1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi atau turun temurun. Budaya terbentuk dari berbagai macam unsur-unsur, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Sedangkan kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat diseluruh daerah, terutama di Indonesia. Setiap daerah memiliki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Salah satu budaya daerah
yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat adalah budaya Jawa.
Budaya Jawa adalah kebudayaan yang dianut masyarakat Jawa yang selalu mengutamakan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian.
Pusat dari kebudaya jawa merupakan dua daerah luas bekas kerajaan Mataram sebelum terpecah pada tahun 1755, yaitu Yogyakarta dan
Surakarta Koentjaraningrat, 2010:37. Budaya Jawa terbentuk dari berbagai unsur-unsur budaya, salah
satunya adalah sistem religi. Dalam religi orang Jawa tidak hanya beragama Islam saja melainkan yang bukan islam juga ada, yaitu orang-
2
orang yang beragama Khatolik, Protestan, Budha, dan Hindu. Tetapi penganutnya sangat kecil jumlahnya dibandingkan dengan masyarakat
yang menganut agama islam. Meskipun sebagian besar masyarakat Jawa beragama Islam, tetapi tumpuan utama agama islam masih berpikir
Kejawen. Sang Pencerah adalah salah satu film yang menyisipkan nilai-nilai
budaya. Sang Pencerah merupakan film drama
tahun 2010
yang disutradarai oleh
Hanung Bramantyo . Film ini mengambil latar belakang
kebudayaan jawa dan menyisipkan berbagai unsur-unsur budaya Jawa dimana peran utama yang diangkat berdasarkan kisah nyata tentang
pendiri Muhammadiyah
yaitu Ahmad Dahlan
. Film merupakan salah satu bentuk media massa berupa media
elektronik yang memiliki tampilan audio visual. Jika dilihat dari segi material film berbentuk pita seluloid, atau piringan cakram, dimana
berisikan susunan gambar baik berupa gambar hitam putih ataupun berwarna dan memiliki suara atau audio. Di dalam Undang-undang No. 8
tahun 1992 tentang perfilman, film diartikan sebagai karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang
dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid. Dalam film masyarakat diberikan berbagai macam gambaran tentang
realita kehidupan. Tidak hanya sebagai sarana untuk menghibur saja, melainkan juga untuk memberikan penerangan dan pendidikan. Film juga
3
digunakan sebagai mediasi untuk memberikan penjelasan tentang segala aspek kehidupan sosial lewat pesan-pesan yang disampaikan didalamnya.
Film mampu memasuki berbagai aspek kehidupan. Mulai dari aspek sosial, budaya, pendidikan, agama, politik, dan ekonomi sebagai
suatu rangkaian cerita yang utuh, yang di dalamnya terdapat aspek dramatisasi dan sinematografi, sehingga penonton dapat larut dan
merasakan situasi baik yang bersifat menyenangkan, menyedihkan, bahkan situasi emosional yang terdapat dalam tampilan sebuah film.
Film dapat berpengaruh terhadap prilaku social dan pola berpikir dalam suatu masyarakat sesuai dengan pesan dan tema yang disampaikan
dari sebuah film tersebut. Karena dalam pembuatan sebuah film pasti ada suatu pesan yang ingin disampaikan oleh filmmaker kepada masyarakat
luas, baik berupa pesan moral ataupun kritik sosial yang bersifat verbal maupun non verbal sesuai dengan jenis film yang di ciptakan oleh para
pembuatnya. Pada saat ini banyak para sineas muda di indonesia yang
bermunculan dan berlomba-lomba untuk membuat sebuah film dengan berbagai macam tema dan cerita mulai dari persahabatan, horor, dan lain-
lain yang sedikit dibumbui dengan adegan porno dan seks. Tema dan cerita seperti ini sangat tidak mendidik, justru akan menghancurkan
generasi-generasi muda yang akan datang. Tetapi tidak semua sineas menyuguhkan tema-tema dan menampilkan cerita seperti uraian diatas.
Masih ada beberapa sineas yang selalu membuat film yang berkualitas
4
dengan menampilkan tema-tema dan cerita yang menarik dengan berbagai macam tema-tema yang diangkat dengan menyisipkan nilai-nilai moral,
sosial, budaya, hingga nilai agama. Film Sang Pencerah merupakan salah satu film karya Hanung
Bramantyo yang menyajikan cerita yang didalamnya menyampaikan pesan-pesan tentang religi, budaya, sosial. Film ini menjadikan sejarah
sebagai pelajaran pada masa kini tentang arti toleransi dan bekerjasama dengan yang berbeda keyakinan, kekerasan berbalut agama, dan semangat
perubahan yang kurang. Sang Pencerah mengungkapkan sosok pahlawan nasional Ahmad
Dahlan itu dari sisi yang tidak banyak diketahui publik. Selain mendirikan organisasi Islam Muhammadiyah, Ahmad Dahlan yang
mempunyai pendirian tegas juga dimunculkan sebagai pembaharu Islam di Indonesia. Ia memperkenalkan wajah Islam yang modern, terbuka, serta
rasional. Dimana sebelumnya kepercayaan di jawa terkenal dengan sebutan kepercayaan kejawen atau mencampurkan dengan tradisi-tradisi
kuno. Dari pembahasan film Sang Pencerah peneliti tertarik untuk
mengangkat film ini dari latar belakang kebudayaan Jawa yaitu mengenai agama Islam kejawen. Film tersebut digambarkan bagaimana perjuangan
Ahmad Dahlan menegakkan Islam ditengah kultur budaya Jawa yang banyak sekali perbedaannya dengan ajaran Islam. Budaya Jawa terutama
dibawah kekuasaan Kraton Yogyakarta banyak sekali terjadi Akulturasi
5
budaya Hindu dengan Islam yang terkenal dengan kejawen dan abangannya. Acara-acara yang bersifat keagamaan dari islam tetapi
kontennya tidak lain adalah keyakinan-keyakinan dari agama lain termasuk kejawen. Kondisi ini yang coba di lawan oleh Ahmad Dahlan
dengan mengembalikan Islam yang sesungguhnya. Islam yang tidak tercampur dengan pemahaman yang lain , yang dikenal dengan perjuangan
melawan Tahayul tahlilan,apeman, Bid’ah pohon kramat, makam,
Khurafat jimat, ilmu kebal. Film Sang Pencerah banyak menyisipkan berbagai pesan-pesan
verbal dan non verbal berupa bentuk-bentuk atau simbol dari Islam kejawen. Unsur-unsur Islam berusaha ditanamkan dalam budaya Jawa
semacam pertunjukan wayang kulit, lagu-lagu dolanan anak, ular-ular, cerita kuno, hingga upacara tradisi yang dikembangkan.
Film ini membangun kesadaran kepada generasi-generasi muda bahwa pentinganya mempelajari suatu kebudayaan yang ada dan
melestarikan sebagai kebudayaan bangsa, dimana ada sisi positif dan negatif dari suatu ajaran kebudayaan tertentu yang dapat dipelajari.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin melakukan penelitian dengan menggunakan analisis isi. Dimana menurut Budd analisis isi
adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasikan dan menganalisis isi
perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih Kriyanto, 2010:232. Dengan demikian, peneliti bermaksud untuk
6
melakukan penelitian dengan judul Islam Kejawen dalam Film Analisis Isi Film Sang Pencerah karya
Hanung Bramantyo .
B. Rumusan Masalah