Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu bentuk fenomena hubungan internasional yang layak untuk dikaji lebih mendalam adalah hubungan antara Amrekia dengan Iran. Dinamisasi interaksi antar aktor negara terjadi pada hubungan luar negeri antara negara Iran dengan Amerika Serikat AS, dimana dulu Iran dan AS memiliki hubungan yang cukup erat sampai akhirnya muncul Revolusi Islam 1979 yang dipelopori oleh Ayatullah Khomeini dan Revolusi Ketiga oleh Mahmoud Ahmadinejad yang membuat hubungan kedua negara tersebut berubah menjadi tidak bersahabat. Hubungan yang cukup erat antara negara Iran dengan AS dimulai pada masa pemerintahan Mohammad Shah Reza Pahlevi dimana AS memiliki peran yang cukup besar atas pengangkatan Shah sebagai orang yang berkuasa di negara Iran. Shah membuka lebar-lebar pintu kerjasama dengan negara AS. Dimulai dengan menarik investasi asing serta mengambil sebesar-besarnya tenaga asing guna membantu Iran dalam masa pembangunan negaranya. Selain itu Shah juga bekerjasama dalam bidang militer yaitu mengundang para agen rahasia seperti Central Intelegent of America CIA, Federal Bureau Investigation FBI untuk membidani lahirnya sebuah oraganisasi polisi rahasia yaitu SAVAK, yang 2 digunakan oleh Shah untuk menggulingkan kubu-kubu yang bertentangan dengannya. 1 Pada masa ini Iran menginginkan modernisasi melalui idustrialisasi untuk menjadi Negara maju sebagaimana yang telah dicapai AS dan negara Eropa masa itu. Iran memfokuskan pembangunan pada proyek infrastruktur, system transportsi, telekomunikasi dan pertanian. Selain itu, Iran mengupayakan pembangunan pabrik-pabrik industri, sekolah-sekolah, dan fasilitas kesehatan. Namun keadaan tidak berjalan dengan seimbang, dimana muncul fenomena ledakan populasi akibat urbanisasi yang berlebihan sebagai dampak pembangunan. Penduduk desa berbondong-bondong pindah ke kota untuk mengejar kehidupan yang lebih layak. 2 Dampak serius dari modernisasi ini adalah terjadinya kriris ekonomi pada tahun 1977, akibat dari inflasi akut yang dialami Iran pada masa itu. Korupsi yang merajarela di kalangan pemerintahan adalah salah satu penyebab utama keterpurukan perekonomian Iran. Akibatnya muncul berbagai kritik dan kebencian dari berbagai kalangan terhadap pemerintahan monarki Shah. Masyarakat mulai menyadari banyaknya ketidak adilan pemerintah terhadap rakyatnya, selain itu masyarakat semakin menyadari tingginya campurtangan negara Barat kepada urusan dalam negeri Iran. 3 Situasi terus memburuk, legitimasi terhadap pemerintahan Shah semakin tergerus oleh kekecewaan dan ketidak percayaan public terhadapnya. Protes 1 Labib, Muhsin dkk. 2006. Ahmadinejad David di Tengah Angkara Goliath Dunia. Jakarta: Hikmah. Hal. 87-103. 2 ibid. 3 ibid. 3 menentang Shah semakin meningkat sehingga pada tahun 1979, terjadilah Revolusi Islam yang dipimpin oleh Ayatullah Khomeini. Ayatullah Khomeini adalah seorang oposisi dan pengkritik aktif pemerintahan Shah. Ia juga seorang yang sangat menentang Amerika dan kebejatan Israel di Timur Tengah. Sehingga sebelum ia mendirikan sebuah Republik Islam ia sempat dipenjarakan oleh Shah serta dibuang ke luar negeri yaitu Paris. 4 Pasca Runtuhnya pemerintahan Shah, Khomeini memangkitkan Revolusi Islam pada tahun 1979, dengan mengambil alih kekuasaan pemerintahan serta membentuk pemerintahan sementara yang dikepalai oleh Mehdi Bazargan sebagai Perdana Menteri. Revolusi ini berujung pada pembentukan kembali Negara Republik Islam yang baru, yang kembali menyandarkan landasan utama pemerintahan kepada aturan kitab suci Al-Q ura’n, sehingga Iran menjadi sebuah Negara theokrasi. Negara yang berlandaskan pada nilai keagamaan yaitu islam. 5 Mellaui revolusi islam, Khomeini menginginkan iran menjadi Negara yang mandiri tanpa bantuan AS. AS pun tidak diberikan keleluasaan untuk semena-mena mencampuri urusan dalam negeri Iran. Komeini adalah salah satu dari sekian banayak orang di Iran yang aktif mengkritik hubungan Iran dengan Amerika. Karena bagi Khomeini Amerika merupakan negara yang suka menindas negara lain. Sikap anti Amerika yang dalam revolusi Iran, menjadi inspirasi bagi para mahasiswa yang ikut berjuangan melawan monarki Shah karena mereka menganggap Shah merupakan boneka Amerika untuk menguasai Iran. Keberhasilan revolusi pada akhirnya bedampak pada hubungan kedua Negara, 4 Ibid. 5 Ansari, Ali M. 2008. Supremasi Iran. Jakarta: Zahra. Hal 90. 4 hubungan Iran dengan Amerika menjadi tidak harmonis. Ditambah dengan adanya pengambil alihan kedutaan Amerika oleh para mahasiswa yang menyebabkan pemutusan hubungan diplomatik. 6 Dari banyak pelajar yang turut berperan penting dalam perjalanan revolusi Islam di Iran adalah Mahmoud Ahmadinejad. Mahmoud Ahmadinejad adalah anak ke empat dari tujuh bersaudara, seorang anak dari orang tua pandai besi. Ahmadinejad seorang mahasiswa Universitas Sains dan Teknologi Teheran yang berpikiran maju dan tetap taat terhadap prinsip-prinsip agama serta garis perjuangan Khomeini. Setelah kemenangan Revolusi Islam Iran, Ahmadinejad aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan yang mendukung perjuangan Khomeini. 7 Sebagai negara yang telah lama hidup dalam tekanan embargo sejak tahun 1979 pasca revolusi Islam, Iran kembali menjadi pembicaraan dunia internasional setelah Mahmoud Ahmadinejad terpilih sebagai presiden. Ahmadinejad yang memimpin Iran sejak tahun 2005 telah membuat wilayah Timur Tengah kembali menjadi perhatian khusus negara-negara barat, terutama Amerika Serikat dan sekutunya, Israel. Sebagai seorang konservatif garis keras yang berpegang teguh pada nilai-nilai dan semangat revolusi, Ahmadinejad yang vokal menyuarakan sikap anti Barat dan Israel sering membuat peperangan hampir terjadi antara Isreal dan Iran. 8 6 Ibid.. 7 Ar-Rusydi, Mirza Maulana. 2007. Mahmoud Ahmadinejad; Singa Persia Vs Amerika Serikat. Yogyakarta: Garasi. Hal. 35-37. 8 Labib, M. dkk. 2006, Opcit. 5 Pemikiran politik yang terealisasi pada kebijakan-kebijakan politik yang radikal, revolusionis dan populis mengakibatkan polularitas Iran meningkat setelah beberapa dekade sempat meredup. Hal tersebut sekaligus membuat Iran dijatuhi embargo yang lebih berat. Sikap Iran di bawah Ahmadinejad yang keras tentang permasalahan hak Iran untuk mengembangkan nuklir damai membuat kondisi internal negeri Mullah tersebut terisolasi. Namun di bawah kepemimpinan selama dua periode 2005-2009, 2009-2013, Iran mampu bertahan di tengah tekanan dan isolasi politik maupun ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara barat 9 Dinamika hubungan antara AS dan Iran yang merupakan cerminan hubungan luar negeri antara dua Negara ini, merupakan objek kajian yang pantas untuk di bahas dalam kajian studi ilmu hubungan internasional. Terlbeih fakta yang menunjukan peningkatan popularitas Iran pasca revolusi islam ketiga oleh Ahmadinejad, dimana Iran kembali menjadi topic utama yang diperbincangkan dalam pentas politik internasional melalui sikap Iran terkait pengayaan uranium serta kemampuan Iran dalam mempertahankan diri dari berbagai tekanan internasional terutama Amerika. Maka dari itu, tulisan dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan mendalam terkait hubungan kedua Negara ini, serta berupaya memberikan gambaran sikap Iran dalam politik luar negerinya guna menghadapi tekanan dari embargo AS, hingga iran mampu bertahan dari sanksi embargo yang dijatuhkan oleh Amerika serta sekutunya. Penelitian ini akan 9 El Gogary, A. 2007. Ahmadinejad : The Savior of Tehran Sang Nuklir Membidas Hegemoni AS dan Zionis. Terj. Tim Kuwais. Depok : Pustaka Iiman. Hal 1. 6 menjelaskan kebijakan luar negeri Ahmadinejad sebagai pemimpin Iran yang telah menunjukan keberhasilannya untuk menjadikan Iran kembali menjadi salah satu Negara yang disegani setelah cukup lama terpuruk. Politik luar negeri Iran yang radikal, revolusionis dan populis mengakibatkan polularitas Iran meningkat melalui kebesaran sosok Ahmadinejad. Perhatian mengenai perselisihan Iran-AS semakin menyita perhatian internasional pasca tahun 2006 dan 2010, meskipun embargo AS telah dilakukan jauh sebelum Ahmadinejad memimpin iran, namun pasca 2010 terjadi peningkatan perhatian atas Iran. Situasi ini tergambar jelas setelah sikap embargo atas Iran segera diikuti oleh sekutu AS pada level internasional, mulai dari UNI Eropa hingga beberapa Negara Asia. 10 Setelah sebelumnya penerapan sanksi oleh AS tidak menghasilkan efektifitas, dimana sanksi yang bertujuan melemahkan perekonomian Iran, justru memperkuat Iran untuk semakin mandiri dengan memenuhi berbagai kebutuhannya dengan memanfaatkan semaksimal mungkin berbagai sumberdaya yang dimilikinya. Hal ini dipicu oleh ketiadaan dukungan internasional dalam penerapan sanksi, kenyataan bahwa Iran merupakan Negara terbesar kedua penghasil minyak dunia, memberikan situasi sulit bagi penerapan sanksi embargo tersebut. 11 Namun situasi ini berubah seiring semakin meningkatnya dukngan internasional atas sikap AS tersebut. Semenjak 1980-an sebenarnya Iran AS sudah melakukan embargo, semasa ini embargo dilakukan atas alasan menekan sikap 10 Kenneth Katzman, 2014, Iran Sanctions, diakse melalui http:www.fas.orgsgpcrsmideastRS20871.pdf 6202014 11:03. 11 El Gogary, Op. Cit. hal. 1 7 Iran yang dinilai mendukung gerakan terorisme, tujuan lain dari sikap AS ini adalah untuk menekan kekuatan strategis Iran Iran’s Strategic Power di Timur Tengah. Embargo oleh AS semakin dipertajam pada tahun 1990-an, AS menggunakan alasan tekanan atas pengembangan tekhnologi nuklir oleh Iran melalui ISA Iran Sanctions Act. Namun upaya AS ini tidak mampu memberikan tekanan berati bagi Iran, karena ketiadaan dukungan luas dari Internasional, sehingga sanksi yang diberlakukan AS ini hanya menjadikan Iran semakin memperkuat hubungan dengan Negara lain dalam hubungan ekonomi dan perdagangannya. Namun situasi berubah setelah 2010, dimana dukungan internasional atas sikap AS ini semakin kuat. 12 Pada October 2010 AS menjatuhak sanksi atas Iran melalui Naftirantartrade Company, dengan membatasi hubungan dagang antara berbagai perusahaan AS dan perbankan AS terhadap berbagai transaksi ekonomi yang berhubungan dengan Iran. 13 Kemudian disusul dengan pembaharuan ISA pada bulan Mei tahun 2011 dengan menambahkan pokok sanksi atas iran dalam International Emergency Economic Power Act IEEPA dan Comperhensive Iran Sanctions, Accountability, and Divestment Act CISDA. Pada tahun 2012 AS semakin memperketat penjatuhan sanksi atas Iran dengan memberlakukan Iran Freedom and Counter-Poliferations Act of 2012 NDAA dan The National Defense Authorization Act of Fiscal Year 2012 IFCA. AS juga menerapkan penekanan untuk meraih dukungan Internasional atas upaya ini dengan 12 Kenneth Katzman, 2014. Op Cit. 13 Sanctions Entities List, Iran Sanctions diakses dalam http:www.state.goveebtfsspiiranentitiesindex.htm 23062014 11:58. 8 memberlakukan Foreign Sanctions Evaders FSE 14 , dalam upaya ini AS menekankan ancaman atas seluruh fihak yang dapat menganggu upaya sanksi atar Iran dengan tetap tidak menerapkan sanksi sebagaimana AS. 15 Kemudian pada 2013 AS memberlakukan Join Plan Action JPA bersama komunitas internasional seperti Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan, Kanada, Australia, Norwegia, Swiss. 16 Upaya tekanan ini dilanjutkan dengan JPA+1 dilaksanakan bersama Amerika, Jerman prancis, Rusia dan China dengan koordinasi oleh Catherine Aston sebagai delegasi Uni Eropa bersama Iran pada Januari 2014. 17 Berbagai bentuk sanksi yang diinisiasikan dan diberlakukan AS tersbut diarahkan untuk tekanan kepada Iran melalui pembatasan pada sektor berikut: pertama, menghentikan berbagai perdagangan senjata, komponen, tekhnologi dan perangkat ganda dual-use items ke Iran yang dapat digunakan untuk pembangunan nuklir. Kedua, memberikan batasan pada relasi ekonomi AS yang dapat digunakan sebagai sektor penopang pendanaan pembangunan nuklir Iran. Ketiga, untuk menekankan penerapan kebijakan nonpoliperasi nuklir oleh Iran, China, Rusia, Jerman, Inggris serta Prancis. 18 Setelah upaya AS yang cukup lama dirasa tidak efektif sebelum tahun 2010 tersbut, pasca 2010 menunjukan efektifitas pemberlakukan sanksi atas Iran. Dimana Iran mengalami cukup tekanan ekonomi dalam penerapan sanksi dengan 14 Sanksi ini ditunjukan kepada seluruh Negara yang memiliki hubungan keonomi dengan AS, yang jika mereka tidak memberlakukan sanksi atas Iran maka mereka akan menjadi bagian dalam penerapan embargo sebagaimana diberlakukan AS atas Iran. 15 Iran Sanctions, Resource Center, diakse dalam http:www.treasury.govresource- centersanctionsProgramspagesiran.aspx 23062014 12:20. 16 Iran Sanctions diakses di dalam http:www.state.goveebtfsspiiranindex.htm 23062014 12:30. 17 Iran Sanctions, Resource Center, Op Cit. 18 Iran Sanctions Op Cit. 9 dukungan internasional ini. Nilai ekspor minyak Iran menurun drastis pada tahun 2013 menjadi 1 Juta Barel per hari yang sebelumnya mencapai 2,5 Juta Barel per hari. Situasi ini muncul seiring dukungan Uni Eropa atas sanksi embargo AS, yang akhirnya juga menerapkan sanksi embargo atas Iran. Selain itu, Iran juga dihadapkan pada pemutusan keanggotaanya dari jaringan perbankan internasional, menyebabkan Iran mengalami penurunan perekonomian mencapai 5 , inflasi meningkat mencapai 50 akibat penurunan akumulasi transaksi Iran dengan Negara lain. Situasi tersebut berujung pada penurunan aktifitas bahkan penutupan industri di Iran. 19 Untuk menanggapi semakin kerasnya AS terhadap Iran, Ahmadinejad melakukan perlawanan atas sanksi ini dengan sikap yang tegas terhadap berbagai fihak yang mendukung AS. Iran melakukan penghentian pengiriman minyak ke Inggris dan Prancis. Ini ditunjukan sebagai peringatan kepada Italia, Spanyol dan Yunani atas sanksi embargo oleh Uni Eropa EU bahwa mereka akan merasakan hal serupa apabila EU terus menerapkan embargo atas Iran. Untuk terus melanjutkan transaksi minyak dengan Iran, anggota EU diberikan prasyarat khusus berupa kontrak jangka panjang yang di dalamnya menekankan ketiadaan upaya pemutusan hubungan secara sepihak dalam pelaksanan kerjasama tersebut. Sekitar 18 dari total ekspor minyak Iran memang tertuju ke Eropa, terutama Italia, Spanyol dan Yunani. 20 19 Adirini Pujayanti, 2012, Sanksi Ekonomi terhadap Iran dan Dampak Internasionalnya. Diakses dalam http:berkas.dpr.go.idpengkajianfilesinfo_singkatInfo20Singkat-IV-4-II-P3DI- Februari-2012-16.pdf 23062014 12:59. 20 Ibid. 10 Iran juga melakukan perundingan dagang baru dengan China dalam soal harga serta mekanisme pembayaran transaksi yang menghapusan dolar AS dalam transaksi keduanya. Iran bahkan mengancam menutup selat Hormus, yang merupakan selat strategis bagi jalur perdangangan minyak dunia. Akan ada 18 juta barel minyak per hari yang terancam gagal terkirim ke pasa dunia apabila selat ini ditutup. Selat itu merupakan jalur perairan bagi delapan Negara penghasil minyak di kawasan Teluk Persia seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Bharain, Kesultanan Osman, Kwait, Irak dan Iran. 21 Sikap perlawanan yang dilakukan Iran atas AS ini menjadi sangat menarik untuk dikaji, mengingat sejauh ini upaya perlawanan atas dominasi AS memang belum banyak dilakukan oleh berbagai Negara di timur tengah. Irak merupakan bentuk perlawanan atas AS di kawasan ini dan berakhir dengan penghancuran dan penyerangan Negara ini. Realita ini namun tidak menyurutkan niatan Iran untuk menentang dominasi AS, Iran justru menunjukan sikap yang semakin aktif menentang AS di bawah kepemimpinan Akhmadinejad. Maka dari latar belakang ini lah, penelitian ini menjadi pantas untuk dijelaskan dengan lebih mendalam, mengenai faktor-faktor yang memberikan dorongan dalam kebijakan luar negeri Iran yang menentang dominasi AS dengan melawan embargo AS atas dirinya. Penelitian ini akan menunjukan faktor-faktor tersebut dalam analisa politik luar negeri yang akan menganalisa faktor domestic Iran yang mendorong sikap Iran tersebut. Hasil penelitian akan berbeda dengan berbagai penelitian yang ada sebelunya yang hanya menekankan penekanan 21 Ibid. 11 pembahasan pada sosok Ahmadinejad yang memiliki peran utama atas sikap Iran ini. Dalam penelitian ini, akan pula dijelaskan faktor yang juga mendorong pelaksanaan kebijakan tersbut untuk dilakukan seperti pertama kuatnya peran Ahmadinejad dalam struktur kepemimpinan Iran, kedua kuatnya dukungan dan legitimasi atas Ahmadinejad pada level jajaran pemerintahan, ketiga kuatnya legitimasi publik Iran kepada sosok Ahmadinejad yang berangkat dari kebijakan- kebijakannya yang populis.

1.2 Rumusan Masalah