35 rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosionall, sosial rasa kasih sayang, kepemilikan,
penerimaan, dan persahabatan, penghargaan faktor penghargaan internal dan eksternal, dan aktualisasi diri pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri.
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan social,
penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas.
[
Perbedaan antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal sementara
kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal.
Area motivasi manusia
Empat area utama motivasi manusia adalah makanan, cinta, seks, dan pencapaian. Tujuan-tujuan yang mendasari motivasi ditentukan sendiri oleh individu yang melakukannya,
individu dianggap tergerak untuk mencapai tujuan karena motivasi intrinsik keinginan beraktivitas atau meraih pencapaian tertentu semata-mata demi kesenangan atau kepuasan dari
melakukan aktivitas tersebut, atau karena motivasi ekstrinsik, yakni keinginan untuk mengejar suatu tujuan yang diakibatkan oleh imbalan-imbalan eksternal
.
2.3. Setting Cerita Novel No One’s Perfect
2.3.1. Latar Tempat
Latar tempat biasanya menjelaskan tentang lokasi kejadian peristiwa yang diceritakan di dalam kraya sastra. Dalam hal ini tempat yang dipergunakan berupa tempat-tempat dengan nama
tertentu dan lokasi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
36 Latar tempat yang terdapat dalam cerita no one’s perfect adalah :
1. Rumah Sakit
Hal ini jelas terlihat pada kalimat di halaman 48 paragrap ke 3: ” Di rumah sakit, para perawatlah yang mengerjakan segalanya. Tidak seperti rumah sakit yang lainnya dimana para
anggota boleh tinggal dan menjaga pasien yang dirawat. Bahkan ayah dan ibu hanya diizinkan antara jam 15.00 sampai jam19.00.”
2. Taman Kanak-Kanak Seibo
Hal ini jelas terlihat pada kalimat di halaman 5 paragrap ke 1 : “ketika aku berusia 4 tahun aku mulai masuk sekolah di Taman Kanak-kanak Seibo.”
3. Sekolah Dasar Yohga
Hal ini terlihat jelas pada kalimat di halaman 15 paragrap pertama : “ Berkat kebaikan hati kepala sekolah Yohga dan yang lainnya, pintu telah terbuka untukku. Hanya ada satu cara
untuk membalas kebaikan mereka dan itu adalah dengan sekolah yang baik.” 4.
Kolam Renang Hal ini terlihat jelas pada kalimat di halaman 69 paragrap ke 3: “ Pada saat itu tinggiku
baru sekitar 70 cm, sedangkan dasar kolam mencapai lebih 1 m, jauh melebihi tinggi tubuhku. Artinya aku tidak bisa melakukannya sendirian.”
5. Sekolah Menengah Pertama Yohga
Hal ini terlihat jelas pada kalimat di halaman 84 paragrap pertama : “Masa perpindahan ke sekolah menengah pertama berjalan lancar, ada sesuatu yang meyakinkan ketika akan
memasuki sekolah menengah pertama Yohga, sebuah sekolah umum setempat yang siswa- siswanya kebanyakan berasal dari SD Yohga.”
6. kuil Meiji
Universitas Sumatera Utara
37 Hal ini terlihat jelas pada kalimat di halaman 96 paragrap ke 4 : ”pada tanggal 4 Januari,
kelima anggota baru organisasi siswa berkumpul bersama. Kami mengunjungi kuil Meiji untuk berdoa bagi kesuksesan kegiatan organisasi di masa yang akan datang.”
7. sekolah Menaengah atas Toyama Metropolitan
Hal ini terlihat jelas pada kalimat: “pada bulan April 1992, aku menjadi murid baru pada sekolah Menenngah Atas Toyama Metropolitan..
8. Univesitas Waseda
Hal ini terlihat jelas pada kalimat di halaman 162 paragrap ke 2 : “Universitas Waseda dikenal memiliki dua atau tiga ribu klub. Klub yang kupilih adalah English Speaking Society
perkumpulan percakapan dalam bahasa inggris atau ESS.
2.3.2. Latar Waktu Menurut Burhan Nurgiyantoro 1995:230, latar waktu berhubungan dengan masalah
kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah kapan tersebut biasanya dapat dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya dengan
peristiwa sejarah. Latar waktu pada cerita ini dimulai pada waktu yang disebutkan secara faktual yaitu pada
musim semi pada tanggal 6 April 1976. ini terlihat jelas pada kalimat awal di halaman pertama novel yang berbunyi : “hari itu, tanggal 6 April 1976, sinar matahari menyinari pepohonan
cherry yang bunganya sedang mekar-mekarnya”. Latar waktu pada cerita ini juga terdapat pada musim salju. Hal ini terlihat jelas pada
kalimat yang terdapat pada halaman 36 paragrap kedua yang berbunyi: “hujan salju yang baru-
Universitas Sumatera Utara
38 baru ini turun telah meninggalkan sisa-sisa genangan salju di halaman sekolah sepanjang rute
lari.” Ada juga latar waktu pada musim panas. Hal ini terlihat jelas pada kalimat yang terdapat
pada halaman 149, paragrap ketiga: “ liburan musim panas merupakan saat pengambilan keputusan bagi murid-murid sekolah prakuliah..”
Latar waktu pada cerita ini juga terdapat pada musim gugur. Ini terlihat jelas pada kalimat yang terdapat pada halaman 169, paragrap ketiga : “ suatu malam dimusim gugur, aku
tidak bisa memejamkan mata. Aku berpikir tentang segala hal. Apa yang akan kulakukan dengan hidup mulai saat ini ?.”
Latar waktu yang menerangkan keadaan hari berupa siang dan malam juga terdapat dalam novel ini, ini terlihat jelas pada halaman 3 paragrap pertama yang berbunyi : “ jika malam
tiba, aku tidak bisa tidur dan sering menangis sepanjang malam. Padahal di siang hari akupun tidak tidur. Entah kenapa, aku jarang sekali tidur.”
Latar waktu yang menunjukkan jam juga ada pada cerita ini. Ini terlihat jelas pada halaman 48 paragrap kedua : “ bahkan ayah dan ibu hanya diizinkan antara jam 15.00 sampai
jam 19.00.” Latar waktu yang menerangkan waktu secara faktual dan terperinci dalam bentuk
penanggalan juga banyak terdapat pada novel ini. Ini terlihat jelas pada halaman 96 paragrap ke empat yang berbunyi : “pada tanggal 4 Januari, kelima anggota baru Organisasi siswa berkumpul
bersama”, Pada halaman 121 paragrap pertama, yang berbunyi : “pada bulan April 1992, aku menjadi murid baru di sekolah Menengah Atas Toyama Metropolitan”, pada halaman 156
paragrap ketiga yang berbunyi: “tanggal 1 Maret. Daftar nama murid yang lulus akan segera dikeluarkan”.
