2. Pelaku Ketahanan Pangan Pelaku dunia usaha sangat jarang yang berminat untuk investasi dalam
kegiatan produksi pangan, kecuali untuk usaha yang memberikan hasil dengan cepat quick yielding. Dilihat dari sisi konsumen, masalah yang dihadapi
adalah pola konsumsi yang kurang mempertimbangkan keragaman pangan dan keseimbangan gizi.
3. Kelembagaan Pangan Kinerja kelembagaan yang dibentuk untuk ikut menangani masalah
penyediaan pangan masyarakat masih belum memenuhi harapan berbagai pihak.
4. Kebijakan Pangan Kebijakan pangan perlu berpihak kepada para produsen pangan skala kecil.
Sesungguhnya yang paling penting bagi petani adalah nilai absolut keuntungan yang diperoleh dari aktivitas budidaya, bukan pada ongkos produksi yang
rendah atau harga produksi yang tinggi saja.
b. Bidang Penciptaan dan Pemanfaatan Sumber Energi Baru dan
Terbarukan
Dengan jumlah penduduk yang besar, yaitu kira-kira 220 juta orang dan semakin tahun jumlahnya semakin besar, kebutuhan akan energi merupakan kebutuhan
yang mutlak, sudah sewajarnya pemerintah harus menyediakan energi untuk semua warganya tanpa kecuali. Kondisi pembangunan energi dewasa ini dirasa
kurang sekali, karena ketergantungan akan sumber energi minyak bumi yang begitu besar sehingga pembangunan energi alternatif tidak berkembang.
Lemahnya kemampuan sumber daya manusia merupakan salah satu kelemahan dalam pengembangan kemampuan energi nasional. Di samping itu budaya
konsumtif masyarakat Indonesia tidak diimbangi dengan kebijakan untuk berusaha mandiri secara nasional dalam penyediaan energi.
6
c. Bidang Pengembangan Teknologi dan Manajemen Transportasi
Dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan yang memadati jalan raya dan seringnya terjadi kecelakaan pada berbagai jenis transportasi, penyebab utama
terjadinya kecelakaan adalah tidak ditaatinya peraturan yang berkaitan dengan 1 kapasitas sarana dan prasarana; 2 kelaikan sarana transportasi; 3 kecepatan
laju kendaraan dan penggunaan alat pengaman sabuk pengaman, pelampung,
dan lain-lain, dan 4 ketidak sepadanan kompatibilitas antara teknologi dengan
regulasi.
d. Bidang Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kondisi lingkungan usaha dewasa ini sebetulnya belum sepenuhnya kondusif, terutama kurangnya dukungan hukum terhadap para pelanggar teknologi dan
kurangnya dukungan Riset dan Pengembangan R D dan transfer teknologi, karena terbatasnya pembiayaan. Lembaga yang berkaitan dengan Standar
Nasional Indonesia SNI bagi produk TIK masih kurang. Kemampuan ekspor untuk produk-produk ICT belum banyak, salah satu penyebabnya adalah
ketergantungan barang modal; komponen dan bahan baku impor masih tinggi, sehingga mudah terpengaruh oleh perubahan global. Masalah SDM yang
profesional sebagai wirausahawan di bidang pengembang industri TIK masih terbatas, sehingga industri TIK juga belum berkembang.
e. Bidang Pengembangan Teknologi Pertahanan dan Keamanan