ANALISIS LABA PER SAHAM DAN DIVIDEN PER SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Oleh :

AWAN TRI CAHYONO 0513010124/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN

YANG MELAKUKAN

STOCK SPLIT

DI BURSA EFEK INDONESIA

yang diajukan :

AWAN TRI CAHYONO 0513010124/FE/EA

telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh

Pembimbing Utama

Prof. Dr. Soeparlan Pranoto, MM,Ak Tanggal : ……….

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi

Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi NIP. 1965092919922032001


(3)

TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN

YANG MELAKUKAN

STOCK SPLIT

DI BURSA EFEK INDONESIA

yang diajukan :

AWAN TRI CAHYONO 0513010124/FE/EA

disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

Prof. Dr. Soeparlan Pranoto, MM,Ak Tanggal : ……….

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Drs. Ec. H. R.A. Suwaidi, MS NIP. 196003301986031003


(4)

i BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL 2.1. Penelitian Terdahulu ... 6

2.2. Landasan Teori ... 7

2.2.1. Pasar Modal ... 7

2.2.1.1 Pengertian Pasar Modal ... 7

2.2.1.2 Manfaat Dan Fungsi Pasar Modal ... 8

2.2.1.3 Peranan Pasar Modal ... 10

2.2.1.4 Macam-Macam Bentuk Pasar Modal ... 11

2.2.2. Investasi ... 12

2.2.2.1 Pengertian Investasi ... 12

2.2.2.2 Tujuan Investasi ... 13

2.2.2.3 Jenis-Jenis Investasi ... 14

2.2.3. Saham ... 15


(5)

ii

2.2.4.2 Mekanisme Perubahan Harga Saham Dan Prosedur

Stock Split ... 20

2.2.4.3 Perbedaan Akuntansi Pemecahan Saham ... 21

2.2.4.4 Reaksi Pasar Terhadap Pemecahan Saham ... 21

2.2.5. Laba Per Saham ... 23

2.2.6. Dividen Per Saham ... 25

2.2.7. Harga Saham ... 26

2.3 Kerangka Pikir ... 28

2.4 Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

3.2. Teknik Penentuan Populasi Dan Pengambilan Sampel ... 31

3.2.1. Teknik Penentuan Populasi ... 31

3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel ... 31

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.3.1. Jenis Dan Sumber Data ... 33

3.3.2. Pengumpulan Data ... 33

3.4. Uji Asumsi Klasik ... 33


(6)

iii

3.5.2.2 Uji Parsial ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 40

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 42

4.2.1. Uji Normalitas ... 43

4.2.2. Uji Asumsi Klasik ... 44

4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 48

4.3.1. Teknik Analisis Regresi Linier Berganda ... 48

4.3.2. Uji Hipotesis ... 49

4.3.2.1 Uji Kesesuaian Model Atau Uji F ... 49

4.3.2.2 Uji Parsial Atau Uji t ... 51

4.4. Pembahasan ... 52

4.4.1 Implikasi ... 52

4.4.2 Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya ... 54

4.4.3 Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat ... 54

4.4.4 Keterbatasan Penelitian ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 56


(7)

(8)

ANALISIS LABA PER SAHAM DAN DIVIDEN PER SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN

YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh :

AWAN TRI CAHYONO Abstrak

Bagi Emiten penetapan kebijakan dividen secara teoritis selalu bertujuan memaksimalkan kekayaan pemegang saham yang tercermin pada harga saham yang tercatat di bursa efek. Perubahan harga saham disini lebih dipengaruhi pada sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih per lembar saham yang diinvestasikan oleh investor, sebab laba perusahaan tersebut dapat dianggap sebagai indicator untuk meramalkan besarnya aliran kas dimasa mendatang. Laba per saham (EPS) mencerminkan hasil yang diperoleh melalui usaha manajer terhadap semua dana yang diinvestasikan oleh pemegang saham. Apabila EPS yang dihasilkan sesuai dengan harapan investor, maka harga saham akan meningkat seiring dengan tingginya minat investor untuk membeli saham perusahaan. Selain itu tujuan investor membeli saham pada hakekatnya bertujuan menerima dividen. Jika suatu perusahaan berani membayar tinggi dividen, maka kemungkinan harga saham juga akan naik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh dari laba per saham dan dividen per saham terhadap harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 4 perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia tahun 2008., sedangkan jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu berupa laporan Laporan laba rugi dan laporan perubahan modal, serta harga saham perusahaan yang melakukan

stock split di Bursa Efek Indonesia tahun 2008, dan sumber data berasal dari PT.

Bursa Efek Indonesia. Data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan Uji Regresi Linier Berganda.

Dari hasil analisis dengan menggunakan Uji Kesesuaian Model atau Uji F dan berdasarkan dari hasil Uji Parsial atau Uji t menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh laba per saham dan dividen per saham terhadap harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa diduga ada pengaruh laba per saham dan dividen per saham terhadap harga saham pada perusahaan yang melakukan stock

split di Bursa Efek Indonesia, tidak teruji kebenarannya.


(9)

1.1. Latar Belakang

Pada era globalisasi seperti saat ini, khususnya untuk perusahaan industri sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan perusahaan, berbagai upaya yang dilakukan perusahaan untuk mengembangkan usahanya, dan melakukan kegiatan dalam rangka meraih dana untuk ekspansi bisnis dengan berbagai cara yang tentunya membuat kegiatan perekonomian hampir diseluruh dunia termasuk di Indonesia juga mengalami peningkatan yang sangat pesat.

Dunia usaha mempunyai peluang yang luas untuk memilih alternatif sumber pembiayaan guna pengembangan usahanya. Namun demikian tidak semua sumber pembiayaan tersebut cocok bagi setiap perusahaan. Masing-masing perusahaan umumnya menyesuaikan kebutuhan permodalannya dengan sumber-sumber pembiayaan jangka pendek yang disediakan sektor perbankan, sedangkan apabila perusahaan memerlukan modal untuk investasi akan cenderung memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan jangka panjang seperti yang disediakan oleh pasar modal, leasing, venture capital, dan sumber-sumber pembiayaan lainnya.

Demikian pula halnya bagi investor, mereka mempunyai berbagai alternatif untuk melakukan investasi seperti menanamkan dananya dalam bentuk deposito dan tabungan berjangka lainnya melalui perbankan,


(10)

pemilihan instrumen pasar modal seperti saham, obligasi dan sekuritas, atau investasi dalam physical asset seperti emas berlian dan real estate. Dalam menentukan pilihan ini sudah tentu sangat terkait dengan motivasi yang melatarbelakangi masing-masing investor. Pasar modal menyediakan alternatif investasi bagi investor baik yang ingin melakukan investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena instrumen pasar modal mempunyai sifat likuiditas yang tinggi dan sekaligus jangka panjang.

