Pola Interaksi Sosial Siswa-Siswi Berbeda Agama : Studi Analisa Deskriptif di Yayasan Perguruan Raksana SMA Swasta Raksana Medan

(1)

POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA/I BERBEDA AGAMA

( Studi Analisa Deskriptif : Yayasan Perguruan Raksana

SMA Swasta Raksana Medan )

D I S U S U N Oleh:

Nama : Otto Gultom

Nim : 040901032

Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Medan

2011


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Departemen Sosiologi

Lembar Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Otto Gultom

NIM : 040901032 Departemen : Sosiologi

Judul : Pola Interaksi Sosial Siswa-Siswi Berbeda Agama

studi analisa deskriptif di Yayasan Perguruan Raksana SMA Swasta Raksana Medan.

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Sosiologi FISIP USU

Dra.Marhaeni Munthe, M.Si

NIP: 196305261990032001 NIP: 196603181989032001 Dra. Lina Sudarwati, M.Si

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

NIP: 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dengan Judul “Pola Interaksi Sosial Siswa-Siswi yang Berbeda Agama ( studi analysa deskriptif : Yayasan Perguruan Raksana SMA Swasta Raksana Medan”.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta (Alm) SMP. Gultom dan Ibunda ercinta R. br Siahaan dan seluruh anggota keluarga yang saya kasihi atas semua doa, kasih sayang, pengertian, pengorbanan yang tulus serta dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya tanpa ada campur tangan dari semua pihak. Penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan sumbangsih kepada penulis yakni:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati M.Si, Selaku Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Hardiana Marhaeni Munthe, Msi, selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak memberikan pemikiran yang baik tehadap penulis, selalu memberikan ide dan meluangkan waktunya yang sibuk kepada penulis yang dengan penuh kesabaran membimbing penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini selesai.

4. Bapak Drs. T. Ilham Saladin selaku Dosen Wali penulis yang begitu baik dan turut membantu penulis dalam hal penulisan skripsi ini.

5. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan doa, semangat dan bantuannya kepada Abang ( Januar Gultom dan Rotua Sinaga, Yudhistira Gultom, Andika Gultom, dan Anto Gultom) juga Kakak, penulis ( Elisabeth Gultomdan S. Sitompul, Yosephine Gultomdan H. Sitorus dan Nela Gultoma H. Siagian )tercinta atas semua dukungan nya Jesus Bless Us Brad n Sista` Love u All.

6. Hal yang sama juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat penulis yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan


(4)

penulisan skripsi ini Wildan A. Lubis, Azhari, Wendi Abidin, Robin Tobing “ rere “, Rudianto, Ihsan, Eko Rusadi, Heru, serta semua teman-teman Sosiologi Stambuk 2004 (Kamus 04 ) yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih banyak kawan, terimakasih buat kebersamaan, perjuangan, dukungan dan semangatnya.

7. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat dari anak kost Berdikari 18 Langlang Buana Sihombing, Kopyt, Amran ( Unedo ), Amir, Jefri, Hardi Situmeang, Kennedy, Edo Mammo, Jhon, Marganti Tobing, Takaz”Alay”, Gettus” Karas Maralus” dan Sumihar ( Ciar ) dan Gamers : Sauth “PT|Pro Carew”, Rhey “ PT|Pro Beibe” dan Jocho Cole ( Klan Putra Toba) .

8. Dan yang tidak terlupakan saya ucapkan terima kasih kepada orang yang sangat saya cintai dalam hidup saya yaitu LOISE “ kodeng “ MANUELA yang sangat-sangat membantu dan memotivasi saya tanpa rasa lelah dan patah semangat denga kasih dan sayang. love u beb .. : )

9. Kepada seluruh informan dalam penelitian ini, Kepala Sekolah dan Guru-guru dan juga buat pak Adi (KTU) dan adik-adik Siswa-siswi kelas 1, 2, 3 SMA Swasta Raksana penulis mengucapkan terimakasih banyak atas kerjasama dan dukungannya serta semua pihak yang turut membantu dalam penelitian ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, untuk kelas 3 semoga lulus yah UAN nya.

10.God Bless You All, Thanks.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin mencurahkan tenaga dan pikiran dalam penulisan skripsi ini, akan tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.

Medan, Penulis, Otto Gultom


(5)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR...……….i

DAFTAR ISI……… iii

ABSTRAKSI………vii

BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. ... 1

1.2. Perumusan Masalah . ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II: KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agama Dalam Kehidupan Bermasyarakat ... 10

2.2. Interaksi Sosial ... 11

2.3. Interaksi Sosial dari Segi Keagamaan ... 18

2.4. Pola Adaptasi ... 26

2.5. Defenisi Konsep ... 27

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 29

3.2. Lokasi Penelitian ... 30

3.3. Unit Analisis dan Informan ... 30

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.5. Interpretasi Data ... 32

3.6. Jadwal Kegiatan ... 33


(6)

BAB IV: DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 35

4.1.1. Profil Sekolah SMU Swasta Raksana Medan ... 35

4.1.2. Struktur Organisasi ... 36

4.1.3. Keadaan Guru dan Siswa ... 37

4.1.4. Sarana dan Prasarana Pendidikan di Sekolah ... 41

4.1.5. Visi dan Misi ... 41

4.1.6. Kegiatan Ekstrakurikuler dan Organisasi ... 42

4.2. Profil Informan ... 44

4.2.1.Pola Interaksi Sosial Antar Siswa-Siswi di Lingkungan Sekolah ... 46

4.2.2.Bentuk Interkasi Sosial dari Segi Keagamaan ... 58

4.3. Proses Adaptasi Siswa-Siswi yang Berbeda Agama ... 65

4.3.1. Perilaku Adaptasi ... 65

4.3.2. Tindakan Strategis ... 66

4.4. Bentuk Kerukunan Beragama Antar Siswa-Siswi ... 72

BAB V: PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 74

5.2. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA… ... 77 LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1 : Jadawal Kegiatan ... 33

Tabel 2 : Jumlah Guru di SMA Swasta Raksana menurut Status Kepegawaiaannya dan Jenis Kelaminnya……… ... 38

Tabel 3 : Keadaan Siswa Berdasarkan Agama ... 39

Tabel 4 : Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkatan Kelas Secara Keseluruhan ... 40

Tabel 5 : Sarana dan Prasarana SMA Swasta Raksana Medan ... 41

Tabel 6 : Kegiatan Ektrakurikuler dan Organisasi di SMA Swasta Raksana Medan……….. ... 43

Tabel 7 : Pola Interaksi Antar Siswa-Siswi ... 51

Tabel 8 : Pola Kerjasama Antar Siswa-Siswi ... 52

Tabel 9 : Pola Kontak Sosial dan Komunikasi Antar Siswa-Siswi ... 53

Tabel 10 : Pola Konflik Antar Siswa-Siswi ... 54

Tabel 11 : Pola Solidaritas Antar Siswa-Siswi ... 55

Tabel 12 : Pola Pergaulan Antar Siswa-Siswi ... 56

Tabel 13 : Pola Persaingan ... 57


(8)

DAFTAR BAGAN

Hal Bagan Struktur Organsisai SMU Swasta Raksana Medan ... 36


(9)

ABSTRAKSI

Interaksi Sosial merupakan hal yang sangat penting dan merupakan kunci dalam melakukan sosialisasi dalam kehidupan sosial di lingkungan bermasyarakat. Selama ini interaksi sosial di lingkungan masyarakat menimbulkan jarak sosial dan kesenjagan sosial. Interaksi sosial dapat membentuk asosiasi yang dapat menciptakan integrasi tetapi dapat mengarah kepada disasosiasi atau disintegrasi yang dapat menimbulkan pertentangan, persaingan, dan konflik.

Pelajar atau Siswa-siswi adalah generasi penerus yang merupakan cikal bakal pengganti generasi bangsa yang tidak produktif lagi. Jika selama ini asumsi adanya jarak kesenjangan sosial karena perbedaan Agama, bagaimanakah interaksi sosial yang terjadi di lingkungan Akademis pendidikan khususnya di sekolah SMA Swasta Raksana Medan yang kita ketahui merupakan sekolah yang bersifat umum dan bersifat heterogen yang terdiri dari perbedaan dalam segi multi etnis, agama yang dianutnya, apakah ada kesenjangan sosial diantara mereka ? seperti kita ketahui sekolah tersebut juga merupakan media interaksi yang efektif dan intensif untuk mewujudkan interaksi yang baik karena adanya hubungan sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Temuan data penelitian di lapangan menggambarkan bahwa interaksi sosial yang terjadi antar siswa-siswi yang berbeda agama di SMA Swasta Raksana Medan yang terletak di Jalan Gajah Mada No. 20 Medan cukup baik dengan adanya pola interaksi dalam bentuk kerjasama, persaingan, kontak sosial, komunikasi, pergaulan, solidaritas, dan konflik.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif yang bersifat Deskriptif atau menggambarkan. Teknik penggumpulan data dengan melakukan pra observasi dan pengamatan secara langsung di lapangan, selanjutnya yang menjadi sumber data utama ( data primer dan data sekunder ) dilakukan dengan teknik interview ( wawancara mendalam ) terhadap informan yang telah ditentukan dengan interview guide ( panduan wawancara ).

Dari hasil penelitian yang dilakukan ditemukan kesimpulan bahwa pola interaksi yang terjadi antar siswa-siswi yang berbeda agama di SMA Swasta Raksana Medan, sama sekali tidak ditemukan adanya konflik dan pertentangan yang berhubungan dengan agama, melainkan adanya sikap yang baik dalam hormat-menghormati, dan menghargai satu sama lain, sehingga tercipta persaingan yang sehat antar siswa-siswi di SMA Swasta Raksana, guna mencerdaskan kehidupan Bangsa dan Negara.


(10)

ABSTRAKSI

Interaksi Sosial merupakan hal yang sangat penting dan merupakan kunci dalam melakukan sosialisasi dalam kehidupan sosial di lingkungan bermasyarakat. Selama ini interaksi sosial di lingkungan masyarakat menimbulkan jarak sosial dan kesenjagan sosial. Interaksi sosial dapat membentuk asosiasi yang dapat menciptakan integrasi tetapi dapat mengarah kepada disasosiasi atau disintegrasi yang dapat menimbulkan pertentangan, persaingan, dan konflik.

Pelajar atau Siswa-siswi adalah generasi penerus yang merupakan cikal bakal pengganti generasi bangsa yang tidak produktif lagi. Jika selama ini asumsi adanya jarak kesenjangan sosial karena perbedaan Agama, bagaimanakah interaksi sosial yang terjadi di lingkungan Akademis pendidikan khususnya di sekolah SMA Swasta Raksana Medan yang kita ketahui merupakan sekolah yang bersifat umum dan bersifat heterogen yang terdiri dari perbedaan dalam segi multi etnis, agama yang dianutnya, apakah ada kesenjangan sosial diantara mereka ? seperti kita ketahui sekolah tersebut juga merupakan media interaksi yang efektif dan intensif untuk mewujudkan interaksi yang baik karena adanya hubungan sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Temuan data penelitian di lapangan menggambarkan bahwa interaksi sosial yang terjadi antar siswa-siswi yang berbeda agama di SMA Swasta Raksana Medan yang terletak di Jalan Gajah Mada No. 20 Medan cukup baik dengan adanya pola interaksi dalam bentuk kerjasama, persaingan, kontak sosial, komunikasi, pergaulan, solidaritas, dan konflik.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif yang bersifat Deskriptif atau menggambarkan. Teknik penggumpulan data dengan melakukan pra observasi dan pengamatan secara langsung di lapangan, selanjutnya yang menjadi sumber data utama ( data primer dan data sekunder ) dilakukan dengan teknik interview ( wawancara mendalam ) terhadap informan yang telah ditentukan dengan interview guide ( panduan wawancara ).

Dari hasil penelitian yang dilakukan ditemukan kesimpulan bahwa pola interaksi yang terjadi antar siswa-siswi yang berbeda agama di SMA Swasta Raksana Medan, sama sekali tidak ditemukan adanya konflik dan pertentangan yang berhubungan dengan agama, melainkan adanya sikap yang baik dalam hormat-menghormati, dan menghargai satu sama lain, sehingga tercipta persaingan yang sehat antar siswa-siswi di SMA Swasta Raksana, guna mencerdaskan kehidupan Bangsa dan Negara.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu hidup bersama, hidup berkelompok-kelompok. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya. Manusia selalu ingin melakukan kerjasama dala berinteraksi sosial. Interaksi itu tidak hanya dipacu oleh dorongan kebutuhan ekonomis, biologis, emosional dan sebagainya yang mengikat dirinya, melainkan suatu hal yang tidak terbantahkan pada dirinya. Dengan demikian, ungkapan yang mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah substansial dan bukan hanya sloganitas.

Dalam sejarah perkembangan manusia tidak dapat hidup menyendiri, terpisah dari kelompok manusia yang lainnya, kecuali dalam keadaan terpaksa dan itu pun hanya sementara waktu saja. Sejak manusia itu ada sudah terdapat hasrat untuk berkumpul dengan sesamanya dalam satu kelompok yaitu masyarakat. Pada hakekatnya manusia merupakan pribadi yang utuh dan memiliki sifat-sifat sebagai makhluk sosial. Kehidupan pribadi seorang individu merupakan kehidupan yang utuh, lengkap, memiliki ciri khusus dan unik yang menyangkut berbagai aspek antara lain emosional, sosial psikologis dan sosial budaya serta kemampuan intelektual yang terpadu secara integratif dengan faktor lingkungan kehidupan yang ada.

Lingkungan kehidupan sosial budaya yang mempengaruhi pribadi seseorang amatlah kompleks, baik itu lingkungan alami atau lingkungan yang alami untuk pembentukan pribadi anak remaja namun masing-masing memiliki ciri-ciri yang berbeda.


(12)

Dua orang anak yang dibesarkan dalam suatu keluarga dapat menunjukkan sifat pribadi yang berbeda, karena hal itu ditentukan bagaimana mereka berinteraksi dan menginteraksikan dirinya dengan lingkungannya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa perkembangan setiap individu berbeda-beda sesuai dimana tempat mereka berkembang dan dibesarkan seperti halnya agama dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan adanya agama akan sangat mempengaruhi pola pembentukan sikap anak, apalagi yang berada di lingkungan akademik yang didalamnya terdapat individu-individu yang berbeda agama dan keyakinan.

Dalam sejarah perjalanan manusia, agama acapkali tidak selalu artikulatif, suasana paradok seringkali menyertai kehidupan beragama terlebih lagi jika agama tadi telah mempolitir agamanya demi kepentingan pribadi. Bila demikian yagn terasa adalah agama sangat rentan dalam memicu timbulnya prahara. Dengan demikian dapat digambarkan bahwa ide dasar agama diturunkan oleh Tuhan seolah-olah tidak sesuai dengan harapan, sebab sarat dengan sentimen-sentimen yang memburamkan tujuan dari agama tadi yakni pembawa kedamaian. Secara sederhana dapat di gambarkan bahwa agama yang dianut oleh manusia memiliki tujuan pokok, antara lain terpenuhinya kebutuhan spritual dan terwujudnya kedamaian ditengah masyarakat.

Al-Ghazali mengatakan bahwa agama itu pada hakikatnya untuk kepentingan manusia, bukan untuk kepentingan Tuhan, sebab Tuhan tidak memperoleh keuntungan dari penerimaan manusia terhadap agama. Sebaliknya tidak juga menderita kerugian karena penolakan manusia terhadap ajakan agama. Jadi, semua keuntungan kerugian dari penolakan terhadap agama justru kembali kepada diri manusia itu sendiri ( Faridi, 2002 :2001 ).


(13)

Manusia yang tidak bisa dipungkiri adalah kecenderungan menerima agama karena agama mempunyai implikasi yang sangat di butuhkan oleh setiap manusia. Dengan penganut agama yang berbeda-beda dapat dibina kerukunan hidup antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dapat meningkatkan potensi dan kemajuan manusia untuk melaksanakan pembangunan yang berkembang saat ini khususnya ruang lingkup pendidikan.

Seperti yang kita ketahui di negata Republik Indonesia, terdapat berbagai macam agam. Diantaranya adalah agama islam, kristen protestan, kristen katolik, hindu dan budha. Semua penganutnya bebas memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing sesuai dengan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 yang berbunyi ” Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya.

Ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat manusia sebagai mahluk sosial tidak bisa lepas dari pendidikan yaitu pendidikan yang didapat secara formal dan non formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi yang dikelola pihak swasta maupun negeri, sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab dan biasanya dikelola pihak swasta.

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bersifat formal terdiri dari siswa-siswi yang mungkin berasal dari status sosial, etnis, budaya dan agama yang


(14)

berbeda-beda dan perbedaan tersebut membuat mereka harus bergaul dan bebaur dalam mendapatkan dan mengecap pendidikan dalam hal ini si peneliti melihat dari segi perbedaan agama yang mereka anut.

Sekolah merupakan tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya. Sekolah diselenggarakan secara formal. Di sekolah anak akan belajar apa yang ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah harus mencerminkan kehidupan sekelilingnya. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan budayanya. Dalam kehidupan modern seperti saat ini, sekolah merupakan suatu keharusan, karena tuntutan-tuntutan yang diperlukan bagi perkembangan anak sudah tidak memungkinkan akan dapat dilayani oleh keluarga. Materi yang diberikan di sekolah berhubungan langsung dengan pengembangan pribadi anak, berisikan nilai moral dan agama, berhubungan langsung dengan pengembangan sains dan teknologi, serta pengembangan kecakapan-kecakapan tertentu yang langsung dapat dirasakan dalam pengisian tenaga kerja.

Dunia pendidikan baik jalur sekolah maupun jalur luar sekolah menyediakan berbagai jenis program yang relevan dengan jenis tenaga kerja yang ada di lingkungn masyarakat, karena pada umumnya mereka akan melihat kondisi beragamnya lapangan pekerjaan di masyarakat yang penuh dengan persaingan dan hal ini akan sangat mempengaruhi pembentukan sikap anak dalam menentukan pilihan yang pada gilirannya akan mempengaruhi pemikirannya dalam menentukan jenis pendidikan dan karir yang di inginkannya.


(15)

Pada umumnya terjadinya suatu interaksi sosial berhubungan erat dengan status sosial, yaitu status sebagai seorang siswa yang bersekolah didalam lingkungan sekolah yang sama. Dapat diketahui bahwa interaksi sosial merupakan suatu konsep yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam interaksi sosial, individu yang bertemu dengan individu yang lain secara langsung ( tatap muka), atau secara tidak langsung, atau dengan menggunakan suatu media. Dengan begitu dapat diartikan bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang dinamis secara individu denga individu, antara individu dengan kelompok baik dalam kerjasama, persaingan untuk tujuan tertentu.

Dewasa ini di kota Medan dapat kita lihat masyarakat cenderung memilih sekolah yang sesuai dengan agama yang dianutnya ( khusus ) dan sekolah yang didominasi oleh satu agama tertentu supaya hubungan antara mereka dapat berlangsung lancar karena telah memahami pola interaksi dengan sesamanya. Disekolah yang hanya didominasi satu agama ( khusus ) mereka dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan mudah karena mereka beranggapan bahwa mereka sama dan tidak ada perbedaan. Namun beda halnya dengan di sekolah umum seperti si SMA Swasta Rakasana yang siswa-siswinya yang bersifat heterogen harus berbaur dan berinteraksi dengan yang lain agama yang dianutnya berbeda satu dengan yang lainnya.

Sebagai contoh jika siswa yang memulai pendidikan dilingkungan sekolah yang bersifat khusus mulai dari tingkat SD sampai dengan tingkat SMP kemudian setelah di tingkat SMU pindah kesekolah yang bersifat umum atau berbaur dengan siswa-siswi yang berbeda agama dan keyakinan, yang menjadi pertanyaan adalah bagimana berinteraksi dan bersosialisasi dengan merubah kebiasaan berbaur dan bergaul dengan yang agama dan keyakinan yang sama?.


(16)

Bila kita lihat dan dibandingkan dengan interaksi sosial yang terjadi dilingkungan masyarakat sekarang ini, dimana banyak terjadi konflik. Persaingan dan pertentanga dimana-mana yang disebabkan berbagai faktor seperti perbedaan agama, keyakinan, suku, kelas dan status sosial. Dengan adanya perbedaan yang sangat mendasar dan relatif sensitif dapat memicu pertikaian, persaingan dan konflik sehingga kesenjangan sosial dan disintegrasi di kehidupan sosial dan kalangan masyarakat, tetapi apakah permasalahan tersebut bisa muncul dan berdampak dalam dalam pergaulan dan interaksi yang terjadi pada siswa-siswi di lingkungan pendidikan seperti sekolah?.

Lingkungan akademik seperti sekolah mempunyai peran sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial dan moral para siswa. Suasana di lingkungan sekolah baik sosial maupun psikologis menetukan proses dan penyesusaian diri. Disamping itu, hasil pendidikan yang diterima anak di sekolah akan merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di lingkungan masyarakat.

Interaksi dari siswa-siswi yang berbeda agama dapat terjadi di lingkungan sekolah dapat menimbulkan kesenjangan diantara siswa-siswi tersebut, masing-masing dapat membentuk suatu kelompok sendiri dan komunitas sendiri dan beradapatasi hanya berbaur dengan yang sepaham atau seiman dengan dirinya, nah dalam konteks ini saya sebagai peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pola interaksi sosial yang terjadi antara siswa-siswi yang berbeda agama di SMU Swasta Raksana Medan yang disatukan dalam suatu lingkungan sosialisasi pendidikan formal yang sama.

Sekolah SMU Swasta Raksana merupakan sekolah yang bersifat umum dan siswa-siswanya yang heterogen, dimana terdapat multi etnis dan berbeda-beda agama. Jadi dalam kegiatan dan proses belajar dan mengajar sehari-hari disekolah mereka saling


(17)

bergaul, berbaur, dan berinteraksi satu dengan yang lainnya walau perbedaan agama yang dianutnya maka akan berbeda pula sikap dari masing-masing siswa dalam hal menyesuaikan diri denga siswa yang berbeda-beda.