Universitas Sumatera Utara
39 Itulah latar tempat dan latar waktu yang digunakan dan terdapat di dealam novel No
One’s Perfect ini.
Universitas Sumatera Utara
40
BAB III
ANALISIS NILAI-NILAI DIDAKTIS DI DALAM NOVEL NO ONE’S PERFECT
3.1. Sinopsis Cerita No One’s Perfect Hari itu tanggal 6 april 1976, sinar matahari lembut menyinari pepohonan cherry yang
bunganya sedang mekar-mekarnya. Hari itu tidak akan pernah terulang dalam hidupnya tapi akan terus diperingatinya tiap tahun. Hari itu adalah hari yang paling indah dalam hidupnya sebagai
seorang anak. Ya, itu jerit tangis yang pertama bayi laki-laki yang kuat yang lahir dari pasangan yang saling mencintai. Kecuali ada satu hal yang tidak biasa: bayi itu lahir dengan anggota tubuh
yang tidak lengkap. Dia terlahir sebagai penyandang Tetra Amelia, yaitu suatu keadaan dimana seseorang dilahirkan tanpa tangan dan kaki. Selama 3 minggu setelah dilahirkan, ibu sang bayi
tidak diperkenankan bertemu dengan bayinya oleh pihak Rumah Sakit dan para dokter, hal itu mereka lakukan untuk menjaga kondisi psikologis sang ibu pasca melahirkan. Sampai pada suatu
hari, hari pertama dimana bayi itu dipertemukan dengan ibunya untuk yang pertama kali, reaksi yang diperkirakan kebanyakan orang ternyata bertolak belakang, ibu sang bayi tidak teriak
histeris melihat bayi yang dilahirkannya, ibu sang bayi malah tersenyum tulus sambil berkata: “anakku kamu sangat tampan”. Semua orang yang menyaksikan merasa sangat terharu.
Bayi itu akhirnya diberi nama Hirotada oleh ayahnya memilih karakter Hiro lautan untuk memberi arti “sebuah hati sebesar lautan pasifik” dan Tada benar yang berarti
“menjaga dunia di jalan yang benar”. Terlebih Tada tampak mirip dengan karakter negara yang berkaitan dengan rasa yang dikelilingi oleh pembatas-pembatas.
Universitas Sumatera Utara
41 Tetapi dalam karakter Tada salah satu sisinya terbuka, yang berarti seorang raja yang dapat
bergerak bebas dan mempunyai banyak ide membangun, dan dibelakang nama ditambah nama Ototake, mengambil nama keluarga. Jadi nama lengkap bayi tersebut adalah Hirotada Ototake.
Kehidupan mereka dimulai disebuah desa yang bernama Kasai di bagian Edogawa yang terletak dipinggir Tokyo. Oto menjalani masa balitanya di daerah tersebut sampai usianya
menginjak 4 tahun. Ketika berusia genap 4 tahun, keluarga Oto memutuskan untuk pindah ke Yohga di bagian Setagaya karena orangtua Oto ingin memasukkan Oto ke taman kanak-kanak
Seibo. Disinilah memori Oto kecil dimulai. Pada hari pertama masuk sekolah Ototake selalu menjadi pusat perhatian dan pusat kerumunan
anak-anak sekolahnya, mereka akan bertanya “kenapa kamu duduk di kursi ini?, kenapa tanganmu sangat kecil? Kenapa kakimu pendek sekali? Kenapa kamu tidak turun saja dari kursi
ini ?, kenapa, kenapa, kenapa ?”, mereka tidak akan berhenti bertanya sebelum Ototake menjelaskan semuanya. Lama kelamaan Ototake bersyukur dan merasa beruntung telah terlahir
sebagai orang cacat, karena tanpa tangan dan kaki ditambah selalu duduk di kursi roda, Ototake menjadi anak terpopuler disekolah karena selalu dikelilingi teman-teman. Sedikit demi sedikit
sifat keras hati Oto kecil mulai tumbuh, Oto menganggap dirinya superior dan bersikap layaknya seorang raja diatas kursi roda, dengan barisan pengawal setia dibelakang kursi rodanya. Dia
sering memerintahkan ini dan itu kepada teman-temannya. Teman yang merasa takut tersisihkan dari kelompok akan menuruti permintaan Oto.
Menamatkan sekolah di TK Seibo, orangtua Oto ingin melanjutkan pendidikan Oto ke SD negeri. Tetapi harapan orangtua Oto ternyata tidak gampang, SD negeri menolak Oto dengan
alasan tidak menyediakan fasilitas untuk penyandang cacat. Mereka mulai mencoba dengan sekolah swasta., karena pernah mendengar sekolah swasta memiliki pengertian pada anak yang
Universitas Sumatera Utara
42 cacat, tetapi semuanya sia-sia. Orangtua Oto bahkan tidak menemukan sekolah yang
mengizinkan Oto menjalani tes masuk. Bisa dikatakan pintu sekolah itu dibanting di muka mereka. Tepat ketika orangtua Oto mulai menyerah dan mulai berpikir kalau Oto tidak akan
mendapat pendidikan umum, suatu berita datang dan mengubah keadaan pada waktu itu. Sebuah surat pemberitahuan tentang pemeriksaan kesehatan bagi anak usia sekolah. Surat itu berasal dari
sebuah SD yang sejak awal sudah dicoret dari daftar yang dibuat orangtua Oto. Tapi sepertinya pihak sekolah tidak tahu keadaan Oto yang sebenarnya. Sesuai dugaan pihak sekolah tidak
mengetahui bahwa Oto adalah seorang penyandang cacat berat. Pihak sekolah berusaha menolak dengan berbagai alasan ketika ayah Oto memberi penjelasan. Tapi setelah usaha yang ulet dari
orangtua Oto, pihak sekolah mengizinkan tes kesehatan untuk Oto. Tes kesehatan berjalan dengan sukses, saat sesi wawancara pun tiba, yang bertindak sebagai pewawancara pada sesi ini
adalah kepala sekolah Yohga sendiri. Pada saat ini Oto bersikap sebaik mungkin dan menjawab pertanyaan kepala sekolah dengan sangat baik, pada hari berikutnya adalah sesi bertemu dengan
pihak Dewan Sekolah, pada sesi ini Oto menunjukkan bahwa dia bisa melakukan apa saja yang bisa dilakukan oleh anak yang normal. Seperti menulis, makan dengan sendok dan garpu,
menggunting kertas, bahkan berjalan, tentu saja itu semua memerlukan teknik khusus. Semua yang didemonstrasikan Oto itu membuat semua anggota dewan tercengang dan memberi Oto
pujian, akhirnya semua perjuangn Oto dan Orangtuanya membuahkan hasil, Oto memperoleh izin untuk bersekolah disitu dengan satu syarat, yaitu ada pengawas pribadi yang mengantar Oto
kesekolah, menunggunya selama belajar, lalu menemani sampai pulang kerumah. Syarat itu disetujui orangtua Oto.
Pengalaman hari pertama bersekolah di SD Yohga mirip dengan di TK Seibo , reaksi teman-teman baru ketika melihat Oto juga sama. Merasa aneh, ingin mendekat, sedikit takut, dan
Universitas Sumatera Utara
43 ingjn mencari tahu penyebabnya. Keadaan ini menjadi perhatian seorang sensei yang bernama
sensei Takagi yang mengajar di kelas Oto. Sebagai anak yang “berbeda” Oto banyak mendapat perlakuan yang istimewa dari sensei-sensei lain, tapi tidak dengan sensei Takagi. Oto malah
mendapat perlakuan yang terasa memberatkannya seperti tidak boleh seorang anakpun membantu Oto mengambil perlengkapan belajar dari loker, tidak boleh mendorong kursi roda
Oto, bahkan di kelas Oto tidak boleh duduk di kursi roda, dia harus berjalan seperti anak lainnya. Tindakan ini mendapat protes keras dari guru-guru lain dan murid. Tapi di balik kekejamannya
itu sensei Takagi adalah seorang guru berhati suci yang memiliki tujuan untuk membiasakan Ototake dapat hidup secara normal dan tidak menggantungkan hidupnya pada orang lain. Sensei
Takagi ingin Ototake kelak dapat tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan berprestasi. Ketika SD pelajaran kesenangan Ototake adalah olahraga. Terdengar sangat bertolak
belakang dengan keadaan fisiknya. Tapi itulah kenyataannya. Oto berhasil mendaftarkan dirinya di berbagai cabang olahraga sekolah, seperti lari, sepak bola dan renang. Hal tersebut membuat
orang-orang disekitar Oto terkejut dan heran, tapi Oto membuktikan bahwa dia bisa melakukan hal tersebut, dengan bimbingan sensei yang selalu mendukungnya. Bahkan berkat ketekunannya
berlatih dan kemajuan-kemajuan yang dicapai selama berlatih, Oto berhasil meyakinkan pihak sekolah untuk dapat mengirimnya sebagai wakil untuk ikut pertandingan lari dan renang pada
hari olahraga. Oto pun berhasil masuk sebagai peserta dalam pertandingan tersebut melawan anak-anak normal, tapi fisik yang dimiliki Oto belum memungkinkan Oto untuk menang pada
lomba tersebut. Tetapi Oto seolah menjadi pemenang sejati pada acara tersebut karena hampir semua penonton khususnya penonton wanita menangis terharu dan menyemangati Oto ketika
pertandingan berlangsung. Oto manjadi bintang lapangan pada saat itu.
Universitas Sumatera Utara
44 Menamatkan pendidikan dasar di SD Yohga, Oto melanjutkan pendidikan menengahnya
di SMP Yohga. Kebanyakan anak yang mendaftar di sekolah ini juga berasal dari SD Yohga. Masuk di sekolah ini Oto dan keluarganya tidak mendapatkan penolakan karena pihak sekolah
telah mengenal dan mengetahui kemandirian Oto di SD Yohga dulu. Tidak lama setelah masuk ke SMP Yohga Oto mengambil ekstrakurikuler basket. Hal ini menggemparkan ayah dan ibu Oto
yang sebenarnya telah terbiasa dengan tingkah laku aneh anaknya. Seperti di SD Yohga dulu Oto sangat tekun dan bersungguh-sungguh ketika latihan, dia berusaha menguasai teknik-teknik
basket tentunya dengan cara yang berbeda dengan yang dilakukan oleh orang normal. Berkat kegigihannya ini untuk sekali lagi oleh pihak sekolah Oto diperbolehkan untuk ikut bertanding
memperkuat timnya dalam pertandingan basket antar sekolah, dan Oto melakukan tugasnya dengan sangat baik dan akhirnya tim mereka berhasil memenangkan pertandingan tersebut.
Oto adalah seorang penggemar festival dan pecinta pesta. Dia sangat menyenangi festival budaya dan berbagai pesta seperti pesta kebun, pesta ulangtahun, wisata sekolah, pesta kembang
api, pesta natal, dan pesta tahun baru. Pada usia SMP ini seperti kebanyakan anak normal lainnya Oto mengalami masa puber, Oto mulai merasakan rasa ketertarikan kepada lawan jenis, pada
masa ini Oto ditaksir oleh salah seorang junior melalui sepucuk surat. Momen ini membuat Oto merasa tersanjung, karena ada perempuan yang tertarik dengan seorang laki-laki berpenampilan
istimewa seperti Oto. Pada bulan April 1992, Oto masuk ke SMA Toyama Metropolitan. Di sekolah ini Oto
kembali menunjukkan keeksentrikannya dengan masuk ke klub Football, tapi keinginan Oto ini pada awalnya mendapat pandangan sinis dari teman-temannya yang hanya menilai orang dari
penampilan fisiknya. Oto tidak perduli dengan itu semua dan berkat keahliannya dalam meyakinkan orang-orang disekitarnya, Oto akhirnya diterima dalam tim Football sekolahnya. Di
Universitas Sumatera Utara
45 masa SMA ini Oto juga menunjukkan bakatnya yang lain, yaitu dalam bidang seni, Oto
tergabung dalam tim pembuat film yang akan dipertunjukkan dalam festival budaya Toyama. Oto bertindak sebagai asisten sutradara, dan film itu mendapat pujian yang sangat baik dari para
pangamat film dan penonton. Menamatkan pendidikan di SMA dengan nilai yang tidak terlalu baik Oto memutuskan untuk
melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah, Oto mulai masuk sekolah prakuliah. Oto mencoba untuk mendaftar di bebagai sekolah prakuliah yang etrdapat di kotanya, yaitu kota
Takadanobaba, tetapi tak satupun sekolah prakuliah itu bersedia menerima Oto dengan alasan mereka tak memiliki fasilitas untuk penyandang cacat seperti Oto, dan mereka tidak mau
menerima resiko bila terjadi sesuatu pada Oto bila mereka menerima Oto di sekolah mereka. Akhirnya Oto mandapatkan sekolah prakuliah yang mau menerimanya, yaitu sekolah prakuliah
di daerah Okubo, yang bisa dicapai dengan menggunakan Sinkansen. Seperti biasa Oto memiliki banyak teman, dan mulai belajar dengan sungguh-sungguh, sampai pada akhirnya ujian masuk
perguruan tinggi pun tiba. Oto mengerjakan ujian tersebut dengan penuh konsentrasi, hingga saat pengumuman hasil ujian pun tiba. Oto diterima masuk perguruan tinggi Waseda pada 5 Jurusan
yang dia pilih. Itu berarti Oto berhasil masuk ke dalam semua jurusan yang dia pilih. oto akhirnya datang sebagai mahasiswa baru di bagian ilmu Politik, fakultas Ilmu politik dan
Ekonomi, universitas Waseda pada tahun 1996. Pada masa kuliah ini Oto mulai memikirkan masa depannya, suatu malam di musim
gugur Oto memikirkan cita-cita apa yang sebenarnya ingin ia capai, apa yang ingin dia lakukan agar berguna bagi orang lain dan bisa membahagiakan orang-orang disekitarnya, dan
berkembang menjadi apa hal yang paling penting dalam dirinya?. Pada awalnya Oto berpikir bahwa uang dan prestise adalah prioritas utama untuk mencapai keinginannya, oto teringat akan
Universitas Sumatera Utara
46 cita-citanya semasa SMP dan SMA yaitu menjadi pengacara, karena Oto memang memiliki
keahlian yang luar biasa dalam mengolah kata dan dalam hal mempengaruhi orang-orang disekitarnya. Tetapi tujuan utama Oto tentu saja uang dan prestise. Karena dia berpikir seorang
pengacara selalu berpenampilan serius dan memiliki pendapatan yang tinggi. Tapi seiring berjalannya waktu Oto kembali memikirkan arah hidup dan apa yang dicarinya dalam hidup ini.
