Pengaruh Rasio Pembayaran Dividen Dan Dividen Per Lembar Saham Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH RASIO PEMBAYARAN DIVIDEN DAN DIVIDEN PER LEMBAR SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

NURIKEN D.P HARAHAP 070502162

PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai tauladan dan pembawa risalah bagi ummat. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua terhebat dalam kehidupan penulis, yaitu kedua orang tua yang sangat dicintai Namora Pandebosi Harahap dan Sutarmi yang merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, bimbingan, motivasi, nasehat, bantuan, materi dan doa yang tak pernah hentinya kepada penulis.

Penulis selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini telah banyak mendapat bimbingan, nasehat dan dorongan motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(3)

5. Bapak Drs. Nakman Harahap M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti selama masa penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Muslich Lutfi, MBA selaku dosen penguji I yang telah memberikan banyak saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Syahyunan Msi selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan banyak saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah berkenan mengabdikan dirinya sebagai guru bangsa dengan memberikan dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang berguna selama perkuliahan. 9. Seluruh Staff dan Civitas Akademika Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara yang telah bersama-sama menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif dalam menuntut ilmu serta menyelesaikan perkuliahan.

10. Keluargaku tercinta : Kak Nia, ari, lisa, alfi dan nenek yang selalu mendukung serta mendoakan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

11. Yang tersayang : Abdul latif terima kasih banyak atas bantuan, dukungan, serta doa nya. Terima kasih karena selalu ada menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabatku tercinta WEGE : Rizqa, Mita, Juli, Vivi, Maliza, Riqa, Ica, Aya dan Putri yang selalu bersama dari semester pertama, terima kasih atas doa dan dukungannya.


(4)

13. Teman – teman di Manajemen 2007 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama Agung, Budi, Iqbal, Alek. 14. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini, namun

terlewatkan dalam penyebutan ucapan terima kasih di lembaran ini penulis mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya dan tidak berarti kelalaian tersebut mengurangi rasa terima kasih penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari semua pihak agar penulisan skripsi ini dapat lebih baik lagi. Bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil menjadi dorongan serta memberikandorongan yang besar kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis tidak dapat membalas bantuan tersebut. Penulis berharap semoga bantuan yang telah diberikan dibalas oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Medan, 08 April 2011

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Teoritis ... 10

a. Saham ... 10

b. Dividen ... 14

c. Kebijakan Dividen ... 14

d. Kebijakan Pembagian Dividen ... 15

e. Teori Kebijakan Dividen ... 18

B. Penelitian Terdahulu ... 22

C. Kerangka Konseptual ... 20

D. Hipotesis ... 24

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 22

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

a. Tempat Penelitian ... 25

b. Waktu Penelitian ... 25

C. Batasan Operasional ... 25

D. Defenisi Operasional ... 26

E. Populasi dan Sampel ... 27

F. Metode Pengumpulan Data ... 29

G. Teknik Analisis ... 29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Perusahaan ... 34

1. Sejarah Bursa Efek Indonesia ... 34

2. Profil Perusahaan ... 37

B. Deskripsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham ... 47

1. Deskripsi nilai variabel DPR... 49

2. Deskripsi nilai variabel DPS ... 51


(6)

C. Analisis Statistik ... 54

1. Uji Asumsi Klasik ... 54

a.Uji Normalitas ... 54

b.Uji Heteroskesdastisitas ... 56

c.Uji Multikolinearitas ... 57

d.Uji Autokorelasi ... 58

2.Regresi Linear Berganda ... 59

3.Koefisien Determinasi ... 60

4.Pengujian Hipotesis ... 61

a Uji F (Uji Global) ... 61

b Uji t ... 63

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Tabel Harga Saham, DPR dan DPS ... 6

Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel ... 28

Tabel 3.2 Nama-nama Perusahaan Manufaktur yang Dijadikan Sampel ... 28

Tabel 4.1 Rata-rata harga saham, DPR dan DPS Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009 ... 47

Tabel 4.2 Deskripsi Nilai Variabel DPR ... 49

Tabel 4.3 Deskripsi Nilai Variabel DPS ... 51

Tabel 4.4 Deskripsi Nilai Variabel HS ... 53

Tabel 4.5 Uji Normalitas ... 56

Tabel 4.6 Uji Glejser ... 57

Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas ... 57

Tabel 4.8 Uji Autokorelasi ... 58

Tabel 4.9 Hasil Estimasi Regresi ... 59

Tabel 4.10 Koefisien Determinasi ... 60

Tabel 4.11 Hasil Uji Global (Uji-F) ... 62

Tabel 4.12 Hasil Uji Secara Parsial (Uji-t) ... 64


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 24 Gambar 4.1 Histogram Dependent Variable (Harga Saham) ... 55

Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable (Harga Saham) ... 55


(9)

ABSTRAK

Nuriken D.P Harahap (2011). Analisis Pengaruh Rasio Pembayaran Dividen dan Dividen per Lembar Saham Terhadap Harga Saham, dibawah bimbingan oleh Drs. H. Nakman Harahap M.Si, Ketua Program Studi S1 Manajemen: Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si. Dosen Penguji I: Dr. Muslich Lutfi, MBA. Dosen Penguji II: Drs. Syahyunan M.Si.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dengan variabel rasio pembayaran dividen (DPR) dan dividen per lembar saham (DPS). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan yang menjadi sampel berjumlah 31 perusahaan. Jenis data yang dipakai merupakan data sekunder yang berupa data laporan keuangan perusahaan yang menajadi sampel selama tahun 2007-2009 dalam bentuk data tahunan.

Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis pengaruh DPR dan DPS terhadap harga saham adalah metode analisis deskriptif dan statistik. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji global (uji-F) dan uji parsial (uji-t), dengan tingkat signifikansi (α ) 5%. Penganalisaan data menggunakan Sofware pengolahan data statistik yaitu SPSS 16.00 For Windows.

Hasil uji global (uji-F) menunjukkan bahwa model tersebut adalah layak. Hasil uji secara parsial (uji-t) yang dilakukan adalah bahwa dari seluruh variabel independen yaitu rasio pembayaran dividen (DPR) dan dividen per lembar saham (DPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Kata Kunci : Harga Saham, Rasio Pembayaran Dividen dan Dividen per Lembar Saham.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia pasar modal dan industri sekuritas pada suatu negara dapat menunjang pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk uang, ekuitas maupun instrumen derivatif. Salah satu instrumen di pasar modal yang banyak diminati oleh investor adalah saham. Penjualan saham perusahaan dilakukan untuk mencari dana melalui pasar modal dan untuk mengenalkan perusahaan kepada publik.

Menurut Anaroga dan Pakarti (2003) harga pasar saham adalah harga saham pada pasar riil, dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar ditutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya. Harga ini terjadi setelah saham tersebut tercatat di bursa. Dengan demikian, harga pasar saham dapat diartikan sebagai harga jual saham yang terjadi akibat adanya penawaran dan permintaan saham dari para investor yang bertindak sebagai penjual dan pembeli saham. Harga pasar saham ini akan dijadikan tolak ukur oleh investor, untuk mengetahui keadaan perusahaan yang sebenarnya.

Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Investor harus mampu memperhatikan faktor–faktor yang mempengaruhi harga saham. Harga suatu saham dapat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Semakin


(11)

banyak orang yang membeli suatu saham, maka harganya cenderung akan bergerak naik. Demikian juga sebaliknya, semakin banyak orang yang menjual saham suatu perusahaan, maka harga saham tersebut cenderung bergerak turun. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internalnya antara lain adalah laba perusahaan, pertumbuhan aktiva tahunan, likuiditas, nilai kekayaan total dan penjualan. Sementara itu, faktor eksternalnya adalah kebijakan pemerintah serta dampaknya, pergerakan suku bunga, dan fluktuasi nilai tukar mata uang (Tarakanita, 2009).

Pada umumnya tujuan investor melakukan investasi saham adalah untuk mendapatkan keuntungan yang berupa dividend atau capital gain. Dividen adalah laba yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Dari laba bersih perusahaan, sebagian akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen dan sebagiannya akan disisihkan menjadi laba ditahan (retained earning). Pemegang saham selalu berharap untuk mendapat dividen dalam jumlah besar atau minimal relatif stabil dari tahun ke tahun.

Pengumuman mengenai besarnya dividen yang dibagikan mempunyai pengaruh terhadap harga saham karena adanya kecenderungan pengumuman dividen ini diikuti oleh perubahan harga saham. Dimana bila dividen yang dibagikan meningkat akan diikuti oleh naiknya harga saham, sedangkan bila dividen yang dibagikan tersebut turun maka harga saham akan cenderung turun pula. Gejala naik turunnya harga saham ini timbul karena investor memandang pengumuman tentang besarnya dividen tersebut sebagai suatu tanda atau


(12)

informasi mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Dengan demikian dividen dapat dipakai oleh manajemen sebagai alat komunikasi untuk menginformasikan kepada investor mengenai pendapatan perusahaan di masa yang akan datang.