Sekolah Menengah Atas ( SMA ) Swasta Raksana Medan terkenal dengan tingkat kedisiplinan, keamanan dan ketertiban di lingkungan sekolah sangat baik, hal ini telah terbukti dalam hasil pra observasi penulis secara langsung dimana para guru-guru bahkan kepala sekolah sendiri turut serta dalam hal meningkatkan kedisiplinan setiap siswa-siswinya. Dalam hal ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Pola

interaksi antara siswa siswi yang berbeda agama di sekolah SMA Swasta Raksana Yayasan Raksana di Jl. Gajah Mada No. 20 Medan.


(18)

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pola interaksi antara siswa siswi yang berbeda agama di sekolah SMA Swasta Raksana?

2. Bagaimana bentuk kerukunan antar umat beragama antara siswa siswi di SMA Swasta Raksana?

3. Bagaimana proses penyesuaian diri antara siswa-siswi yang bebeda agamaterhadap pergaulan sehari-hari dilingkungan sekolahnya yaitu SMA Swasta Raksana?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan bentuk interaksi sosial antara siswa-siswi yang berbeda agama di SMA Swasta Raksana.

2. Mendeskripsikan bentuk kerukunan antar umat beragama SMA Swasta Raksana dan,

3. Mengidentifikasikan proses penyesuaian diri antara siswa-siswi yang bebeda agamaterhadap pergaulan sehari-hari dilingkungan sekolahnya SMA Swasta Raksana.


(19)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan wawasan mengenai hal yang berkaitan dengan interaksi sosial, sehingga dapat memberikan bahan pertimbangan bagi pihak yang bersangkutan khususnya dalam institusi pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti berupa fakta-fakta temuan di lapangan dalam meningkatkan daya, kritis dan anlisys peneliti sehingga memperoleh pengetahuan tambahn dari peneliti tersebut. Dan khusunya penelitian inidapat menjadi referensi penunjang yang diharapkan dapat berguna bagi bagi penelitian selanjutnya.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Agama Dalam Kehidupan Bermasyarakat

Seorang sosiolog asal jerman, Max Weber ( 1864-1920 ) pernah mengungkapkan bahwa agama cukup berjasa dalam melahirkan perubahan sosial yang paling spektakuler dalam sejarah peradaban manusia. Agama dianggap mampu memberikan dorongan terhadap masyarakat untuk melakukan “revolusi”. Tesis ini tentunya bagaikan “mimpi indah” bagi umat beragama. Namun yang perlu direnungkan kembali, tesis Weber mengenai agama sebagai motor perubahan sosial “dilahirkan” diatas seratus tahun yang lalu. Weber bukanlah sosok “masa kini”. Karenanya, kita perlu membuktikan kembali kebenaran tesis Weber tersebut. Karena nampaknya saat ini kondisinya justru berbalik, yakni agama lah yang mesti mengejar “kebaruan” dalam pola interaksi sosial yang terbangun.

Tarik ulur mengenai pola interaksi yang dibangun antara agama dan perubahan sosial (sosial change) tersebut pada akhirnya membentuk polarisasi pandangan. Pertama, pandangan yang memposisikan agama sebagai wacana yang harus mengikuti arus kondisi interaksi manusia. Dengan pemahaman semacam ini berarti agama ditempatkan sebagai entitas otonom yang “terbebas” dari interaksi sosial disekelilingnya. Kedua, berangkat dari segudang ‘kegelisahan’ akibat pola interaksi yang dibangun manusia saat ini yang ditengarai semakin menjauhkan diri dari kontrol agama, sehingga yang harus dilakukan adalah dengan kembali kepada teks-teks agama.


(21)

Dua polarisasi pandangan tersebut jelas meniscayakan interpretasi yang berbeda terhadap agama. Di satu sisi, penafsiran terhadap agama harus mengikuti dan berdialektika dengan mesra terhadap penggeseran struktur sosial, ekonomi dan budaya manusia. Bukan sebaliknya, agama dijadikan sebagai “aliran instruksi” dalam menyikapi setiap interaksi manusia yang terjadi disuatu masa dan tempat. Sementara yang lain ingin menempatkan agama sebagai “coordinator” dan menjadi semacam “inkusisi” atas setiap problem kemanusiaan yang muncul. Segala problem telah dijawab didalam al-Qu’ran sebagai pedoman umat islam. Hal ini karena seringnya umat islam mengalami kegagapan yang cukup luar biasa dalam menyongsong era baru ini. Akibatnya. Terjadi krisis terhadap agama yang tercerabut nilai-nilai universalitasnya dari realitas kemanusiaan masyarakat modern. Agama dikembalikan dalam konsepsinya sebagai serentetan ibadah ritual yang hampa tanpa makna. Agama adalah untuk Tuhan, bukan manusia.

Pada hal, Islam tidak hanya tegak dalam posisinya sebagai agama akan tetapi sebagai bangunan dari sebuah peradaban yang cukup besar yang menyentuh empat dimensi kehidupan manusia, yakni ubudiyah (berkaitan dengan soal ibadah), ahwal al

syakhsiyah (keluarga), muamalah (masyarakat) dan siyasah (Negara). Nabi Muhammad

SAW sendiri yang mendapatkan “titah dari Tuhan” ditugaskan untuk membawa dimensi tersebut dalam menciptakan rahmat bagi seluruh semesta alam. Sehingga sosok Nabi, tidak hanya sebagai seorang pemimpin agama akan tetapi juga sebagai “aktivis” perubahan sosial dan Pendobrak ketidakadilan.


(22)

2.2. Interaksi sosial

Interaksi antara berbagai segi kehidupan yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari itu akan membentuk suatu pola hubungan yang saling mempengaruhi sehingga akan membentuk suatu sistem sosial dalam masyarakat.

Faktor-faktor dalam interaksi sosial meliputi faktor sugesti, motivasi. Imitasi, identifikasi dan simpati. Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi pandangan atau sikap dari dirinya yang kemudian diterima pihak lain, sedangkan identifikasi merupakan kecenderungan seseorang untuk menjadi sama dengan yang lain dan bisa berlangsung secara sadar ataupun tidak sadar. Berbeda dengan identifikasi proses simpati merupakan proses dimana seseorang merasa tertarik dengan orang lain dan dalam hal ini perasaan memegang peranan yang sangat penting walau dorongan utamanya adalah untuk memahami orang laindan bekerjasama dengannya. Proses interaksi sosial biasanya didasari berbagai faktor ( waridah, 2001 : 18-20 ), adapun faktor-faktor yang mendasari terbentuknya interaksi sosial adalah :

1. Sugesti

Sugesti adalah rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan oleh individu kepada individu yang lain, sehingga yang menerimanya menuruti atau melaksanakan apa yang disugestikan tanpa berfikir lagi secara kritis dan rasional. Sugesti dapat diberikan oleh individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok, atau kelompok kepada seorang individu. Wujud sugesti dapat berupa berbagai bentuk sikap atau tindakan seperti prilaku, pendapat, saran dan pertanyaan.


(23)

2. Motivasi

Motivasi merupakan dorongan, pengaruh rangsangan, atau stimulus yang diberikan oleh seorang individu kepada individu lain, sehingga orang yang diberikan sugesti menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh rasa tanggung jawab. Motivasi dapat diberikan dari individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok, atau kelompok kepada individu. Wujud motivasi dapat berupa sikap atau prilaku, pendapat, saran, dan pernyataan.

3. Imitasi

Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain baik sikap, penampilan maupun gaya hidup. Proses imitasi dapat mengarah kepada hal-hal yang positif atau negatif. Apabila mengarah kepada hal-hal yang positif dan dampaknya akan positif.

4. Identifikasi

Identifikasi adalah upaya yang dilakukan oleh individu oleh individu untuk menjadi sama (identik) dengan individu yang ditirunya. Oleh sebab itu proses identifikasi erat kaitannya dengan imitasi. Pola meniru sudah begitu erat sehingga si peniru sudah mengidentifiaksikan dirinya menjadi sama dengan yang ditirunya.

5. Simpati

Simpati merupakan proses kejiwaan yang merasa tertarik kepada seseorang atau sekelompok orang karena sikap, penampilan, wibawa atau perbuatannya. Perasaan simpati dapat juga disampaikan pada seseorang,


(24)

sekelompok orang, atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus, misalnya pada peringatan ulang tahun kemerdekaan RI, pada saat kenaikan kelas, dll.

6. Empati

Empati sebenarnya mirip dengan perasaan simpati tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja. Empati dibarengi perasaan organisme tubuh yang sangat dalam.

Secara sosiologis, manusia terediri dari berbagai etnis-etnis dan budaya yang saling berbeda dan mengaitkan dirinya satu dengan yang lainnya. Satu bahasa teridiri dari suku-suku ayng beraneka ragam, masyarakat nya teridiri keluarga-keluarga yang berrlainan. Jika keragaman dari sistem kehidupan manusia terpulang kepada naungan suatu kesatuan, maka manusia sebagai salah satu mahluk dari berbagai mahluk yang ada kembali kemabli pada satu naungan, satu rangkuman, yaitu bukti kesatuan Tuhan Yang Maha Esa.

Manusia membutuhkan orang lain dalam kehidupan sosial. Manusia mempunyai naluri untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Dalam hidup manusia atau antara manusia dengan kelompok terjadi hubungan demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui itu manusia ingin menyampaikan maksud, tujuan dan keinginannya dan keinginan yang dimaksud diwujudkan melalui hubungan timbal balik yang disebut dengan Interaksi. Interaksi bisa terjadi apabila individu melakukan tindakan dan perilaku yang dapat menimbulkan reaksi dari individu-individu yang lain.

Manusia membutuhkan orang lain dalam kehidupan sosial. Manusia mempunyai naluri untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Interaksi sosial tidak terbatas oleh tempat dan waktu, dapat terjadi dimana dan kapan saja karena sangat penting dalam


(25)

pergaulan hidup dan berguna mengantisipasi masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat baik secara pribadi atau kelompok.

Menurut Astrid. S. Susanto interaksi sosial diartikan sebagai hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial ( Murdiatmoko, 2003 : 53).

Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik yang dinamis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok. Adanya interaksi sosial merupakan naluri manusia sejak lahir untuk bersosialisasi dan bergaul dengan sesama dimana dalam interaksi itu individu ada kontak dan hubungan yang merupakan sentuhan fisik yang biasanya disertai dengan adanya suatu komunikasi baik secara langsung ( tatap muka), secara tidak langsung, atau dengan menggunakan media.

Adapun yang menjadi ciri-ciri interaksi sosial adalah sebagai berikut : 1. Adanya perilaku dengan jumlah lebih dari satu orang.