Akhirnya Oto sadar bahwa uang dan prestise bukanlah segala-segalanya. Ada hal yang lebih penting yaitu membuat diri sendiri memiliki arti penting dalam kehidupan orang lain. Membuat
diri menjadi berharga bagi orang lain, membuat sesuatu untuk orang banyak, untuk masyarakat, hidup dalam lingkungan yang saling mengasihi, mengerti dan dimengerti oleh sebanyak mungkin
orang. Karena pikiran yang serius untuk mendedikasikan hidupnya untuk berbagi dengan
sesama ini, pada masa kuliah Oto memlilih untuk tidak tergabung dalam satupun klub olahraga. Oto memilih klub-klub yang lebih serius seperti ESS english Speaking Society. Pada waktu
mengikuti klub ini Oto berhasil memenangkan berbagai lomba pidato berbahasa Inggris. Selesai dari ESS, Oto masuk ke AIESEC asosiasi internasioanal bagi pelajar dalam bidang ekonomi
dan manajemen bisnis. Pada permulaan tahun 1997, pemerintah Waseda mengadakan sebuah festival
Ecosummer yang berlangsung selama 2 tahap di universitas Waseda. Tahap pertama adalah kampanye daur ulang sampah yang berakhir dengan sukses, tahap kedua adalah “ kampanye
komunitas masyarakat hidup di Waseda”, disinilah Oto terlibat aktif, kampanye ini memiliki 6 tujuan yaitu : daur ulang sampah, bebas rintangan, persiapan gempa bumi, informasi, pendidikan
masyarakat, dan usaha setempat. Oto didapuk sebagai ketua dalam kampanye bebas rintangan yang bertujuan untuk menghilangkan semua rintangan yang ada di jalan lingkungan kampus bagi
Universitas Sumatera Utara
47 para penyandang cacat. Oto sangat antusias mengkoordinir kegiatan ini karena menganggap ini
adalah sebuah kesempatan langka bagi seorang mahasiswa penyandang cacat berkursi roda untuk menyampaikan aspirasi pada pimpinan kampus. Oto mengerjakan proposal itu dengan baik dan
membacakan proposal itu dengan penekanan emosional yang baik pula di depan Rektor Universitas Waseda. Acara tersebut diliput oleh sebuah stasiun TV nasional dan semenjak itu
Oto sering diundang sebagai pembicara dalam topik “ memperjuangkan hak-hak kaum penyandang cacat” di berbagai acara Talkshow di berbagai saluran TV, Oto juga sering
diundang sebagai pembicara di berbagai sekolah dari sekolah dasar hingga menengah atas. Pada tahun yang sama di bulan Februari Oto mengadakan perjalanan liburan bersama
teman-temannya semasa sekolah prakuliah ke Amerika Serikat. Kota yang pertama kali dikunjungi adalah San fransisco, kemudian mereka ke kota Barkeley, sebuah tempat yang
terkenal di dunia sebagai tempat bagi para pemakai kursi roda terbesar di Amerika. Di tempat ini Oto dapat berekspresi sebebas mungkin, karena di negara liberal yang poly-etnis ini para
penyandang cacat tidak dipandang sbagai “makhluk berbeda” , para penyandang cacat dipandang sebagai bagian dari keanekaragaman dan tidak menjadi pusat perhatian sebagaimana yang Oto
rasakan kalau berada dikerumunan orang di kota-kota Jepang. Kota selanjutnya adalah las Vegas, kota yang terkenal dengan kota judi di USA ini, Oto
berkunjung kesebuah kasino dan mencoba-coba permainan judi disana., lalu berkeliling mengunjungi tempat-tempat wisata di Las Vegas, seperti : taman nasional Bryce canon dan Lake
Powell. Kota terakhir yang dikunjungi Oto selanjutnya adalah Los Angeles, dikota ini Oto mengunjungi Hollywood, deretan rumah mewah Beverly Hills, dan pantai indah Santa Monica
dan mengunjungi rumah produksi film Universal Studio.
Universitas Sumatera Utara
48 Ketika kembali ke Jepang, orangtua oto sangat terharu atas kemandirian Oto. Karena dengan
kondisi fisik seperti itu, Oto memiliki keberanian dan kemauan yang sangat kuat untuk berusaha melakukan segala sesuatunya sendiri tanpa merepotkan orang-orang disekitarnya, bahkan dia
dapat melakukan liburan keluar negeri dengan kursi roda tanpa bantuan orangtuanya. Oto memuji dan sangat berterimakasih kepada teman-temannya yang mau membawa Oto berlibur
bersama mereka. Walaupun mereka tahu bahwa perjalanan liburan mereka akan berjalan sedikit merepotkan karena membawa Oto yang memiliki keterbatasan fisik.
3.2. Analisis Nilai Didaktis di dalam Novel No One’s Perfect Sebagaimana yang telah penulis jabarkan pada bab-bab sebelumnya tentang pengertian
didaktis dan juga hal-hal yang meliputi nilai-nilai didaktis yaitu nilai religius, nilai moral, nilai sosial dan budaya, nilai estetik, dan nilai motivasi. Maka untuk selanjutnya penulis akan jelaskan
satu persatu nilai-nilai didaktis yang terdapat dalam cerita No One’s Perfect. Dari cerita No One’s Perfect, banyak hal yang akan disampaikan oleh penulis mengenai
didaktis. Hal itu akan tampak pada analisis-analisis yang penulis lihat dari cerita ini. Secara khusus penulis melihat beberapa nilai didaktis di Jepang yang terdapat dalam cerita ini.
