kegiatan Upaya Kesehatan Sekolah UKS sangat besar dalam menurunkan prevalensi ini. Kecenderungan di masa depan akan terjadi peningkatan gangguan
pendengaran. Beberapa penyebabnya, antara lain semakin tingginya umur harapan hidup, sehingga penduduk usia lanjut akan semakin banyak yang
membawa konsekuensi peningkatan prevalensi degenerasi sehubungan dengan usia. Faktor lain, yaitu gaya hidup masyarakat yang kurang menguntungkan,
seperti mendengarkan musik dengan suara keras, lingkungan tempat kerja dengan tingkat kebisingan yang tinggi, dan lain-lain. Masalah penanggulangan gangguan
pendengaran di Indonesia terutama, adalah kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya dukungan dari lintas sektor dalam penanggulangan masalah gangguan
pendengaran, dan masih kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan indera pendengaran Komite Nasional Penanggulangan
Gangguan Pendengaran dan Ketulian , 2006. Objektif penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi gangguan
pendengaran pada siswa Sekolah Menengah Atas SMA. Siswa SMA dipilih karena statistika menunjukkan kelompok usia yang mengalami gangguan
pendengaran paling tinggi adalah 7-18 tahun dan usia siswa SMA berada dalam rentang usia tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Berapakah prevalensi gangguan pendengaran pada siswa SMA?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui prevalensi gangguan pendengaran pada siswa SMA.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Memperoleh informasi tentang seberapa besar prevalensi gangguan
pendengaran pada siswa SMA. 2.
Mengetahui prevalensi jenis gangguan pendengaran berdasarkan jenis kelamin.
Universitas Sumatera Utara
3. Mengetahui prevalensi jenis gangguan pendengaran berdasarkan sisi
telinga yang kena.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memperoleh data prevalensi. Setelah tahun 1996, tidak ada survei
nasional.
2. Dapat mengembang ilmu dalam bidang ini dan sebagai acuan untuk
penelitian berikutnya.
3. Meningkatkan kepedulian orang tua mengenai gangguan pendengaran
pada anak-anak.
4. Menjadi sumber informasi dalam penanggulangan gangguan
pendengaran sesuai dengan program Sound Hearing 2030.
5. Dengan mengetahui jenis gangguan pendengaran, dapat mengambil
tindakan prevantif.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Telinga
2.1.1. Anatomi Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari aurikula dan kanalis auditorius eksternus dan dipisahkan dari telinga tengah oleh membrana timpani. Aurikula berfungsi untuk membantu
pengumpulan gelombang suara. Gelombang suara tersebut akan dihantarkan ke telinga bagian tengah melalui kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus
auditorius eksternus terdapat sendi temporal mandibular Kumar dan Clark, 2005. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga
lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat tempat kulit melekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis
auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi
seperti lilin yang disebut serumen. Serumen mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit Audiolab, 2004.
2.1.2. Anatomi Telinga Tengah
Bagian atas membrana timpani disebut pars flaksida, sedangkan bagian bawah pars tensa. Pars flaksida mempunyai dua lapisan, yaitu bagian luar ialah lanjutan
epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Menurut Sherwood, pars tensa mempunyai satu
lapisan lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler di bagian
dalam. Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun
dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada
membrana timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap oval yang berhubungan dengan koklea. Hubungan
Universitas Sumatera Utara