2.2 Faktor-faktor Munculnya Anak Jalanan
Fenomena anak jalanan merupakan isu global yang telah mencapai titik mengkhawatirkan. Salah satu masalah sosial yang membutuhkan pemecahan segera
adalah perkembangan jumlah anak jalanan yang belakangan ini semakin bertambah. Menurut Laporan Harian Kompas dalam Suyanto, 2010:197, berdasarkan pada
penjelasan resmi pemerintah jumlah anak jalanan di berbagai kota besar di tanah air diperkirakan mencapai sekitar 50.000 jiwa lebih. Jumlah anak jalanan diprediksi akan
bertambah jika dilihat di setiap daerah. Oleh karena itu, tidak heran keberadaan anak jalanan tiap tahunnya terus mengalami perkembangan.
Menurut Mulandar 1996:172 penyebab munculnya anak jalanan antara lain, adalah:
1 keluarga yang berantakan sehingga anak memilih hidup di jalanan;
2 penyiksaan di dalam keluarga sehingga anak lari dari rumah;
3 tidak mempunyai keluarga rumah, keluarga, dsb;
4 pemaksaan orang tua terhadap anak untuk mencukupi ekonomi keluarga;
5 kemiskinan ekonomi, akses informasi dan sebagaimana di dalam keluarga,
sehingga mendorong anak untuk mandiri, dengan hidup di jalanan; 6
budaya yang menganggap anak harus mengabdi kepada orang tua. Dengan demikian, meningkatnya jumlah anak jalanan merupakan salah satu wujud dari
masalah sosial. Masalah sosial Menurut Wahyu 1986:26 sesuatu kondisi yang mempunyai
pengarus terhadap kehidupan masyarakat sebagai sesuatu yang tidak diinginkan atau tidak disukai dan dirasa perlu untuk diatasi atau diperbaiki. Oleh karena itu, perlu
untuk dicari solusi dalam memecahkan masalah sosial anak jalanan tersebut.
2.3 Tindakan Mengatasi Keberadaan Anak Jalanan
Situasi anak jalanan di Indonesia cukup memprihatinkan karena sampai saat ini masalah-masalah anak khususnya pada anak-anak yang berada dijalanan belum
mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Anak-anak seharusnya tidak ikut
terlibat dalam aktivitas ekonomi terutama di jalanan. Menurut Gilbert, dkk 1996:94 keluarga yang merasa terbebani oleh anak-anak akan memberikan alternatif pilihan
untuk menyuruh anak-anak yang masih kecil bekerja. Oleh karena itu, dilihat dari segi pendidikan dan kesehatan anak-anak yang bekerja dan mencari makan sendiri
merupakan masalah yang sangat serius. Eksploitasi dan ancaman kekerasan merupakan dua hal yang terkadang sering dialami sehari-hari.
Anak-anak merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang mempunyai hak-hak yang sama. Seorang anak merupakan makhluk yang harus dilindungi, dikembangkan, dan
dijamin keberlangsungan hidupnya. Anak-anak seharusnya mengalami kesejahteraan, sebaliknya anak-anak dipandang sebagai komoditi yang dapat dieksploitasi. Negara
berkewajiban melindungi anak sebagai aset bangsa, terutama keluarga untuk melindungi anaknya, karena sebagai manusia sesungguhnya anak memiliki hak yang
sama dengan orang lain. Anak memiliki hak yang tidak dimiliki oleh manusia dewasa karena semua elemen dan keadaan harus berpihak kepada kepentingan anak.
Organisasi sosial non pemerintah sengaja didirikan untuk membina para anak jalanan. Lembaga atau badan sosial sebagai wadah dalam menjalankan kegiatan-
kegiatan sosial dengan berbagai bentuk pelayanan sosial. Layanan sosial social service merupakan suatu program ataupun kegiatan yang didesain secara konkret
untuk menjawab masalah, kebutuhan masyarakat ataupun meningkatkan taraf hidup masyarakat Adi, 2013:107. Oleh karena itu, organisasi yang menyediakan
pelayanan sosial diharapkan mampu memberikan pelayanan sosial yang dapat merubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.
Menurut Sudrajat dalam Mulandar ed, 1996:156-158 ada tiga tipe pendekatan program yang biasanya dilakukan oleh lembaga atau badan sosial dalam
menangani para anak jalanan, di antaranya sebagai berikut: 1.
Street Based Street Based merupakan penanganan di jalanan atau tempat-tempat anak
jalanan berada, kemudian para street seducator datang kepada anak jalanan untuk berdialog, mendampingi bekerja, memahami dan menerima situasinya serta
menempatkan diri sebagai teman. Anak-anak dalam beberapa jam diberikan materi pendidikan dan keterampilan, anak-anak jalanan juga memperoleh kehangatan
hubungan dan perhatian yang bisa menumbuhkan kepercayaan satu sama lain yang berguna untuk pencapaian tujuan intervensi.
2. Centre Based
Centre Based merupakan penanganan atau panti. Anak-anak yang masuk dalam program ini ditampung dan diberikan pelayanan di lembaga atau panti, seperti pada
malam hari diberikn makan dan perlindungan, serta perlakuan yang hangat dan bersahabat dari pendamping. Pada panti atau lembaga yang permanent disediakan
pelayanan pendidikan, keterampilan, kebutuhan dasar, kesehatan, kesenian dan pekerjaan. Penanganan dalam lembaga atau panti ini terdapat beberapa jenis atau
model penampungan, yaitu seperti penampungan yang bersifat sementara drop in centre dan tetap residential centre. Anak jalanan yang masih yang masih bolak-
balik ke jalanan dapat digolongkan ke dalam drop in centre, sedangkan untuk anak- anak yang telah meninggalkan jalanan akan ditempatkan di residental center.
3. Community Based
Community Based merupakan penanganan melibatkan seluruh potensi masyarakat terutama keluarga atau orang tua anak jalanan. Pendekatan ini bersifst
preventif, yaitu mencegah anak-anak turun ke jalanan. Keluarga diberikan kegiatan penyuluhan pengasuhan anak dan peningakatan taraf hidup. Anak-anak diberikan
kesempatan memperoleh pendidikan formal atau informal, pengisian waktu luang dan kegiatan lainnya. Pendekatan ini bertujuan meningkatkan kemampuan keluarga dan
masyarakat agar sanggup melindungi, mengasuh, memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
Tabel 1. Pendekatan dalam penanganan anak jalanan Pengelompokan Anak
Jalanan Pendekatan
ProgramStrategi Fungsi Intervensi
Anak yang masih berhubungantinggal
dengan orang tua Community Based
Preventif
Anak yang masih ada hubungan dengan
kelluarga tetapi jarang berhubungantinggal
dengan orang tua Street Based
Perlindungan
Anak tersisihputus hubungan dengan
keluargaorang tua Centre Based
Rehabilitasi
Ketiga pendekatan tesebut dapat diterapkan sesuai dengan kondisi anak jalanannya. Tipe pendekatan yang dilakukan lebih baik dari yang lain, karena setiap
tipe mempunyai ciri khas sendiri. Hal tersebut dapat diketahui bahwa keberhasilan penanganan bergantung terhadap pengaruhnya.
Dari tabel 1 ini dapat diketahui fungsi kegiatan pelayanan yang dilakukan. Fungsi intervensi lebih dari satu, namun yang ditulis merupakan fungsi utama.
Pemerintah seharusnya mampu menciptakan wadah penampungan yang lebih baik, memadai untuk anak jalanan, sehingga secara kuratif dapat mengembalikan secara
perlahan anak-anak tersebut di lingkungannya.
2.4 Kisah Anak Jalanan dalam Novel Butiran Debu