1. Cuplikan Cerita No One’s Perfect 2007, 96 “Pada tanggal 4 januari, kelima anggota baru Organisasi Siswa berkumpul bersama.
Kami mengunjungi kuil Meiji bagi kesuksesan kegiatan Organisasi di masa mendatang. Seseorang menganjurkan agar kami datang di hari pertama di awal tahun. Tapi, karena aku
menggunakan kursi roda, anggota lainnya memilih sampai kerumunan orang–orang yang
Universitas Sumatera Utara
49 berkumpul pada 3 hari pertama permulaan bulan Januari telah berkurang. Kami adalah satu
tim. Di kuil Meiji aku berdoa: “ semoga aku bisa bisa bekerja untuk menciptakan festival yang
meriah bersama dengan kelompok yang menyenangkan ini.”
Mengenai menjalankan keyakinan. Orang Jepang memiliki cara yang berbeda dalam memandang sebuah agama. Dalam kehidupannya orang Jepang menjalankan ritual-ritual
beberapa agama sekaligus. Sebagian besar menjalankan ritual-ritual shinto, kristen dan budha. Ketika lahir biasanya orang Jepang akan memakai ajaran Shinto, ketika menikah mereka
Analisis
Dari cuplikan diatas terlihat makna indeksikal dari nilai didaktis berupa nilai religius. Itu terlihat jelas pada kalimat kedua yang berbunyi : “Kami mengunjungi kuil Meiji bagi kesuksesan
kegiatan Organisasi di masa mendatang”. Dari pernyataan diatas terlihat jelas bahwa Ototake dan teman-temannya merupakan sosok yang taat menganut kepercayaannya, walaupun Ototake
seorang penyandang cacat, Oto rela menunggu hari yang pas agar bisa berdoa di kuil Meiji demi kelancaran rencananya. Dari cuplikan di atas tersirat makna bahwa Oto sangat percaya bahwa
segala usaha yang dilakukan tidak akan membuahkan hasil yang baik jika Sang Maha Pencipta tidak mengizinkan. Ada suatu usaha yang perlu dilakukan untuk meminta kepada Sang Maha
Pencipta untuk mengabulkan permintaan, usaha itu disebut dengan Do’a. Dari cuplikan diatas terlihat bahwa Oto mempercayai adanya kekuatan Maha dahsyat yang mengatur seluruh alam
dan isinya, kekuatan itu pula yang bisa membuat sesuatu terjadi atau tidak terjadi, kekuatan itu adalah kekuatan sang maha Pencipta. Ada semacam nilai kepasrahan yang didasarkan pada rasa
keyakinan di dalam diri Oto untuk menyerahkan apapun hasil usahanya pada Sang Pencipta.
Universitas Sumatera Utara
50 kebanyakan memilih menikah di gereja dengan pemberkatan dan pernikahan secara Kristen,
sedangkan ketika meninggal orang Jepang akan memilih cara Budha dengan cara mengkremasi mayat. Orang Jepang tidak memandang agama sebagai satu kesatuan yang berdiri sendiri, tetapi
sebagai bagian dari tradisi yang diwariskan secara turun temurun. Oleh karena itu mereka tidak hanya menjalankan satu ajaran agam, tetapi menjalankan beberapa ajaran agama yang berbeda
sekaligus.
2. Cuplikan Cerita No One’s Perfect 2007, 27 “apa aku menderita selama jam istirahat ? sama sekali tidak. Sama seperti anak-anak
yang lainnya, istirahat adalah saat yang paling kutunggu-tunggu. Pasti muncul pertanyaan apa yang ditunggu-tunggu oleh anak seperti aku ? permainan macam apa yang aku mainkan ? pada
kenyataannya aku memainkan jenis permainan baseball, bola kaki dan lain-lain. Mana mungkin aku bisa bermain baseball dan bola kaki ? tentu saja aku tidak dapat melakukan gerakan yang
serupa dengan anak-anak yang lain. Tapi itu bukan alasan untuk tidak ikut bermain. ”
Dari kalimat diatas terlihat makna indeksikal berupa nilai moral berupa percaya diri. Hal itu terlihat jelas dalam kalimat : ”pada kenyataannya aku memainkan jenis permainan baseball,
bola kaki dan lain-lain”. Dalam kalimat tersebut sangat terlihat bahwa Oto memiliki rasa percaya diri yang sangat kuat sehingga Oto merasa dapat melakukan apa saja dengan keterbatasan fisik
yang dia punya. Pada kenyataannya banyak sekali penyandang cacat yang merasa tidak memeliki kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan cacat yang mereka sandang sebagai
alasan. Tetapi itu bukan alasan bagi Oto, sejak kecil Oto bahkan tidak merasa bahwa dia adalah
Analisis
Universitas Sumatera Utara
51 seorang penyandang cacat. Oto bahkan tidak menemukan makna kata cacat dalam dirinya,
karena Oto merasa dia adalah manusia normal yang tidak kekurangan seseuatu apapun dari anak lainnya, dan Oto dapat melakakukan apapun yang bisa dilakukan oleh anak normal, Bahkan
berolahraga seperti bermain baseball dan bola kaki. Baseball dan bola kaki merupakan olahraga yang memerlukan kekuatan dan kelincahan kaki dalam bermain, hal itu merupakan hal yang bisa
dilatih bagi anak yang normal. Tapi bagaimana dengan Oto, Oto bahkan tidak memiliki kaki. ”kaki” Oto hanya berupa gumpalan daging dibawah pinggang yang bentuknya bulat menyerupai
kentang. Tapi itu tidak menjadi masalah sedikitpun bagi Oto, karena sejak awal Oto memang tidak pernah mendoktrin dirinya sebagai ornag cacat. Dia menganggap dirinya sama seperti anak
lainnya, hanya dia memiliki tampilan fisik yang berbeda. Oto melakukan semua yang ingin dia lakukan dengan caranya sendiri, dengan teknik-teknik khusus yang dia latih sendiri. Seperti
bermain bola kaki, Oto mengejar bola dengan cara menyeret bokongnya dan menunggu umpan dari pemain lainnya. Sedangkan dalam permainan basketball, Oto terus berlatih men-dribble bola
dengan serendah mungkin agar lawannya kesulitan untuk merebut bola. Oto tidak dapat melempar bola tinggi-tinggi ke arah keranjang, tetapi dapat membawa bola cukup jauh.
Begitulah cara Oto bermain dengan memanfaatkan ”tangan” nya yang juga berupa sebuah bongkahan daging yang hanya sebesar kentang berukuran sedang.
