BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Gambar 3.1. Kerangka konsep prevalensi gangguan pendengaran pada siswa SMA Swasta Raksana di Kota Medan pada tahun 2010
3.2. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel-variabel yang akan diteliti mencakup karakteristik demografi siswa SMA dan prevalensi gangguan pendengaran.
Karekteristik demografi siswa SMA mencakup jenis kelamin, usia dan kelas SMA. SMA yang dipilih adalah SMA Swasta Raksana. Jenis kelamin
adalah sesuatu ciri dari makhluk hidup yang membedakan jenis makhluk tersebut. Jenis kelamin dikategorikan menjadi lelaki dan perempuan. Umur adalah lamanya
waktu perjalanan hidup responden yang dihitung sejak lahir sampai pada saat pelaksanaan tes. Umur siswa diukur menurut tahun mereka dilahirkan. Kelas
SMA dikategori menjadi kelas I, kelas II, dan kelas III. Gangguan pendengaran menggambarkan kehilangan pendengaran di salah
satu atau kedua telinga. Ada tiga jenis gangguan pendengaran, yaitu konduktif, sensorineural dan campuran. Pada gangguan pendengaran konduktif terdapat
masalah di dalam telinga luar atau tengah, sedangkan pada gangguan pendengaran sensorineural terdapat masalah di telinga bagian dalam dan saraf pendengaran.
Gangguan pendengaran campuran adalah gabungan tuli konduktif dan tuli sensorineural. Menurut Sastroasmoro, prevalensi ialah ukur an morbiditas kasus
Prevalensi Gangguan Pendengaran
• Jenis
• Sisi Telinga
Siswa SMA
• Karakteristik
Demografi
Universitas Sumatera Utara
lama tambah kasus baru berdasarkan angka kejadian suatu penyakit pada populasi tertentu dan pada waktu tertentu.
Gangguan pendengaran diukur dengan menggunakan tes garputala. Tes garputala yang dilakukan tes Rinne dan tes Weber. Garputala yang dipilih ialah
512 Hz karena penggunaan garpu tala ini tidak terlalu dipengaruhi suara bising di sekitarnya. Tes ini akan dilakukan di ruangan yang sunyi.
Cara melakukan tes Rinne adalah, garputala digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Setelah tidak terdengar garputala dipegang di
depan teling kira-kira 2 ½ cm. Bila masih terdengar disebut Rinne positif. Bila tidak terdengar disebut Rinne negatif. Cara melakukan tes Weber adalah,
garputala digetarkan dan tangkai garputala diletakkan di garis tengah kepala di vertex, dahi, pangkal hidung, dan di dagu. Apabila bunyi garputala terdengar
lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah teling mana bunyi terdengar lebih keras
disebut Weber tidak ada lateralisasi.
Table 3.1. Interpretasi hasil Tes Rinne dan Tes Weber
Tes Rinne Tes Weber
Diagnosis Positif
Tidak ada lateralisasi Normal
Negatif Lateralisasi ke telinga
yang sakit Tuli konduktif
Positif Lateralisasi ke telinga
yang sehat Tuli sensorineural
Universitas Sumatera Utara
Dalam penentuan kategori gangguan pendengaran dinilai menurut positif bila normal dan negatif bila ada gangguan pendengaran tuli konduktif atau tuli
sensorineural. Jenis gangguan pendengaran dikategorikan tuli konduktif, tuli senorineural dan campuran. Skala pengukuran bagi gangguan pendengaran ialah
nominal.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN