11
Menurut Koentjaraningrat “kebudayaan” berasal dar bahasa sansekerta buddhayah
, yaitu bentuk jamak dari „buddhi‟ yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kata
„kebudayaan‟ dapat diartikan sebagai „hal-hal yang bersangkutan dengan akal‟ Sujarwa, 2010:27-28.
Disisi lain kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan simbol, pemaknaan, penggambaran, struktur aturan, kebiasaan, nilai,
pemrosesan informasi dan pengalihan pola-pola konvensi pikiran, perkataan dan perbuatan atau tindakan yang dibagikan diantara para
anggota suatu sistem sosial dan kelompok dalam suatu masyarakat. Kebudayaan dihasilkan oleh suatu perasaan komintmen yang dibangun
oleh keseluruhan sistem sosial karena keintiman hubungan timbal balik, kesetiakawanan,
keramahtamahan, kekeluargaan
dalam seluruh
masyarakat Liliweri, 2001:4.
a. Komponen-Komponen Kebudayaan
kesamaan yang mendorong pembentukan kebudayaan suatu kelompok sering disebut dengan komponen budaya. Komponen budaya
yang paling penting , yaitu: 1 pandangan hidup, kosmologi dan ontologi; 2 bahasa dan simbol sistem; 3 skema kognitif; 4
kepercayaan atau sikap dan nilai; 5 konsep tentang waktu; 6 konsep tentang jarak dan ruang; 7 agama atau mitos dan bentuk-bentuk
ekspresi; dan 8 hubungan sosial dan jaringan komunikasi. 1
Pandangan hidup, Kosmologi dan Otologi
12
Dalam setiap kebudayaan selalu ada pandangan hidup, kosmologi dan otologi. Ketiga komponen tersebut seolah-olah
hanya bisa diterima namun tidak dapat dipahami atau dimengerti. Setiap studi antar budaya selalu berusaha menggambarkan dan
menerangkan perbedaan-perbedaan tiga faktor itu dalam kebudayaan masing-masing.
Sebagai contoh dalam setiap struktur individu selalu terbentuk hierakri ontologi yang mengakui: 1 ada wujud
tertinggi; 2 bersifat superanatural; 3 ada norma yang mengatur masalah kemanusiaan; 4 ada bentuk-bentuk rendah kehidupan;
5 ada objek-objek bukan manusia; dan 6 ada lingkungan alam. Persepsi manusia tentang relasi individu dengan unsur-unsur
tersebut tersusun pada suatu hirarki berdasarkan atas kepentingan terhadap unsur itu, yakni kepercayaan, sikap, dan nilai. Tiga unsur
ini selalu dikenal dalam setiap uraian tentang ontologi-kebudayaan. 2
Bahasa, Simbol, Sistem Sebagian
besar ahli
antropologi dan
sosiologi mengemukakan kebudayaan ditandai oleh bahasa. Kebudayaan
tanpa bahasa adalah kebudayaan tak beradab. Bahasa menentukan ciri kebudayaan, dari bahasa diketahui derajat kebudayaan suatu
suku bangsa. Bahasa tidak bisa dilepaskan dari suatu simbol dan sign tanda. Ketika bicara mengenai tanda maka akan bicara
tentang cara memberi makna terhadap objek. Tanda diartikan
13
dengan cara konotatif dan simbol dengan cara denotatif. Begitu penting simbol dan tanda, maka kata para ahli linguistik, ketika
manusia berhenti bermain dengan tanda, maka disana dimulai bahasa terbentuk dengan kata-kata.
Setiap kebudayaan menjadikan bahasa sebagai media untuk menyatakan prinsip-prinsip ajaran, nilai dan norma budaya
kepada para pendukungnya. Bahasa merupakan mediasi pikiran, perkataan, dan perbuatan.
3 Skema Kognitif
Skema kognitif dapat diartikan dengan sistem konsep- konsep kognitif yang dimiliki oleh individu atau sekelompok orang
terhadap objek tertentu. Setiap kebudayaan mengajarkan anggotanya skema kognitif atau yang sering disebut peta
pandangan terhadap objek. Skema tersebut merupakan pola-pola skematis
dari bentuk
interpretasi, pengorganisasian
dan penggolongan atas data tentang dunia luar. skema mempengaruhi
keputusan individu untuk menentukan prioritas fungsi objek berdasarkan waktu dan tempat.
4 Kepercayaan, Sikap dan Nilai
a Kepercayaan
Kepercayaan dibagi atas lima tingkatan: 1
Kepercayaan primitif tanpa syarat, kepercayaan ini merupakan inti dari seluruh sistem pengalaman langsung
14
manusia. Kepercayaan yang diperoleh dari kelompok inti yang dekat dengan sekitar. Kepercayaan ini berkaitan
dengan objek yang langsung dialami manusia, apalagi peristiwa itu diyakini oleh seseorang yang patut dipercayai
tanpa syarat. Jenis kepercayaan ini tidak akan berubah. 2
Kepercayaan primitif dengan konsensus nol, kepercayaan yang dipelajari manusia dengan pengalaman langsung,
namum pengalaman tersebut sangat pribadi sehingga manusia tersebut tidak dapat menjelaskan lagi. Jenis
kepercayaan ini sifatnya bisa berubah. 3
Kepercayaan otoritas, jenis kepercayaan ini sangat kontorversial karena tergantung dengan siapa manusia
berhubungan dan membagi informasi, atau dari sumber mana suatu informasi dapat diperoleh. Jenis kepercayaan
ini bisa berubah jika ada persuasi lain yang menerpa. 4
Kepercayaan perolehan, kepercayaan yang diperoleh dari pertukaran dan komunikasi dengan sumber-sumber tertentu
atau orang lain yang dianggap patut dipercayai., lebih ahli dan lebih tahu dalam bidang tersebut. Kepercayaan ini
mudah berubah-ubah jika ada sumber lain yang lebih terpercaya.
5 Kepercayaan ngawur, kepercayaan ini perkaitan dengan
preferensi individu dan perasaan yang relatif muda tatkala
15
memperoleh suatu informasi. Jenis kepercayaan ini muda melanda manusia yang tidak mempunyai identitas diri.
b Sikap
Sikap merupakan sebuah sistem penilaian yang relatif bertahan. Penilaian itu bisa positif atau negatif yang tergantung
atas ajaran kebudayaan tentang kepercayaan, perasaan atau emosi, dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek serta ada
perbedaan yang diakibatkan oleh dampak sikap terhadap tindakan sosial yang tergantung atas karakteristik utama sikap.
c Nilai
Nilai merupakan prinsip-prinsip sosial, tujuan atau standart yang diterima oleh individu dan sekelompok orang , kelas sosial
maupun masyarakat. Ada banyak jenis nilai, salah satunya adalah nilai budaya yakni suatu nilai yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
suatu kebudayaan. Setiap individu telah diwarisi dengan nilai kebudayaan.
5 Konsep tentang Waktu
Setiap kebudayaan mempunyai konsep tentang masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Satu hal yang paling penting untuk
memahami setiap kelompok adalah mengetahui struktur waktu dari kelompok tersebut.
6 Konsep Jarak dan Ruang
16
Setiap kebudayaan mengajarkan anggotanya tentang orientasi ruang dan jarak. Ruang berhubungan denga tata ruang
lahan pemukiman, pertanian dan lain-lain. Yang sifatnya lebih pada kepentingan relasi sosial, sedangkan jarak lebih banyak
berhubungan dengan jarak fisik disaat bercakap-cakap. 7
Agama, Mitos dan Cara Menyatakan Setiap budaya mempunyai gejala dan peristiwa yang tidak
dapat dijelaskan secara rasional tapi hanya berdasarkan pengalaman iman semata-mata. Seperti halnya kebudayaan jawa
yang menganut agama tradisional seperti kepercayaan kejawen. Orang jawa percaya adanya mitos-mitos dan berbagai kekuatan
ghaib dalam alam semesta, mempercayai adanya ruh-ruh dan makhluk halus yang dipercayai mempunyai pengaruh terhadap
kesejahteraan hidup. 8
Hubungan Sosial dan Jaringan Komuniaksi Keluarga-keluarga selalu terbentuk dalam komunitas-
komunitas kecil merupakan satu agen sosialisasi dalam sebuah kebudayaan. Dengan cara tertentu kebudayaan menentukan sifat
struktur keluarga dan jaringan komunikasi. Bentuk-bentuk tersebut ditimbulkan oleh hubungan-hubungan antara orangtua dengan
anak-anak, hubungan antara paman dan bibi, kakek dan nenek, dan lai-lain. Keluarga yang luas diyakini sebagai batas kesadaran
komunitas yang diserahi tanggung jawab untuk menyelenggarakan
17
kesejahteraan bagi
sesama. Sebagian
besar kebudayaan
masyarakat merupakan kebudayaan lisan yang diyakini sebagai kebudayaan yang lebih menekankan pada pemilikan bersama dan
kerjasama. Oleh karena itu, maka sebagian komunikasi dalam kebudayaan tersebut selalu menggunakan komunikasi lisan dengan
media tatap muka. Para anggota kebudayaan lisan selalu merasa tingkat partisipasi terhadap komunitasnya makin besar, sehingga
lebih muda menerima dan memberi informasi untuk sesama Liliweri, 2001:114-135.
b. Wujud Kebudayaan