2. Adanya komunikasi antar pelaku.

3. Adanya dimensi waktu ( masa lampau, masa kini dan masa mendatang ) yang menetukan sifat aksi yang sedang berlangsung ( Waridah, 2001 : 18 ) 4. Adanya tujuan dan maksud yang jelas yang ingin dicapai, terlepas dari

sama atau tidaknya tujuan dengan yang diperkirakan oleh si pelaku.

Dalam proses interaksi sosial, manusia secara simbolik mengkomunikasikan arti terhadap orang lain yang terlibat. Orang lain menafsirkan symbol komunikasi itu mengorientasikan tindakan balasan mereka berdasarkan penafsiran mereka. Dengan kata lain, dalam interaksi sosial, para aktor terlibat dalm proses saling mempengaruhi.


(26)

Talcott parsons (Waridah, 2001 : 10 ) mengatakan bahwa interaksi sosial dapat membangun kedekatan jarak dan ini akan membuahkan tingkat keintiman antara pelaku sosial. Dengan keadaan demikian ini berakibat pada sikap saling terbuka untuk saling memahami, saling menghayati antara satu dengan yang lain. Munculnya pemahaman ini karena munculnya empaty antara guru dengan muridnya. Parsons juga berpendapat bahwa tindakan dan interaksi sosial dipengaruhi oleh dua macam orientasi sebagai berikut :

a. Orientasi Motivasional, yaitu motivasi yang bersifat pribadi, yakni menunjukkan pada keinginan individu yang bertindak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

b. Orientasi nilai-nilai yang bersifat sosial yakni orientasi yang menunjukkan pada standar-standar normatif, misalnya wujud agama dan tradisi setempat, ( Waridah, 2001 : 10 ).

Interaksi merupakan sarana atau alat dalam kehidupan sosial, juga dapat dikatakan sebagai hubungan yang dinamis antar individu dengan individu, antar individu dengan kelompok dan antar kelompok dengan kelompok dan interaksi itu dapat telihat dalam bentuk kerjasama, persaingan dan pertikaian atau konflik.

Menurut Gillin dan Gillin ( Soekanto, 1996 : 67) bentuk-bentuk interaksi sosial itu dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Kerjasama ( cooperation)

Orang cenderung menyukai pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama dengan demikian pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan cepat dan rapi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.


(27)

b. Persaingan ( Competition)

Interaksi sosial tidak hanya berupa hubungan yang harmonis, interaksi sosial dapat berupa persaingan yang tidak menutup kemungkinan terjadinya suatu konflik.

c. Pertentangan ( Conflict)

Dalam interaksi individu yang satu dengan yang lainnya akan saling mengetahui sifat masing-masing karena mereka akan saling menunjukkan keaslian mereka dalam suatu kerjasama, persaingan dan konflik.

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi bila tidak ada komunikasi dan kontak sosial ( Pudjiastuti, 2006 : 23 ) :

a. Komunikasi yaitu proses salig memberi tafsiran kepala atau dari perilaku pihak lain mewujudkan perilaku sebagai reaksi terhadap maksud yang ingin di sampaikan oleh pihak yang lain dibagi dua yaitu :

1. Komunikasi positif : apabila masing-masing pihak saling memahami maksud dah tujuan pihak yang lain.

2. Komunikasi negatif : apabila masing-masing pihak tidak saling memahami maksud dan tujuan masing-masing.

b. Kontak sosial yaitu individu atau kelompok dalam bentuk isyarat yang memiliki makna bagi sipelaku dan sipenerima membalas denga reaksi.

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak manusia tidak dapat hidup sendirian, ia selalu berkomunikasi dengan yang lain dan bermasyarakat. Interaksi sosial tidak terbatas oleh waktu dan tempat, dapat terjadi kapan saja. Interaksi sangat penting dalam aktivitas-aktivitas sosial, oleh karena itu ia merupakan hubungan yang dinamis yang menyagkut


(28)

hubungan-hubungan individu dengan individu maupun individu dengan kelompok dan interaksi itu didahului oleh suatu kontak yang dengan adanya komunikasi baik langsung maupun tidak langsung.

Hal-hal yang yang turut mempengaruhi interaksi dalam suatu lingkungan maupun kehidupan sosial, antara lain :

• Kedekatan : Kita membentuk kelomppok bermain dengan orang lain yang berada disekitar kita, dimana kelompok bermain itu tersusun antara individu-individu yang saling berinteraksi semakin dekat semakin mungkin saling melihat, bebicara dan bersosialisasi. Kedekatan fisik meningkatkan peluang berinteraksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial.

• Kesamaan : Sudah menjadi kebiasaan orang lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya yaitu kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, ataupun karakter yang lainnya yang memungkinkan terjadinya interaksi.

2.3. Interaksi Sosial dari Segi Keagamaan

Agama tidak akan mungkin terpisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata di perlukan dalam kehidupan bermasyarakat dan di lingkungan sekolah karena sekolah yang bersifat heterogen terdiri dari agama yang berbeda-beda dan keyakinan. Fungsi agama dalam dalam kehidupan bermasyarakat akan memeberikan pengaruh dalam menyatukan masyaraklat, sebaliknya agama juga dapat menjadi pemecah, jika konsensus melemah dan mengendur.


(29)

Agama dalam kehidupan adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.

Agama diyakini menjalankan beberapa fungsi dalam masyarakat antara lain : 1. Fungsi Edukatif

Fungsi edukatif merupakan salah satu tujuan utama agama, melalui pembimbing, ketua, dan kepemimpinanya agama senantiasa memberikan pengajaran dan bimbingan pada umatnya agar selalu bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengaajarannya, agama selalu medorong agar setiap individu selalu patuh dan taat serta mempraktekkan ajaran dan perintah sesuai dengan agamanya. Melalui kehidupan agamanya, seseorang diajarkan agar dapat tumbuh dewasa dan mengembangkan kepribadian yang baik sejalan dengan aturan dan nilai-nilai keagamaanya. Pengajaran juga dilakukan dengan melalui lembaga keagamaan baik yang bersifat formal seperti sekolah dan universitas maupun yang non formal seperti perkumpulan dan persekutuan. Atas peran edukatif ini, agama semakin dipandang sebagai suatu keharusan dalam tindakannya untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat dalam bentuk pengajaran dan bimbingan.

2. Fungsi penyelamatan

Keselamatan dan keamanan hidup merupakan dambaan dan harapan semua makhluk hidup di dunia. Setiap orang selalu berusaha keras untuk mencari dan memperoleh keselamatan. Hal ini dilakukan dalam berbagai cara sesuai dengan keyakinan dan kecocokan masing-masing orang. Agama yang merupakan pegangan dan pedoman hidup manusia diyakini merupakan jaminan yang paling utama dalam memperoleh keselamatan. Melalui ajaran agama diajarkan dan disebutkan cara dan aturan yang harus dipatuhi, diataati, dan dijalankan agar dapat memperoleh keselamatan. Apabila seseorang mematuhi dan yakin terhadap


(30)

agama maka akan diberi keselamatan dan senantiasa mendapatkan perlindungan dari agama agar terhidar dari segala bentuk ancaman kehidupan seperti bencana, kecelakaan, dan lain-lain. Fungsi penyelamatan juga mencakup kehidupan manusia setelah berakhir didunia dan harus memasuki dunia akhirat.

Dengan menjalankan nilai-nilai keagamaan maka orang tersebut akan mendapatkan “tempat yang bahagia” setelah meninggal. Agar dapat memperolehnya, agama mengajarkan kepada umatnya agar selalu berbuat baik sesuai dengan perintah dan nilai-nilai agama sehingga perbuatan baik tersebut akan membawanya ke “tempat yang bahagia” sesuai dengan perbuatannya selama di bumi. Agama juga dipercaya dapat memberikan keselamatan kepada manusia melalui pengampunan dan penyucian atas dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Dengan pertobatan dan kepercayaan terhadap unsur keagamaan maka akan diberi jaminan keselamatan dan pengampunan bagi mereka yang berniat tulus dan sungguh-sungguh bertobat.

3. Fungsi pemupuk persaudaraan

Agama bersifat universal dan penganutnya terdapat dimana-mana dibelahan dunia manapun dan penganutnya berasal dari latar belakang sosial yang berbeda, suku, ras, warna kulit, gender, derajat sosial, pekerjaan, dan kasta yang berbeda-beda. Oleh karena itu, agama dapat dikatakan berfungsi memupuk rasa persaudaraan diantara sesama manusia dalam menjalin hubungan horizontal yang erat. Dalam kehidupan beragama setiap umat dengan latar belakang dan kebudayaan yang berbeda dapat bersatu dan bersama-sama menjalankan nilai-nilai keagamaan secara bertahap dan konsisten.

Meskipun mempunyai banyak perbedaan prinsip dan tingkat pengetahuan, dalam keagamaan hal itu bukan merupakan penghambat agar umatnya dapat berinteraksi dan melaksanakan ajaran keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pertikaian dan perselisihan antar manusia dapat diselesaikan dengan adanya campur tangan dari agama sehingga pihak yang berselisih memahami manfaat dari pembelajaran agama dan dapat menghindari pertikaian.


(31)

4. Fungsi transformatif

Ajaran agama dapat merubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan ajaran agama yang dianutnya itu kadangkala mampu mangubah kesetiaanya kepada adab atau norma kehidupan yang dianutnya sebelum itu.

5. Berfungsi sebagai kontrol sosial

Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok, karena :

a. Agama secara instansi merupakan norma bagi para pengikutnya.

b. Agama secara dogmatis (ajaran) mempunyai fungsi kritis yang bersifat profetis (kenabian).

Sikap toleransi sangatlah penting pada masing-masing umat beragama maka kerukunan beragama dapat terwujud. Toleransi dalam kehidupan bergama dapat diartiakan bahwa pemeluk suatu agama dengan pemeluk agama yang lain akan saling menghargai dan tidak akan memaksakan orang lain untuk memeluk agama yang mereka anut.

Seperti halnya kerukunan antar umat beragama disuatu sekolah yang terdapat berbagai macam pemeluk agama yang berbeda-beda didalamnya, terutama para siswanya yang harus beradaptasi atau menyesuaikan dirinya terhadap teman-temannya yang berbeda keyakinan. Hal ini dapat dilihat di SMA Swasta Raksana Yayasan Raksana Medan. Disini tidak hanya terdapat siswa yang beragama Kristen saja, namun banyak agama lain seperti Islam, Budha, Hindu. Mereka berbaur untuk mendapatkan pendidikan formal dari bangku sekolah dan semua ini hendaknya dapat menjauhkan sikap pertentangan dan tetap mengembangkan sikap saling hormat menghormati antar umat


(32)

beragama mempunyai sifat dan ciri yang berbeda satu sama lain, oleh karena itu disanalah pengkal dari pembinaan kerukunan agar dapat diarahkan menjadi satu dalam hal pengembangan pedidikan.

