potensi yang
banyak. Meskipun demikian Grameen Bank tetap berusaha mendapatkan keuntungan agar operasional bank tidak
terhenti.” Grameen Bank mempuyai banyak cabang yang tersebar hingga
pelosok-pelosok desa agar masyarakat dapat lebih mudah mengakses sumber keuangan dengan prosedur yang mudah. Pada model ini tidak ada proses
hukum yang diterapkan apabila si peminjam kesulitan dalam mengembalikan pinjaman sebagai bank-bank konvensional yang akan membawa nasabahnya
ke pengadilan bila kredit macet. Grameen Bank akan bekerja keras dalam menolong pinjaman untuk mendapatkan kekuatan serta kepercayaan diri
dalam mengatasi persoalan yang dihadapi.
2.6 Konsep Usaha Mikro
2.6.1 Pengertian dan Kriteria Usaha Mikro
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM, pengertian usaha mikro adalah usaha
produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
Adapun karakteristik usaha mikro yang membedakannya dengan usaha kecil dan menengah menurut undang-undang dapat dilihat berdasarkan besaran aset dan
omset yang dimiliki usaha tersebut. Aset maksimal usaha yang digolongkan mikro adalah sebesar lima pulu juta dengan jumblah omset maksimal sebesar tiga ratus
juta. Usaha mikro tergolong jenis usaha marginal, ditandai dengan penggunaan
teknologi yang relatif sederhana, tingkat modal dan akses terhadap kredit yang rendah, serta cenderung berorientasi pada pasar lokal diakses dari
http:smeru.or.idreportfiedusahamikro2Buku20220Usaha20Mikro20Edit ed.pdf pada tanggal 06 September 2014. Adapun karakteristik dari usaha mikro
secara umum adalah sebagai berikut : a. bersifat informal dari tidak berbadan hukum;
b. bersifat fluktuatis baik dari omzet maupun tenaga kerja. Omzet dan tenaga kerja bergantung pada permintaan, musim, serta ketersediaan bahan baku;
c. tampa atau hanya menggunakan teknologi sederhana. Teknologi yang termasuk relatif tinggi yang digunakan dalam usaha mikro antara lain
mesin jahit dan mesin butut logam; d. pelaku usaha mikro relatif mudah berganti jenis usaha. Keluar masuknya
usaha mikro relatif mudah karena usaha ini tidak memerlukan keahlian khusus diakses dari
http:smeru.or.idreportfiedusahamikro2Buku20220Usaha20Mikro 20Edited.pdf pada tanggal 06 September 2014 .
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa secara garis besar usaha yang termasuk dalam kriteria usaha mikro itu jika usaha tersebut bersifat
informal, modal yang digunakan terbatas, tidak memerlukan keterampilan dan keahlian khusus serta teknologi yang dipergunakan masih sederhana. Dapat
disimpulkan berdasarkan pengertian dan karakteristik di atas bahwa usaha mikro merupakan usaha yang sederhana. Baik dari sisi modal, pengelolaannya maupun
sarana dan prasarana yang dipergunakan. Selain itu, keahlian dan teknologi yang digunakan dalam menjalankan usaha ini cukup relatif rendah. Namun ciri yang
menonjol dari usaha mikro adalah permodalan yang digunakan itu tergolong kecil dan minim. Kemudian jenis usahanya juga tidak memerlukan perijinan formal
layaknya usaha kecil, menengah, maupun besar. Maka wajar jika sektor informal seperti usaha mikro ini banyak dipilih masyarakat sebagai pilihan usaha mereka
khususnya kaum perempuan.
2.6.2 Perempuan Sebagai Pemilik Usaha Mikro