Identifikasi Masalah Kegunaan Penelitian

1.2 Identifikasi Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat desa peisisir di kabupaten Deli Serdang dan di kabupaten Serdang Bedagai, bagaimana pola konsumsi masyarakat desa pesisir di daerah penelitian, dan bagaimana tingkat elastisitas pendapatan terhadap konsumsi barang pangan di daerah penelitian. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini adalah : Mengukur tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat desa pesisir di kabupaten Deli Serdang dan di kabupaten Serdang Bedagai, mengidentifikasi pola konsumsi masyarakat desa pesisir di daerah penelitian, dan mengukur tingkat elastisitas pendapatan terhadap konsumsi barang pangan di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dilakukan penelitian ini adalah: Sebagai bahan masukan bagi pengambilan keputusan dalam kerangka upaya pemerataan pendapatan, dan sebagai informasi bagi pihak – pihak yang membutuhkan. Universitas Sumatera Utara BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Secara garis besar kebutuhan rumah tangga dapat dikelompokkan dalam 2 kategori besar, yaitu kebutuhan pangan dan non pangan. Dengan demikian pada tingkat pendapatan tertentu, rumah tangga akan mengalokasikan pendapatannya untuk memenuhi kedua kebutuhan tersebut. Secara alamiah kuantitas pangan yang dibutuhkan seseorang akan mencapai titik maksimum sementara kebutuhan non pangan, tidak akan ada batasnya. Dengan demikian, besaran pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan dari suatu rumah tangga dapat digunakan sebagai petunjuk tingkat kesejahteraan rumah tangga tersebut. Dengan kata lain semakin tinggi pengeluaran untuk pangan, berarti semakin kurang sejahtera rumah tangga yang bersangkutan. Sebaliknya, semakin kecil pangsa pengeluaran pangan maka rumah tangga tersebut semakin sejahtera Mulyanto, 2005. Tabel 1. Rata-rata pengeluaran per bulan kabupaten Deli Serdang Pengeluaran 2001 2003 2006 Pangan 102.649 129.356 163.475 Non Pangan 49.479 64.052 114.103 Rata-rata pengeluaran 152.128 193.408 277.578 Sumber : Susenas Deli Serdang, 2001, 2003, dan 2006 Dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran penduduk tahun 2001, rata-rata pengeluaran rumah tangga pada tahun 2003 dan 2006 terlihat mengalami kenaikan. Jika pada tahun 2001 rata-rata pengeluaran perkapita per bulan sebesar Rp 152.128, maka pada tahun 2003 naik menjadi sebesar Rp. 193.408 dan kembali naik lagi pada tahun 2006 menjadi sebesar Rp 277.578. Jika diperhatikan tabel pengeluaran diatas, terlihat jelas bahwa rata-rata pengeluaran per bulan rumah tangga naik dari tahun ke tahun, baik untuk pengeluaran pangan maupun pengeluaran non pangan. Rata-rata pengeluaran rumah tangga dari tahun ke tahun didominasi oleh pengeluaran pangan Susenas Deli Serdang, 2001,2003, dan 2006. Universitas Sumatera Utara Pola pengeluaran konsumsi penduduk merupakan informasi untuk melihat kesejahteraan penduduk. Besarnya nilai nominal dapat diukur dalam satuan uang yang dibelanjakan baik dalam bentuk pangan maupun non pangan, secara tidak langsung dapat mencerminkan kemampuan ekonomi rumah tangga, untuk mencukupi kebutuhan yang mencakup barang dan jasa Aminuddin, 2006. Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin baik tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar dan peningkatan kehidupan juga menjadi berubah Sumardi, 2003. Setiap orang atau keluarga mempunyai tingkat kebutuhan konsumsi yang dipengaruhi oleh pendapatan. Kondisi pendapatan seseorang akan mempengaruhi tingkat konsumsinya. Makin tinggi pendapatan, makin banyak jumlah barang yang dikonsumsi. Sebaliknya, makin sedikit pendapatan, makin berkurang jumlah barang yang dikonsumsi. Bila konsumsi ingin ditingkatkan sedangkan pendapatan tetap, terpaksa tabungan digunakan akibatnya tabungan berkurang Prayudi, 2000. Dalam realitanya tingkat pengeluaran akan berbanding lurus dengan tingkat pendapatan. Semakin besar pendapatan masyarakat maka akan semakin besar tingkat pengeluaran. Asumsi ini menjadi acuan dalam kajian untuk mengukur distribusi pendapatan masyarakat Rosida, 2007. Distribusi pendapatan menjadi ukuran yang relatif cukup mewakili untuk menggambarkan kesejahteraan penduduk atau rumah tangga. Pengukuran distribusi pendapatan dimaksudkan agar pemerintah dapat melihat ada tidaknya peningkatan kesejahteraan penduduk dalam suatu wilayah dan dalam periode tertentu Samuelson, 2005. Universitas Sumatera Utara Ukuran yang lebih umum digunakan untuk melihat tingkat pemerataan pendapatan adalah dengan menggunakan koefisien gini ratio. Nilai koefisien gini ratio mempunyai interval 0 sampai dengan 1. Dari data susenas 2006 di kabupaten Deli Serdang, diperoleh koefisien gini ratio sebesar 0.49. Jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2006 di Serdang Bedagai, terlihat sedikit ada kenaikan yang tidak begitu besar, yaitu koefisien gini ratio nya sebesar 0.45 Susenas, 2006. Pengeluaran rumah tangga dapat menjadi ukuran kesejahteraan, makin besar pengeluaran untuk bahan non pangan menandakan semakin sejahtera kehidupan rumah tangga tersebut BPS Sumut, 2004. Proporsi pengeluaran masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi terhadap kebutuhan non pangan seperti: perumahan, barang dan jasa, pakaian, dan barang tahan lama kendaraan, perhiasan, dan sebagainya biasanya lebih besar dibanding masyarakat dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah Royyan, 2006. Pergeseran pola pengeluaran dari pangan ke non pangan terjadi karena elastisitas permintaan terhadap pangan pada umumnya rendah, sebaliknya permintaan terhadap barang non pangan pada umumnya tinggi. Keadaan ini terlihat jelas pada kelompok penduduk yang tingkat konsumsi pangannya mencukupi maksimal, sehingga peningkatan pendapatan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang non pangan, ditabung, ataupun investasi Kuncoro, 2007. Distribusi pendapatan akan menentukan bagaimana pandapatan yang tinggi mampu menciptakan perubahan-perubahan dan perbaikan - perbaikan dalam masyarakat, seperti mengurangi kemiskinan, penganguran dan kesulitan-kesulitan lain dalam masyarakat. Distribusi pendapatan nasional yang tidak merata, tidak akan menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara umum. Sistem distribusi yang tidak merata hanya akan menciptakan kemakmuran bagi golongan tertentu saja Universitas Sumatera Utara Sondang, 2005. Elastisitas pendapatan merupakan perubahan jumlah konsumsi suatu barang disebabkan adanya perubahan penghasilan konsumen. Untuk mengetahui tingkat elastisitas barang pangan, disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Elastisitas pendapatan dari beberapa komoditi Barang pangan Elastisitas pendapatan susu 0.07 beras 0.42 telur 0.37 daging 0.35 Buah-buahan 0.7 Margarine - 0.2 Sumber : Wold, 2000 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa barang pangan merupakan barang yang bersifat inelastis, tetapi untuk daerah yang berbeda, waktu yang berbeda, kelas masyarakat yang berbeda, besar kemungkinan elastisitas pendapatan dari beberapa komoditi tersebut tidak sama. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa klasifikasi barang-barang itu sifatnya relatif. Dalam arti, bagi rumah tangga lain di tempat, waktu, dan kelas masyarakat dengan penghasilan tertentu merupakan barang necessities, tetapi mungkin bagi masyarakat lain, di tempat, dan waktu yang berbeda merupakan barang luxuries Sudarman, 2000.

2.1 Landasan Teori Koefisien Gini Gini Ratio