K
epercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungan situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, alias “sakti”. Rasa percaya diri yang
tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa –
Universitas Sumatera Utara
52 karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik
terhadap diri sendiri. Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri bukanlah diperoleh secara instant,
melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini, dalam kehidupan bersama orangtua. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun
faktor pola asuh dan interaksi di usia dini, merupakan faktor yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri. Sikap orangtua, akan diterima oleh anak sesuai dengan
persepsinya pada saat itu. orangtua yang menunjukkan kasih, perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan membangkitkan rasa
percara diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di mata orangtuanya. Dan, meskipun ia melakukan kesalahan, dari sikap orangtua anak melihat
bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak dicintai dan dihargai bukan tergantung pada prestasi atau perbuatan baiknya, namun karena eksisitensinya. Di kemudian hari anak
tersebut akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistik terhadap diri – seperti orangtuanya meletakkan harapan realistik
terhadap dirinya. Hal tersebut juga sesuai dengan karakter orangtua Ototake yang membesarkan Ototake dengan harapan realistik, membesarkan Oto untuk menjadi anak yang
kuat, dan tidak lari dari masalah, dengan tidak menggunakan kekurangan fisik sebagai alasan.
3. Cuplikan Cerita No One’s Perfect 2007, 97 ”kami juga melakukan kegiatan untuk berbuat baik, sebelumnya hal itu tidak pernah
kami sadari, dengan mencoba mendaur ulang kaleng-kaleng yang dibuang sembarangan di
Universitas Sumatera Utara
53 jalan, sekaligus untuk mengumpulkan dana. Ketika kami telah mendapat beberapa buah kaleng,
ternyata kami menginginkannya lebih banyak lagi.”
“aku tak tahu bagaimana perasaanku pada waktu pertama kali bertemu ibu, tapi ayah cerita kalau pada saat itu suasananya sangat tegang menunggu apa yang terjadi. Semua
Analisis
Dari kalimat diatas terlihat makna indeksikal berupa nilai moral yaitu perduli kepada lingkungan. Dari cuplikan cerita diatas terlihat jelas Oto dan temen-temannya memiliki
kepedulian terhadap lingkungannya yang diwujudkan dalam bentuk mendaur ulang kaleng- kaleng yang dibuang sembarangan dijalan. Sebagai generasi muda Oto memilki kesadaran yang
tinggi untuk menjaga lingkungan dari bahya yang bisa ditimbulkan oleh sampah. Berbeda dengan sebagian generasi muda yang berada di berbagai negara yang justru membuang merusak
keseimbangan lingkungan dengan membuang sampah sembarangan tidak pada tempatnya, Oto mewakili generasi muda yang bertindak langsung untuk memerangi sampah dengan cara yang
nyata, bukan hanya sekedar dengan wacana yang ditulis pada selebaran, poster, spanduk ataupun di sebarkan melalui media massa yang kebanyakan hanya sekedar himbauan tanpa aksi nyata
apapun. Dari cuplikan diatas, oto bhakan membuktikan bahwa orang cacat sepertinya bahkan mampu
melkukan apa yang jarang sekali dilakukan bahkan oleh orang normal seusianya. Dan yang lebih mengagumkan Oto ternyata memilki kesadaran yang tinggi untuk menjaga lingkungannnya dari
polusi.
4. Cuplikan Cerita No One’s Perfect 2007, ix
Universitas Sumatera Utara
54 ketakutan bahwa ibu akan menjadi histeris atau pingsan ternyata tidak terjadi. Hampir sebulan
ibu tidak bisa segera melihat bayi yang telah dilahirkannya. Kejadian berikutnya sungguh diluar dugaan. Kalimat pertama yang diucapkan ibu waktu itu, “ anakku, kamu sangat tampan”, suara
ibu terdengar sangat tulus. Sampai sekarangpun ibu sangat tulus menerimaku.
Dari cuplikan kalimat diatas terlihat makna indeksikal berupa nilai moral berupa kasih sayang. Itu tergambar jelas dari ekspresi ibu Oto ketika pertama kali melihat Oto setelah
dilahirkannya. Sikap ibu Oto sangat berbeda dengan prediksi para dokter dan perawat yang mengira ibu Oto akan histeris atau pingsan ketika melihat wujud fisik Oto yang terlahir tanpa
tangan dan kaki. Ternyata ibu Oto justru hanya tersenyum dan berkata bahwa putranya sangat tampan ketika melihat tampilan Oto. Terlihat sekali bahwa rasa kasih sayang yang begitu besar
yang dimiliki oleh ibu Oto sanggup mengalahkan rasa keterkejutannya. Kalimat yang diujarkan oleh ibu Oto : “ anakku, kamu sangat tampan” . mengandung makna yang sangat dalam. Kata
“anak” , didalam kamus KBBI mengandung arti orang yang berasal dari atau dilahirkan, ditambah dengan kata akhiran yang bermakna Posessive yaitu ku, terlihat bahwa pada saat itu
ibu Oto sangat menyadari statusnya yang telah berubah dari seorang wanita yang tak memilki anak menjadi seorang ibu. Seorang ibu yang sangat senang menyambut kedatangan anaknya di
dunia. Di tambah dengan kalimat “kamu sangat tampan.. ” , kata “ tampan” di dalam kamus KBBI berarti « elok rupanyA, sikapnya, bentuknya, letaknya, gagah, cantik, cocok dan patut.
fungsi kata ini secara keseluruhan tentu sangat bertolak belakang bila dipakai untuk mengidentifikasi seseorang yang tidak memiliki tangan dan kaki. Bagi sebagian orang yang
pertama kali melihat orang dalam kondisi cacat seperti ini mungkin akan terkejut, kasihan atau
Analisis
Universitas Sumatera Utara
55 bahkan takut. Sebagai reaksi reflek psikologis yang menandakan bahwa objek penglihatan yang
ada didepan terlihat jelek atau buruk dan tidak lazim, atau dengan kata lain jauh dari kesan tampan. Tapi reaksi psikologis dari orang yang tidak mengenal dengan seseorang yang telah
melahirkan anak tersebut tentu saja sangat berbeda atau bertolak belakang dengan seorang ibu yang memliki anak seperti Oto. Secara psikologis seorang wanita memiliki ikatan batin yang
sangat kuat dengan janin yang dikandungnya. Ikatan batin itu berupa rasa kasih sayang dan insting untuk melindungi yang sangat kuat, dan rasa penerimaan yang sangat tulus akan
keberadaan si anak secara keseluruhan. Karena itu seorang ibu akan menjadi orang terdepan yang melindungi dan menjaga seorang anak dalam hidupnya.
