kondisi di atas bisa dinilai apakah layak calon pelanggan diberi pembiayaan, dan beberapa besar plafon pembiayaan yang layak diberikan.
4. Collateral Adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon debitur benar-
benar tidak bisa memenuhi kewajibannya .Collateral diperhitungkan paling akhir, artinya bilamana masih ada suatu kesangsian dalam pertimbangan-
pertimbangan yang lain, maka bisa menilai harta yang mungkin bisa dijadikan jaminan. Pada hakikatnya bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan
bisa juga collateral tidak berwujud, seperti jaminan pribadi bortogch, letter of guarantee, rekomendasi
5. Condition of Economy
Kredit yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon debitur. Ada suatu usaha yang sangat
tergantung dari kondisi perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi ekon
omi dengan usaha calon debitur.
Permasalahan mengenai Condition of economy erat kaitannya dengan faktor politik, peraturan perundang-
undangan negara dan perbankan pada saat itu serta keadaan lain yang mempengaruhi pemasaran seperti Gempa bumi
, tsunami, longsor, banjir dsb.
Sebagai contoh beberapa saat yang lalu terjadi gejolak ekonomi yang bersifat negatif dan membuat nilai tukar rupiah menjadi sangat rendah, hal ini
menyebabkan perbankan akan menolak setiap bentuk kredit invenstasi maupun konsumtif.
4.3.6 Pembinaan Terhadap Pinjaman
Pembinaan pinjaman adalah upaya pembinaan yang berkesinambungan dan dilakukan koperasi yang berwenang terhadap fasilitas pinjaman yang
menyangkut penilaian perkembangan usaha peminjam, penggunaan pinjaman maupun perlindungan kepentingan koperasi baik yang dilakukan secara
administratif maupun lapangan. Tujuan dilakukan pembinaan pinjaman adalah
untuk menjaga agar pelaksanaan pencairan pinjaman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, penggunaan pinjaman sesuai dengan rencana atau tujuan
pinjaman, pengeluaraan dan pendapatan peminjam benar-benar dipergunakan untuk membayar kembali pinjamannya, dan untuk mengikuti perkembangan
usaha anggota dan membantu memecahkan permasalahannya serta untuk mengamankan pinjaman sehingga dapat menghindarkan terjadi nya penurunan
pinjaman macet. Selanjutnya pembinaan kredit dapat dilakukan melalui pembinaan secara
administratif dan pembinaan secara langsung di lapangan. Pembinaan secara administratif dilakukan di belakang meja berdasarkan pada laporan-laporansurat-
menyurat dari peminjam, yang mencakup analisis laporan yang diterima dari peminjam, mengambil langkah-langkah untuk bahan kegiatan di lapangan,
memberikan informasi perkembangan pinjamannya dan meminta tindakan segera. Sedangkan pembinaan di lapangan dilakukan dengan mengadakan kunjungan ke
tempat usaha peminjam, yang meliputi penelitian apakah pinjaman yang diberikan telah dipergunakan sesuai dengan syarat dan tujuan yang telah disepakati,
mengadakan pengamatan apakah manajemen perusahaan terpelihara dengan baik, meneliti samapai seberapa jauh kemungkinan pengembangan perkreditan di sektor
usaha anggota yang bersangkutan. Koperasi melakukan pembinaan terhadap
peminjam menurut Bapak Rohim selaku pengawas koperasi wanita wetan kantor dalam wawancaranya tanggal 06-04-2015 menjelaskan bahwa:
“meski pihak kami telah hati-hati dalam melakukan pemberiaan pinjaman, namun nyatanya masih banyak peminjam yang nakal, telat dan sebagainya.
Biasanya pihak kami selalu memberitahu kepada peminjam mengenai jatuh tempo angsuran melalui sms, memberikan teguran secara lisan
kepada peminjam yang sering telat membayar, dan memberikan beberpaa solusi jika peminjam mengalami kesulitan dalam mengembalikan
pinjamannya.
” Pernyataan senada juga disampaikan oleh Ibu Soleha selaku
pengurus Koperasi Wetan Kantor dalam wawancaranya tanggal 27-03- 2015 mengatakan bahwa:
“beberapa langkah yang telah kami lakukan dalam bentuk pembinaan terhadap pinjaman, beberapa anggota yang tidak melakukan angsuran
selalu kami tegur secara lisan, setiap kali mereka terlambat selalu mendapatkan teguran dari kami. Ada kejadian dulu anggota pindah keluar
kota sementara kewajiban di koperasi belum selesai, ya pihak kami terus menanyakan dan meminta untuk segera menyelesaikan keawajibannya”
Dari kedua pernyataan di atas mengandung pengertian bahwa koperasi telah melakukan pembinaan terhadap pinjaman anggota yang
belum memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Pernyataan tersbut diperkuat oleh Ibu Sulasmina Ketua
Kelompok Jenis Usaha adalah Laundry wawancara tanggal 30-03-2015 mengatakan bahwa:
“saya sebagai ketua kelompok sudah sangat sering mendapatkan teguran dari koperasi perihal kelompok saya yang terlambat melakukan angsuran.
Masalahnya kelompok peminjam bersifat tanggung renteng, jika satu bermsalah maka akan bermasalah pada yang lainnya, kalau ada yang tidak
bayar maka tidak akan mendapatkan pinjaman lagi untuk anggota yang
lainnya” Tanggung Renteng adalah tanggung jawab bersama diantara anggota
disatu kelompok, atas segala kewajiban terhadap koperasi dengan dasar keterbukaan dan saling mempercayai Kelompok adalah pengelompokkan anggota
dalam jumlah tertentu berdasarkan tempat tinggal yang berdekatan. Dalam koperasi yang menerapkan system tanggung renteng, kelompok merupakan basic
dari pengelolaan koperasi. Karena didalam kelompoklah, semua aktivitas anggota terkait dengan koperasi, dilakukan. Semua aktivitas tersebut yang terkait
dengan pengambilan keputusan harus dilakukan dengan cara musyawarah. Pola pengambilan keputusan demikian dilakukan, karena semua konsekuensi dari
keputusan tersebut menjadi tanggung jawab bersama seluruh anggota dalam kelompok. Dengan kata lain, eksistensi sebuah kelompok menjadi tanggung jawab
bersama seluruh anggota dikelompok tersebut.
4.3.7 Dokumentasi