Islam 1. Pengertian Islam Islam dan etos kerja studi tentang peranan Majelis Ta'lim Wali Songo kel.Jombang Kec.Ciputat dalam meningkatkan etos kerja pengrajin kusen

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Islam 1. Pengertian Islam

Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui nabi Muhammad s.a.w. sebagai Rosul. Islam pada hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek itu ialah Al-Quran dan hadits. 11 Di dalam agama ini, Nabi Muhammad s.a.w. menerima Al-Quran dari Tuhannya, lalu disampaikannya sebagaimana beliau menerima. Dengan perintah Allah dan petunjuk- Nya, beliau menerangkan keringkasannya, dan dengan perbuatannya, beliau menerapkan ayat-ayatnya. Kemudian manusia menerimanya dari generasi ke generasi, sebagaimana beliau menerima dari Tuhannya, hingga kepada kita pun seperti di turunkannya secara berturut-turut, tanpa ada keraguan sedikitpun di dalamnya. 12 Dunia Islam terbentang dari Afrika Utara sampai ke Asia tenggara dan meliputi kira-kira empat puluh Negara merdeka yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Penganut agama Islam berjumlah kira-kira 750 juta orang, karena itu Islam merupakan agama terbesar kedua di dunia. Suatu ciri khas ajaran Islam adalah keyakinan bahwa Islam itu suatu cara hidup yang lengkap dan menyeluruh. Agama yang mempunyai yang integral dan organic dengan politik dan masyarakat sosial. Ideal Islam ini terbayang 11 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid 1, Jakarta : UI-Press, 1985, cet., ke-5, h. 24 12 Prof.Dr. Mahmud Syaltut, Islam Aqidah dan Syariah, Jakarta: Pustaka Amani, 1998, cet, ke-2, h. 1 dalam perkembangan hukum Islam yang merupakan suatu hukum yang serba mencakup, di mana termasuk di dalamnya tugas orang Islam terhadap Tuhan sholat, puasa, haji dan tugas sesama manusia hukum keluarga, hukum perdagangan dan hukum pidana. Karena itu ajaran Islam merupakan suatu system normative di mana agama berhubungan secara integral dengan segala bidang kehidupan orang Islam, seperti politik, ekonomi, hukum, pendidikan dan keluarga. 13

2. Aspek Ekonomi dalam Islam a. Arti Ekonomi

Ekonomi ialah kegiatan manusia dan kegiatan masyarakat untuk mempergunakan unsur-unsur produksi dengan sebaik-baiknya guna maksud memenuhi berbagai rupa kebutuhan, atau ekonomi adalah proses produksi dan penghasilan produksi.

b. Proses Ekonomi

Proses ekonomi meliputi: - Proses produksi barang-barang dan jasa-jasa pendapatan - Penukaran pendapatan tersebut - Pembagian pendapatan-pendapatan itu antara golongan-golongan masyarakat - Pemakaian konsumsi barang-barang dan jasa-jasa dalam kehidupan sehari- hari.

c. Unsur-unsur Ekonomi atau Unsur Produksi

Unsur-unsur ekonomi atau unsur produksi meliputi: - Kekayaan alam, yang meliputi : 1 tanah dan keadaan iklim, 2 kekayaan hutan, 3 kekayaan di dalam tanah bahan pertambangan, 4 kekayaan air 13 John L. Esposito, Identitas Islam Pada Perubahan Sosial Politik, Jakarta: PT. Bulan Bintang, tt, h. 3 sebagai sumber bahan makanan perikanan, sebagai sumber pengairan dan lain sebagainya. - Modal, yaitu barang-barang yang dipergunakan dalam proses produksi; meliputi: peralatan, mesin, gedung, pabrik, alat pengangkutan, alat pengolahan, tempat penjualan. - Tenaga kerja, yaitu peranan manusia dalam proses produksi; dan - Skill yaitu kepandaian, keahlian, kecerdasan untuk mengerjakan usaha-usaha ekonomi,-- dalam arti memimpin perusahaan atau mengatur organisasi perusahaan atau kecerdasan dalam arti teknis semata-mata. 14

d. Prinsip Sistem Ekonomi

Prinsip setiap sistem ekonomi ialah: - tercapainya pemuasan berbagai keperluan manusia, baik perorangan maupun masyarakat. - Tercapainya hasil yang sebesar-besarnya dengan tenaga dan biaya yang sekecil-kecilnya dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, …..menurut ukuran akal atau rasio. 15 Prinsip termaksud di atas juga berlaku untuk sistem ekonomi Islam. Hanya saja Islam memberikan dan meletakkan norma-norma etik asasi tentang ekonomi itu, seperti bersikap jujur, adil, tidak merugikan salah satu pihak dan lainnya. Pada awalnya ekonomi itu menyatu dengan agama, tidak terpisah. Sampai akhir tahun 1700-an di Barat pun ekonomi berkait dengan agama, ahli ekonomi Eropa adalah 14 Sumitro Djojohadikusumo, Ekonomi Umum I: Asas-asas Teori dan Kebijaksanaan, , Jakarta: Kanisius, 1960, cet. Ke-3, h. 15-36 15 H. Sjafruddin Prawiranegara, Sistem Ekonomi Islam, Jakarta, 1967 Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1967, h.10-11. Pendeta dan ahli agama. Pada zaman pertengahan Eropa ekonomi skolastik dikembangakan oleh ahli gereja seperti Thomas Aquinas, Augustine dan lain-lain. Bahkan Fisiokrat pada permulaan tahun 1700-an telah berfikir tentang tanah dan orang berdasarkan kekristenan. Tetapi dengan adanya revolusi industri dan produksi massal, ahli ekonomi mereka mulai memisahkan mulai memisahkan keterandalan agamanya. Kita mengenal keadaan ini sebagai gejala asal revolusi menentang kekuatan gereja, dan merupakan awal dari kajian ekonomi yang menjauhkan diri dari fikiran ekonomi skolastik. Sejak itu sejarah berjalan terus sampai pada keadan di mana revolusi kajian ekonomi yang menentang agama mulai mendingin. Para ekonom kontemporer mulai mencari-cari lagi sampai mereka menyadari kembali betapa pentingnya kajian kerangka aksi ekonomi yang berkarakter religious, bermoral dan human. Ekonom Gunnar Myrdal dalm bukunya “Asian Drama”, menyusun kembali ilmu ekonomi yang berkait dengan nilai kemanusiaan, baik perorangan, masyarakat maupun bangsa. Munculnya penampilan wajah kajian ekonomi baru dengan pendekatan humanistik dari Eugene Lovell dalam bukunya yang terkenal Humanomics dan dari E.F. Schumacher Small is Beautiful, Economics as if People Materred. Para ekonom ini telah menyadari sepenuhnya bahwa meniadakan hubungan kajian ekonomi dengan nilai-nilai moral-humanis adalah kekeliruan yang besar dan tidak bertanggung jawab dalam menjaga keselamatan manusa dan alam semesta. Kesadaran ini tumbuh setelah semua bangsa menyaksikan sendiri hasil dari model pembangunan sosio-ekonomi yang berasaskan model liberal kapitalistik dan teori pertumbuhan neo-klasikal, maupun model marxist dan neo-marxist, yang keduanya ini mengutamakan kehidupan materialistik hedonisme. Hasil model ini misalnya: kemiskinan di tengah kemakmuran, konsumerisme, budaya permissive, dan rupa-rupa bentuk pop-hedonism, gaya hidup yang sekuler dan singkretis dan lainnya yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan serta nilai agama. Islam sebagai sumber dan pedoman tingkah laku manusia, dan karena tingkah laku ekonomi merupakan bagian dari ulah manusia juga, maka ilmu dan aktifitas ekonomi haruslah berada dalam Islam. Keunikan pendekatan Islam terletak pada sistem nilai yang mewarnai tingkah-laku ekonomi. Ilmu ekonomi adalah salah satu bagian saja dari Ilmu agama Islam. Dan sistem ekonomi dengan sendirinya tidak mungkin dapat dipisahkan dari suprasistemnya yaitu Islam, karena pemikiran Islam berdasarkan konsep segitiga triangle arrangement yaitu Allah berada di sudut puncak, manusia dan kekayaan alam masing-masing berada pada sudut bawahnya yang keduanya tunduk taat kepada-Nya. Islam untuk ekonomi, atau ekonomi dalam Islam dapat digali dalam al-Quran dan hadits Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan ketentuan mengenai tingkah-laku ekonomi dari manusia dan masyarakat, dalam kegiatan-kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi barang maupun jasa. 16 Berbeda dengan agama-agama besar lain, Islam memberikan kepada penganutnya suatu ajaran terperinci tentang sistem ekonomi. Hal ini diberikan melalui al-Quran, Sunnah, Ijma’ consensus para mujtahid muslim, yaitu ilmuan agama dan qiyas pendapat pribadi yang berdasarkan analogi dan ajaran agama. Terutama sekali masalah- masalah perpajakan, pengeluaran pemerintah, warisan, hak milik pribadi, kesejahteraan sosial dan ekonomi pembagian pendapatan, kemiskinan, perdagangan dan lain-lain, 16 DR.Ir. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat Dalam Perspektif Islam, Jakarta: CV. Rajawali , 1987 , cet., ke-1, h., 55 bunga uang, pemilikan tanah, sumber akami, tingkat gaji, dan juga faktor-faktor lain, telah mendapat perhatian, dan karena itu merupakan komponen Islam yang integral. 17 Kalau sedikit kita tinjau sejarah kehidupan bangsa Arab, mereka terkenal rasis, mereka hidup bersuku-suku dan berkelompok, sering mengisolasi dirinya dari anggota suku lain, hingga kemudian pada awal kelahiran Islam, bangsa Arab yang bersuku-suku dan harta kekayaan hanya berputar di segelintir orang itu memicu dan rentan sekali terjadi ketegangan sosial. Kemudian hal itu dihilangkan dengan cara perdagangan, perdagangan itu bisa menembus pandangan rasis dikalangan bangsa Arab, mereka selalu membedakan keturunan dan tidak mau menerima suku lain sebagai satu kesatuan manusia yang mengemban amanat kelestarian bumi, masyarakat kaya secara sadar atau tidak sadar membutuhkan konsumen yang rata-rata berasal dari kalangan ekonomi bawah. Perdagangan membuka jalinan interaksi yang lebih inklusif, dan merupakan embrio menuju harmonisasi. Setelah perdagangan tumbuh di kalangan bengsa Arab dengan dukungan jalur perdagangan Syam-Arab yang terkenal pada waktu itu, ternyata mampu mengangkat tingkat kemiskinan yang melanda. Dengan arogansi dan kesombongan saudagar-saudagar kaya, sejalan dengan pengembangan ekonomi yang semakin mapan banyak yang tidak lagi mengindahkan norma agama dan etika sosial, mereka sibuk mengambil keuntungan sendiri tanpa ada rasa kasihan kepada masyarakat bawah, keadaan semacam menelorkan kesenjangan ekonomi dan ketegangan sosial, dan ini sangat dibenci oleh anggota masyarakat lain di antara suku-suku ini. Konsep kesama-rataan menjadi slogan yang sia- sia dan tak bermutu, karena bukan tujuan berbisnis. 17 Sumitro Djojohadikusumo, Ekonomi Umum I: Asas-asas Teori dan Kebijaksanaan, h. 54 Muhammad diutus untuk melepaskan kondisi sosial yang semacam itu. Sosok Muhammad sendiri pemuda yang dibesarkan di lingkungan semacam itu sehingga tahu persis dan menyelami kondisi yang terjadi. 18 Muhammad berdagang dan mencontohkan perdagangan yang adil yang menjauhkan dari kecurangan dalam takaran dan timbangan serta memberikan kelebihan kepada masyarakat yang membutuhkan, hasil keuntungan dalam jumlah setahun harus ada jumlah sebagian yang didistribusikan kepada masyarakat yang lemah dengan secara adil, mengkampanyekan anti sistem riba, dan lain-lain. Islam dalam hal ini al-Quran menyebutkan tentang prilaku ekonomi akan di pertanggung jawabkan di hari pengadilan. ﻄ ْ ْو 1 ﺎ ْآا اذإ ﺬ ا نﻮ ْﻮ ْﺴ سﺎ ا ﻰ اﻮ 2 هﻮ ﺎآ اذإو ْ هﻮ زو ْوأ ْ نوﺮﺴْ 3 أ ﻈ ﺎ أ نﻮ ﻮ ْ ْ ﻬ أ ﻚﺌ و 4 ﻈ مْﻮ 5 بﺮ سﺎ ا مﻮ مْﻮ ﺎ ْا 6 “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?” Q.S. Al-Muthaffifiin 83: 1-6 Dan sebagai satu pilihan kritis lainnya dalam menentukan pola tingkah-laku ekonomi, Nabi Syu’aib yang banyak di sebut sebagai Nabi Ilmu ekonomi mendasarkan ekonomi kepada iman tauhid terhadap adanya Allah dan Hari Pengadilan: لﺎ ْﻜ ْا اﻮ ْ ﺎ و ﺮْﻏ إ ْ ْ ﻜ ﺎ ا اوﺪ ْ ا مْﻮ ﺎ لﺎ ﺎ ْ ْ هﺎ أ ْﺪ ﻰ إو ﻂ مْﻮ باﺬ ْ ﻜْ فﺎ أ إو ﺮْ ْ آارأ إ ناﺰ ْاو . ْﻜ ْا اﻮ ْوأ مْﻮ ﺎ و لﺎ 18 Asghar Ali Engineer, Devolusi Negara Islam, terj. Agus Zaki, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000, cet., ke-1, h. 249 ﺪﺴْ ضْرﺄْا اْﻮ ْ ﺎ و ْ هءﺎ ْ أ سﺎ ا اﻮﺴ ْ ﺎ و ﻂْﺴ ْﺎ ناﺰ ْاو . ﺮْ ا ﺔ ﻆ ْ ﻜْ ﺎ أ ﺎ و ْﺆ ْ ْآ ْنإ ْ ﻜ . ْ ْنأ كﺮ ْﺄ ﻚ ﺎ أ ْ ﺎ اﻮ ﺎ ﺪ ْ ﺎ كﺮ ﺪ ﺮ ا ْا ْﺄ ﻚ إ ءﺎ ﺎ ﺎ اﻮْ أ ْ ْنأ ْوأ ﺎ ؤﺎ اء . “Dan kepada penduduk Mad-yan Kami utus saudara mereka, Syu`aib. Ia berkata: Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik mampu dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan kiamat. Dan Syu`aib berkata: Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. Sisa keuntungan dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu. Mereka berkata: Hai Syu`aib, apakah agamamu yang menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal. Q.S. Huud 11 : 84-87 Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa Islam mempunyai prinsip ekonomi yang menekankan pada kejujuran serta keadilan. Setiap orang yang melakukan prilaku ekonomi, maka setiap prilakunya akan di pertanggungjawabkan di akhirat yaitu di pengadilan Tuhan yang maha adil. Orang yang beriman kepada hari akhir dan yakin tentang adanya pengadilan Tuhan, maka ia tidak akan merugikan orang lain serta ia akan melakukan tindakan ekonomi yang mempunyai prinsip keberkahan.

B. Etos Kerja 1. Pengertian Etos Kerja