Manusia adalah makhluk yang selalu membutuhkan kasih sayang. Sebaik-baik metode hubungan adalah hubungan yang dibangun atas dasar kasih sayang. Secara psikologis dalam
keluarga dan pergaulan, anak-anak sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian. Orang tua sebagai pembimbing awal anak-anak harus memperhatikan apakah kasih sayng sudah terpenuhi
dengan baik pada mereka, karena kasih sayang merupakan pilar dan pondasi dalam pendidikan. Ketika kasih sayang terpenuhi dengan baik maka akan terwujud ketenangan jiwa, perasaan
aman, percaya diri, dan timbulnya kepercayaan kepada orang tua. Bahkan sejatinya kasih sayang yang didapatkan seorang anak secara proporsional akan berpengaruh pada keselamatan jasmani
anak tersebut. Ketika kasih sayang orang tua tertanam dalam sanubari anak-anak maka mereka akan menjadi penurut dan pengikut orang tuanya. Buah dari kasih sayang orang tua ini akan
membuat anak-anak tidak mudah mengabaikan tanggung jawab dan tugas yang diamanahkan kepada mereka.
Begitu penting peran kasih sayang dalam pengembangan ruh dan keseimbangan jiwa anak-anak. Teguh tidaknya pendirian dan kebaikan perilaku seorang anak bergantung banyak
Universitas Sumatera Utara
56 sejauh manakasih sayang yang diterimanya selama masa pendidikan. Kondisi keluarga yang
penuh dengan kasih sayang menyebabkan kelembutan sikap anak-anak. Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang dan perhatian akan memiliki kepribadian
yang mulia, suka mencintai orang lain dan berperilaku baik dalam masyarakat. Kehangatan cinta dan kasih sayang yang diterima anak-anak akan menjadikan kehidupan mereka bermakna,
membangkitkan semangat, melejitkan potensi dan bakat yang terpendam, serta mendorong untuk bekerja berusaha secara kreatif.
5. Cuplikan Cerita No One’s Perfect 2007, 209 ” Saat di sekolah menengah Yohga kami mengenakan pakaian seragam, berupa jas yang
tidak terlalu menarik, seperti layaknya seragam sekolah lain yang bergaya pelaut dengan kerah berkancing tinggi. Tetapi ada sebuah gaya berpakaian, yaitu penjepit dasi necktie. Dengan
melepaskan penjepitnya, kami membuat simpul yang tampak lebih ramping. .......................................
sampai sekarang aku masih menjadi korban mode. Anda perlu tahu kalau aku penggemar pakaian. Ketika orang bertanya tentang kegemaranku, karena tidak memiliki hobi
tertentu, ya kujawab saja : “jalan-jalan dan berbelanja.” Cabangnya ada yang berlokasi di dekat rumah, cabang favoritku ada di Jingumae. Di situ dijual barang-barang impor. Tempatnya
cukup luas dan tidak memilki tangga, sehingga bisa nyaman berkeliling dengan menggunakan kursi roda. Selain itu para karyawannya juga ramah.”
Universitas Sumatera Utara
57
Analisis
Dari kalimat diatas terlihat makna indeksikal berupa nilai estetik. Kalimat : “sampai sekarang aku masih menjadi korban mode, menunjukkan bahwa Oto memiliki rasa ketertarikan
yang sangat besar pada fashion. Pengertian fashion jauh berbeda dengan pengertian kata ‘pakaian’ secara harfiah. Kata pakaian di dalam kamus KBBI berarti « barang yang dipakai
baju, celana dsb , sedangkan fashion berarti pakaian yang memiliki cita rasa seni. Pakain dapat diartikan sebagai sesuatu benda yang melekat di badan, dan melindungi badan dari panas dan
hujan, sedangkan fashion lebih dari sekedar pakaian, selain memiliki fungsi dari pakain, fashion lebih menonjolkan unsur lain bagi pemakainya yaitu nilai estetik atau keindahan. Keindahan
itulah yang membuat Oto memiliki obsesi terhadap fashion. Obsesi tersebut dapat dicermati dalam cuplikan :
Dalam kalimat ‘ Tetapi ada sebuah gaya berpakaian, yaitu penjepit dasi necktie. Dengan melepaskan penjepitnya, kami membuat simpul yang tampak lebih ramping ‘.
terlihat Oto memiliki selera seni dalam berpakaian, walaupun memakai seragam sekolah Oto tetap ingin kelihatan fashionable dan trendy.
6. Cuplikan Cerita No One’s Perfect 2007, 72 ”aku tidak pernah berhasil menarik napas tanpa kehilangan keseimbangan, walaupun
sudah mencobanya. Jadi aku harus maju, harus mengepakkan kaki sampai menarik napas lagi. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana caranya, karena aku bisa menggunakan
tangan untuk mendayung. Apa yang dapat kulakukan adalah terus mengepakkan kaki yang memang lebih panjang dari tangan.
Universitas Sumatera Utara
58 Aku mengepakkannya dengan penuh semangat. Akan tetapi cara ini juga tidak berhasil. Karena
panjangnya tidak sama. Makin kencang mengepakkan kaki semakin membuat tubuh berputar- putar saja ditempat yang sama.
Dari kalimat diatas terlihat makna indeksikal berupa nilai motivasi. Dari awal kalimat sampai akhir terlihat jelas semangat yang luarbiasa yang dimiliki Oto. Nilai motivasi itu terlihat
jelas dari awal hingga cuplikan kalimat diatas, Oto berjuang keras agar bisa menguasai teknik berenang, walaupun dia tidak memiliki tangan ataupun kaki yang dapat digerakkannya untuk
dapat terus mengapung di permukaan air. Tapi tidak ada yang tidak mungkin bagi seorang Oto. Oto yakin dengan semangat dan tekad yang kuat dan kemauan untuk terus berusaha dan berlatih
tidak ada yang tidak mungkin untuk di kuasai. Walaupun dengan cacat ganda yang dimilikinya sejak lahir. Oto yakin bahwa semua yang bisa dilakukan oleh orang normal dapat dia lakukan
dengan teknik yang berbeda. Usaha keras yang dilakukan Oto terlihat jelas dalam cuplikan kalimat : ‘Aku mengepakkannya dengan penuh semangat. Akan tetapi cara ini juga tidak
berhasil. Karena panjangnya tidak sama. Makin kencang mengepakkan kaki semakin membuat tubuh berputar-putar saja ditempat yang sama.’ Oto terus saja berlatih walaupun usahanya belum
membuahkan hasil yang diharapkan. Bagi orang normal, hal tersebut mungkin sangat mudah untuk dikuasai tanpa harus membuang waktu dan tenaga yang banyak. Semangat kerja keras
yang dimiliki Oto ini tidak terlepas dari watak sosial orang Jepang yang masih menjunjung semangat Bushido dalam hidupnya. Masyarakat Jepang berdasarkan sejarahnya sejak zaman
bakufu sudah mengenal etika Bushido. Hakikat sebenarnya dari Bushido adalah jalan prajurit atau jalan untuk mati, seperti yang tercantum dalam Hagakure : ‘ bushi taru mono wa shinu koto
Analisis
Universitas Sumatera Utara
59 mitsuketari ‘, makna sesungguhnya dari kalimat ini anugerah hidup ini hendaknya dijalani
dengan sunggu-sungguh, dengan cara bekerja keras hingga berhasil. Bagi para samurai kematian dalam rangka mewujudkan kesetiaan tertinggi pada sang tuan adalah cita-cita tertinggi. Namun,
bagi manusia Jepang dewasa saat ini, kerja keras dalam rangka mewujudkan keberhasilan itulah cita-cita tertinggi.
Situmorang dalam Anto Gultom 2009:15 mengatakan bahwa Bushido jalan prajurit sangatlah penting untuk bagi setiap upaya mempelajari nila-nilai dan etika masa Tokugawa dan
masa Jepang modern. Hal ini disebabkan karena Bushi dan Samurai memadukan nilai-nilai budaya Jepang, baik pada masa Tokugawa maupun zaman modern. Etika Busido ini telah
menjadi etika nasional masyarakat Jepang sehingga menjadikan masyarakat Jepang menjadi masyarakat yang dikenal dunia sebagai masyarakat pekerja keras.
7. Cuplikan Cerita No One’s Perfect 2007, 92 ” aku sering dipanggil dengan sebutan penggemar festival. Itu tidak salah Aku memang
menyukai festival. Ketika pergi ke pasar malam untuk melihat beberapa acara festival, hatiku pasti berdetak kencang saat mendengar suaru terompet dan drum.
........................ Tetapi kita tidak bisa begitu saja mengajukan diri untuk ikut terlibat dalam kegiatan itu.
Setiap kelas mengirimkan dua orang murid, cewek dan cowok ke Panitia Budaya, yang bertanggung jawab pada acara festival. Merekalah yang mengatur pesta bagi murid-murid yang
lulus, penerimaan murid baru dan sebagainya. Ada pula panitia Pelaksana festival Budaya yang bertugas mengkoordinasikan semua acara ini.
Universitas Sumatera Utara
60 Festival di Jepang merupakan acara tradisional yang berhubungan dengan perayaan
tertentu. Beberapa festival mempunyai asal-usul dari festival yang juga awalnya ada di China tetapi telah mengalami perubahan dramatis dengan tradisi lokal. Festival biasanya terdiri dari
satu atau dua acara utama, dengan stan-stan makanan, pertunjukan, permainan untuk membuat pengunjung tetap betah dan terhibur. Festival di Jepang dikenal dengan sebutan Matsuri. adalah
kata dalam bahasa Jepang yang menurut pengertian agama Shinto berarti ritual yang dipersembahkan untuk Kami dewa , sedangkan menurut pengertian sekularisme berarti
festival, perayaan atau hari libur perayaan. Matsuri diadakan di banyak tempat di Jepang dan pada umumnya diselenggarakan jinja atau kuil, walaupun ada juga matsuri yang diselenggarakan
gereja dan matsuri yang tidak berkaitan dengan institusi keagamaan. Di daerah Kyushu, matsuri yang dilangsungkan pada musim gugur disebut Kunchi. Sebagian besar matsuri diselenggarakan
dengan maksud untuk mendoakan keberhasilan tangkapan ikan dan keberhasilan panen beras, gandum, kacang, jawawut, jagung, kesuksesan dalam bisnis, kesembuhan dan kekebalan
terhadap penyakit, keselamatan dari bencana, dan sebagai ucapan terima kasih setelah berhasil dalam menyelesaikan suatu tugas berat. Matsuri juga diadakan untuk merayakan tradisi yang
berkaitan dengan pergantian musim atau mendoakan arwah tokoh terkenal. Makna upacara yang Analisis
Dari kalimat di atas terdapat makna indeksikal dari aspek didaktis berupa nilai budaya. Itu terlihat jelas dalam kalimat ”aku sering dipanggil dengan sebutan penggemar festival”.
Jepang merupakan negara yang sangat modern tetapi juga sangat tradisional. Kemajuan negara tersebut dapat dilihat dari teknologi canggih yang mereka ciptakan, sedangkan ketradisionalan
mereka dapat dilihat dari cara mereka menjalani hidup dari mulai lahir hingga meninggal, dan dengan ditemukannya banyak sekali festival-festival didalam kalender Jepang.
Universitas Sumatera Utara
61 dilakukan dan waktu pelaksanaan matsuri beraneka ragam seusai dengan tujuan penyelenggaraan
matsuri. Matsuri yang mempunyai tujuan dan maksud yang sama dapat mempunyai makna ritual yang berbeda tergantung pada daerahnya. Pada penyelenggaraan matsuri hampir selalu bisa
ditemui prosesi atau arak-arakan Mikoshi, Dashi Danjiri dan Yatai yang semuanya merupakan nama-nama kendaraan berisi Kami atau objek pemujaan. Pada matsuri juga bisa dijumpai Chigo
anak kecil dalam prosesi, Miko anak gadis pelaksana ritual, Tekomai laki-laki berpakaian wanita, Hayashi musik khas matsuri, penari, peserta dan penonton yang berdandan dan
berpakaian bagus, dan pasar kaget beraneka macam makanan dan permainan. Matsuri berasal dari kata matsuru
祀る , matsuru menyembah, memuja yang berarti
pemujaan terhadap Kami atau ritual yang terkait. Dalam teologi agama Shinto dikenal empat unsur dalam matsuri: penyucian harai, persembahan, pembacaan doa norito, dan pesta makan.
Matsuri yang paling tua yang dikenal dalam mitologi Jepang adalah ritual yang dilakukan di depan Amano Iwato.
matsuri dalam bentuk pembacaan doa masih tersisa seperti dalam bentuk Kigansai permohonan secara individu kepada jinja atau kuil untuk didoakan dan Jichinsai upacara sebelum pendirian
bangunan atau konstruksi. Pembacaan doa yang dilakukan pendeta Shinto untuk individu atau kelompok orang di tempat yang tidak terlihat orang lain merupakan bentuk awal dari matsuri.
Pada saat ini, Ise Jingū merupakan salah satu contoh kuil agama Shinto yang masih menyelenggarakan matsuri dalam bentuk pembacaan doa yang eksklusif bagi kalangan terbatas
dan peserta umum tidak dibolehkan ikut serta. Oleh karena itu sesuai dengan cuplikan cerita di atas, festival di jepang selalu diadakan dengan meriah dan besar-besaran. Seluruh lapisan
masyrakat Jepang ikut merayakan setiap festival yang diadakan, termasuk oleh para murid di
Universitas Sumatera Utara
62 sekolah dari mulai TK hingga ke perguruan tinggi. Semua membuat acara untuk menyambut
festival tersebut. Itulah wujud dari kecintaan masyarakat Jepang terhadap budayanya.
Universitas Sumatera Utara
63
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN