Prokrastinasi. Metode pengambilan sampel Skala prokrastinasi

BAB III METODE PENELITIAN

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Adapun variabel yang terlibat pada penelitian ini antara lain: Variabel Bebas : Prokrastinasi Variabel Tergantung : Stres Kerja

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Definisi operasional digunakan untuk memberikan batasan arti suatu variable dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variable tersebut Kerlinger, 1995. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya perbedaan persepsi dalam menginterpretasikan definisi untuk setiap variable pada penelitian ini, maka definisi operasional dari penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Prokrastinasi.

Prokrastinasi adalah suatu perilaku menunda baik dalam memulai maupun menyelesaikan suatu aktivitas atau tugas penting seperti tugas yang wajib dilakukan oleh pegawai pada sebuah instansi, penundaan itu berupa melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas yang dipandang menyenangkan dan mendatangkan hiburan, sehingga menyebabkan tugas menumpuk dan keterlambatan dalam menyelesaikan tugas, yang diukur dengan Universitas Sumatera Utara menggunakan angket atau kuesioner. Prokrastinasi pada Pegawai Negeru Sipil PNS diukur melalui skala yang disusun berdasarkan karakteristik prokrastinasi yang dikemukakan oleh Ferrari et al 1995. Dimana semakin tinggi skor yang diperoleh seseorang menunjukkan semakin tinggi prokrastinasi yang dimilikinya.

2. Stres Kerja

Stres kerja adalah suatu kondisi yang menimbulkan reaksi fisiologis, psikologis dan perilaku yang muncul akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungan kerja mereka, dimana individu merasakan lingkungan kerjanya sebagai ancaman atau tantangan yang dapat mengganggu situasi kerja dan berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Stres kerja ini diukur dengan menggunakan metode skala yang terdiri dari gejala fisiologis, gejala psikologis dan gejala perilaku yang disusun berdasarkan gejala-gejala stres kerja menurut Terry B dan John N dalam Rice, 1992, dimana semakin tinggi skor yang diperoleh seseorang berarti semakin tinggi stres kerja yang dimilikinya.

C. Populasi dan metode pengambilan sampel 1. Populasi dan sampel

Masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah objek, gejala atau kejadian yang diselidiki terdiri dari semua individu untuk siapa kenyataan- kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian itu hendak digeneralisasikan Hadi, 2002. Universitas Sumatera Utara Populasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Pegawai Ngeri Sipil PNS yang bekerja di Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara. Peneliti akan meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan subjek penelitian, atau yang dikenal dengan nama sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di dinas kesehatan propinsi sumatara utara.

2. Metode pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Teknik Probability, yaitu teknik yang memberi peluang kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik Probability yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sampling Aksidental Incidental Sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, dimana setiap subjek yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila orang tersebut memenuhi kriteria sampel penelitian Sugiyono,

2006. 3. Jumlah Sampel Penelitian

Menurut Azwar 2000, secara tradisional statistika menganggap bahwa jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. Hadi 2000 menyatakan bahwa menetapkan jumlah sampel yang banyak lebih baik daripada menetapkan jumlah sampel yang sedikit. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Universitas Sumatera Utara

D. Metode pengumpulan data.

Penelitian ini menggunakan metode skala. Metode skala digunakan mengingat data yang ingin diukur berupa konstrak atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan Azwar, 2004. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunkan dua skala, yaitu skala prokrastinasi dan skala stres kerja.

1. Skala prokrastinasi

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala prokrastinasi yang diukur dengan menggunakan 4 empat karakteristik dari prokrastinasi menurut Ferrari et al 1995. Skala prokrastinasi ini dibuat oleh peneliti berdasarkan karakteristik prokrastinasi Ferrari et al 1995, yaitu adanya penundaan dalam memulai maupun menyelesaikan tugas, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, adanya kesenjangan waktu antara rencana dengan kinerja aktual dalam mengerjakan tugas, adanya kecenderungan untuk melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Jika nilai skala dari keempat karakteristik tersebut tinggi maka prokrastinasi tersebut bernilai negatif, sedangkan jika nilai skala dari keempat dimensi tersebut rendah maka prokrastinasi tersebut bernilai positif. Skala ini dikembangkan dengan menggunakan model likert yang terdiri dari 54 butir pernyataan. Aitem-aitem dalam skala ini menggunakan pernyataan dengan empat pilihan jawaban, yaitu : Sangat Sesuai SS, Sesuai S, Tidak Sesuai TS, dan Sangat Tidak Sesuai STS. Untuk aitem yang favorabel, pilihan Universitas Sumatera Utara SS akan mendapatkan skor empat, pilihan S akan mendapatkan skor tiga, pilihan TS akan mendapatkan skor dua, dan pilihan STS akan mendapatkan skor satu. Sedangkan untuk aitem yang unfavorabel pilihan SS akan mendapatkan skor satu, pilihan S mendapatkan skor dua, pilihan pilihan TS akan mendapatkan skor tiga, dan pilihan STS akan mendapatkan skor empat. Berikut adalah blue print yang menyajikan distribusi aitem-aitem skala prokrastinasi : Table 1 Karakteristik Distribusi susunan aitem-aitem skala prokrastinasi Nomor Aitem Jumlah Persen Favorabel Unfavorabel 1. Adanya penundaan dalam memulai maupun menyelesaikan tugas 1, 5, 23, 27, 31, 33 12, 16, 20, 30, 35 11 20 2. keterlambatan dalam mengerjakan tugas. 9, 13, 17 2, 6, 24, 28 7 20 3. Adanya kesenjangan waktu antara rencana dengan kinerja actual dalam mengerjakan tugas. 3, 7, 21, 25 10, 14, 18 7 20 4. Adanya kecenderungan untuk melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. 11, 15, 19, 29 4, 8, 22, 26, 32, 34 10 20 Total 17 18 35 100 Universitas Sumatera Utara

2. Skala stres kerja

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL Hubungan Antara Komitmen Organisasi Dengan Persepsi Terhadap Disiplin Kerja Pada Pegawai Negeri Sipil.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PNS Hubungan antara Prokrastinasi Kerja dengan Stres Kerja pada PNS.

0 3 13

HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PNS Hubungan antara Prokrastinasi Kerja dengan Stres Kerja pada PNS.

0 4 17

PENDAHULUAN Hubungan antara Prokrastinasi Kerja dengan Stres Kerja pada PNS.

0 2 9

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN SEMANGAT KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL Hubungan Antara Iklim Organisasi Dengan Semangat Kerja Pada Pegawai Negeri Sipil.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN SEMANGAT KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL Hubungan Antara Iklim Organisasi Dengan Semangat Kerja Pada Pegawai Negeri Sipil.

0 4 13

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEDISIPLINAN KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL Hubungan Antara Iklim Organisasi Dengan Kedisiplinan Kerja Pada Pegawai Negeri Sipil.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEDISIPLINAN KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL Hubungan Antara Iklim Organisasi Dengan Kedisiplinan Kerja Pada Pegawai Negeri Sipil.

0 6 11

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN PROKRASTINASI KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL.

0 3 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Prokrastinasi pada Pegawai Negeri Sipil di Pemkot Salatiga

0 0 8