Pergaulan sehari-hari yang dilakukan seseorang dengan orang lain ada kalanya setaraf usianya, ilmu pengetahuannya, pengalaman dan sebagainya, dan ada kalanya kawan sepergaulan lebih rendah atau lebih tinggi dibidang tertentu. Didalam pergaulan sehari-hari tentunya terjadi interaksi sosial antara individu yang satu dengan individu yang lain atau individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok, dan didalam interaksi itu tentunya tidak terlepas adanya saling mempengaruhi. Hal ini dapat kita lihat dilingkungan sekolah non muslim, terjadinya interaksi sosial keagamaan antara siswa-siswi yang berbeda agama, dapat menciptakan kerukunan antar umat beragama, hal tersebut dapat terwujud apabila terjadinya kerjasama yang baik dan bersaing secara sehat dengan tidak saling merugikan, maka seluruh umat beragama yang berada dilingkungan sekolah tersebut, satu dengan yang lainnya harus hormat-menghormati, harga-menghargai dan bertoleransi, terutama bagi siswa-siswinya.

Interaksi sosial keagamaan juga dapat menimbulkan konflik apabila didalam pergaulan antara siswa-siswi disekolah non muslim tersebut tidak saling menghargai, menghormati dan tidak adanya sikap toleransi antar pemeluk agama yang berbeda.

Kerukunan hidup beragama perlu dimantapkan melalui lembaga pendidikan mulai tingkat SD hingga SLTA, karena merupakan sarana utama dalam memberikan pemahaman tentang keberagaman sejak dini pada siswa.

Dalam membina kerukunan antar umat beragama yang menjadi pijakan dan pegangan adalah prinsip-prinsip yang terkandung dalam Bhineka Tunggal Ika yang


(33)

mengandung suatu pengertian yang berbeda-beda namun tetap dalam satu kesatuan. Landasan untuk membina kerukunan antar umat beragama dan penganutkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Indonesia khususnya hal ini terlah diketahui bersama, landasan faktual maksudnya adalah landasan yang berdasarkan fakta, satu tanah air dan satu pemerintahan, sedangkan landasan yang bersifat filosofis adalah Pancasila, karena dalam sejarahnya telah banyak membuktikan bahwa Pancasila mampu memoersatukan bangsa untuk landasan konstitusional ialah UUD’45 serta ketetapan MPR sebagai landasan operasional.

Sebagai bangsa Indonesia seharusnya mempunyai kepribadian yang dapat menunjang kerukunan dalam keputusan menteri agama No.77 Tahun 1978 tentang bantuan luar negeri kepada lembaga Keagamaan di Indonesia yaitu:

a. Maka kehidupan Beragama perlu dibina dan diarahkan guna memantapkan kerukunan hidup intern umat beragama, kerukunan hidup antar umat beragama, serta kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.

b. Bahwa bantuan luar negeri kepada lembaga keagamaan di Indonesia dalam rangka mengembangkan kehidupan beragama perlu diatur dan diarahkan agar terhindar pengaruh negative yang dapat menggangu persatuan bangsa, (Prawiranegara, 1982:144-145)

Dari ungkapan diatas bahwa ciri kepribadian Indonesia ini dapat disadari sebagai salah satu landasan untuk membina kerukunan, yang antara lain beruraikan hidup rukun, toleran, suku dan keselarasan.

Dalam membina kerukunan hidup beragama pada hakekatnya merupakan bagian dari pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa, pengembangan sikap toleran tersebut


(34)

terbukti jelas pada beberapa landasan yuridis formal yang ada seperti undang-undang keputusan menteri dan ketetapan-ketetapan seperti undang-undang, keputusan menteri serta ketentuan-ketentuan lainnya (dalam proyek pembinaan kerukunan hidup beragama, Depertemen Agama RI, 1981:2.

Oleh karena itu perlu ditanamkan kesadaran dan keanekaragaman suku, bahasa dan adat istiadat untuk menumbuhkan toleransi yang aktif antar umat beragama atas dasar azas setuju dalam perbedaan agama, sebagai perwujudan dari lambang Bhineka Tunggal Ika. Pembinaan tersebut adalah untuk memenuhi tujuan yang dimaksud dalam ketetapan majelis permusyawaratan rakyat no. IV/MPR/1978 tentang garis-garis besar haluan Negara yaitu, mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur, materiil dan sprituil berdasarkan pancasila dan wadah Negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana prikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan dunia yang merdeka, bersahabat tertib dan damai”

Sedangkan pada ungkapan lain terdapat pada pedoman dasar kerukunan hidup beragama : ( dalam proyek pembinaan kerukunan hidup umat beragama, Depertemen Agama RI, 1980:13):

“Membimbing prikehidupan umat beragama sesuai dan selaras dengan Pancasila dan UUD 45, agar setiap pemeluk agama, baik sebagai orang perorangan, sebagai warga masyarakat, sebagai warga Negara, disamping mentaati dan melaksanakan ajaran agamanya, secara simultan melaksanakan penghayatan dan pengalaman Pancasila. Dengan demikian akan terciptalah


(35)

masyarakat pancasila yang beragama dan sekaligus masyarakat yang beragama yang pancasialis”

Dari ungkapan diatas dapat dimengerti bahwa dalam membina dan mengembangkan kehidupa n beragama, tidak hanya saling menghormati dan menghargai, membina dan mengembangkan serta dapat member bimbingan dan pengarahan agar kehidupa n berbangsa lebih berkembang, bergairah sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam membina kehidupan berbangsa, bernegara yang berdasarkan Pancasila.

Bila kita melihat Interaksi Sosial Antara Etnis Pendatang dan Etnis Setempat di Pinggiran Kota Medan dengan studi Analisis Dinamika Kerukunan Hidup Umat Beragama”, mencoba menggambarkan bahwa proses interaksi sosial di pinggiran kota yang penduduknya amat heterogen banyak dipengaruhi oleh etnis, agama, dan tempat tinggal. Pranata-pranata tradisional dipandang cukup fungsional dalam membangun jaringan integrasi antara komunitas-komunitas yang heterogen itu. Dengan fungasinya pranata-pranata tradisional tersebut melahirkan banyak pola-pola hubungan antar etnis, yang pada intinya menggambarkan adanya integrasi yang kuat antara satu komunitas dengan komunitas lainnya.

Nilai-nilai kebudayaan yang mengedepankan pentingnya harmonitas yang didukung oleh corak pemahaman agama yang toleran merepakan faktor kunci terciptanya integrasi sosial antar etnis. Karena itu, hegemoni kultur dominan yang mengarah pada konflik mayoritas-minoritas akan dapat teratasi dengan menguatnya kesadaran sosial terhadap nilai budaya kerukunan. Masa depan integrasi sosial pada pemukiman yang terdiri atas etnis lokal dan etnis pendatang sangat tergantung pada sikap-sikap sosial masing-masing komunitas etnis. Bila komunitas etnis pendatang memiliki kesediaan


(36)

untuk beradaptasi secara intensif serta lebih mengedepankan perubahan secara evolutif, maka integrasi sosial akan dapat dipertahankan dengan baik.

Dari beberapa pernyataan tersebut menyinggung mengenai interaksi sosial, pola hubungan yang terjadi dalam pergaulan sehari-hari dikehidupan bermasyarakat bisa menciptakan kerukunan antar umat beragama. Sama halnya dalam penelitian yang akan saya lakukan ini, tetapi dalam penelitiann ini memfokuskan bentuk interaksi sosial keagamaan, dan proses penyesuaian diri antara siswa-siswi yang berbeda agama disekolah SMA Swasta Raksana Medan serta bentuk-bentuk kerukunan antar umat beragama disekolah tersebut.

2.4. Pola Adaptasi ( adjustment )

Didalam suatu lingkungan pendidikan, dalam bersosialisasi kedekatan dan kesamaan sangatlah penting dengan lingkungan disekitarnya. Sekolah mempunyai peranan penting yang berpengaruh dalm pembentukan moral, sosial dan intelektual siswa suasana disekolah baik sosial maupun psikologis menentukan proses dan penyesuaian diri ( adjustment ) yaitu adaptasi. Konsep adaptasi maupun adjustment merupakan proses dalm penyesuaian diri terhadap lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Kata Adaptasi berasal dari ilmu biologi dan dalam ilmu sosial diberi nama adjustment. Baik adaptasi maupun adjustment kita terjemahkan dengan ” proses penyesuaian diri ” terhadap lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Kapplah dan Manners ( Kurniawan, 2001 : 28 ) menjelaskan adapatasi dalam dua tatanan, yaitu :

1. sehubungan dengan cara dan sistem budaya beradapatasi dengan tian terhadap lingkungannya.


(37)

2. perhatian terhadap institusi-institusi dalam suatu budaya beradaptasi atau saling menyesuaikan diri.

Dalam proses pemenuhan kebutuhan hidupnya manusia melakukan adaptasi terhadap lingkungan dimana ia tinggal dengan menggunakan suatu bentuk dari hasil adpatasinya ( kurniawan 2001 : 29 ).Untuk mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan dibutuhkan proses adaptasi atau penyesusain diri. Respon penyesuaian, baik atau buruk secara sederhana dapat dipandang sebagai upaya indvidu untuk mereduksi atau menjauhi keteegangan dan memelihara kondisi keseimbangn yang wajar.

Penyesuaian diri adalah suatu proses kearah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal maupun eksternal. Dalam proses adaptasi ada dua komponen yang penting yang menunjang proses tersebut yaitu perilaku adaptasi dan tindakan strategis, dimana perilaku adaptasi ini berhubungan dengan tindakan-tindakan individu maupun kelompok dalam upaya menyesuaikan sarana-sarana yang ada denga lingkungan sekitarnya sedangkan pada sisi lain tindakan strategis berhubungan dengan pengalaman-pengalaman tingkat keberhasilan suatu kegiatan tertentu yang nantinya dijadikan alternatif pilihan dalam pencapaian tujuan ( Ruhimat, 2006 : 82).

Apabila interaksi sosial dihubungkan dengan kehidupan antar umat beragama di lingkungan sekolah yaitu interaksi sosial yang antara siswa-siswi yang berbeda agama seperti dilingkungan SMU Raksana Yayasan Perguruan Raksana Medan sekolah agar terwujud kerukunan, maka seluruh umat beragama yang berada dilingkungan sekolah tersebut harus lah saling menghargai, saling menghormati satu sama lain dan perbedaan agama, perbedaan suku, kelas, adat dan istiadat itu tidak menjadi penghambat mereka


(38)

untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas kehidupan beragama baik didalam maupun diluar sekolah serta berintegrasi dalam melaksanakan program-program pembangunan khusunya dalam segi pendidikan.

2.5. Defenisi Konsep

Untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti, penggunaan konsep sangat penting. Konsep adalah istilah yang menggambarkan suatu suatu gejala atau menyatakan suatu ide gagasan ( Iqbal Hasan 2002 : 17 ). Untuk menjelaskan maksud dan konsep-konsep yang terdapat dalam proposal penelitian ini, maka dibuat batasan-batasan konsep yang dipakai sebagai berikut :

1. Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk tempat belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran yang bersifat formal.

2. Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik yang dinamis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok yang menyangkut hubungan sosial yang terjadi antara siswa-siswi yang berebeda agama.

3. Pendidikan formal merupakan pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi

4. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.


(39)

5. Sosialisasi adalah satu konsep umum yang bisa dimaknakan sebagai sebuah proses di mana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir, merasakan, dan bertindak.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku, sehingga dapat diamati dan dianalisi ( Faisal, 1995 :22 ). Alasan pengunaan pendekatan kualitatif yakni agar dalam pencarian makna dibalik fenomena dapat dilakukan pengkajian secara komprehensif, mendalam, alamiah, dan tanpa banyak campur tangan dari peneliti.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara terperinci suaatu fenomena sosial, seperti konflik social, interaksi social, system kekerabatan dan lain-lain. Desain ini hanya menggambarkan dan mengumpulkan fakta dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai persoalan yang akan dipecahkan sekaligus menjawab permasalahan penelitian.

Penelitian Deskriptif kualitatif ini juga bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi, fenomena tertentu ( Burhan Bungin, 2007 : 68 ).


(41)

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Yayasan Perguruan Raksana SMA Swasta Raksana Jl. Gajah Mada No. 20 Medan, tepatnya SMA Swasta Raksana dengan alas an penelitian sebagai berikut :

a. Mudahnya akses masuk ke sekolah tersebut dalam melaksanakan dan menjalankan penelitian.

b. Adanya sikap terbuka oleh pihak bersangkutan dalam melakukan observasi awal yang dilakukan peneliti.

c. Lokasi tersebut dianggap sesuai dengan judul dan permasalahan penelitian sehingga dapat memudahkan dalam memperoleh data.

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis

Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah individu terkait yaitu siswa-siswi, kepala sekolah beserta staf kepegawaian yang dianggap dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.

3.3.2. Informan

Dalam penelitian ini, terdapat dua jenis informan yaitu informan utama dan informan tambahan. Subjek dalam penelitian ini akan menjadi informan yang akan memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian, yaitu antara lain:

i) Informan Utama

Adalah informan yang menjadi fokus utama dalam pengumpulan data yang diharapkan mampu memberi data aktual dalam penelitian. Yang menjadi


(42)

informan utama adalah, siswa-siswi yang berbeda agama di SMA Swasta Raksana.

ii) Informan tambahan

Informan biasa adalah informan yang daoat memberi inforamasi tambahan yang sifatnya lebih umum dan netral dalam menjawab pertanyaan dalam wawancara. Yang menjadi informan tambahan adalah Kepala sekolah, staf guru-guru beserta pegawai sekolah

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder dimana data tersebut diperoleh dengan menggunakan teksinik pengumpulan data yang biasa digunakan dalam penelitian, yang dapat digolongkan sebagai berikut :

3.4.1. Data Primer

Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu :

a. Observasi Partisipatif

Yaitu mengadakan pengamatan secara langsung yang dilakukan peneliti terhadap objek yang akan diteliti dengan pengamatan dan pencatatan data-data. Data yang diperoleh melalui observasi langsung terdiri dari rinciantentang kegiatan, perilaku, interaksi interpersonal, dan proses penataan yang merupakan bagian dari pengalaman manusia yang dapat diamati.


(43)

b. Wawancara Mendalam

Yaitu merupakan proses wawancara langsung yang dilakukan peneliti kepada orang yang menjadi objek penelitian atau informan secara langsung ( interview guide ) yakni urutan-urutan daftar yang diperlukan. Dalam penelitian ini digunakan juga instrumen penunjang daklam wawancara yaitu alat bantu rekam ( tape recorder ) yang akan membantu menganalisis data dari hasil wawancara.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan studi kepustakaan berupa data yang diperoleh dari beberapa buku dalam memperkuat teori dan pembahasan yang ada, dan sumber lain berupa, internet, surat kabar, jurnal yang diangga sesuai dan pantas untuk melengkapi data.

3.5. Interpretasi Data

Teknis analsis data yang diperoleh dalam catatan hasil wawancara dengan bantuan catatan lapangan, hasil observasi langsung, dan hasil kajian pustaka akan dibaca dan ditelaah kembali. Setelah data yang terkumpul lengkap dan mewakili seluruh informan, maka dilakukan analisis data dan dapat diinterpretasikan dengan mengacu pada teori-teori yang terdapat pada tinjauan pustaka. Sedangkan data-data tambahan yang termasuk data primer akan disajikan secara tersendiri berupa profil sekolah, motto dan, visi dan misi, dan lain-lain.


(44)

Penganalisisan data pada dasarnya adalah proses penyederhanaan data yang bertujuan untuk menghasilkan keterangan dan informasi yang dapat memberi arti dalam bentuk yang lebih mudah dibaca, hal ini akan menghasilkan suatu keterangan data yang terperinci dan sistematis. Settelah data-data terkumpul maka langkah berikutnya adalah menganalisa dan secar kualitaitf semua data-data terkumpul disatukan kemudian di edit. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pepmriksaan keabsahandata, kemudian data diuraikan dan disajikan secara deskriptif.

3.6 Jadwal Kegiatan

Table 1. Jadwal Kegiatan

No

Jenis Kegiatan

Bulan ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Pra Observasi

2 ACC Judul

3 Penyusunan Proposal Penelitian

√ √

4 Seminar Penelitian

5 Revisi Proposal Penelitian

6 Penyerahan Hasil Seminar Proposal

7 Operasional Penelitian

8 Bimbingan

√ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir

√ √

10 Sidang Meja Hijau


(45)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup keterbatasan pengetahuan peneliti mengenai metode penelitian, keterbatasan data melaui buku-buku ataupun referensi lainnya yang mendukung penelitian ini, keterbatsan dalam lingkup penelitian dan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh para informan. Keterbatasan pengetahuan peneliti mengenai metode penelitian menyebabkan lambatnya proses penelitian yang dilakukan.

Selain itu, disebabkan topik penelitian yang relative sensitive para informan terkesan tertutup dalam memberikan jawabannya dikarenakan mereka takut jika keterangan yang mereka berikan nantinya akan disampaikan kepada pihak sekolahdan beberapa pertanyaan juga ditampik atau dengan member jawaban yang tidak maksimal karena dirasakan terlalu mendalam. Akan tetapi peneliti berusaha untuk meyakinkan informan bahwa penelitian hanya bermaksud membuat sebuah karya tulis ilmiah.


(46)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Profil Sekolah SMA Swasta Raksana Medan

Profil sekolah dimaksudkan untuk menggambarkan atau menceritakan sekolah SMA Swasta Raksana Medan sebagai lokasi penelitian. SMA Swasta Raksana Medan dalam naungan Yayasan Pendidikan Raksana berdiri dengan surat keputusan Walikota No. 531/ SK/ 1982 pada tanggal 9 november 1982 dan diresmikan tahun 1986 beralamat di jalan Gajah Mada No. 20, Kecamatan Medan Petisah, Kotamadya Medan, kode pos 20112 dengan luas wilayah 4320 m2, status kepemilikan tanah dan gedung milik sendiri oleh yayasan dan No Induk Sekolah : 3007120115. Yayasan raksana tidak hanya mempunyai SMA Swasta saja tapi Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Menengah Pertama juga ada.

Setelah beberapa tahun kehadiran sekolah dtersebut di tengah-tengah masyarakat sebagai sekolah swasta akreditasi baru diakui dan disamakan pada tahun 2004. Sampai sekarang SMA Swasta Raksana ini terus berkembang dengan jumlah siswa yang semakin banyak peminatnya dan menjadi salah satu sekolah yang terkenal didaerah Kota Medan karena tercatat sebagai sekolah dengan tingkat kemanan, ketertiban dan kedisiplinan yang sangat baik dibawah kepemimpinan bapak Drs. S. Manik sebagai Kepala Sekolah dan ketatnya peraturan menjadikan sekolah ini lebih baik dan lebih maju.


(47)

4.1.2. Struktur Organisasi SMU Swasta Raksana Medan

Adapun struktur organisasi SMA Swasta Raksana Medan adalah sebagai berikut :

Bagan

STRUKTUR ORGANISASI SMS SWASTA RAKSANA MEDAN.

asfsdqwqwq sas

Sumber : Dokumentasi SMA Swasta Raksana Medan 2010-2011 KEPALASEKOLAH :

DRS. S. MANIK

K T U BENDAHARA

KOMITE SEKOLAH

WAKIL KEPALA

BIDANG KESISWAAN : DRS. A. SITANGGANG WAKIL KEPALA

BIDANG KURIKULUM: DRS. H. SITUMORANG

G U R U


(48)

4.1.3. Keadaan Guru dan Siswa

Guru dan siswa-siswi merupakan unsur yang inti pokok dalam melaksanakan pendidikan dan proses belajar mengajar di sekolah, karena syarat yang mesti dipenuhi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru akan bertanggung jawab dalam hal memberikan pelajaran kepada siswa-siswi dalam proses belajar dan mengajar.

1. Guru

Guru atau yang sering disebut seorang pendidik yaitu orang yang memikul tanggung jawab untuk mengajar dan memberikan pendidikan, ia akan memberi santapan jiwa dengan ilmu pengetahuan, pendidikan akhlak, moral, etika dan lain sebagainya. Tidak semua orang bisa menjadi guru, karena selain bisa mengajar ia juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu dan harus dipenuhi. Dalam Undang-Undang dasar pasal 15 menyebutkan :

“ syarat utama menjadi guru selain adanya ijazah dan syarat kesehatan jasmani dah rohani adalah sifat yang perlu untuk dapat memperoleh pendidikan dan pengajaran”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar seorang guru itu selain harus mempunyai syarat-syarat tertentu juga harus memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, pengertian dan kecapakapan untuk dapat memberikan dan menerangkan pelajaran dan ilmu pengetahuan dengan baik dalam proses pengajaran. Seorang guru hendaklah sehat jasmani dan rohani, tidak mempunyai cacat yang dapat mengurangi konsentrasi siswa-siswi dan dapat pula mengurangi wibawa seorang guru didepan siswanya.


(49)

Maka tenaga guru yang ada di sekolah SMA Swasta Raksana Medan berdasarkan data yang didapat dilapangan adalah dengan jumlah 48 guru dan 4 pegawai, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel. 2

JUMLAH GURU di SMA SWASTA RAKSANA MENURUT STATUS KEPEGAWAIANNYA DAN JENIS KELAMIN.

No. Status Jumlah No. Jenis kelamin Jumlah 1

2

3

Pegawai Negeri Sipil Honorer atau Ditanggung Yayasan. Pegawai/ Staf. 7 orang 46 orang 4 orang 1. 2. Laki-laki Perempuan 27 orang 26 orang

53 orang 53 orang

Sumber : Dokumentasi SMA Swasta Raksana Medan 2010-2011

Dari tabel diatas menjukkan keadaan guru-guru realtif dengan jumlah yang sama tetapi status Pegawai Negeri Sipil lebih sedikit dibandingkan dengan guru dan pegawai yang masih ditanggung oleh yayasan.

2. Siswa

Siswa-siswi atau murid biasanya disebut anak didik yang merupakan objek dari proses belajar-mengajar. Mereka menerima pembelajaran dari guru-guru untuk di pelajari dan diresapi, dipahami dan dimiliki yang berguna sebagai bekal ilmu yang akan digunakan dikemudian hari atau untuk masa depannya kelak. Siswa-siswi tersebut bukan saja hanya menerima pembelajaran yang disajikan guru supaya hanya untuk pintar dan


(50)

pandai semata tetapi mereka juga akan menerima bimbingan dan petunjuk serta penyuluhan agar mereka memiliki budi pekerti, akhlak, etika sopan santun terhadap guru, teman, serta bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Kemudian dapat dilihat tentang keadaan siswa-siswi tentang keadaan di SMA Swasta Raksana Medan yang berjumlah 1066 orang siswa yang terdiri dari berbeda-beda agama seperti islam, Kristen protestan, Kristen katolik, hindu, budha dapat kita lihat dalam table berikut.

Tabel. 3

KEADAAN SISWA BERDASARKAN AGAMA

NO. AGAMA JUMLAH %

1. Islam 578 54.2 %

2. Kristen Protestan 410 38 %

3. Kristen Katolik 56 5.2 %

4. Hindu 19 1.7 %

5. Budha 3 0.2 %

Jumlah 1066 100 %

Sumber : Dokumentasi SMA Swasta Raksana Medan 2010-2011

Berdasar tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa banyak siswa-siswinya yang menganut agama isalam sebanyak 54,2 %, selanjutnya siswa-siswi yang menganut agama Kristen protestan sebanyak 38 %, kemudian yang menganut agama Kristen katolik sebanyak 5.2 %, agama hindu sebnyak 1.7 %, dan agam budha sebanyak 0.2 %, maka


(51)

dapat dilihat bahwa SMA Swasta Raksana merupakan sekolah yang heterogen karena terdiri darisiswa-siswi yang berbeda-beda agama.

Siswa SMA Swasta Raksana Medan terbagi dalam tiga tingkatan kelas yaitu kelas X, kelas XI, kelas XII. Khusus untuk kelas XI dan kelas XII telah dibagi dalam kelompok pembagian jurusan yaitu jurusan Ilmu Pngetahuan Alam ( IPS ) dan Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ). Penjurusan siswa-siswi disekolah ini dilakukan untuk mempermudah siswa dalam memilih bidang dan jurusan yang akan mereka ambil pada tingkat perguruan tinggi. Penjurusan IPA dan IPS didasarkan minat dan bakat serta kemampuan yang dimiliki oleh siswa-siswi dan dievaluasi oleh guru-guru yang bersangkutan yaitu dengn memperhatikan nilai rapor siswa pada setiap hasil ujian semester.

Tabel. 4

JUMLAH SISWA BERDASAR TINGKATAN KELAS SECARA KESELURUHAN

No. Kelas Jumlah siswa

1. X 1 – X 8 292 orang

2. XII IPA 1-4 165 orang

3. XII IPS 1-5 231 orang

4. XII IPA 1-4 188 orang

5. XII IPS 1-4 188 orang

Jumlah Total 1066 orang


(52)

4.1.4. Sarana dan Prasarana Pendidikan Sekolah

Berikut ini ruangan yang menjadi sarana dan prasarana sekolah :

Tabel. 5

SARANA DAN PRASARANA SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

No. Ruang Jumlah No Ruang Jumlah

1.

2. 3. 4. 5.

Sarana Belajar : a. Ruang Belajar b. Lab. Fisika c. Lab. Biologi d. Lab. Komputer e. Perpustakaan f. Ruangan Mengetik Kantor Kepala Sekolah Kantor PKS

Kantor Guru Kantor Tata Usaha

25 1 1 2 1 1 1 2 1 1 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Ruang BP dan UK Ruang Koperasi Ruang OSIS Ruang UKS AULA Lap. Basket Lap. Futsal Lap voly 1 1 1 1 1 2 1 1

Sumber : Dokumentasi SMA Swasta Raksana Medan 2010-2011

4.1.5. Visi dan Misi

Adapun yang menjadi visi dan misi sekolah SMA Swasta Raksana medan adalah sebagai berikut :

Visi :

Menyiapkan siswa menjadi Tenaga Kerja Menengah yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, produktif, tampil dan untuk mengisi lapangan kerja dalam upaya mempercepat dan memperkokoh pertumbuhan ekonomi dalam rangka Pembangunan Nasional.


(53)

Misi :

1. Mengembangkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menurut agama dan kepercayaan masing- masing.

2. Menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa mampu menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

3. Meningkatkan prestasi secara optimal melalui kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien.

4. Meningkatkan Mutu dan Disiplin secara berkesinambungan.

5. Mengembangkan system pembelajaran yang mengikuti perkembangan jaman. 6. Menerapkan budaya kerjasama dan sama-sama untuk meningkatkan kualitas

pendidikan.

7. Mengembangkan kegiatan Ekstrakokurikuler sesuai dengan minat dan bakat siswa-siswi.

4.1.6. Kegiatan Ektrakurikuler dan Organisasi

Kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi ini bertujuan untuk menyalurkan minat dan bakat siswa melalui wadah yang positif. Kegiatan ekstrakurikuler ini diadakan diluar jam perlajaran yakni jam setelah pulang sekolah. Di SMA Swasta Raksana Medan ada 8 kegiatan dan kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi yang dapat menjadi pilihan bagi para siswa-siswinya. Setiap kegiatan dari masing-masing bidang di awasi oleh Pembina yang berfungsi untuk mengontrol kegiatan tersebut supaya lebih terarah.


(54)

Berikut ini beberapa kegiatan ektrakurikuler dan organisasi yang ada di SMA Swasta Raksana Medan :

Tabel. 6

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER dan ORGANISASI Di SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

1. PRAMUKA

2. BOLA BASKET

3. BOLA VOLI

4. SEPAK BOLA ( FUTSAL)

5. ORGANISASI PMR

6. ORGANISASI SADAWANA

7. OSIS

8. KEGIATAN SENI


(55)

4.2. Profil Informan

Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial dilingkungan kita berada, karena tanpa adanya interaksi sosial tidak akan ada komunikasi, jalinan hubungan dalam kehidupan yang membutuhkan kebersamaan. Bertemunya orang dengan orang lain secara fisik saja tidak akn menghasilkan suatu interaksi social dalam suatu kelompok sosial. Interaksi social baru akan terjadi apabila individu atau kelompok manusia saling bekerja sama dan saling bicara untuk mencapai tujuan bersama.

Interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal-balik antara dua atau lebih individu. Dalam proses ini, pandangan dan tingkah laku individu yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki individu yang lain atau sebaliknya. Rumusan ini dengan tepat menggambarkan kelangsungan hubungan timbale balik interaksi social antara dua manusia atau lebih. Hubungan timbal-balik tersebut dapat berlangsung antara individu dengan ondividu, antara individu dengan kelompok dan antar kelompok dengan kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang bertugas melakukan proses pendidikan bagi para siswa-siswi nya sehingga terjadi interaksi social dalam hubungan kesehariannya. Interaksi sosial yang terjadi didalam lingkungan sekolah bisa berupa kerjasama, persaingan dan bisa juga mengarah pada pertentangan atau konflik. Tentunya awal terjadinya proses interaksi sosial ini dimulai dari adanya komunikasi atau kontak langsung dari para individu dengan individu yang lain maupun secara berkelompok.


(56)

Bila dilihat secara keseluruhan interaksi sosial yang terjadi pada siswa-siswi di SMA Swasta Raksana Medan yaitu interkasi sosial yang mengarah pada keagamaan yang terdiri dari dua bentuk yaitu :

1. Interaksi sosial karena kesamaan keyakinan dan agama yang dianutnya sama dengan siswa-siswi yang lain.

2. Interaksi sosial antara siswa-siswi yang berbeda keyakinan dan agama yang dianutnya.

Dalam kaitannya dengan bahasan interaksi sosial ini, maka hal yang akan dibahas adalah interaksi yang terajadi pada siswa-siswinya yang berbeda agama, dimana nantiya terdapat keterkaitan pada siswa-siswi yang berbeda agama, dimana natinya terdapat keterkaitan dengan perilaku adaptasinya sehingga menciptakan kerukunan antar umat beragama, dapat kita ketahui bahwa bentuk interaksi dari segi keagamaan bisa terjadi karena adanya suatu bentuk kerjasama, persaingan karena adanya rasa ingin lebih maju dari yang lain dan tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan konflik karena persaingan diatas juga akan bisa menimbulkan dampak negative dan positif.

Lingkungan sekolah yang ada didalamnya terdapat perbedaan agama seperti di SMA Raksana ini tentunya tidak mudah, karena dengan adanya perbedaan agama bisa saja dapat menimbulkan pertentangan konflik antar pemeluk agama yang berbeda, hal ini dapat dilihat terutama pada siswa-siswinya dalam pergaulan dilingkungan sekolahnya dan bagaiman peran sekolah untuk dapat mengatasinya. Nah pada profil informan dibawah ini dari hasil interview dapat kita lihat bagaimana pola interaksi sosial dan interaksi sosial dari segi keagamaan yang terjadi di lingkungan sekolah.


(57)

4.2.1. Pola Interaksi Sosial antar Siswa-Siswi di Lingkungan Sekolah Novi D. S

Siswi kelas kelas X, IV adalah seorang murid anggota OSIS yang beragama Kristen Protestan dan suku Batak mengatakan :

“adapun pola interaksi yang saya rasakan di sekolah ini adalah adanya sebuah kerjasama antar siswa-siswi yang lain dan itu tidak membuat kami menjadi berbeda-beda tetap akrab dan saling tolong menolong, konflik kadang terjadi dimana kalau ada perbedaan pendapat akan mengakibatkan antar siswa-siswi akan salaing mengejek satu sama lain. Tingkat solidaritas sosial pun sangat baik jika ada salah seorang siswa yang kemalangan dan saling bantu sesama dalam hal pengelompokan belum pernah ada membentuk kelompok-kelompok karna adanya perbedaan agama satu dengan yang lainnya dan pergaulan yang sangat baik seperti sahabat”.

Bobi Iskandar

Bobi iskandar adalah salah satu siswa kelas XI IPA 2 yang beragama Islam berasal dari suku Melayu berpendapat bahwa:

” pola interksi di sekolah ini bisa terjadi dengan baik karena adanya kontak

sosial dan komunikasi yang baik dengan siswa-siswi yang lain selain itu pergaulan dan solidaritas sesama siswa-siswi disekolah ini walau berbeda suku, dan agama tetapi tidak pernah ada masalah dan hampir tidak pernah saya rasakan konflik selama saya bergaul dan berbaur dengan tema-teman saya. Tentang Organisasi di sekolah ini sejauh ini organisasi disini berjalan dengan apa yang di harapkan karena aktif dalam menjalankan tugasnya serta kegiatan


(58)

ekstrakurikuler yang cukup membantu dalam mengaplikasikan perlajaran disekolah”.

Teguh

Teguh merupakan murid kelas XI IPS 4 yang berasal dari suku Karo ini ada seorang siswa yang beragama Khatolik beranggapan :

“bahwa tingak pergaulan di sekolah menurut saya adalah biasa-biasa saja.