Kebijakan dividen adalah keputusan perusahaan apakah laba yang diperoleh dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba ditahan yang selanjutnya mengurangi total sumber dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan tidak membagikan laba yang diperoleh maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin besar. Dividend Payout

Ratio merupakan salah satu komponen dasar kebijakan dividen. Besar kecilnya

dividen yang akan dibayarkan perusahaan tergantung pada kebijakan dari masing-masing perusahaan. Dividend Payout Ratio (rasio pembayaran dividen) menetukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen (Van Horne, 1998).

Penetapan Dividend Payout Ratio (DPR) harus dapat dirasakan manfaatnya bagi kepentingan perusahaan maupun pemegang saham. Bagi pihak perusahaan, informasi yang terkandung dalam DPR akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan jumlah pembagian dividen dan besarnya laba yang ditahan untuk mendukung operasionalisasi dan perkembangan perusahaan. Bagi pihak pemegang saham atau investor, informasi yang


(13)

terkandung dalam DPR akan digunakan sebagai bahan pertimbangan keputusan investasi apakah akan menanamkan dananya atau tidak pada suatu perusahaan sehubungan dengan harapannya untuk mendapatkan keuntungan investasi .

Selain DPR, variabel lain yang diteliti adalah Dividen per Lembar Saham atau Dividend per share (DPS). Dividend per share (DPS) dipilih dengan pertimbangan, semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dividen per lembar saham bagi pemilik, maka akan memberikan koreksi yang positif terhadap harga saham perusahaan yang berimbas pada indeks harga saham. Hal inilah yang mempengaruhi investor dalam membuat keputusannya di pasar modal. Pendapatan bagi pemegang saham di lihat dari pembagian dividen. Pendapatan dividen diukur dari besarnya dividend per share.

Dividend per share adalah salah satu indikator keuangan yang banyak

diperhatikan oleh para investor dalam pertimbangan berinvestasi dalam sebuah perusahaan karena dividend per share menghitung seberapa besar dividen yang akan dimiliki.

Perusahaan Manufaktur adalah salah satu sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Di Indonesia telah banyak berdiri sejumlah masyarakat Indonesia yang berperan sebagai konsumen. Perusahaan manufaktur adalah sebuah industri yang bekerja untuk menghasilkan suatu barang yang sesuai dengan kebutuha bahan baku/mentah menjadi barang jadi atau siap untuk digunakan. Proses


(14)

produksi itu sendiri dilakukan secara mekanis atau fisik, dan melibatkan sejumlah peralatan modern.

Tahun 2010, kontribusi investasi industri manufaktur mencapai sekitar 40-50 persen dari total realisasi investasi sebesar Rp208,5 triliun atau meningkat dari tahun 2009 yang hanya 30-40 persen. Sektor industri yang paling banyak berkontribusi sepanjang 2010 adalah industri makanan dan minuman sebesar Rp16,41 triliun dari penanaman modal dalam negeri (PMDN), sedangkan dari penanaman modal asing (PMA) mencapai USD1,03 miliar. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan industri yang mengalami penurunan diantaranya adalah kertas dan barang dari kertas sebesar 6,74 persen, mesin listrik dan perlengkapan sebesar 6,18 persen dan industri pakaian jadi sebesar 4,58 persen, dan tekstil sebesar 0,54 persen. Penurunan sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) kuartal I-2010 cukup bagus apabila dibandingkan dengan di 2009 yang mengalami penurunan produksi mencapai tujuh persen.

Menurut data BPS, pertumbuhan produksi industri manufaktur mengalami peningkatan pada kuartal pertama 2010 sebesar 4,08 persen dibandingkan dengan kuartal I-2009. Peningkatan pertumbuhan produksi banyak didukung oleh beberapa sektor industri, yakni kendaraan bermotor yang mengalami kenaikan sebesar 26,43 persen, dan sektor kendaraan bermotor selain roda empat atau lebih sebesar 16,71 persen. Kemudian sektor kulit dan barang kulit dan alas kaki yang mengalami peningkatan sebesar 15,04 persen, sektor makanan dan minuman naik sebesar 10,51 persen, dan barang galian bukan logam naik sebesar 9,38 persen. Industri manufaktur diperkirakan dapat tumbuh 4,8 persen dalam lima tahun ke


(15)

depan atau pada 2010-2014. Selama periode 2010-2014, industri manufaktur nonmigas akan tumbuh semakin mendekati pertumbuhan PDB. Pertumbuhan industri manufaktur dipacu oleh pertumbuhan industri alat angkut, mesin, dan peralatannya, industri makanan dan minuman, industri pupuk dan industri tekstil dan produk tekstil. Berikut adalah Tabel 1.1 yang menyajikan data mengenai harga saham, rasio pembayaran dividen (DPR), dan Dividend Per Share (DPS) perusahaan manufaktur yang membagikan dividennya pada tahun 2007-2009.

Tabel 1.1

Tabel Harga Saham, DPR, dan DPS

Nama Perusahaan

Harga Saham Rasio Pembayaran

Dividen (%)

Dividen Per Lembar Saham (Rp)

2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009

1. Aqua Golden Mississi Tbk

111.640 135.000 244.800 171 19,58 24,7 8593 1225 1800

2. Multi Bintang Indonesia Tbk

49.795 70.650 165.523 89,56 154,3 77,36 3587 16280 12500

3.Merck Tbk

53.000 4.460 74.238 57,57 121,05 54,51 2300 5329 3570

4. Delta Djakarta Tbk

16.179 31.325 76.857 48,26 66,98 120,25 1426 3503 9500

Sumber : www.idx.co.id

Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa harga saham mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya yang diikuti dengan naik turunnya rasio DPR dan DPS. Harga saham perusahaan manufaktur yang terdiri dari PT. Aqua Misissi, PT. Multi Bintang Indonesia dan PT. Delta Djakarta mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun 2009. Sedangkan harga saham PT.Merck pada tahun 2007 sebesar Rp. 53000 mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi Rp.4460.


(16)

Peningkatan rasio pembayaran dividen (DPR) tiap tahunnya juga diikuti oleh peningkatan besarnya dividen per lembar saham (DPS) yang dibagikan. Rasio pembayaran dividen (DPR) PT. Multi Bintang Indonesia, PT. Merck dan PT. Delta Djakarta mengalami peningkatan dari tahun 2007 ke tahun 2008. Rasio DPR PT.Merck pada tahun 2007 sebesar 57,57 % mengalami peningkatan menjadi 121,05 %. Dan DPS PT. Merck juga mengalami peningkatan dari Rp. 2300 pada tahun 2007 menjadi Rp. 5329 pada tahun 2008. Sedangkan PT Aqua Misissi mengalami penurunan menjadi 19,58 % pada tahun 2008 yang diikuti dengan menurunnya DPS menjadi Rp. 1225 pada tahun 2008.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan menitikberatkan pada aspek rasio pembayaran dividen (DPR) dan dividen per lembar saham (DPS) terhadap harga saham. Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan data keuangan tahun 2007-2009 yaitu dengan judul

”Analisis Pengaruh Rasio Pembayaran Dividen dan Dividen Per Lembar

Saham Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek

Indonesia.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka peneliti dalam hal ini merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut :


(17)

”Apakah Rasio Pembayaran Dividen (DPR) dan Dividen per Lembar Saham (DPS) berpengaruh terhadap Harga Saham perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio pembayaran dividen (DPR) dan dividen per lembar saham (DPS) terhadap harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : a.Bagi Peneliti

Sebagai bahan pembelajaran untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh rasio pembayaran dividen dan dividen per lembar saham terhadap harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

b.Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dukungan empiris berkaitan dengan penelitian sejenis.

c.Bagi Investor

Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam menanamkan modalnya pada saham suatu perusahaan untuk meraih return yang tinggi.


(18)

d.Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan kebijakan dividen. Faktor-faktor yang diteliti tersebut diharapkan dapat membantu manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang dibayarkan.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. URAIAN TEORITIS

1. Saham

a. Pengertian saham

Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) Saham dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan hukum dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.

b. Jenis – jenis saham

Saham dapat dibagi menjadi dua jenis saham yaitu saham biasa (common

stock) dan saham preferen (preferred stock). Saham biasa mewakili klaim

kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut. Saham preferen adalah saham yang memiliki karekteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa. Saham preferen bisa menghasilkan pendapatan tetap, tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil.

c. Harga Saham

Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang


(20)

menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau harga. Menurut Sawidji Widoatmojo (1996) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga):

1). Harga Nominal

Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

2). Harga Perdana

Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat untuk menentukan harga perdana.

3). Harga pasar

Kalau harga perdana merapakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi. Harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya. Karena pada transaksi di pasar sekunder kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan


(21)

penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.

d. Keuntungan pembelian saham

Motivasi setiap investor saat membeli saham adalah mendapatkan keuntungan dari transaksi investasi yang mereka lakukan. Dengan membeli saham, investor berpotensi memperoleh dua keuntungan yaitu dividen dan kenaikan harga saham (capital gain).

Dividen merupakan aliran kas tunai bersih yang dibagikan kepada pemegang saham. Pembagian dividen biasanya dilakukan setahun sekali. Bentuk dari pembagian dividen dapat berupa uang tunai maupun penambahan jumlah saham. Sedangkan capital gain diperoleh dari selisih harga jual saham dengan harga beli. Dimana keuntungan akan diperoleh jika harga jual saham lebih tinggi dibandingkan harga beli saham.

e. Risiko Kepemilikan Saham

Selain memberikan keuntungan, kepemilikan saham juga memiliki risiko yang mungkin akan dihadapi investor, antara lain :

1) Tidak mendapat dividen

Perusahaan yang kegiatan operasinya menghasilkan keuntungan akan membagikan dividen kepada pemegang saham. Sebaliknya, jika perusahaan mengalami kerugian, maka pemegang saham tidak mendapat dividen. Oleh karena itu, potensi pembagian dividen berkaitan dengan hasil kinerja perusahaan.


(22)

2) Capital loss

Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan

capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor

harus menjual saham dengan harga jual yang lebih rendah dari harga beli saham tersebut. Ketika investor menjual saham dengan harga yang lebih rendah , investor tersebut mengalami capital loss. Terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang semakin besar, maka seorang investor rela untuk menjual sahamnya dengan harga rendah. Istilah ini dinamakan dengan istilah penghentian kerugian (cut loss).

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham

Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Harga saham dapat bergerak naik maupun turun sesuai dengan kondisi pasar. Investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor– faktor yang dapat mempengaruhi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internalnya antara lain laba perusahaan, pertumbuhan aktiva tahunan, likuiditas, nilai kekayaan total, dan penjualan. Sedangkan faktor eksternalnya adalah kebijakan pemerintah, pergerakan suku bunga, fluktuasi nilai tukar mata uang, rumor dan sentimen pasar.

Investor harus henar-benar menyadari bahwa di samping akan memperoleh keuntungan, tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham. Penilaian investor dapat dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk diantaranya kondisi (performance) dari perusahaan,


(23)

kendala-kendala eksternal, kekuatan penawaran dan permintaan saham di pasar, serta kemampuan investor dalam menganalisis (1996) : "Faktor utama yang menyebabkan harga saham adalah persepsi yang berbeda dari masing-masing investor sesuai dengan informasi yang didapat".

2. Dividen

Dividen merupakan variabel pengembalian utama yang diharapkan investor yang dapat menentukan nilai saham. Dividen adalah sumber aliran kas untuk pemegang saham dan salah satu sumber informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Laba ditahan merupakan pendapatan yang tidak dibagikan sebagai dividen, karena merupakan bentuk pembiayaan intern (Sundjaja dan Barlian, 2002 ).

3. Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham, kreditor, maupun pihak eksternal lain yang memiliki kepentingan dari informasi yang dikeluarkan perusahaan. Melalui kebijakan ini perusahaan memberikan sebagian dari keuntungan bersih kepada pemegang saham secara tunai (Bringham dan Houston: 2001).

Kebijakan dividen dipengaruhi dua kepentingan yang saling bertolak belakang, yaitu kepentingan pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan untuk melakukan reinvestasi dengan menahan laba. Dari sisi pemegang saham, dividen merupakan salah satu motivator untuk


(24)

menanamkan dana di pasar modal. Pemegang saham lebih memilih dividen yang berupa kas dibandingkan dengan capital gain.

Pemegang saham juga dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dengan menilai besarnya dividen yang dibagikan. Sedangkan dari sisi perusahaan, kebijakan dividen sangat penting, karena jika perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan mengurangi laba yang ditahan perusahaan, dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal

financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang

diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.

4. Kebijakan Pembagian Dividen

Ada beberapa bentuk dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham antara lain:

1). Pembagian dividen secara tunai atau cash dividend. Pembagian dividen secara tunai terdiri dari beberapa bentuk yaitu:

a). Kebijakan Pemberian Dividen Stabil

Kebijakan pemberian yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan,


(25)

karena beberapa alasan, yaitu: (1) dapat meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko lebih kecil, (2) dapat memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, (3) dapat menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan.

b). Kebijakan Dividen Meningkat

Kebijakan perusahaan ini akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.

c). Kebijakan Dividen dengan Rasio yang Konstan

Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil maka dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio.

d). Kebijakan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah ditambah Ekstra Kebijakan dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.

2). Pembagian Stock Dividend

Salah satu kebijakan yang bisa diambil oleh perusahaan adalah dengan dengan memberikan dividen tidak dalam bentuk uang, tetapi dividen diberikan


(26)

dalam bentuk saham. Artinya pemegang saham akan diberi tambahan saham sebagai pengganti cash dividend. Dividen saham ( stock dividend) adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk tambahan saham, bukan dalam bentuk uang tunai. Dividen saham serupa dengan pemecahan saham dalam hal kesamaan membagi ekuitas menjadi bagian yang lebih kecil tanpa mempengaruhi posisi fundamental dari pemegang saham saat ini. Dividen saham biasanya diberikan secara teratur setiap tahun untuk menjaga kestabilan harga saham. Pemberian stock dividend tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah komposisi modal sendiri perusahaan yang bersangkutan. Karena pada dasarnya pemberian stock dividend ini akan mengurangi pos laba ditahan di neraca dan akan ditambahkan ke pos modal saham.

3). Kebijakan Stock Split

Terdapat keyakinan luas yang berkembang luas di kalangan keuangan bahwa terdapat kisaran harga yang optimal pada saham-saham. Optimal berarti bahwa jika harganya berada dalam kisaran tersebut, rasio harga / laba dan juga nilai perusahaan akan dimaksimumkan. Pemecahan saham atau stock split adalah tindakan suatu perusahaan untuk menambah jumlah saham yang beredar seperti menggandakan jumlah saham yang beredar dengan memberikan kepada setiap pemegang saham dua lembar saham baru untuk satu saham yang sebelumnya dipegang. Setiap pemegang saham akan memiliki lebih banyak lembar saham, tetapi setiap lembarnya akan menjadi lebih kecil nilainya. Dengan stock split ini jumlah lembar saham menjadi lebih banyak, maka mengakibatkan harga saham


(27)

turun. Oleh karena itu dengan stock split harga saham menjadi lebih murah, sehingga harga pasar masih dalam trading range tertentu.

4). Kebijakan Repurchase Stock

Repurchase stock adalah suatu transaski dimana suatu perusahaan

membeli kembali sebagian dari sahamnya sendiri, sehingga mengurangi jumlah saham yang beredar, menaikkan laba per saham, dan seringkali menaikkan harga saham tersebut.

Ada dua jenis utama dari pembelian kembali saham yaitu (1) Situasi dimana perusahaan memepunyai persediaan uang kas untuk dibagikan kepada para pemegang sahamnya, dan perusahaan itu mendistribusikan uang kas tersebut dengan membeli kembali saham, bukan dengan membayar dividen tunai, dan (2) Situasi dimana perusahaan tersebut menyimpulkan bahwa struktur modalnya terlalu banyak dibebani dengan ekuitas sehingga perusahaan tersebut melakukan pinjaman untuk membeli kembali sahamnya.

5. Teori-Teori Kebijakan Dividen

Keown (2000) menyatakan ada beberapa teori mengenai kebijakan dividen dari preferensi investor, antara lain:

1). Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)

Teori ketidakrelevanan dividen adalah teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu


(28)

perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba serta risiko bisnisnya, dengan kata lain, nilai suatu perusahaan tergantung semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan bagaimana pendapatan tersebut dibagi di antara dividen dan laba yang ditahan (atau pertumbuhan).

2). Teori Bird In the Hand

Kepercayaan bahwa kebijakan deviden perusahaan merupakan hal yang tidak penting, secara tidak langsung membuat para investor berasumsi bahwa pendapatan yang mereka harapkan melalui perolehan modal akan berbeda besarnya dengan pendapatan yang berasal dari dividen. Hal ini disebabkan karena dividen lebih bisa diramalkan daripada pendapatan modal, manajemen dapat mengontrol dividen, tapi tak dapat mendikte harga saham. Investor kurang yakin akan menerima pendapatan dari perolehan modal daripada dari dividen.

Dengan mendapatkan dividen (a bird in the hand) adalah lebih baik daripada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan terwujud sebagai dividen dimasa yang akan datang (it can fly

away). Pandangan yang mengatakan deviden lebih pasti dari pada perolehan

modal, disebut “bird in the hand theory” . 3). Dividen Rendah Meningkatkan Nilai Saham

Pandangan ketiga adalah dividen yang rendah mempengaruhi harga saham, sehingga dividen dapat merugikan investor. Pendapat ini didasarkan pada perbedaan perlakuan pajak antara pendapatan dividen dan perolehan modal. Setiap investor harus membayar pajak pendapatan untuk memaksimumkan


(29)

pengembalian setelah pajak atas investasi, investor berusaha meminimumkan tingkat pajak atas pendapatan, atau menunda pembayaran pajak jika memungkinkan.

Saham yang memungkinkan penundaan pajak (dividen rendah perolehan modal tinggi) mungkin akan dijual pada harga premi yang relatif sama terhadap saham yang telah dikenakan pajak. Oleh karena itu, dividen yang rendah akan membantu investor menunda pajak pendapatan sehingga memaksimumkan return setelah pajak atas investasinya, sedangkan dividen yang tinggi akan meningkatkan pembayaran pajak pendapatan investor, sehingga return setelah pajak yang diperolehnya berkurang. Berdasarkan logika pemikiran tersebut, kebijakan dividen rendah akan meningkatkan harga saham perusahaan.

4). Teori Dividen Residu

Teori dividen residu adalah teori yang menyatakan bahwa dividen dibayar dari kapital yang sama setelah selesai mendapat keuntungan investasi keuangan. Jika perusahaan memiliki biaya pengembangan, yang mungkin secara langsung mempengaruhi keputusan dividen, maka perusahaan harus menerbitkan jumlah sekuritas yang lebih besar untuk mendapatkan modal yang dibutuhkan untuk kegiatan investasi.

Dasar dari kebijakan residual adalah investor lebih menginginkan perusahaan menahan dan menginvestasikan kembali laba daripada membagikannya dalam bentuk dividen apabila laba yang diinvestasikan kembali tersebut dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi daripada tingkat pengembalian


(30)

laba yang dihasilkan sendiri oleh investor dari investasi lain dengan resiko yang sebanding.

5). Teori dividen Isyarat (Dividend Signaling Theory)

Signal atau isyarat adalah suatu tindakan yang diambil manajemen

perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang manajemen memandang prospek perusahaan (Brigham: 2001). Dividend signaling theory merupakan suatu teori yang mendasari dugaan bahwa pengumuman dividen tunai mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan adanya reaksi harga saham. Peningkatan dividen yang dibayarkan dianggap sebagai signal yang menguntungkan, sehingga meimbulkan reaksi harga saham yang positif. Sebaliknya penurunan dividen yang dibayarkan dianggap sebagai signal bahwa prospek perusahaan kurang menguntungkan, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang negatif .

Penggunaan dividen sebagai alat untuk mengirimkan isyarat yang nyata kepada pasar mengenai hasil kerja perusahaan pada masa yang akan datang merupakan cara yang tepat, walaupun mahal tetapi berarti. Hanya perusahaan-perusahaan yang prospeknya baik dapat melakukan hal ini. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang kurang sukses tidak dapat melakukan hal yang sama untuk meniru cara ini, karena tidak mempunyai arus yang cukup untuk melakukannya. Dengan demikian pasar akan bereaksi terhadap perubahan dividen yang dibayarkan, karena pasar yakin bahwa pemberi isyarat adalah perusahaan yang sukses (Keown: 2000).


(31)

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai harga saham sebelumnya telah banyak dilakukan. Nurmala (2006) menganalisis pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham perusahaan otomotif di Bursa Efek Jakarta. Variabel independen yang diteliti yaitu Earning Per Share (EPS) dan Dividen Per Share (DPS). Sedangkan variabel dependen yang diteliti yaitu Closing Price. Populasi penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama 5 tahun berturut-turut ( tahun 1996 sampai tahun 2000). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman dan pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga saham.

Tarakanita Intan (2009) juga melakukan penelitian mengenai pengaruh

Dividend Per Share dan Earning Per Share terhadap harga saham pada

perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan dari 383 perusahaan yang go public diperoleh sampel sebanyak 41 perusahaan. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel dividend per share (DPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dan secara parsial variabel

earning per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham serta

secara simultan baik variabel dividend per share (DPS) maupun earning per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham.


(32)

C. Kerangka Konseptual

Saham mencerminkan suatu kepentingan kepemilikan di dalam sebuah perusahaan. Saham memberikan hak atas dividen kepada pemiliknya selama perusahaan memiliki keuntungan untuk membayarkan dividen dan memutuskan untuk membayar dividennya. Selain itu, saham dapat juga dijual di suatu tanggal tertentu di masa mendatang. Jika saham tersebut ternyata dijual dengan harga diatas harga belinya, maka investor akan memperoleh capital gain.

Semakin banyak investor yang ingin membeli saham, maka harganya akan semakin naik. Sebaliknya jika semakin banyak investor yang menjual atau melepaskan saham akan berdampak pada turunnya harga saham. Harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Salah satu cara yang diambil perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana adalah penjualan saham perusahaan melalui pasar modal.

Keputusan investor untuk membeli saham juga dipengaruhi oleh besarnya jumlah dividen yang dibayarkan perusahaan kepada pemegang sahamnya. Meningkatnya pembayaran dividen ditafsirkan sebagai tanda meningkatnya keuntungan perusahaan di masa yang akan datang dan menurunnya pembayaran dividen sering ditafsirkan sebagai tanda menurunnya tingkat keuntungan perusahaan di masa yang akan datang.

Persentase laba yang dibayarkan perusahaan dalam bentuk dividen tunai kepada pemegang saham disebut dengan rasio pembayaran dividen (Dividend


(33)

oleh pemegang saham. Dividen yang besar dapat mempengaruhi harga suatu saham terutama pada pasar modal yang didominasi oleh investor yang berorientasi pada pendapatan dividen.

Tarakanita Intan (2009) mengemukakan bahwa Dividend Per Share (DPS) dapat didefenisikan sebagai bagian pendapatan setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham. DPS yang tinggi diyakini akan dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Dalam praktiknya, kebanyakan perusahaan mencoba mengikuti kebijakan untuk membayar dividen yang naik secara mantap. Kebijakan ini memberi investor suatu pendapatan yang stabil dan dapat diandalkan, juga memberi isyarat kepada investor tentang harapan manajemen akan laba dimasa yang akan datang.

Gambar : 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian Sumber : Bringham (2001), Tarakanita (2009) diolah

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah jelaskan sebelumnya, maka dikemukakan hipotesis sebagai berikut:

”Rasio pembayaran dividen (DPR) dan dividen per lembar saham (DPS) berpengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia”.

Rasio Pembayaran Dividen (X1)

HARGA SAHAM (Y) Dividen per

Lembar Saham (X2)


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.co.id. b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak Februari 2011 sampai dengan Maret 2011.

C. Batasan Operasional

Adapun batasan operasional penelitian yang ditetapkan oleh penulis adalah sebagai berikut:

a. Data laporan keuangan perusahaan manufaktur di BEI untuk periode 2007-2009.

b. Harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan (closing price) mulai tahun 2007-2009.


(35)

i. Variabel yang diteliti dalam mempengaruhi harga saham adalah rasio pembayaran dividen (DPR) dan dividen per lembar saham (DPS).

D. Definisi Operasional

Berdasarkan pada permasalahan dan hipotesis yang akan diuji, parameter yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel Dependen (tidak bebas/terikat)

Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah harga saham. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga penutupan saham (closing price) pada akhir tahun periode 2007-2009.

b. Variabel Independen (bebas) 1. Rasio Pembayaran Dividen (X1)

Rasio Pembayaran Dividen (DPR) yaitu mencerminkan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran dividen setiap tahun kepada pemegang saham. Hal ini dilakukan perusahaan untuk memberikan sebagian dari laba bersihnya kepada pemegang saham. Rasio pembayaran dividen dapat diukur dengan membandingkan dividen kas per lembar saham dengan laba yang diperoleh per lembar saham (Bringham: 2001).

% 100

× =

saham lembar

per Laba

saham lembar

per Dividen DPR


(36)

2. Dividen per Lembar Saham ( X2)

Dividen per Lembar Saham (DPS) menggambarkan besarnya jumlah pendapatan per lembar saham yang akan didistribusikan kepada para pemegang saham. Semakin tinggi DPS menunjukkan semakin tinggi jumlah rupiah per lembar saham yang diterima oleh para pemegang saham sehingga hal ini menggambarkan suatu kondisi operasi yang baik dari perusahaan.

DPS dapat diukur dengan rumus jumlah dividen yang dibayarkan dibagi

dengan jumlah lembar saham.

E. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007-2009, yaitu sebanyak 135 perusahaan. Adapun teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu metode penarikan sampel berdasarkan syarat dan kriteria yang ditentukan agar memperoleh data yang diinginkan.

Adapun kriteria yang digunakan oleh penulis dalam pemilihan sampel adalah :

a. Perusahaan yang termasuk dalam kategori perusahaan manufaktur yang berturut-turut terdaftar pada tahun 2007-2009.

b. Perusahaan manufaktur yang memiliki laporan keuangan lengkap selama periode 2007-2009.


(37)

c. Perusahaan manufaktur yang membayar dividen tunai selama periode 2007-2009.

Tabel 3.1

Proses Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah Sampel

1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009.

135 2. Perusahaan Manufaktur yang mempunyai data

keuangan kurang lengkap.

(24)

3. Perusahaan Manufaktur yang tidak membayar dividen secara rutin dari 3 tahun yang diteliti.

(80)

Jumlah Sampel 31

Sumber:

Tabel 3.2

Nama- Nama Perusahaan Manufaktur yang Dijadikan Sampel

No Kode

Perusahaan

Nama Perusahaan Sub Sektor

1 AQUA Aqua Golden Mississi Tbk Makanan & Minuman 2 ASII Astra Internasional Tbk Otomotif & Komponennya 3 AUTO Astra Otoparts Tbk Otomotif & Komponennya

4 BATA Sepatu Bata Tbk Alas Kaki

5 BUDI Budi Acid Jaya Tbk Kimia

6 CTBN Citra Tubindo Tbk Logam & Sejenisnya 7 DLTA Delta Djakarta Tbk Makanan & Minuman 8 EKAD Ekadharma Internasional Tbk Kimia

9 GDYR Goodyear Tbk Otomotif & Komponennya

10 HMSP HM Sampoerna Tbk Rokok

11 IGAR Kageo Igar Jaya Tbk Plastik & Kemasan 12 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk Kabel

13 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk Makanan & Minuman 14 INTP Indocement Tunggal Perkasa

Tbk

Semen

15 KAEF Kimia Farma Tbk Farmasi

16 KLBF Kalbe Farma TBK Farmasi

17 LION Lion Metal Works Tbk Logam & Sejenisnya 18 LMSH Lionmesh Prima Logam & Sejenisnya


(38)

Sumber:

F. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi yaitu pengumpulan data pendukung berupa literatur, jurnal, penelitian terdahulu, dan laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapat gambaran masalah yang akan diteliti serta melalui data sekunder berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

G. Teknik Analisis

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu metode dimana data yang dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif.

19 MAIN Malindo Feedmill Tbk Pakan Ternak

20 MERK Merck Tbk Farmasi

21 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk Makanan & Minuman

22 MRAT Mustika Ratu Tbk Kosmetik

23 MYOR Mayora Indah Tbk Makanan & Minuman

24 SMGR Semen Gresik Tbk Semen

25 SMSM Selamat Sempurna Tbk Otomotif & Komponennya 26 SQBI Taisho Pharmaceutical

Indonesia Tbk

Farmasi 27 TCID Mandom Indonesia Tbk Kosmetik

28 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk Keramik, Porselen & Kaca 29 TRST Trias Sentosa Tbk Plastik & Kemasan

30 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk Farmasi 31 UNVR Unilever Indonesia Tbk Kosmetik


(39)

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Model analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen baik secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap variabel dependen. Penulis menggunakan bantuan program Software SPSS 16.0 for

Windows (Statistical Package for Social Sciences) dalam penelitian ini.

Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yi = a + b1 X1 + b2 X2 + e

Dimana: Y = Harga Saham a = Konstanta X1 = DPR

X2 = DPS

b1,2 = Koefisien regresi variabel

e = Kesalahan pengganggu (standard error)

Model regresi berganda di atas harus memenuhi syarat asumsi klasik sebelum data tersebut dianalisis, yang meliputi :

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel independen, variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui analisis grafik dan Kolmogorov Smirnov.


(40)

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika varians tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisistas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika terdapat korelasi antar variabel independen maka dapat dikatakan terdapat masalah multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Uji Multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan bila VIF > 5 terdapat masalah multikolinearitas yang serius, sebaliknya bila VIF < 5 tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius.

d. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi yang baik

adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Run Test .


(41)

3. Pengujian Hipotesis

Model regresi yang sudah memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, melalui pengujian hipotesis sebagai berikut:

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah DPR dan DPS mempunyai pengaruh secara simultan terhadap harga saham.

Bentuk pengujian :

Ho : b1 = b2 = 0, artinya secara bersama – sama tidak terdapat pengaruh yang

signifikan dari DPR dan DPS terhadap harga saham.

H1 : b1 ≠ b2 ≠ 0 , artinya secara bersama – sama terdapat pengaruh yang

signifikan dari DPR dan DPS terhadap harga saham. Kriteria Pengambilan Keputusan:

Ho diterima jika F hitung≤ F tabel pada α = 5 %

H1 diterima jika F hitung > F tabel pada α = 5 %

b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah DPR dan DPS mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Bentuk pengujian :

H0 : b1 = b2 =0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan

dari DPR dan DPS terhadap harga saham.

H1 : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari


(42)

Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t ini adalah : Ho diterima jika – t tabel≤ t hitung≤ t tabel pada α = 5 %


(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan Ekonomi Nasional. Bursa Efek Indonesia berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal untuk menciptakan Pasar Modal Indonesia yang stabil.

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.


(44)

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

1. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

2. Tahun 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I. 3. Tahun 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama

dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.

4. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

5. Tahun 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II

6. Tahun 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)

7. Tahun 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

8. Tahun 1956 – 1977 :Perdagangan di Bursa Efek vakum. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan


(45)

dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

9. Tahun 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

10.Tahun 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. 11.Tahun 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar

Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

12.2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

13.Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

14.Tanggal 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.


(46)

15.Tanggal 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. 16.Tanggal 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan

dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems). 17.10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

18.Tahun 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

19.Tahun 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

20.Tahun 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

21.Tahun 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Profil Perusahaan

1) Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA)

Aqua Golden Mississippi Tbk adalah pelopor dalam air mineral botol di Indonesia. AQUA mulai beroperasi pada tahun 1974. Saat ini perusahaan memiliki pabrik pembotolan di Bekasi, Citeureup (Bogor) dan Sukabumi dengan kapasitas produksi 640 liter per tahun. Status Perusahaan AQUA


(47)

adalah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). AQUA pertama kali terdaftar di Bursa Efek pada tanggal 01 Maret 1990.

2) Astra International Tbk (ASII)

Dari sebuah perusahaan dagang yang didirikan pada tahun 1957. Astra telah mengembangkan bidang usaha dan investasi nya. Astra International terdaftar di Jakarta dan Bursa Efek Surabaya sejak tahun 1990. Astra International bergerak dalam bidang Astra Motor, Astra Industri, Astra Finance, Astra Resources, dan Astra Systems. Status Perusahaan nya termasuk dalam penanaman modal dalam negeri (PMDN). Astra International terdaftar di Bursa Efek pada tanggal 04 April 1990.

3) Astra Otoparts Tbk (AUTO)

Sebagai kelompok terbesar dari perusahaan manufaktur dan distribusi suku cadang otomotif, PT. Astra Otoparts Tbk memproduksi berbagai komprehensif ditempa, cast, karet listrik, dan suku cadang otomotif plastik, meliputi manufaktur peralatan asli dan suku cadang mobil dan motor baik untuk pasar domestik dan ekspor. Status perusahaan termasuk dalam penanaman modal dalam negeri (PMDN). AUTO pertama kali terdaftar pada tanggal 15 Juni 1998.

4) Sepatu Bata Tbk (BATA)

Sepatu Bata adalah produsen sepatu yang terbesar di Indonesia. BATA mulai beroperasi pada tahun 1939 dengan nama NV Nederlandsch Indische Maatschappij Schoenhandel Bata. Perusahaan ini mengekspor produknya ke 10 negara, dengan total ekspor 326.000 pasang. Status


(48)

Perusahaan BATA termasuk dalam penanaman modal asing (PMA). BATA pertama kali terdaftar di Bursa Efek pada tanggal 24 Maret 1982.

5) Budi Acid Jaya Tbk (BUDI)

Budi Acid Jaya adalah produsen tepung tapioka terbesar di dunia, didirikan pada tahun 1979. BAJ adalah produsen terpadu berbasis singkong asam sitrat yang dimodifikasi dengan tepung tapioka dan monosodium glutamat (MSG). Hal ini juga menghasilkan asam sulfat dan tas propelene poli tenun. Status perusahaan merupakan penanaman modal dalam negeri (PMDN). BUDI pertama kali terdaftar di Bursa Efek pada tanggal 08 Mei 1995.

6) Citra Tubindo Tbk (CTBN)

PT. Citra Tubindo didirikan pada tanggal 23 Agustus 1983, di Pulau Batam. Kegiatan utama dari perusahaan adalah pengolahan pipa seamless, finishing akhir Minyak Country Tubular Goods (OCTG) dan fabrikasi peralatan untuk Industri Minyak dan Gas Bumi. Status perusahaan merupakan penanaman modal dalam negeri (PMDN). CTBN pertama kali terdaftar di Bursa Efek pada tanggal 28 November 1989.

7) Delta Djakarta Tbk (DLTA)

Perusahaan ini awalnya didirikan oleh kelompok usaha Jerman pada tahun 1932. Perusahaan ini menghasilkan bir pertama, Anker Bir. PT. Delta Djakarta memproduksi Anker Bir, Anker Stout serta berlisensi merek San Miguel dan Carlsberg. Status Perusahaan merupakan penanaman modal asing


(49)

(PMA). DLTA pertama kali terdaftar di Bursa Efek pada tanggal 27 februari 1984.

8) Ekadharma International Tbk ( EKAD)

Dimulai pada tahun 1981, PT Ekadharma Tape Industries memproduksi kertas continuous form komputer dan produk terkait lainnya. Perusahaan ini juga memegang lisensi manufaktur dan distribusi dari Nashua Corporation, USA. Status perusahaan merupakan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Perusahaan ini pertama kali terdaftar pada tanggal 14 Agustus 1990.

9) Goodyear Indonesia Tbk (GDYR)

PT Goodyear Indonesia didirikan pada tahun 1935, dan merupakan produsen ban pertama di Indonesia. Dahulu, perusahaan bertindak sebagai agen penjualan untuk Goodyear Tire dan Rubber Company, USA. Status perusahaan termasuk dalam penanaman modal asing (PMA). GDYR pertama kali terdaftar di Bursa Efek pada tanggal 22 Desember 1980.

10)H M Sampoerna Tbk (HMSP)

Sampoerna adalah produsen rokok kretek terbesar kedua di Indonesia dengan sekitar 15 persen (dalam hal volume) dari jumlah pasar rokok. Didirikan pada tahun 1913, dan merupakan perusahaan tertua dari produsen-produsen rokok terbesar. Status perusahaan termasuk dalam jenis penanaman modal dalam negeri (PMDN). HMSP pertama kali terdaftar di Bursa Efek pada tanggal 15 Agustus 1990.


(50)

11)Champion Pacific Indonesia Tbk (IGAR).

PT Igar Jaya merupakan didirikan tahun 1975 sebagai perusahaan patungan antara PT Glassanto dan Owens Illinois, Inc, USA. Perusahaan ini memproduksi kemasan gelas dan plastik untuk, kosmetik, farmasi, makanan, dan industri peralatan medis. 12)Sumi Indo Kabel Tbk (IKBI)

Perusahaan ini didirikan pada 23 Juli 1981 berlokasi di Tangerang, Jawa Barat. Pada tahun 1994 perusahaan berubah status menjadi perusahaan Penanaman Modal Asing, tepat setelah berpartisipasi dengan Sumitomo Electric Industries, Ltd, Jepang yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia dalam industri kabel dan PT. Perdanamulia Ekasakti.

13)Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama awal PT. Panganjaya Intikusuma. Perusahaan ini bertempat di Jakarta, sedangkan pabriknya berlokasi di berbagai lokasi di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Status perusahaan merupakan penanaman modal asing (PMA). Perusahaan ini bergerak dalam industry konsumsi yaitu memproduksi mie instans, makanan ringan, bumbu masakan, biskuit, makanan bayi, distribusi dan pengepakan. Jumlah pegawai nya adalah 38.762 orang. Perusahaan ini pertama kali terdaftar di Bursa Efek pada tanggal 14 Juli 1994.


(51)

14)Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP)

Indocement adalah salah satu produsen semen berkualitas dan semen khusus yang terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini telah berkembang dari sebuah pabrik semen kecil dengan kapasitas tahunan sebesar 0,5 juta ton pada tahun 1975 menjadi sebuah perusahaan produksi semen yang terintegrasi dengan total kapasitas produksi saat ini lebih dari 15 juta ton klinker per tahun. Status perusahaan termasuk dalam penanaman modal dalam negeri (PMDN). Perusahaan ini pertama kali terdaftar pada tanggal 05 Desember 1989.

15)Kimia Farma Tbk (KAEF)

Didirikan di Jakarta 23 Januari 1969 sebagai PN Farmasi dan Alat Kesehatan Bhinneka Kimia Farma. Disebut PN Farmasi Kimia Farmasi karena merupakan perusahaan negara yang tergabung dari Badan Pimpinan Umum Anak-Anak Negara Farmasi dan Alat Kesehatan, Alat Kesehatan Farmasi PN Radja Farma, PN Sari Husada , PN Farmasi Alat Kesehatan Nakula Farma, PN Farmasi Alat Kesehatan Bhinneka Kina Farma. Merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Perusahaan ini pertama kali terdaftar pada tanggal 04 Juli 2001.

16)Kalbe Farma Tbk (KLBF)

Didirikan pada 10 September 1966, Kalbe Farma berkomitmen untuk memproduksi dan memasarkan berbagai produk farmasi yang komprehensif untuk memenuhi beragam kebutuhan konsumen. Kalbe Farma menguasai


(52)

sekitar 12 persen dari seluruh penjualan farmasi di Indonesia, 19 persen pasar OTC dan 8 persen pasar etis, melalui usaha sendiri dan tujuh anak perusahaan. Status perusahaan termasuk dalam penanaman modal dalam negeri (PMDN). Perusahaan ini pertama kali terdaftar pada tanggal 30 Juli 1991.

17)Lion Metal Works Tbk (LION)

Perusahaan ini didirikan pada tanggal 16 Agustus 1972 di Jakarta dengan nama PT. Lion Metal Works sebagai perusahaan Penanaman Modal Asing dan didirikan sebagai perusahaan gabungan antara pengusaha Indonesia dengan perusahaan Singapura dan Malaysia. Perusahaan ini bergerak dalam industri logam. Perusahaan ini pertama kali terdaftar pada tanggal 20 Agustus 1993.

18)Lionmesh Prima Tbk (LMSH).

PT. Lionmesh Prima didirikan pada tanggal 14 Desember 1982, di Jakarta, sebelumnya dikenal sebagai PT. Lion weldmesh Prima. Sejalan dengan pertumbuhan konstruksi di dalam negeri, perusahaan telah memproduksi bahan bangunan kebutuhan dengan memproduksi kawat las, pagar wire mesh, bronjong, kolom praktis dan produk-produk terkait lainnya. Status perusahaan merupakan perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Perusahaan ini pertama kali terdaftar pada tanggal 04 Juni 1990. 19)Malindo Feedmill Tbk (MAIN)

Didirikan pada tahun 1998, kegiatan utama PT Malindo Feedmill meliputi produksi dan pemasaran pakan ternak, anak ayam induk, anak ayam


(53)

broiler komersial dan anak ayam layer. perusahaan memiliki kapasitas produksi sebesar 438.000 metrik ton pakan ternak per tahun, yang dihasilkan dari dua pabrik yang berlokasi di Cakung, Jakarta Utara, dan Gresik, Jawa Timur. Perusahaan ini juga memiliki kapasitas 100 juta ekor per tahun, yang dihasilkan oleh peternak unggas di Purwakarta (Jawa Barat), Wonosari (Jawa Tengah), dan Probolinggo dan Lumajang (Jawa Timur). Perusahaan ini pertama kali terdaftar pada tanggal 10 Februari 2006.

20)Merck Tbk (MERK).

PT Merck Indonesia merupakan anggota dari Merck International Group. Perusahaan memproduksi produk farmasi dengan fasilitas produksi di Jakarta Timur. Perusahaan ini mulai beroperasi pada tahun 1974 di bidang produksi produk medis, seperti Songobian dan Neurobion. Status perusahaan merupakan perusahaan penanaman modal asing (PMA). Perusahaan ini pertama kali terdaftar pada tanggal 23 Juli 1981.

21)Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI)

Multi Bintang Indonesia merupakan penghasil bir terbesar di Indonesia dan didirikan pada 1931 dengan nama NV Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen. Perusahaan ini merupakan perusahaan penanaman modal asing (PMA). Perusahaan ini pertama kali terdaftar pada tanggal 15 Desember 1981.

22)Mustika Ratu Tbk (MRAT)

PT. Mustika Ratu, didirikan pada tahun 1978 adalah produsen jamu tradisional dan kosmetik. Lini bisnis Mustika Ratu adalah produk herbal yang


(54)

berkhasiat untuk kesehatan dan kecantikan. MRAT merupakan perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Perusahaan ini pertama kali terdaftar pada tanggal 26 Juli 1995.

23)Mayora Indah Tbk (MYOR).

PT Mayora Indah didirikan pada tahun 1977 dikenal sebagai salah satu produsen produsen makanan olahan dan produsen dalam negeri terbesar di Indonesia. PT. Mayora Indah tercatat di Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada Mei 1990. PT Mayora dan anak perusahaan memproduksi berbagai macam makanan konsumen seperti biskuit, wafer, permen, coklat produk coklat, dan produk kopi.

24)Semen Gresik (Persero) Tbk (SMGR).

Semen Gresik merupakan produsen semen yang sebelumnya dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah. Pada bulan Juli 1995, rapat pemegang saham perusahaan setuju untuk mengakuisisi 100 persen saham dua perusahaan milik negara produsen semen, yaitu PT. Semen Tonasa dan PT. Semen Padang. 25)Selamat Sempurna Tbk (SMSM)

Perusahaan ini didirikan pada tanggal 19 Januari 1976 sebagai produsen produk filter. Pada tahun 1980, Eddy Hartono, pendiri ADR Group, mengambil alih kepemilikan saham di perusahaan dari pemegang saham pendahulunya. Perusahaan ini memproduksi komponen otomotif dan pertama kali terdaftar di Bursa Efek pada tanggal 09 Sptember 1996.


(55)

26)Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI)

PT Squibb Indonesia merupakan anak perusahaan dari Bristol Meyers Squibb, Amerika Serikat dan merupakan produsen produk farmasi dengan fasilitas produksi yang berlokasi di Cibinong. Perusahaan ini adalah perusahaan penanaman modal asing (PMA).

27)Mandom Indonesia Tbk (TCID)

PT Tancho Indonesia pada awalnya didirikan sebagai perusahaan patungan oleh Mandom Corporation, Jepang dan NV Pabrik City, Indonesia. Produk ini dijual kepada dua agen utama, PT Asia Pramita dan PT Tanesia. Perusahaan ini bergerak dalam industry kosmetik, parfum dan barang-barang plastik. Merupakan perusahaan penanaman modal asing (PMA). Pertama kali terdaftar pada tanggal 30 September 1993.

28)Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO)

PT Surya Toto Indonesia didirikan pada tahun 1977 sebagai perusahaan patungan antara tiga perusahaan Indonesia, PT Intimitra Sejahtera, PT Suryaparamitra Abadi dan PT Multifortuna Asindo, dan dua perusahaan Jepang, Toto Ltd, dan Kashima Trading Company Ltd. Perusahaan ini bergerak dalam industry keramik, porselen dan kaca. Pertama kali terdaftar pada tahun 1990 dan termasuk perusahaan penanaman modal asing (PMA). 29)Trias Sentosa Tbk (TRST)

PT. Trias Sentosa Tbk didirikan pada tanggal 23 November 1979 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1984. Produk perusahaan adalah BOPP film dan film Polyster, yang banyak digunakan untuk berbagai aplikasi


(56)

kemasan . merupakan perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Pertama kali terdaftar pada tahun 1990.

30)Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC)

PT Tempo Scan Pacific adalah salah satu produsen produk farmasi, perawatan kesehatan dan kosmetik yang didirikan pada tahun 1970. Perusahaan ini terkenal dengan produk-produk farmasi seperti Bodrex, Hemaviton dan Neo-Rheumacyl. Merupakan perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Pertama kali terdaftar pada tanggal 17 Juni 1994. 31)Unilever Indonesia Tbk (UNVR)

PT Unilever Indonesia mulai beroperasi sejak 1934, awalnya dimiliki oleh Belanda Corporation (Lever`s Zeepfabrieken NV). Perusahaan ini memproduksi 19 kategori dari lini produk konsumen seperti sabun, deterjen, memasak kebutuhan dan kosmetik. Merupakan perusahaan penanaman modal asing (PMA). Pertama kali terdaftar pada tanggal 11 Januari 1982.

B. Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham

Deskripsi nilai variabel independen yaitu rasio pembayaran dividen (DPR) dan dividen per lembar saham serta variabel dependen, yaitu harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1

Rata-rata Rasio Pembayaran Dividen (DPR), Dividen per lembar saham (DPS) dan Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek

Indonesia Periode 2007-2009 No. Nama

Perusahaan

Rata-rata

DPR DPS Harga Saham

1 AQUA 71.76 3872.67 163813.31


(57)

3 AUTO 48.29 369.33 5104

4 BATA 76.66 2626.33 24586.3

5 BUDI 57.91 9.67 217.33

6 CTBN 86.3 204.73 3045.3

7 DLTA 78.49 4809.67 41454

8 EKAD 24.66 2.67 124.67

9 GDYR 105.37 124.33 36701

10 HMSP 96.42 958.33 12512.33

11 IGAR 50.52 4.67 109

12 IKBI 36.88 83 1097.33

13 INDF 42.66 65.33 2383.67

14 INTP 25.59 138.33 5399.67

15 KAEF 29.67 2.79 150

16 KLBF 21.17 17 1220

17 LION 20.98 126.67 2407.67

18 LMSH 8.31 43.67 2593.67

19 MAIN 31.79 28.33 929

20 MERK 77.71 3733 57279.3

21 MLBI 107.07 10789 95323

22 MRAT 21.69 9.27 290.67

23 MYOR 20.59 63.33 2262.67

24 SMGR 41.29 160.67 5492.67

25 SMSM 111.71 79.67 670

26 SQBI 72.14 6766.67 80250.67

27 TCID 51.11 310.67 6606

28 TOTO 25.67 466 8166.67

29 TRST 53.21 10 190.67

30 TSPC 65.64 45 659

31 UNVR 101.2 326.33 9087.3

55.26 1203.12 19245.4

Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa terdapat 6 perusahaan yang mempunyai harga saham diatas rata-rata total keseluruhan harga saham perusahaan manufaktur yaitu sebesar Rp. 19245.4 . Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain : PT. Aqua Missisi sebesar Rp. 163813.3, PT. Astra Internasional sebesar Rp.26477.6, PT. Sepatu BATA sebesar Rp. 24586.3, PT. Merck sebesar Rp. 57279.3, PT. Multi Bintang Indonesia sebesar Rp. 95323, dan PT. Taisho Pharmaceutical sebesar Rp. 80250.67.


(58)

1. Deskripsi nilai variabel rasio pembayaran dividen (DPR) Tabel 4.2

Rasio Pembayaran Dividen (DPR)

Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009

NO NAMA

PERUSAHAAN

DPR

2007 2008 2009

1 AQUA 171 19.58 24.7

2 ASII 60.95 46.58 44.82

3 AUTO 55.21 41.67 47.99

4 BATA 184.24 13.85 31.9

5 BUDI 56.68 73.75 43.3

6 CTBN 85.22 87.64 86.04

7 DLTA 48.26 66.98 120.25

8 EKAD 26.15 37.5 10.34

9 GDYR 8.5 300 7.62

10 HMSP 95 62.9 131.35

11 IGAR 40 99.4 12.16

12 IKBI 35.2 41.4 34.04

13 INDF 35.54 53.03 39.4

14 INTP 15.02 31.6 30.15

15 KAEF 34 25 30.01

16 KLBF 17 20.75 25.77

17 LION 25.33 18.27 19.35

18 LMSH 6.6 6.28 12

19 MAIN 55.55 14.81 25

20 MERK 57.57 121.05 54.51

21 MLBI 89.56 154.3 77.36

22 MRAT 20 25.03 20.04

23 MYOR 21.62 19.52 20.62

24 SMGR 49 64.63 10.25

25 SMSM 35.69 201.6 97.83

26 SQBI 70.78 81.85 63.8

27 TCID 50.91 50.81 51.61

28 TOTO 30.72 27.34 18.96

29 TRST 82.83 47.38 29.41

30 TSPC 96.77 56.42 43.75


(59)

Table 4.2 ini menunjukkan nilai variabel rasio pembayaran dividen pada masing-masing perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia selama periode penelitian, yaitu tahun 2007-2009 yang terdiri dari 3 tahun. Pada table 4.2 dapat dilihat rasio pembayaran dividen yang mengalami kenaikan dan penurunan pada setiap tahun.

Pada tahun 2007 nilai rasio pembayaran dividen (DPR) tertinggi adalah pada PT. Sepatu BATA yaitu sebesar 184,24 %_. Nilai rasio pembayaran dividen terendah pada PT. Lionmesh Prima yaitu sebesar 6,6 %.

Pada tahun 2008 nilai rasio pembayaran dividen (DPR) tertinggi adalah pada PT. Goodyear yaitu sebesar 300 % . Nilai rasio pembayaran dividen terendah pada PT Lionmesh Prima yaitu sebesar 6,28 %.

Pada tahun 2009 nilai rasio pembayaran dividen (DPR) tertinggi adalah pada PT. HM. Sampoerna yaitu sebesar 131,35 % . Nilai rasio pembayaran dividen terendah pada PT. Goodyear yaitu sebesar 7,62 %.


(60)

2. Deskripsi nilai variabel dividen per lembar saham (DPS) Tabel 4.3

Dividen per lembar saham (DPS)

Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009

NO NAMA

PERUSAHAAN

DPS

2007 2008 2009

1 AQUA 8593 1225 1800

2 ASII 981 1057 1111

3 AUTO 325 305 478

4 BATA 4900 1679 1300

5 BUDI 9 5 15

6 CTBN 233.2 237 144

7 DLTA 1426 3503 9500

8 EKAD 2 3 3

9 GDYR 88 60 225

10 HMSP 790 560 1525

11 IGAR 5 6 3

12 IKBI 89 128 32

13 INDF 40 63 93

14 INTP 40 150 225

15 KAEF 3 2 3.37

16 KLBF 12 14 25

17 LION 123 132 125

18 LMSH 41 60 30

19 MAIN 25 4 56

20 MERK 2300 5329 3570

21 MLBI 3587 16280 12500

22 MRAT 5 13 9.82

23 MYOR 40 50 100

24 SMGR 149 275 58

25 SMSM 20 129 90

26 SQBI 3800 8000 8500

27 TCID 313 299 320

28 TOTO 349 349 700

29 TRST 5 10 15

30 TSPC 60 40 35


(61)

Tabel 4.3 ini menunjukkan nilai variabel dividen per lembar saham pada masing-masing perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia selama periode penelitian, yaitu tahun 2007-2009 yang terdiri dari 3 tahun. Pada Tabel 4.3 dapat dillihat dividen per lembar saham yang mengalami kenaikan dan penurunan pada setiap tahun.

Pada tahun 2007 nilai dividen per lembar saham tertinggi adalah PT. Aqua Mississi yaitu sebesar Rp.8593 . Nilai dividen per lembar saham terendah pada PT. Ekadharma Internasional yaitu sebesar Rp.2.

Pada tahun 2008 nilai dividen per lembar saham tertinggi adalah PT. Multi Bintang Indonesia yaitu sebesar Rp.16.280 . Nilai dividen per lembar saham terendah pada PT. Kimia Farma yaitu sebesar Rp.2.

Pada tahun 2009 nilai dividen per lembar saham tertinggi adalah PT. Multi Bintang Indonesia yaitu sebesar Rp. 12.500. Nilai dividen per lembar saham terendah pada PT. Kageo Igar Jaya dan PT. Ekadharma Internasional yaitu sebesar Rp. 3.


(62)

3. Deskripsi nilai variabel Harga Saham

Tabel 4.4 Harga Saham

Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009

No Nama Perusahaan HARGA SAHAM

2007 2008 2009

1 AQUA 111640.31 135000.45 244800

2 ASII 18993.17 15545 44895.24

3 AUTO 3381.81 2997.5 8933.33

4 BATA 20227.26 23425 30107.14

5 BUDI 277.27 136.45 238.81

6 CTBN 3000 3100 3035.71

7 DLTA 16179.76 31325 76857.14

8 EKAD 137.54 99.5 137.76

9 GDYR 17972.72 4836 13892.85

10 HMSP 12847.72 10885 13804.76

11 IGAR 91.99 88.35 146.85

12 IKBI 985.45 868 1439.05

13 INDF 2232.95 1092.5 3826.19

14 INTP 5888.63 5255 15054.76

15 KAEF 163.77 134.8 150.62

16 KLBF 933.63 721.5 2004.76

17 LION 8218.18 2692.5 2313.09

18 LMSH 2000 3400 2380.95

19 MAIN 826.81 900 1060

20 MERK 53000 4460 74238.09

21 MLBI 49795.45 70650 165523.81

22 MRAT 212.86 214.5 445.23

23 MYOR 1141.81 1177 4469.04

24 SMGR 4290.9 4038.75 8147.61

25 SMSM 401.13 2845 1324.76

26 SQBI 52000 51952.4 136800

27 TCID 7474.42 4385 7959.52

28 TOTO 8000 8000 8500

29 TRST 181.2 173.4 217.61

30 TSPC 590.95 518.25 867.61


(63)

Tabel 4.4 ini menunjukkan nilai variabel harga saham pada masing-masing perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia selama periode penelitian yaitu tahun 2007-2009 yang terdiri dari 3 tahun. Pada Tabel 4.4 dapat dilihat harga saham yang mengalami kenaikan dan penurunan.

Pada tahun 2007 harga saham tertinggi pada PT. Aqua Mississi yaitu sebesar Rp.111640,31. Harga saham terendah pada PT. Kageo Igar Jaya yaitu sebesar Rp.91,99.

Pada tahun 2008 harga saham tertinggi pada PT. Aqua Mississi yaitu sebesar Rp.135000.45. Harga saham terendah pada PT. Kageo Igar Jaya yaitu sebesar Rp.88.35.

Pada tahun 2009 harga saham tertinggi pada PT. Aqua Mississi yaitu sebesar Rp. 244800. Harga saham terendah pada PT. Ekadharma Internasional yaitu sebesar Rp.137.76..

C. Analisis Statistik

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Normalitas data dapat dideteksi dengan melihat bentuk kurva histogram dengan kemiringan seimbang ke kiri dan ke kanan dan berbentuk seperti lonceng dan


(64)

dengan melihat titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan searah mengikuti garis diagonal P-Plot.

Gambar 4.1 : Histogram

Sumber :Hasil olahan SPSS 16,21 Maret 2011 (diolah)

Gambar 4.2 : Normal P-Plot


(65)

Tabel 4.5 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 93

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .61371141

Most Extreme Differences Absolute .067

Positive .067

Negative -.052

Kolmogorov-Smirnov Z .642

Asymp. Sig. (2-tailed) .804

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Hasil olahan SPSS 16, 21 Maret 2011

Pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa diagram batang cenderung di tengah dan berbentuk seperti lonceng, dan pada Gambar 4.2 terlihat titik-titik data menyebar di sekitar garis diagonal dan penelitian ini memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendapatkan uji normalitas yang lebih signifikan maka dalam penelitian ini juga menggunakan uji statistic non-parametrik Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, diperoleh nilai Asymp.Sig (2-tailed) Unstandardized Residual sebesar 0,804 > 0,05 artinya data berdistribusi normal.

b. Uji Heterokedastisitas

Penelitian ini menggunakan Uji Glejser untuk mendapatkan gejala heterokedastisitas yang lebih signifikan. Dari Tabel 4.6 diperoleh nilai signifikan variabel-variabel independen lebih besar dari taraf nyata 5%. Dengan demikian


(1)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .954a .911 .909 .62049

a. Predictors: (Constant), LN_DPS, LN_DPR b. Dependent Variable: LN_HS

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 353.778 2 176.889 459.438 .000a

Residual 34.651 90 .385

Total 388.429 92

a. Predictors: (Constant), LN_DPS, LN_DPR b. Dependent Variable: LN_HS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 5.532 .308 17.984 .000

LN_DPR -.482 .090 -.187 -5.376 .000 .819 1.222

LN_DPS .894 .031 1.019 29.281 .000 .819 1.222


(2)

Coefficient Correlationsa

Model LN_DPS LN_DPR

1 Correlations LN_DPS 1.000 -.426

LN_DPR -.426 1.000

Covariances LN_DPS .001 -.001

LN_DPR -.001 .008

a. Dependent Variable: LN_HS

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimensi

on Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) LN_DPR LN_DPS

1 1 2.868 1.000 .01 .00 .02

2 .111 5.073 .09 .03 .91

3 .021 11.734 .90 .96 .07

a. Dependent Variable: LN_HS

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 4.5795 11.8715 8.1054 1.96097 93

Residual -1.31031 2.03883 .00000 .61371 93

Std. Predicted Value -1.798 1.921 .000 1.000 93

Std. Residual -2.112 3.286 .000 .989 93


(3)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 4.5795 11.8715 8.1054 1.96097 93

Std. Predicted Value -1.798 1.921 .000 1.000 93

Standard Error of Predicted

Value .064 .201 .107 .031 93

Adjusted Predicted Value 4.5629 11.8635 8.1024 1.96378 93

Residual -1.31031 2.03883 .00000 .61371 93

Std. Residual -2.112 3.286 .000 .989 93

Stud. Residual -2.123 3.473 .002 1.011 93

Deleted Residual -1.32457 2.27713 .00302 .64107 93

Stud. Deleted Residual -2.166 3.711 .007 1.029 93

Mahal. Distance .001 8.638 1.978 1.724 93

Cook's Distance .000 .470 .015 .051 93

Centered Leverage Value .000 .094 .022 .019 93


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Profitabilitas, Solvabilitas Dan Dividen Per Share Terhadap Harga Saham Emiten Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

0 33 73

Pengaruh Dividen Per Lembar Saham Dan Tingkat Kesehatan Perusahaan Terhadap Harga Saham Pada...

1 24 3

Pengaruh Rasio Pembayaran Dividen Dan Nilai Buku Per Lembar Saham Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2011-2014

0 16 70

Pengaruh Dividen Per Lembar Saham Dan Pegembalian Atas Investasi Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 2 1

Pengaruh Laba Per Lembar Saham (EPS) Dan Dividen Tunai Terhadap Harga Saham (Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 10 73

Pengaruh dividen per lembar saham dan rasio hutang atas modal terhadap harga saham : (studi kasus pada perusahaan group Bakrie yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 9 51

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 15

PENDAHULUAN PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 7

PENGARUH DIVIDEN PER LEMBAR SAHAM DAN LABA DITAHAN TERHADAP HARGA SAHAM SEKTOR INDUSTRI FARMASI DI BURSA EFEK JAKARTA.

0 0 18

ANALISIS LABA PER SAHAM DAN DIVIDEN PER SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 72