melupakan rambu-rambu agama Islam. Hal ini pun disampaikan oleh salah seorang guru pembimbing Majelis Ta’lim Wali Songo yaitu Ustadz Ahmad Faiz Al-Hakam, MA.
45
Setiap pengajian, sebelum dilakukan penyampaian materi, guru memimpin para jamaah untuk bersama-sama berdzikir atau semacamnya. Sering pula dilakukan
pembacaan Manakib Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani, tahlil, sholawat Tafrijiyah atau sholawat Naariyah,
dan lainnya. Dengan media dzikir ini diharapkan ketenangan batin bagi setiap jamaah setelah
mereka melakukan aktifitas di siang harinya. Dzikir yang dianggap sangat berpengaruh terhadap perbaikan jiwa mereka, juga mempunyai efek terhadap etos kerja seperti
menumbuhkan keyakinan tentang keberkahan akan didapatkan oleh orang yang senantiasa berusaha seraya berdoa kepada Allah dengan washilah bacaan-bacaan di atas,
hal ini dilakukan bukan hanya pada saat pengajian berlangsung akan tetapi dianjurkan setiap harinya setelah sholat hajat an tahajjud.
46
Kenyataan ini menunjukkan bahwa para jamaah adalah orang –orang yang tergolong panatik terhadap agama Islam. Dan kegiatan
pengajian atau bimbingan keagamaan serta dzikir sangat berpengaruh atau berdampak positif terhadap kegiatan ekonomi mereka yaitu pendistribusian ilmu muamalah yang di
sampaikan oleh para pembimbing, pembinaan ketenangan jiwa yang berakibat pada ketenangan bekerja serta mengindahkan norma-norma agama yang harus dilakukan
mereka sehingga menjadi pedagang yang muslim, jujur, dan mempunyai etos kerja sehingga mampu bertahan mengimbangi era global ini.
B. Kegiatan Sosial Keagamaan
45
Ustadz Ahmad Faiz Al-Hakam, Wawancara pribadi, Jombang, 12 September 2006 pukul 17.00 wib
46
H. Yanto, Pimpinan PD. Sinar Kamper Jaya, Wawancara pribadi, Pondok ranji, Ciputat, 20 September 2006, pukul 17.00 wib
Kegiatan sosial keagamaan, yaitu salah satu kegiatan ekstra Majelis Ta’lim yang berada dibawah pimpinan bapak Aim Muntaim dan bimbingan Drs. KH Busrol Karim ini
selalu selalu memikirkan dan memunculkan ide-ide baru untuk kemajuan dan perkembangan pengajian, dapat di catat sebagai bonus pahala dari sejumlah amal sholih
yang mereka amalkan. Ide-ide yang muncul dalam upaya menambah wawasan keislaman yang lebih luas, dituangkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan ekstra yang secara didaktis
metodis cukup berpengaruh dalam penebalan keimanan dan ketakwaan para anggota majelisnya. Inventarisasi kegiatan tersebut, tercatat sebagi berikut:
1. Penyelenggaraan rutin setiap bulan suci Ramadhan yaitu: a. Jamaah tadarrus al-Qur’an dan khatamannya.
b. Buka puasa bersama, sholat tarawih berjamaah dan dilanjutkan ceramah c. Pertemuan anggota peserta pengajian dan guru-guru setiap tahun menjelang
akhir bulan Ramadhan, dengan acara pokok: - Penyampaian tanda terima kasih
- Penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah ZIS kepada yang berhak. - Penyaluran pakaian layak pakai.
2. Penyelenggaraan acara Peringatan Hari Besar Islam PHBI, seperti Isra Mi’raj, Maulid Nabi Muhammad SAW, Nuzulul Quran, tahun baru Hijriyah
Muharraman, Halal bi halal, dan penyembelihan hewan Qurban. 3. Konsultasi Agama
Para peserta anggota pengajian Majelis Ta’lim Wali Songo yang mempunyai masalah memerlukan fatwa, nasihat, petunjuk agama boleh bertanya tentang
berbagai problem yang dihadapi baik yang menyangkut pribadi, keluarga,
pekerjaan maupun masalah agama yang belum dipahami. Konsultasi ini dilaksanakan setiap hari rabu pagi pukul 09.00- 11.00 dan malam hari pukul 19.30-
20.30 secara langsung pada narasumbernya yaitu Drs. KH. Busrol Karim dan Ustadz Ahmad Faiz Al-Hakam, MA.
4. Study Tour Karya Wisata: Kegiatan ini bertujuan:
a. Bertafakur dan bersyukur kepada Allah SWT.
b. Memahami situasi perkembangan Islam melalui sejarah
c. Menimba ilmu pengetahuan dan menjalin kekeluargaan
d. Rekreasi penyegaran tugas-tugas dari kejenuhan dan kesibukan berdagang. Lokasi
wisata yang di tuju yaitu hanya berkisar pulau jawa khususnya tempat-tempat bersejarah termasuk makam para wali dan tokoh-tokoh besar seperti makam Bung
Karno serta makam para Ulama. Kegiatan tersebut di atas sangat berperan dalam meningkatkan religiusitas para
pengrajin kusen. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab II religusitas adalah sikap yang terpancar dari setiap orang yang beragama dari apa yang ia peroleh dalam beragama
yang mempunyai berbagai macam dimensi. Keberagamaan atau religiusitas di wujudkan dalam berbagai sisi kehidupan dan
setiap aktivitas. Islam menyuruh umatnya untuk beragama ber-Islam secara menyeluruh QS 2: 208. Setiap Muslim, baik dalam berfikir, bersikap maupun bertindak
diperintahkan untuk ber-Islam. Setiap Muslim harus menjalani apa saja yang diperintahkan Allah, dan menjauhi larangan Allah, dalam Islam Majelis Ta’lim adalah
salah satu tempat yang sangat potensial dalam menyampaikan ajaran-ajaran atau doktrin-
doktrin, Majelis Ta’lim Wali Songo adalah salah satunya. Majelis Ta’lim Wali Songo sangat berpengaruh terhadap religiusitas para pengrajin kusen. Menurut hasil wawancara
dengan para pengrajin kusen, mereka termasuk orang-orang yang mencintai pengajian dan di setiap pengajian yang mereka jalani pada malam kamis di majelis ta’lim, selain
menjalin keakraban serta mempererat tali silaturrahmi dalam hubungan antara para jamaah juga tampak keseriusan untuk mendengarkan serta memahami materi-materi yang
disampaikan oleh pembimbing. Dan setelah penulis melekukan penelitian di setiap bengkel pengrajin kusen banyak sekali tanda-tanda hasil atau pengaruh majelis ta’lim
terhadap religiusitas, contohnya mereka senang mengkoleksi kaligrafi dan foto-foto tokoh agama di setiap sudut ruangan. Ini adalah sebuah ciri atau tanda bahwa mereka termasuk
orang-orang yang mencintai agama Islam dan tokoh agamanya, salah satu media untuk memunculkan rasa tenang di dalam bathin dan juga sebagai simbol pengakuan terhadap
diri yang beragama Islam.
47
Sholat sebagai salah satu dimensi religusitas seseorang yang beragama Islam juga selalu dilaksanakan oleh para jamaah,” Sholat adalah tiang agama,
kalau kita tidak sholat maka agama kita runtuh, kalau agama yang ada pada diri kita runtuh berarti sama saja kita dengan orang yang tidak beragama, dan kalau tidak
beragama apa gunanya kita hidup, kan kita diciptakan oleh Allah untuk beragama atau beribadah”.
48
Di samping itu penulis juga mendapatkan 75 dari pengrajin kusen yang berada di majelis ta’lim Wali Songo sudah menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Sebuah ibadah
yang membutuhkan pengorbanan jiwa, raga serta harta yang tidak sedikit, tapi mereka
47
H. Ibrahim, Jamaah Majelis Ta’lim Wali songo, Wawancara pribadi, Kampung Utan, Ciputat, 23 September 2006, pukul 15.00 wib
48
H. Junaidi Salat, Pimpinan PD. Sinar Jaya, Wawancara pribadi, BSD, 19 Agustus 2006 pukul 15.30 wib
dengan ikhlas penuh semangat melaksanakannya demi mendapat ridho dari Allah. Membaca al-Quran adalah salah satu ibadah serta dzikir yang rutin dilakukan jamaah di
setiap selesai melakuakan ibadah sholat wajib, bahkan diantara mereka sudah banyak yang istiqomah dalam melaksanakan sholat sunnah dhuha. Shalat dhuha diyakini
menambah keberkahan dalam hidup khususnya masalah ekonomi. Kemudian dari hasil wawancara banyak yang ditemukan, bahwa keberadaan majelis ta’lim sangat membantu
dalam kegiatan keagamaan dan praktek keagamaan mereka sehari-hari seperti sholat dan puasa sunnah. “Dari pengajian kami dapat ilmu dan pelajaran tentang sholat dan ibadah-
ibadah lainnya, dulu kami sempat lupa pelajaran-pelajaran ubudiyah, tapi sekarang kami sangat terbantu dengan adanya pengajian di majelis ta’lim Wali Songo.”
49
Manusia dan takdirnya ada di tangan Allah, akan tetapi manusia tetap harus berusaha dan berdoa,
ketika penulis menanyakan kepada salah seorang jamaah tentang hal ini, maka jawabannya adalah “ Kami pedagang atau pengrajin kusen selalu berusaha semaksimal
mungkin agar kami mendapatkan rizki, akan tetapi kami tidak pernah lupa bahwa rizki itu datangya dari Allah, maka kami tidak akan bosan berdoa agar rizki kami dapatkan
dengan penuh keberkahan serta kami selalu meminta kepada-Nya agar Ia memberikan rizki yang halal kepada kami.”
50
Pengaruh majelis ta’lim terhadap religiusitas yang paling berhubungan dengan kegiatan ekonomi adalah terlihat bagaimana para jamaah menjadikan agama sebagai
pedoman. Misalnya moral ekonomi yang Islami, yakni yang mengutamakan kejujuran
49
H. Machfud, Jamaah Majelis Ta’lim Wali Songo dan Pimpinan PD. Jati Makmur Jaya, Wawancara Pribadi
, Rempoa, 23 September 2006 pukul 15.30 wib
50
H. Aim Muntaim, Ketua Majelis Ta’lim Wali Songo, Wawancara Pribadi, Bumi Serpong Damai 16 Juli 2006 pukul 15.30 wib
sekaligus menghindari kecurangan dalam berkarya. Kayu yang jenis dan harganya sangat bervariasi adalah salah satu bagian yang berpotensi bagi setiap pedagang untuk
melakukan kecurangan terhadap konsumen, tapi merka pantang untuk melakukan kecurangan.
51
Mjelis ta’lim, melalui bimbingan dari setiap pembimbing sangat menganjurkan kepada setiap jamaah agar memelihara sifat kedermawanan. Karena orang yang
dermawan akan mendapatkan kehidupan yang berkah. “Shodaqohlah karena shodaqoh itu berkembang”, begitu yang di ucapkan oleh salah satu pembimbing sekaligus ketua
Yayasan Wali Songo yaitu Drs. KH. Busrol Karim. Hal ini senada dengan Gerzt yang mengatakan bahwa kedermawanan, keterlibatan dalam urusan masyarakat, berziarah
menunaikan ibadah haji yang dilakukan oleh santri memberi dampak kepada akumulasi modal budaya yang dimiliki, hal ini menghindari dari cemoohan masyarakat sebagai
orang kikir dan tamak harta dan malah sebaliknya dianggap orang yang berbudi baik dan bermurah hati. Dalam kata lain, peningkatan akumulasi modal budaya status
kehormatan berarti peningkatan derajat kepercayaan masyarakat sehingga memudahkan pedagang untuk meningkatkan aktivitasnya.
52
C. Cara dan Hasil Berkarya