Latar Belakang Masalah Hirotada Ototake No Sakuhin No ”No One’s Perfect” Ni Okeru Kyokunteki Kyokumen No Bunseki

8 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kata sastra berasal dari bahasa sansekerta yaitu “castra” yang berarti tulisan atau bahasa; su dalam bahasa sansekerta artinya indah, bagus; susastra artinya bahasa yang indah, maksudnya hasil ciptaan bahasa yang indah www.duniasastra.com. Dan dijelaskan juga oleh Zuber dalam Miskah Hanum 2009: 1 kesusastraan yakni, “kesusastraan ialah kehidupan jiwa yang terjelma dalam tulisan atau bahasa yang menggambarkan atau mencerminkan peristiwa kehidupan masyarakat atau anggota-anggota masyarakat itu”. Karya sastra sudah diciptakan manusia jauh sebelum manusia memikirkan apa hakikat sastra dan apa nilainya, karena sastra adalah bagian dari pengungkapan yang benar atas kejadian dalam kehidupan, baik yang direnungkan atau dirasakan berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat penulis atau pengarang di alam nyata. Hal ini disebabkan karena sastra bertujuan untuk menempatkan kodrat manusia sebagai manusia yang berbudaya, bersosial, berkesenian, sehingga dapat menampilkan tokoh-tokoh yang baik dalam kehidupan ini. Sastra dikatakan memiliki kejiwaan tertentu, karena sastra dipandang sebagai curahan jiwa si pengarang yang memperlihatkan tentang hidup dan kehidupannya. Ini menyangkut dunia batin dan dunia realitas yaitu masyarakatnya serta curahan jiwa pengarang berdasarkan jalan pikiran pengarang. Aminuddin 1987 berpendapat bahwa pada umumnya karya sastra memiliki karya yang bersifat fiksi dan non fiksi. Karya sastra nonfiksi berupa puisi, drama, dan lagu sedangkan karya Universitas Sumatera Utara 9 sastra fiksi berupa novel, cerpen, essai dan cerita rakyat. fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku dengan pemeranan, latar, serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Sesuai dengan perkembangan karya sastra, karya fiksi sudah lama dikenal dan berkembang di kehidupan masyarakat khususnya novel. Dalam perkembangannya novel banyak diminati oleh berbagai kalangan baik anak-anak, remaja, dewasa hingga manula. Menurut Van Hoeve dalam www.duniasastra.com 2005 novel adalah jenis karangan panjang yang menggambarkan tokoh- tokoh rekaan yang mengalami rangkaian peristiwa yang berkaitan satu sama lain di suatu tempat dan waktu tertentu. Menurut Jassin dalam Miskah hanum 2009:2 novel adalah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang yang luar biasa karena dari kejadian ini terlahir suatu konflik , suatu pertikaian yang mengalihkan jurusan nasib mereka. Novel hanya menceritakan salah satu segi kehidupan sang tokoh yang benar-benar istimewa yang mengakibatkan terjadinya perubahan nasib mereka. Kejadian yang terjadi dalam sebuah peristiwa dalam novel digambarkan oleh seorang tokoh. Tokoh-tokoh dalam sebuah novel dilukiskan dalam karakter, pribadi, dan pencandraan diri yang kuat dan meyakinkan, keberadaan tokoh tersebut terasa hidup dan meyakinkan. Dewasa ini jika diamati, kebanyakan novel-novel yang berkembang di Indonesia merupakan novel remaja yang sebagian besar bertemakan cinta, misteri, dan petualangan yang terkelompokkan dalam novel teenlit, chiclit, dan metropop. Tak jarang dalam pengisahannya pengarang menyisipkan unsur-unsur hedonisme, seperti kehidupan borjouisme, konsumerisme, materialistik, seks bebas, sisi negatif kehidupan malam kota metropolitan seperti clubbing dan narkoba. Universitas Sumatera Utara 10 Secara tidak langsung baik disadari atau tidak novel-novel yang seperti ini membawa pengaruh yang sedikit banyak mempengaruhi pola pikir remaja yang masih labil, dan tidak jarang para remaja ini mengadopsi unsur-unsur tersebut sebagai lifestyle mereka karena dianggap populer dan trend saat ini. Hal ini dikarenakan novel sebagaimana media hiburan yang lainnya tidak hanya memiliki fungsi entertaint hiburan saja bagi masyarakat penikmatnya tetapi juga memiliki fungsi persuasif meyakinkan pembacanya untuk menerima ide, gagasan, pemikiran pengarang di dalam novelnya. Oleh karena sifatnya yang tidak hanya berfungsi sebagai media hiburan akan tetapi juga sebagai media persuasif, sudah seharusnya novel-novel yang berkembang memiliki nilai “gizi batin” yang representatif bagi kalangan penikmatnya. Salah satu novel-novel yang memiliki unsur-unsur tersebut adalah novel “ No One’s Perfect” karya Hirotada Ototake. Novel ini memiliki tema spiritual dan perjuangan hidup yang sangat kuat yang dimiliki oleh seorang “tetra amelia” penyandang cacat ganda yang dibawa sejak lahir yang ingin menghargai hidupnya dengan penuh kebahagiaan yang tidak pernah mendoktrin dirinya sebagai orang cacat dan melakukan apapun yang ingin ia lakukan, yang menurut kebanyakan orang mustahil dilakukan oleh orang cacat seperti ikut klub basket, berenang, dan bermain football. Keistimewaan yang menyebabkan novel ini menarik tidak hanya terletak pada keunikan tema cerita yang diangkat, tetapi juga pada setting cerita dan berbagai ekspresi penerimaan masyarakat jepang akan keberadaan para penyandang cacat disekitar mereka. Dibalik itu semua hal yang paling istimewa tentu saja alenia-alenia yang ditampilkan dalam novel ini tidak hanya bersifat entertaint saja tetapi sarat dengan nilai-nilai didaktis berupa nilai religius, nilai moral, nilai budaya, nilai estetik dan nilai motivasi. Universitas Sumatera Utara 11 Hal-hal diataslah yang menjadi latar belakang penulisan skripsi ini, disamping untuk memperkaya kajian terhadap karya sastra yang bermutu terutama dari segi nilai-nilai didaktisnya. Oleh karena itu di dalam skripsi ini penulis membahas tentang “Nilai-nilai Didaktis di Dalam Novel No One’s Perfect Karya Hirotada Ototake”.

1.2. Rumusan Masalah