BAB 2. GAMBARAN SOSIAL ANAK JALANAN DI KOTA
2.1 Gambaran Umum dan Definisi Anak Jalanan
Kehidupan di perkotaan sangat kejam, butuh perjuangan untuk bertahan hidup. Masyarakat kota adalah masyarakat yang anggota-anggotanya terdiri atas manusia
yang bermacam-macam lapisan atau tingkatan hidup, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain. Sistem kehidupan masyarakat kota mempunyai corak-corak kehidupan
tertentu yang jauh berbeda dibandingkan dengan masyarakat desa Mansyur, 2005:107. Masyarakat kota memiliki sikap individualisme sehingga lebih
mementingkan diri sendiri dan tidak peduli terhadap orang lain. Masyarakat kota akan menindas masyarakat yang lemah dan tidak terlalu paham dengan kehidupan di
kota. Masyarakat yang hidup di kota harus menghadapi tegangan ekonomi dan ancaman yang dapat membahayakan hidup.
Masyarakat akan mengalami krisis ekonomi. Situasi krisis ekonomi bukan hanya melahirkan kondisi kemiskinan yang makin parah. Hal tersebut akan
menyebabkan situasi menjadi sulit. Krisis ekonomi merupakan salah satu faktor munculnya anak jalanan. Salah satu dampak krisis ekonomi merupakan hak-hak anak
menjadi terabaikan. Kemiskinan yang menyebabkan masa-masa anak menjadi tidak menyenangkan. Dunia anak seharusnya menjadi dunia yang penuh kegembiraan,
bermain, sekolah, memperoleh perhatian dan kasih sayang orang tuanya. Pada kenyataannya anak-anak mengalami eksploitasi ketika bekerja, memperoleh
perlakuan yang salah dan kehilangan hak-haknya. Anak-anak sesungguhnya merupakan korban pertama yang paling menderita akibat krisis ekonomi. Anak-anak
menjadi termarginalkan, khususnya bagi anak-anak yang tergolong sebagai anak jalanan. Anak merupakan penerus bangsa. Pada kenyataannya yang terjadi sebaliknya,
anak jalanan tetap tersisih dari kehidupan normal. Hal tersebut membuat proses tumbuh-kembang anak menjadi terganggu.
Anak jalanan sering disingkat menjadi “anjal”. Menurut Sudrajat dalam
Mulandar ed, 1996:153 anak jalanan adalah kelompok anak yang menghadapi
banyak masalah. Selain masalah pribadi sehari-hari di jalanan, perkawanan dan pekerjaan, anak jalanan secara langsung menerima pengaruh-pengaruh lingkungan
yang datang dari keluarga maupun jalanan tempat ia berada. Dengan demikian, belum ada batasan atau kesepakatan tentang definisi anak jalanan. Dari pernyataan mengenai
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa anak jalanan merupakan anak-anak yang melakukan aktivitas di jalanan untuk bertahan hidup. Predikat anak jalanan mengacu
pada anak-anak penjual koran atau majalah, pedagang asongan, penyemir sepatu, penyewa payung, pengamen atau pemusik jalanan dan pengatur lalu lintas yang
bukan petugas. Menurut Putra dalam Mulandar ed 1996: 112 Adapun ciri-ciri anak jalanan,
adalah sebagai berikut: 1 berada di tempat umum jalanan, pasar, pertokoan, tempat-tempat hiburan selama 3-24 jam sehari, 2 berpendidikan rendah
kebanyakan putus sekolah, sedikit sekali yang tamat SD, 3 berasal dari keluarga- keluarga tidak mampu kebanyakan kaum urban, beberapa di antaranya tidak jelas
keluarganya, dan 4 melakukan aktivitas ekonomi melakukan pekerjaan pada sektor informal. Oleh karena itu, sebagian anak jalanan bertahan hidup dengan kondisi
tidak diterima atau terasingkan dalam masyarakat. Anak-anak yang memilih hidup di jalanan memang bukan merupakan pilihan
yang menyenangkan. Menurut Suyanto 2003:3 perlibatan anak secara dini dalam aktivitas ekonomi cenderung menghambat perkembangan anak secara wajar, dan
bahkan tidak mustahil merugikan keselamatan dan masa depan anak-anak. Anak-anak mengalami tekanan ekonomi, kurangnya animo masyarakat terhadap arti penting
sekolah, dan pengaruh lingkungan, pada akhirnya tetap tidak terhindarkan: anak-anak harus menanggung beban bekerja mencari nafkah seperti layaknya orang dewasa.
Anak-anak hidup di jalanan dalam kondisi masa depan yang tidak jelas dan keberadaannya menjadi masalah untuk banyak pihak.
Menurut Sudrajat dalam Khotimah, 2009:38-39 anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu: 1 children of the street anak-anak yang tumbuh dari jalanan,
seluruh waktunya dihabiskan di jalanan. Adapun ciri dari anak-anak ini biasanya tinggal dan bekerja di jalanan living and working on the street, tinggal dan bekerja
di jalanan homeless. 2 children on the street anak-anak yang ada di jalanan, yaitu anak-anak yang hanya berada sesaat di jalanan. Pada kelompok ini terdapat dua
kelompok lagi anak jalanan, yaitu anak dari luar kota dan anak yang tinggal bersama orang tuanya. 3 vulnerable to be street children anak-anak yang masih tinggal
bersama orang tuanya, anak-anak yang setiap hari pulang ke rumah dan masih sekolah atau putus sekolah.
Adanya anak jalanan tidak selalu dikarenakan masalah ekonomi, namun sebagian besar anak jalanan di Indonesia disebabkan oleh masalah tersebut. Masalah
ekonomi merupakan alasan pertama para anak harus menghabiskan waktu masa mudanya di jalanan yang rawan kecelakaan dan tindakan kriminal. Keberadaan anak
jalanan umumnya tersebar di berbagai tempat. Aktivitas-aktivitas tersebut umumnya dilakukan di tempat-tempat atau pusat-pusat keramaian. Misalnya, terminal, stasiun
kereta api, pasar, warung, dan lain-lain. Aktivitas anak jalanan dilakukan tidak hanya di jalan tanpa tujuan. Anak jalanan melakukan hal-hal yang mencakup kegiatan
ekonomi. Pada umumnya anak-anak yang hidup dijalanan, hanya dapat memperoleh
penghasilan dari hasil mengemis, mengamen, asongan, menjadi tukang parkir, pemulung, dan lain-lain. Tidak jarang anak jalanan mendapatkan perilaku yang tidak
menyenangkan dari anak jalanan lain yang usianya jauh di atasnya. Hal tersebut mereka lakukan untuk bertahan hidup. Anak-anak yang bekerja di jalanan merupakan
cerminan anak-anak dari keluarga miskin yang berusaha untuk mendapatkan pendidikan. Kebutuhan-kebutuhan yang lain merupakan barang yang mahal karena
kondisi dan situasi perekonomian yang tidak memungkinkan untuk mendapatkan pendidikan yang layak serta kebutuhan-kebutuhan yang lain seperti kebutuhan fisik,
sosial, harga diri sampai kebutuhan aktualisasi diri.
2.2 Faktor-faktor Munculnya Anak Jalanan