Menurut saya sisi agama, suku, kelas, dan status sosial tidak penentu bagi saya dalam hal mencari teman karena saya menganggap mereka semua sebagai saudara dan dalam hal berinteraksi denga siswa-siswi yang berbeda agama saya rasa tidak ada kesulitan sama sekali tetapi dalam hal kerjasama misalnya dalam hal mengerjakan tugas saya tidak tahu karena saya liat setiap individu sibuk dan tidak memperdulikan orang lain dalam hal mengerjakan tugasnya sendiri”.

Sam Hawelengga S

Seorang siswa dari SMK Swasta Raksana kelas X AP 2 yang berasal dari suku Meg dari daerah Papua tetapi pindah ke daerah medan dan menjadi suku Batak dan tinggal menetap di medan bersama orangtuanya beragama Kristen protestan mengatakan bahwa ;

“interaksi disekolah ini saya lihat agak rumit untuk di jelaskan karena yang saya liat bahwa karakter yang dimiliki tiap siswa-siswi berbeda-beda apalagi saya bukan berasal dari daerah medan sedikit menemui kesulitan dalam berinteraksi karena logat bahasa yang agak berbeda sehingga kadang kalau bahasa yang saya gunakan agak lucu maka saya diejek, tetapi pergaulan disini terlihat normal-normal saja, karena walau saya beda agama dan suku dan juga beda


(59)

jurusan dengan anak-anak dari SMA Raksana tetapi kami bergaul begitu baik tidak ada perbedaan.

Andre

Seorang siswa yang beragama Budha kelas XII IPA 1 dan salah satu angota OSIS mengatakan bahwa :

“pola interaksi di lingkungan sekolah berjalan dengan baik dimana kontak sosial atau pertemuan seperti membentuk kelompok diskusi dalam hal pelajaran atau kegiatan yang akan di lakukan melalui OSIS, komunikasi dengan siswa-siswi yang lain selalu baik tetapi kalau masalah konflik, yah dimana-mana konflik pasti ada tetapi tidak pernah mengarah pada perkelahian antar siswa-siswi karena guru juga berperan aktif dalam memperhatikan siswa-siswi di sekolah ini dalam hal pergaulannya di lingkungan sekolah.

Shara Feby Sundawa

Seorang siswi berasal dari suku jawa daerah banten yang beragama Islam dan duduk di bangku kelas XI IPS 1 berpendapat bahwa :

”pola interaksi disekolah antar siswa-siswi berbeda agama saya rasa sederhana saja bahwa semua didunia ini sama saja tidak ada perbedaan jadi masalah kesulitan dalam berinteraksi, bergaul, kerjasama dengan siswa-siswi yang lain saya rasa tidak ada masalah walau kada konflik itu selalu ada seperti halnya perbedaan pendapat dengan siswa-siswi yang lain. Kalau organisasi OSIS dengan organisasi yang lainnya seperti PMR, Paskibra dll kami berterima kasih


(60)

karena pihak kepala sekolah mengijinkan adanya organisasi tersebut karena sangat menguntungkan dalam hal pengembangan perngalaman buat kami.

Agung Lesmana

Agung lesmana seorang siswa yang beragama Islam yang berasal dari suku jawa dan duduk di kelas XI IPS 3 mengatakan :

“bahwa disekolah saya di SMA Raksana keeratan dalam hubungan antar suku dan umat beragama sangat baik dan tidak ada konflik, dengan adanya kebaktian khusus bagi agama islam adalah sholat jum’at dan agam Kristen di kususkan untuk mengikuti Pendalaman Alkitab pengelompokan hanya terjadi waktu dalanm berdiskusi saja, masalah solidaritas setiap siswa yang tertimpa musibah biasanya teman-temannya member motivasi kepada siswa yang terkena bencana atau keadaan kemalangan”

Lisnawati

Seorang siswi kelas XII IPS 2 berasal dari suku melayu dan beragama Islam beranggapan :

“tidak ada perbedaan dan tidak ada niat saling membedakan antar sesame siswa-siswi yang berbeda agama, dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler disekolah otomatis membuat pergaulan di sekolah menjadi lebih baik karena kami berbaur dengan seluruh siswa-siswi tanpa adanya konflik yang terjadi dan sampai diluar lingkungan sekolah juga hubungan kami baik-baik saja sebagaimana dalam sekolah tidak ada perbedaan antar siswa-siswi yang berbeda suku, status sosial dan agama”.


(1)

2. Tindakan strategis

Berhubungan dengan pengalaman-pengalaman tingkat keberhasilan yang dapat Memperlancar atau menghambat suatu tujuan tertentu yaitu dapat memperlancar atau menghambat prestasi ,terlepas dari potensi inddividu untuk menguasai bahan pelajaran pengalaman-pengalaman belajar yang di milliki anak diluar sekolah mempengaaruhi kemauan untuk berprestasi didalam situasi belajar yang di sajikan.

3. Bentuk kerukunan umat beragama di SMA Swasta Raksana Medan dapat di lihat dari sikap siswa-siswi apabila salah satu dari teman anda, guru- guru,ataupun pegawai sekolah mendapat musibah meskipun berbeda agama, peran di sekolah untuk ikut turut belangsungkawa dan tanggapan siswa-siswi terhaadap kegiatan-kegiatan keagamaan di sekolah tersebut.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

Dari penelitian tentang”Interaksi sosial antaara siswa-siswi yang berbeda Agama di SMA Swasta Raksana Medan”masih banyak hal-hal yang belum dapat di terapkan secara keseluruhan,maka ada baiknya jika di lakukan penelitian lebih lanjut agar masalah-masalah yang belum yang belum dapat si ungkapkan dapat di munculkan kepermukaan melalui cara pandang atau paradigma yang berbeda. Hal ini berguna untuk memberikan sumbangan pemikiran atas permasalahan-permasalahan sosial yang ada.


(2)

5.2.2 Saran Praktis

Diharapkan kepada seluruh umat beragama supaya selalu menyadar dan meningkatkan hubungan kerja sama dalam hal menegakkan terciptanya hubungan harmonis antar sesame pemeluk agama sehingga tidak saling mengganggu dalam masalah ibadah menurut agama masing-masing .Dan kepada siswa-siswi SMA Swasta Raksana Medan diharapkan dapat melaksanakan toleransi dengan baik dalam pergaulan


(3)

Daftar Pusataka

Betty. R. Schraf. Sosiologi Agama. Edisi Kedua. Kencana. Jakarta, 2004. Bungin. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Prenada Media Group. Bustanuddin, Agustus 2008. Sosiologi Agama. Penerbit: Andalas Universitas Press. Faridi. 2002. Agama Jalan Kedamaian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Jhonson. P. Doyle. Teori Sosiologi. Penerbit PT Gramedia. Jakarta.

Moleong. J. Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitati. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Murdiatmoko. Janu. 2003. Sosiologi Untuk SMA kelas 1. Jakarta : Grafindo Media Pratama.

Nottingham. K. Elisabeth. 1996. Agama dan Masyarakat Suatu pengantar Sosiologi Agama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Prawiranegara Ratu, Alamsyah. H. 1982. Membina Kerukunan Antar Umat Beragama. Jakarta.

Ritzer. George. Goodman. J. Douglas. Teori Sosiologi modern, Edisi Keenam. Kencana. Jakarata, 2007.

Ruhimat, Mamat. Dkk. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi). Bandung Grafindo Media Pratama.

Soenarto. Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi edisi kedua. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Soekanto. Soerjono, 2000. Kamus Sosiologi Edisi Baru. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.


(4)

Soekanto. Soerjono, 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Suyanto, Bagong. Dkk. 2005. Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Kencana

Waridah. Siti. Q, sukardi. Sosiologi 1. Jakarta. Bumi Aksara.

http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik : Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.

Website :

www.google.com :

http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_(institusi)

http://www.idonbiu.com/2009/05/pengertian-pedidikan-sepanjang- hayat.html

http://abels.ngeblogs.com/2010/01/08/fungsi-agama/

http://lppm.ut.ac.id/jp/12sudjarwo.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan.


(5)

Pedoman Wawancara ( Interview Guide )

I. Biodata Informan

1. Nama :

2. Agama :

3. Suku :

4. Kelas :

II. Pertanyaan buat siswa-siswi

1. Bagaimana tingkat pergaulan disekolah antar siswa-i yang berbeda agama ?coba anda jelaskan!!!

2. Apa saja kegiatan keagamaan yang ada di sekolah? bagaimana tanggapan siswa-i ( dari aspek agama yang berbeda ) mengenai kegiatan keagamaan yang diselenggarakan disekolah ?

3. Apakah ada kesulitan dalam hal berinteraksi dengan perbedaan agama antar siswa-i ?jika ada tolong anda sebutkan!!

4. Apakah perbedaan agama membuat siswa memilih-milih teman dalam bergaul? apakah ada pengelompokan ? jika ada mengapa ?

5. Menurut anda apakah ada konflik yang terjadi antara siswa-i dalam berinteraksi ?jika ada, coba anda jelaskan

6. Bagaimana hubungan kerjasama baik dalam hal pelajaran, pergaulan di sekolah dan kegiatan yang ada disekolah apakah menyendiri atau berkelompok?

7. Bagaimana sikap dan tanggapan terhadap siswa yang berbeda agama yang tertimpa musibah dan bagaimana rasa solidaritas siswa-i tersebut ?

8. Bagaimana bentuk pergaulan antar siswa-i yang berbeda agama, apakah menyendiri atau berkelompok? Mengapa, berikan alasan anda!

9. Bagaimana pola hubungan, komunikasi dan kontak sosial anda dengan siswa-i didalam dan diluar sekolah ?

10. Bagaimana anda bersaing dengan teman anda dan bagaimana tanggapan anda mengenai siswa-i yang berprestasi disekolah ? berikan alasan anda!


(6)

11. Agama anda apa ( islam. kristen, hindu, budha )? Bagaimana pemahaman saudara terhadap teman anda yang berbeda agama dengan anda?

12. Bagaimana anda beradaptasi dengan siswa-siswi yang lain?

II. Pertanyaan buat kepala sekolah dan guru-guru / staff pegawai

1. Nama :

2. Suku :

3. Agama :

4. Bidang Studi :

5. Menurut bapak dan ibu bagaimana proses interaksi yang terjadi antara siswa-siswi dilingkungan sekolah ?

6. Menurut bapak dan ibu apakah ada konflik yang terjadi antara siswa-siswi di lingkungan sekolah? jika ada, mengapa hal itu bisa terjadi? Jelaskan!!

7. Dalam hal pembauran antara siswa-siswi yang berbeda agama apakah ada tindakan atau kegiatan yang bapak ibu buat untuk menghindari adanya konflik diantara siswa-siswi tersebut? jika ada tindakan apa saja?

8. Bagaimana bapak dan ibu melihat peragaulan siswa-siswi didalam dan diluar sekolah? 9. menurut bapak dan ibu apakah ada kesenjangan yang terjadi antara siswa-siswi yang berbeda agama dilingkungan sekolah jika ada mengapa itu bisa terjadi tolong bapak ibu jelaskan!