Di negara maju pasar modal sejak lama telah merupakan lembaga yang sangat diperhitungkan bagi perkembangan ekonomi negara, oleh karena itu negara selalu berkepentingan untuk turut mengatur jalannya pasar modal. Kegiatan pasar modal pada umumnya dilakukan oleh lembaga-lembaga antara lain pusat perdagangan sekuritas atau resminya disebut bursa efek (stock market), lembaga kliring dan lembaga-lembaga keuangan lainnya yang kegiatannya terkait satu dengan lainnya. Tujuan dibentuknya bursa efek yaitu menyelenggarkan perdagangan efek yang tertib dan wajar.

Ada beberapa daya tarik pasar modal. Pertama, diharapkan pasar modal ini akan bisa menjadi alternatif penghimpun dana selain sistem perbankan. Pasar modal memungkinkan perusahaan dan selain sekuritas yang berupa surat tanda hutang (obligasi) atau surat tanda kepemilikan (saham). Dengan demikian perusahaan bisa menghindari kondisi debt to equity ratio yang terlalu tinggi, sehingga justru membuat capital the firm tidak lagi minimal. Kedua, pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi resiko mereka.


(11)

Salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh investor dalam melakukan investasi dalam dalam bentuk saham adalah tingkat harga saham. Hal ini dikarenakan harga saham dapat dikatakan sebagai indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan, dimana kekuatan perusahaan ditunjukkan dengan terjadinya transaksi perdagangan saham perusahaan dipasar modal. Pada prinsipnya semakin baik prestasi suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan akan mampu meningkatkan permintaan saham perusahaan yang bersangkutan, sehingga harga pasar saham akan mengalami peningkatan.

Pemecahan saham (Stock Split) merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh perusahaan pada saat harga saham terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Dengan adanya pemecahan saham ini maka nilai nominal akan menjadi lebih rendah perlembar sahamnya sehingga dapat dijangkau oleh para investor dan diharapkan membantu meningkatkan daya tarik investor.

Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan yaitu yang pertama pemecahan naik (split-up) adalah penurunan nilai nominal perlembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan 2:1, 3:1 misalnya nilai nominalnya Rp 1000,00 perlembar saham, lalu dilakukan pemecahan saham dengan faktor pemecahan 2:1, maka nilai nominalnya akan turun menjadi Rp 500,00 perlembar sehingga dari 1 lembar menjadi dua lembar. Yang kedua yaitu pemecahan turun (split-down) adalah peningkatan


(12)

nilai nominal perlembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan turun dengan faktor pemecahan saham 1:2, 1:3, yang merupakan kebalikan dari pemecahan naik.

Berikut ini adalah perkembangan harga saham perusahaan yang melakukan pemecahan saham pada 2000.

Tabel 1 : Perkembangan Harga Sahamperiode 2001 - 2002 (Perusahaan yang melakukan Stok Split Tahun 2000)

No Nama Perusahaan Tahun Harga Saham Keterangan

(Y)

1 PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 2001 1,650.00

2002 1,997.92 347.92 Kenaikan

2 PT. Ever Shine Textile Industry Tbk 2001 284.17

2002 316.67 32.50 Kenaikan

3 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 2001 781.25

2002 841.67 60.42 Kenaikan

4 PT. Intraco Penta Tbk 2001 317.92

2002 345.42 27.50 Kenaikan

5 PT. Medco Energi International Tbk 2001 1,160.42

2002 1,370.83 210.42 Kenaikan

Sumber : PT. Bursa Efek Jakarta.

Menurut Sri Fatmawati dan Marwan Asri (1996 : 106), bahwa manajemen perusahaan berkeinginan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Hal didukung dengan adanya pandangan bahwa perusahaan yang melakukan stock split akan menambah daya tarik investor akibat penurunan harga saham pada saat split, tetapi pada kenyataanya, berdasarkan pada tabel 1 diatas, terlihat bahwa harga saham pada perusahaan yang melakukan pemecahaan tidak mengalami penurunan melainkan sebaliknya mengalami kenaikan, hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada


(13)

menjadi lebih likuid, karena jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak dan harganya menjadi lebih murah. Hal ini akan sangat efektif bila dilakukan terhadap saham-saham yang harganya sudah cukup tinggi. Keputusan untuk melakukan stock split harus didasarkan atas persetujuan pemegang saham pada Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham.( Tjiptono, 2000 : 131 ), hal ini didukung oleh Signaling theory (Lakonishok dan Lev,

JRAI, 1999 ; 214 ) menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan

informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substantial.

Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang. Pemecahan saham merupakan upaya untuk menarik perhatian investor, dengan memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki kondisi yang bagus. Pemecahan saham memerlukan biaya, oleh karena itu hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu melakukannya. Temuan tersebut mendukung hipotesis signaling dan Trading range theory (McNichols dan Dravid, JRAI,

1999 ; 314) menyatakan bahwa pemecahan saham akan meningkatkan

likuiditas perdagangan saham. Menurut teori ini, harga saham yang terlalu

tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut

diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi. McNichols dan Dravid (1990) dalam Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, mendukung teori ini. Mereka menyatakan bahwa pemecahan


(14)

saham merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu.

Menurut trading range theory, perusahaan melakukan pemecahan

saham karena memandang bahwa harga sahamnya terlalu tinggi. Dengan kata lain, harga saham yang terlalu tinggi merupakan pendorong bagi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Laba Per Saham dan Dividen Per Saham terhadap Perubahan Harga Saham pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham di PT. Bursa Efek Jakarta, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu masukan yang berguna bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi, sedangkan bagi perusahaan dapat digunakan sebagai pertimbangan sebelum melakukan pemecahan saham.

Berdasarkan dari uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Laba Per Saham, Dividen

Per Saham Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Yang Melakukan Pemecahan Saham Di PT. Bursa Efek Jakarta.”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Apakah Laba Per Saham berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham

pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham di PT. Bursa Efek Jakarta ?


(15)

2. Apakah Dividen Per Saham berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham di PT. Bursa Efek Jakarta ?

3. Apakah Laba Per Saham dan Dividen Per Saham berpengaruh signifikan

terhadap Harga Saham pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham di PT. Bursa Efek Jakarta?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh Laba Per Saham terhadap Harga Saham pada

perusahaan yang melakukan pemecahan saham di PT. Bursa Efek Jakarta

2. Untuk mengetahui pengaruh Dividen Per Saham terhadap Harga Saham

pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham di PT. Bursa Efek Jakarta.

3. Untuk mengetahui pengaruh Laba Per Saham dan Dividen Per Saham

terhadap Harga Saham pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham di PT. Bursa Efek Jakarta

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis

Sebagai bahan perbandingan untuk memperluas wawasan dalam bidang akuntansi dan memberikan gambaran serta wawasan secara aplikatif tentang bursa efek.


(16)

b. Bagi investor dan emiten

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu masukan yang berguna bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi, sedangkan bagi perusahaan dapat digunakan sebagai pertimbangan sebelum melakukan pemecahan saham.

c. Bagi Universitas

Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dengan materi yang berhubungan dengan penelitian ini serta sebagai dharma bhakti terhadap perguruan tinggi, khususnya fakultas ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(17)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan “ Pengaruh Laba Per Saham, Dividen Per Saham Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Yang Melakukan Pemecahan Saham Di PT. Bursa Efek Jakarta.” yang pernah dilakukan oleh :

1. Ewijaya dan Nur Indriantoro (1999)

Berjudul “Analisis Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Perubahan Harga Saham”:

a. Permasalahan yang diambil dalam penelitian tersebut adalah apakah informasi pemecahan saham dapat secara murni mempengaruhi harga saham ?

b. Variabel yang digunakan

Variabel dependen (Y) yaitu perubahan harga saham dan Variabel independen yang terdiri dari X1 (laba per saham), X2 (dividen per saham), dan D (pemecahan saham)

c. Hipotesis

Diduga laba per saham, dividen per saham dan pemecahan saham berpengaruh secara simultan terhadap perubahan harga saham


(18)

d. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan uji hipotesis dapat diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 14,31 > nilai Ftabel sebesar 3,65. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel perubahan harga saham.

2. Retno Miliasih ( 2000 )

Berjudul “Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Earning” a. Permasalahan yang diambil dalam penelitian tersebut adalah :

1. Untuk menguji apakah stock split memuat informasi tentang earning

2. Bagaimana reaksi pasar setelah adanya pengumuman stock split b. Variabel yang digunakan

Variabel dependen (Y) yaitu perubahan earning, dan variabel independen (X) adalah harga saham perusahaan dua hari sebelum tanggal pengumuman stock split dan earning kuartalan perusahaan c. Hipotesis

1. Diduga terdapat perbedaan kinerja earning sebelum dan sesudah pengumuman stock split

2. Diduga terdapat hubungan antara reaksi pasar pada saat pengumuman stock split dengan perubahan earning

d. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan uji hipotesis dapat diketahui bahwa nilai t hitung pada kuartal –2 sampai kuartal 0 menunjukkan – 1,442


(19)

dan 1,922. Hasil ini tidak signifikan pada 5%. Pada kuartal 0 hasilnya 3,414 signifikan. Sedangkan pada kuartal 1 hasilnya sebesar –1,337 tidak signifikan dan pada kuartal 2 sebesar –0,103 juga tidak signifikan. Keseluruhan hasil pengujian menunjukkan bahwa perusahaan yang mengumumkan stock split tidak menunjukkan kenaikan earning yang signifikan.

3. Peni Handayani ( 2001 )

Berjudul “Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Perubahan Harga Saham”

a. Permasalahan yang diambil dari penelitian tersebut adalah:

1. Bagaimana informasi pemecahan saham, laba per saham dan dividen per saham dapat mempengaruhi perubahan harga saham,

2. Manakah diantara pemecahan saham, laba per saham dan dividen per saham yang lebih dominan berpengaruh terhadap perubahan harga saham

b. Variabel Yang digunakan

Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut antara lain:Satu variabel terikat (Y), yaitu perubahan harga saham, dan tiga variabel bebas (X), yaitu laba per saham, dividen per saham dan pemecahan saham.


(20)

c. Hipotesis:

1. Diduga pemecahan saham, laba per saham, dan dividen per saham secara bersama-sama mempengaruhi harga saham

2. Diduga pemecahan saham lebih mempengaruhi perubahan harga saham dibandingkan laba per saham dan dividen per saham

d. Kesimpulan:

Berdasarkan perhitungan dengan uji t adalah bahwa terdapat pengaruh pemecahan saham (D) terhadap perubahan harga saham (Y), dimana nilai t hitung> t tabel (-3,151 > 2,110)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Investasi

2.2.2.1. Pengertian Investasi

Setiap investasi yang dilakukan diharapkan akan dapat memberikan keuntungan di masa yang akan datang. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai investasi.

Menurut IAI (2002:13.1), investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalty, deviden dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan.


(21)

Menurut Sunariyah (1997 : 2), investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Investasi dalam arti luas terdiri dari 2 bagian utama yaitu :

a. Investasi dalam bentuk akktiva riil (real assets) dalam aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, brg-brg seni dan real estate. b. Investasi dalam berntuk aktiva financial (financial assets) adalah

surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktua riil yang dikuasai oleh entitas.

Dari kedua definisi tersebut diatas investasi dapat didefinisikan sebagai cara penanaman modal, baik secara langsung maupun tidak langsung yang bertujuan mendapatkan manfaat (keuntungan) tertentu sebagai hasil penanaman modal tersebut. Dalam setiap keputusan investasi sebagai seorang yang rasional, investor akan diarahkan pada tingkat pengembalian (rate of return) investasi. Investor akan memilih investasi yang menjanjikan tingkat keuntungan (return) tertinggi.

2.2.2.2. Strategi Investasi.

Beberapa strategi investasi menurut Marzuki Usman (1990:159) dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Beli di pasar perdana, jual begitu masuk di pasar sekunder

Strategi ini digunakan karena adanya keyakinan investasi bahwa harga akan naik begitu suatu saham dicatatkan di bursa efek.


(22)

b. Strategi beli dan simpan (Buy and Hold)

Strategi ini digunakan oleh investor karena berkeyakinan bahwa suatu perusahaan akan berkembang dalam jangka panjang, misalnya peerusahaan yang produknya sangat strategis.

c. Strategi berpindah

Strategi ini digunakan oleh pemodal apabila saham lain dinilai lebih prospektif dibandingkan dengan saham yang telah dimiliki dengan harapan memperoleh capital gain dalam waktu singkat.

d. Strategi mengurangi kerugian (Cut loss)

Strategi ini digunakan untuk mengurangi kerugian atas pembelian saham yaitu dengan cara menjual saham yang sebelumnya dimiliki dan mengganti dengan saham lain (berpindah). e. Membeli saham-saham tidur

Strategi membeli saham-saham tidur, maksudnya membeli saham-saham yang tidak aktif, karena biasanya saham-saham yang tidak aktif sering luput dari perhatian orang banyak, sehingga cenderung harganya murah.

f. Strategi konsentrasi pada industri

Sebagian investor sering memusatkan perhatiannya pada perkembangan industri tertentu. Mungkin karena lebih mengetahui kondisi, mekanisme kerja dari perusahaan yang berada pada industri tersebut, trend industri dan sebagainya. Strategi investasi cara ini adalah memilih saham-saham yang terbaik pada industri tersebut.


(23)

g. Strategi membeli pasar

Seorang pemodal dikatakan melakukan strategi membeli pasar, apabila ia membagi dananya secara relatif proposional kedalam saham-saham yang ada di bursa efek, misalnya 50% jenis saham yang tercatat di bursa efek. Strategi ini mungkin kurang tepat bagi investor kecil, karena untuk melaksanakan strategi ini tentunya membutuhkan dana yang cukup.

h. Strategi membeli melalui reksadana

Mempercayakan pengelolaan dana kepada suatu lembaga yang disebut reksa dana. Reksadana akan melakukan penyebaran investasi untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu dan meminimumkan resiko.

2.2.2.3. Jenis Investasi

Sumantoro (1990 : 16 – 17) menyatakan bahwa dipasar modal yang ada di Indonesia sementara ini, obyek investasi yang diperdagangkan merupakan surat-surat berharga seperti :

a. Saham

Saham adalah tanda bukti penyertaan modal atau bukti pemilikan atas suatu Perseroan Terbatas (PT) akan yang disebut entitas, pemilik saham memiliki has sebagai berikut :

1. Mendapat deviden, yaitu bagian keuntungan usaha yang dibagikan kepada para pemegang saham.


(24)

2. Mengeluarkan suara atau pendapat dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) khususnya dalam hal-hal pemilihan direksi, reorganisasi dan penentuan kebijaksanaan lain atas jalannya perusahaan.

3. Hak lain seperti bonus dan hal ini yang dikeluarkan perusahaan. 4. Peningkatan nilai modal atau selisih nilai yang mungkin ada

apabila saham tersebut dijual oleh pemiliknya dengan harga yang lebih tinggi.

b. Obligasi

Obligasi adalah tanda hutang yang dikeluarkan perusahaan atau pemerintah kepada masyarakat

Pemilik obligasi memiliki hak-hak sebagai berikut : 1. Hak atas pembayaran hutang.

2. Hak atas pelunasan hutang.

3. Meningkatkan nilai modal yang mungkin ada apabila obligasi dijual kembali.

c. Sertifikat PT. Danareksa (sertifikat reksa dana)

Sertifikat PT. Danareksa adalah surat berharga pengganti dari surat-surat berharga atau sekumpulan surat berharga lain. Pemilik sertifikat Danareksa memiliki hak-hak sebagai berikut :

1. Deviden yang dibayarkan secara berkala.

2. Peningkatan nilai modal yang ada apabila sertifikat dijual kembali.


(25)

2.2.3. Dividen

Yang dimaksudkan dengan dividen adalah bagian yang diterima oleh pemilik saham, yang berasal dari keuntungan perusahaan selama usahanya dalam satu periode. (Munandar, 1996 : 151) seringkali semua dari keuntungan itu dibagi dalam bentuk deviden, tetapi ada yang sebagian dari keuntungan tersebut digunakan untuk memprluas usaha perusahaan atau ekspansi.

Menurut Munandar (1996 : 151 – 152), jenis dividen yang diberikan kepada pemegang saham, dapat berupa : (Munandar, 1996 : 151 – 152) 1. Cash dividend, ialah dividen dalam bentuk uang.

2. Properti dividend, ialah dividen dalam bentuk barang misalnya berupa marketable atau yang berupa saham yang dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri

3. Stock right (stock warrant),ialah surat hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan, biasanya pembelian baru dengan menggunakan stock right ini memungkinkan memperoleh harga pembelian yang lebih murah

2.2.4. Saham

2.2.4.1. Pengertian Saham

Menurut Munandar ( 1996 : 3), Saham yaitu tanda ikut serta memasukkan modal kedalam perusahaan yang berarti ikut serta menjadi pemilik perusahaan tertentu, sehingga dengan sendirinya mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu sebagai seorang pemilik


(26)

perusahaan (misalnya, hak ikut serta menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan, hak menikmati bagian-bagian dari keuntungan perusahaan, kewajiban ikut memikul kerugian-kerugian perusahaan sampai batas tertentu dan sebagai berikut).

2.2.4.2. Jenis-jenis Saham

Adapun jenis – jenis saham antara lain :

a. Saham yang dikeluarkan perusahaan dapat digolongkan berdasarkan atas perbedaan hak dari pemegang saham yang bersangkutan. Adapun jenis-jenis sahan yang dikeluarkan perusahaan yang banyak dikenal di Indonesia :

1. Saham Biasa (common Stock)

Adalah saham dengan hak utuh memperoleh keuntungan. Selain itu pemilik saham mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) dan juga memperoleh sebagian kekayaan perseroan setelah tagihan dari kreditur dilunasi. Jika saham perusahaan yang dikeluarkan hanya satu macam, maka saham itu selalu saham biasa.

2. Saham Prioritas (Prefered Stock)

Adalah saham yang memberikan hak untuk mendapatkan deviden serta bagian kekayaan pada saat pembubaran perseroan lebih dahulu daripada saham biasa, disamping itu mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi atau


(27)

komisaris. Saham ini lain daripada saham biasa, karena saham pemegang saham tersebut diberikan hak hutang atau prioritas tentang bagian dari keuntungan ataupun hak-hak lain, seperti hak mengurus dan hak bagian pada pembubaran.

b. Didalam kegiatan perdagangan dibursa, saham yang diperjualberlikan di pasar modal ini berbeda jenis tingakatannya, perbedaan ini tersusun bersdasarkan nilai jaminan yang diberikan oleh saham tersebut. Saham-saham tersebut dibedakan atas :

1. Saham Utilitas (Utility Stock)

Saham ini merupakan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan usaha dibidang sarana dan prasarana umum, misalnya telekomunikasi, listrik, energi dan yang berkaitan dengan kepentingan umum lainnya. Saham-saham dari perusahaan ini banyak diminati para pemodal sebab kebanyakan dari perusahaan tersebut memegang monopoli dari pemerintah.

2. Saham Blue Chip (Blue Chip Stock)

Saham dari perusahaan besar yang sudah sangat mapan, misalnya IBM, General Electrics Astra. Namun demikian bukannya tanpa resiko menanamkan modal diperusahaan tersebut, karena dengan besarnya perusahaan, maka biasanya deviden yang diterima para pemodal akan kecil jumlah sahamnya, sehingga bagi pemoda kecil tidak begitu menguntungkan.


(28)

3. Saham Elisabeth Growth

Yaitu saham darui perusahaan yang sedang berkembang dengan pesat, saham perusahaan ini seperti menyajikan keuntungan yang besar dimasa depan, perusahaan tersebut memiliki pertumbuhan yang baik namun kekuatan finansialnya kurang, sehingga memerlukan investasi yang relatif besar untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya. Menanamkan modal pada perusahaan ini penuh resiko, namun bila pertumbuhannya berhasil baik maka para pemodal akan mendapat keuntungan yang besar sesuai dengan resiko yang dihadapi. Saham perusahaan ini biasanya dijual dengan harga yang relatif rendah pada penawaran perdana dan bagi pemodal yang menginginkan investasi jangka panjang akan sangat menguntungkan karena sejalan dengan perkembangan perusahaan maka akan terjadi kenaikan harga sahamnya.

4. Saham Emerging Growth.

Saham-saham dari perusahaan yang baru mulai berkembang dan baru memasuki pasar untuk produk atau jasa yang dihasilkan. Penghasilan yang didapat perusahaan ini digunakan untuk mendukung pemasaran produk jasanya. Resiko bermodal diperusahaan ini lebih besar, karena dapat saja dalam prakteknya perusahaan seperti ini tidak mampu mengembangkan diri dan mengalami kebangkrutan.


(29)

5. Saham Penny (Penny Stock)

Perusahaan juga bisa disebut dengan perusahaan penny, yaitu perusahaan yang baru menilai perusahaannya dan tentunya memerlukan dana besar untuk menjalankan bisnisnya. Pemodal yang memiliki saham di perusahaan ini harus siap menerima resiko kehilangan seluruh investasinya.

2.2.4.3. Harga Pasar Saham

Harga pasar saham dapat diartikan sebagai harga pasar yaitu harga pasar yang berlaku dipasar pada saat itu dan dipengaruhi oleh pemerintah dan penawaran yang secara fundamental ditentukan oleh aktiva yang memilikinya (Usman, dkk, 1990 : 126).

Ada dua faktor yang mempengaruhi harga saham, antara lain faktor fundamental dan non fundamental. Faktro fundamental umumnya berkaitan dengan penilaian kerja perusahaan seperti laba perlembar saham, deviden perlembar saham, struktur pemodal, potensi pertumbuhan dan prospek usaha perusahaan. Alat yang dipakai untuk menilai aspek-aspek fundamental itu disebut sebagai analisa fundamental. Pada umumnya pendekatan analisa fundamental menilai suatu saham bedasarkan laba dalam bentuk deviden dan prospek usaha perusahaan. Sedangkan dasar untuk menilai kinerja perusahaan adalah hasil usaha dalam laporan keuangan dan perkembengan harga saham dibursa (Sjahrir, 1995 : 16).


(30)

Sedangkan faktor-faktor non fundamental yang mempengaruhi harga saham biasanya merupakan hal-hal yang tidak dapat diperhitungkan dan diprediksi, seperti kebijakan pemerintah, keadaan ekonomi, rumor yang beredar dimasyarakat dan sebagainya. Meskipun demikian pada kenyataan harga saham di Indonesia cenderung dipengaruhi oleh faktor-faktor non fundamental daripada faktor-faktor-faktor-faktor fundamental dari dalam perusahaan sendiri.

Faktor - faktor yang mempengaruhi pergerakan saham :

1. Faktor laba perlembar saham yang akan diperoleh dimasa datang. 2. Proporsi hutang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan

berbagai deviden.

3. Adanya faktor eksternal seperti keadaan perekonomian, pajak dan keadaan bursa saham.

2.2.5. Pemecahan Saham (Stock Split) 2.2.5.1. Arti dan Jenis Pemecahan Saham

Pemecahan saham adalah yang beredar perubahan nilai nominal perlembar saham dan menambah jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan (split factors). Pemecahan saham yang biasa dilakukan pada saat harga nilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Dengan adanya pemecahan saham ini maka nilai nominal akan menjadi lebih rendah perlembar sahamnya sehingga dapat dijangkau oleh para investor dan diharapkan membantu meningkatkan daya tarik investor.


(31)

Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan yaitu :

a. Pemecahan naik (split-up) adalah penurunan nilai nominal perlembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan 2:1, 3:1 misalnya nilai nominalnya Rp 1000,00 perlembar saham, lalu dilakukan pemecahan saham dengan faktor pemecahan 2:1, maka nilai nominalnya akan turun menjadi Rp 500,00 perlembar sehingga dari 1 lembar menjadi dua lembar.

b. Pemecahan turun (split-down) adalah peningkatan nilai nominal perlembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan turun dengan faktor pemecahan saham 1:2, 1:3, yang merupakan kebalikan dari pemecahan naik.

Di Indonesia para emiten sampai saat ini hanya melakukan pemecahan saham naik (stock split-up) dan belum pernah kasus pemecahan saham turun (stock split-down). Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis hanya akan menggunakan perusahaan yang melakukan pemecahan saham naik.

2.2.5.2. Mekanisme Perubahan Harga Saham dan Prosedur Stock Split

Harga saham yang melakukan stock split akan mengalami perubahan. Terbentuknya harga saham merupakan fungsi dari faktor fundamental emiten dan psikologis investor yang tercermin dari besarnya


(32)

minat jual beli pada harga tertentu. Secara fundamental tidak ada hubungan antara langsung stock split dengan harga surat saham karena yang terjadi hanya penambahan jumlah saham beredar karena penurunan nilai nominal suatu saham, bukan nilai pasar saham. Dengan pendekatan seperti ini, seharusnya harga pasar suatu saham tidak harus naik.

Harga pasar yang distock split bisa naik karena meningkatnya permintaan (demand pull) karena harga suatu perdagangan menjadi lebih murah, sehingga diharapkan bisa meningkatkan likuiditas saham tersebut. Efek likuiditas perdagangan ini membantu emiten untuk mempromosikan sorotan terus-menerus dari investor akan memaksa emiten untuk beroperasi lebih menguntungkan (fundamental strenght). Faktor lain yang mungkin menjelaskan adalah dari sisi investor prosentase kenaikan harga per harga saham setelah stock split juga lebih besar dibandingkan satu-satuan harga perdagangan per harga saham sebelum stock split.

Beberapa prosedur yang harus dilakukan oleh emiten yang akan melakukan stock split dimulai dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan pemberitahuan ke Bapepam dan bursa dengan pelaksanaan bantuan teknis dari Biro Administrasi Efek (BAE).

2.2.5.3. Perlakuan Akuntansi Pemecahan Saham

Pengaturan pemecahan saham tidak disebutkan didalam Standart Akuntansi Keuangan (SAK) namun yang diatur adalah mengenai deviden saham yang dibagikan oleh perusahaan yang diatur oleh PSAK No 21 paragraf 23 tentang deviden saham.


(33)

Harga pasar saham dapat menjadi tinggi sehingga tidak dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Kalau hal ini terjadi, maka perusahaan dapat mengecilkan nominal saham. Caranya adalah menukar saham lama dengan saham baru yang dinilai nominalnya lebih kecil atau stock split. Harga pasar menyesuaikan terhadap penurunan harga nilai nominal tersebut, maka pemegang saham tidak akan mengalami perubahan, tapi harga pokok perlembar saham yang akan turun. Dalam hal pemecahan saham tidak ada pendapatan yang diakui oleh pemegang saham.

Pemecahan saham tidak memerlukan jurnal dan hanya dalam memorandum saja hal ini untuk menunjukkan perubahan jumlah lembar saham dan harga pokok perlembar saham.

2.2.5.4. Reaksi Pasar Terhadap Pemecahan Saham

Reaksi pasar terhadap pemecahan saham dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Ada sebagian peneliti yang mengukur reaksi pasar pemecahan saham berdasarkan likuiditas saham, dan harga saham. 1. Pengaruh pemecahan saham pada likuiditas

Salah satu faktor yang menentukan nilai saham suatu perusahaan adalah tingkat likuiditas saham tersebut. Dalam akuntansi likuiditas suatu asset menunjukkan seberapa cepat asset tersebut dapat dikonversikan menjadi uang tunai (kas). Semakin cepat asset tersebut berubah menjadi kas maka semakin tinggi likuiditasnya.

Begitu pula halnya dengan saham yang juga merupakan asset bagi para pemegang saham. Saham yang mudah diperjualbelikan


(34)

dalam jangka waktu yang reatif singkat akan diminati oleh banyak orang. Agar mudah diperjualbelikan tentu saja saham tersebut harus mempunyai daya tarik sendiri, misalnya harga yang murah dan biaya komisi untuk transaksi jual beli yang relatif kecil.

Menurut Sri Fatmawati dan Marwan Asri (1996 : 106), bahwa manajemen perusahaan berkeinginan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Hal didukung dengan adanya pandangan bahwa perusahaan yang melakukan stock split akan menambah daya tarik investor akibat penurunan harga saham pada saat split. Kondisi ini menyebabkan semakin bertambah saham yang diperdagangkan dan jumlah pemegang saham. Peningkatan pada variabel dapat mempengaruhi likuiditas saham setelah split yakni meningkat.

2. Pengaruh pemecahan saham pada harga saham.

Harga saham yang dimaksud disini adalah harga pasarnya. Harga saham memegang peranan penting bagi investor karena harga saham mampu mencerminkan nilai suatu perusahaan pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa semakin tinggi harga saham perusahaan, maka dapat diartikan semakin tinggi pula nilai perusahaan yang menerbitkan nilai saham tersebut. Demikian pula sebaliknya untuk harga saham yang terlalu rendah bahwa yang menerbitkan saham tersebut juga rendah.

Oleh karena itu setiap perusahaan yang menerbitkan saham, sangat memperhatikan harga sahamnya. Harga saham yang terlampau tinggi akan mengurangi kemampuan para investor untuk membelinya


(35)

sehingga menyebabkan harga saham tersebut sulit untuk meningkat lagi. Untuk mengantisipasi hal tersebut banyak perusahaan yang melakukan pemecahan saham. Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya beli dan meningkatkan harga saham tersebut.

2.2.6. Laba Per Saham (EPS)

Pengertian EPS menurut Baridwan (1998 : 448) adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk setiap lembar saham yang beredar.

Menurut Horngren (1998 : 736), Laba per saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar. Skala pengukurannya adalah rasio, dengan satuan rupiah. Laba Per saham, dapat diformulasikan sebagai berikut

Laba Per Saham =

redar b yang saham Jumlah

bersih Laba

e

(Horngren, 1998 : 736) Bagi investor rasio ini diperlukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk tiap lembar sahamnya.

EPS mencerminkan hasil yang diperoleh melalui usaha manajer terhadap semua dana yang diinvestasikan oleh investor. EPS penting sekali artinya bagi pemegang saham selaku pemilik saham perusahaan, dimana tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan laba. Peningkatan EPS akan mempengaruhi hasil pengembalian yang akan diperoleh investor dimasa mendatang. Apabila EPS yang dihasilkan sesuai dengan harapan investor,


(36)

harga saham akan meningkat seiring dengan tingginya minat investor untuk membeli saham perusahaan. Perubahan harga saham disini lebih dipengaruhi oleh kemampuan perusahan dalam menghasilkan laba bersih perlembar saham, sebab laba perusaham tersebut dapat dianggap sebagai indikator untuk meramalkan besarnya laba per saham dimasa mendatang.

2.2.7. Dividen Per Saham (DPS)

Kebijaksanaan perusahaan untuk membagikan dividen juga menjadi perhatian bagi investor dalam keputusan investasinya. Pembayaran dividen yang diambil dapat memberikan kepastian atas investasinya dengan keuntungan yang diharapkan, karena pembayaran dividen yang stabil akan diterima pada tahun berjalan dan secara terus menerus, sedangkan keuntungan modal dapat dipastikan pada saat yang akan datang. Kemungkinan para investor mau membeli saham dengan harga tinggi, sepanjang tingkat pengembalian yang didapat dari penerimaan dividen lebih besar dengan asumsi faktor-faktor lain yang tidak berubah. Jadi kekuatan permintaan dan penawaran saham dapat dipengaruhi oleh kebijaksanaan pembayaran dividen perusahaan.

Menurut (Ewijaya dan Nur Indriantoro, 1999), Dividen Per Saham merupakan pembagian dividen dalam bentuk saham yang biasanya dinyatakan dalam suatu persentase dari jumlah saham yang beredar, Skala pengukurannya adalah rasio, dengan satuan rupiah.


(37)

Dividen Per Saham, dapat diformulasikan sebagai berikut : Dividen Per Saham (DPS) =

redar b yang saham Jumlah

Dividen

e

(Ewijaya dan Nur Indriantoro, 1999) Kebijakan dividen dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a. The Residual Theory of Deviden

Menyatakan bahwa investor lebih mengharapkan laba yang diperoleh perusahaan ditahan untuk diinvestasikan kembali daripada dibagikan pemegang saham dalam bentuk pembayaran deviden. Hal ini dapat diterapkan sepanjang tingkat pengembalian investasi saham tersebut lebih besar daripad tingkat pengembalian yang dapat diperoleh bila diinvestasikan sendiri.(Weston dan Copeland, 1992:291)

b. The Bird in The Hand Theory of Deviden

Menyatakan bahwa para investor lebih mengharapkan penerimaan deviden kas sekarang daripada keuntungan yang didapat dimasa yang akan datang tentunya lebih cenderung bersifat tidak pasti. Pembayaran deviden yang tinggi atas saham yang dibeli tentu akan lebih akan memuaskan para investor daripada harus menunggu keuntungan modal dimasa yang akan datang. (Miller and Rock, 1985).

2.2.8. Pengaruh laba Per Saham terhadap Perubahan Harga Saham

Menurut Horngren ( 1998 : 736 ), Laba Per Saham adalah jumlah laba bersih per lembar saham yang beredar.


(38)

Laba Per Saham ini dapat digunakan untuk mengukur perolehan pemegang saham dari tiap investasi pada laba bersih perusahaan yang dihasilkan dan bila investor berpedoman pada earnings per share yang dicapai perusahaan tersebut, maka harga pasar saham akan mengalami kenaikan di bursa, dan diikuti pula oleh kenaikan capital gain.

Berdasakan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya Laba Per Saham akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan, hal ini sesuai dengan Trading range theory (McNichols dan Dravid, JRAI, 1999 ; 314) yang menyatakan bahwa pemecahan saham akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut teori ini, harga saham yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi. McNichols dan Dravid (1990) dalam Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, mendukung teori ini. Mereka menyatakan bahwa pemecahan saham merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu. Menurut trading range theory, perusahaan melakukan pemecahan saham karena memandang bahwa harga sahamnya terlalu tinggi. Dengan kata lain, harga saham yang terlalu tinggi merupakan pendorong bagi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham ( stock split)


(39)

2.2.9. Pengaruh Dividen Per Saham terhadap Perubahan Harga Saham

Menurut Munandar ( 1996 : 151 ), dividen diartikan bagian laba yang diterima oleh pemilik saham, yang berasal dari keuntungan perusahaan selama suatu periode. Seringkali tidak semua dari keuntungan itu dibagi ke dalam dividen, melainkan sebagian digunakan lagi untuk memperbesar usaha perusahaan.

Dividen saham (stock dividend) sebenarnya hanyalah pembayaran dividen dalam bentuk saham (stock) dan bukan dalam bentuk kas. Dengan demikian stock dividend hanyalah pemberian tambahan saham kepada para pemegang saham. Pemberian stock dividend tidak akan mengubah jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah struktur modal sendiri dari perusahaan yang bersangkutan. Penetapan stock dividend berarti suatu kapitalisasi dari sebagian laba ditahan. Ini berarti bahwa jumlah laba ditahan akan berkurang dengan besarnya keuntungan yang dikapitalisir. Pemberian stock dividend sering dimaksudkan untuk menahan kas. Sering pula pemberian stock dividend dimaksudkan untuk dapat mempertahankan harga pasar dari sahamnya tetap dalam suatu ‘trading range’ yang dikehendaki. (Riyanto, 1995 : 272-273 )

Sedangkan harga saham mencerminkan kekuatan yang terjadi antara penawaran dan permintaan terhadap saham dibursa efek, hal ini berarti naik turunnya harga saham dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran, akan tetapi disisi lain para investor sebelum menanamkan modalnya, selalu berpegang pada laporan keuangan perusahaan, yaitu dengan melihat


(40)

seberapa besar laba yang diperoleh perusahaan tersebut, karena semakin besar laba yang diperoleh maka akan semakin besar dividen yang akan mereka terima, sehingga hal ini membuat para investor akan mau membeli saham dengan harga tinggi, sepanjang tingkat pengembalian yang didapat dari penerimaan dividen lebih besar dengan asumsi faktor-faktor lain tidak berubah. Jadi kekuatan permintaan dan penawaran saham dapat dipengaruhi oleh faktor kebijaksanaan pembayaran dividen perusahaan.

Berdasakan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya dividen per saham akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan, hal ini sesuai denaa Signaling theory(Lakonishok dan Lev, JRAI, 1999 ; 214 ) menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substantial. Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang. Pemecahan saham merupakan upaya untuk menarik perhatian investor, dengan memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki kondisi yang bagus. Pemecahan saham memerlukan biaya, oleh karena itu hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu melakukannya. Hasil yang konsisten dengan hal tersebut juga ditemukan Lakonishok dan Lev (1987) dalam Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, yaitu bahwa perusahaan yang melakukan pemecahan saham mengalami peningkatan laba yang besar sebelum pemecahan.


(41)

2.2.10. Pengaruh laba Per Saham dan Dividen Per Saham terhadap Perubahan Harga Saham

Pada saat dimulainya perdagangan saham tersebut dengan nilai nominal yang baru, maka harga saham tersebut di bursa akan dikoreksi sesuai dengan rasio dari stock split atas dasar harga terakhir perdagangan dengan nilai nominal yang lama. Stock split juga dipengaruhi waktu dan rasio atau pemecahan harga nominal. Beberapa contoh kasus stock split biasanya satu saham dipecah menjadi dua saham, namun demikian tidak menutup kemungkinan lebih dari itu selama tidak melanggar aturan di bursa. Secara matematis apabila kita mengetahui berapa rasio pemecahannya kita dapat mengukur berapa koreksi harga yang akan terjadi secara teoritis ( Tjiptono, 2000 : 132 )

2.3. Kerangka Pikir

Adapun premis-premis yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam melakukan penelitian dapat diikhtisarkan sebagai berikut :

Premis 1 :

Laba per saham, dividen per saham dan pemecahan saham berpengaruh secara simultan terhadap perubahan harga saham (Ewijaya dan Nur Indriantoro, 1999)

Premis 2 :

Laba per saham berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham (McNichols dan Dravid,1990)


(42)

Premis 3 :

Laba per saham berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham (Lakonishok dan Lev, 1987)

Premis 4 :

Signaling theory menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan

informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substantial. Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang.

(Lakonishok dan Lev, JRAI, 1999 ; 214 )

Premis 5 :

Trading range theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan

meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut teori ini, harga saham yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, maka harga saham akan tidak terlalu tinggi, sehingga investor mampu untuk bertransaksi.(McNichols dan Dravid, JRAI, 1999 ; 314)

Stock split masih merupakan fenomena yang membingungkan bagi analis keuangan. Hasil dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan ada yang menunjukkan mendukung teori empiris stock split, tetapi ada pula yang menunjukkan bahwa stock split tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel yang diteliti. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah ada pengaruh Laba Per Saham dan Dividen Per Saham


(43)

baik secara simultan maupun parsial terhadap Perubahan Harga Saham pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham di PT. Bursa Efek Jakarta

Berdasarkan perumusan masalah serta landasan teori yang telah dibahas maka dapat disusun kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 1 : Kerangka Pikir

2.4. Hipotesis

Dari uraian penulisan ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Laba Per Saham berpengaruh signifikan terhadap Perubahan Harga Saham pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham di PT. Bursa Efek Jakarta.

2. Dividen Per Saham berpengaruh signifikan terhadap Perubahan Harga Saham pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham di PT. Bursa Efek Jakarta

3. Laba Per Saham dan Dividen Per Saham berpengaruh signifikan terhadap Perubahan Harga Saham pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham di PT. Bursa Efek Jakarta

Dividen Per Saham (X2) Laba Per Saham (X1)

Perubahan Harga Saham (Y)


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan satu variabel dependen yaitu Perubahan Harga Saham (Y) dan dua variabel independen (X) yaitu Laba Per Saham (X1) dan Dividen Per Saham (X2), adapun definisi operasional dari masing – masing variabel tersebut adalah sebagai berikut :

1. Laba per saham (X1)

Laba per saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar. Skala pengukurannya adalah rasio, dengan satuan rupiah.

Laba per saham, dapat diformulasikan sebagai berikut Laba Per Saham =

redar b yang saham Jumlah

bersih Laba

e

(Horngren, 1998 : 736)

2. Dividen Per Saham (X2)

Dividen Per Saham merupakan pembagian dividen dalam bentuk saham yang biasanya dinyatakan dalam suatu persentase dari jumlah saham yang beredar, Skala pengukurannya adalah rasio, dengan satuan rupiah.


(45)

Besarnya Nilai Dividen Per Saham dapat diformulasikan yaitu sebagai berikut :

beredar yang

saham lembar Jumlah

Dividen saham

per

Dividen =

(Ewijaya dan Indriantoro, 1999 : 59)

Variabel Terikat (Independent) (Y) Harga Saham

Harga Saham adalah harga yang terbentuk dari mekanisme permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual atau harga yang berlaku dalam pasar pada saat terjadi transaksi saham.

Pada penelitian ini harga saham yang digunakan adalah harga saham pada saat penutupan (Closing Price). Selama 5 (lima) hari setelah perusahaan melakukan pemecahan saham (stock split) Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah rupiah.

3.1. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel 3.1.1. Populasi

Populasi adalah himpunan individu, unit, elemen, yang memiliki ciri atau karakteristik yang sama (Sugiyono, 2006 : 55), Dari pengertian tersebut maka populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang telah go publik dan terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia dan melakukan pemecahan saham pada tahun 2008, tercatat 7 perusahaan

.

3.1.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006 : 56). Teknik pengambilan sampel


(46)

merupakan bagian dalam melaksanakan suatu penelitian, untuk itu teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel yang ditujukan untuk tujuan tertentu dan berdasarkan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan. (Sugiyono, 2006 : 78).

Adapun kriteria – kriteria dalam pengambilan sampel tersebut yaitu antara lain :

1. Perusahaan sampel adalah perusahaan yang telah go publik dan terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia. dan hanya melakukan pemecahan saham (stock split) pada tahun 2008

2. Perusahaan sampel adalah perusahaan yang mempunyai laporan keuangan yang lengkap dan telah diaudit oleh auditor independen

3. Perusahaan sampel adalah perusahaan yang hanya melakukan pemecahan saham (stock split) pada tahun 2008

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dalam pengambilan sampel tersebut di atas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 4 perusahaan yang telah go publik dan terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia.

Adapun nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. PT. AKR Corporindo,Tbk 2. PT. Panin Sekuritas, Tbk.

3. PT. Panorama Sentrawisata, Tbk 4. PT. International Nickel Indonesia, Tbk


(47)

3.2. Teknik Pengumpulan Data 3.2.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data mengenai laba per saham, dividen per saham dan harga saham perusahaan yang melakukan pemecahan saham (stock split) pada tahun 2008 dan data yang digunakan tersebut berasal dari PT. Bursa Efek Indonesia

3.2.2. Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Studi pustaka

Yaitu mengumpulkan data dengan cara mempelajari literatur, baik berupa buku-buku, majalah, tulisan-tulisan ilmiah maupun browsing data internet yang terkait dengan permasalahan yang diteliti. 2. Dokumentasi

Yaitu salah satu metode pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap semua catatan dan dokumen yang dimiliki oleh perusahaan yang terpilih sebagai obyek penelitian,

3.3. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji dan mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode


(48)

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Uji Asumsi Klasik

3.4.1.1. Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).

Pada penelitian yang menggunakan data urut waktu, kemungkinan terjadinya autokorelasi relatif besar. Untuk menguji apakah terjadi autokorelasi atau tidak, dapat digunakan uji Durbin Watson, yaitu dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson dengan dL dan dU.

Deteksi adanya Autokolerasi menurut Santoso (2002:218) adalah : a. Apabila (4 – dW) > dU

Ho diterima : Jadi P = 0, berarti tidak ada autokorelasi pada model b. Apabila (4 – dW) < dL

Ho ditolak : Jadi P = 0, berarti terdapat autokorelasi pada model c. Apabila dL < (4 – dW) < dU

Uji ini hasilnya tidak konklusif, sehingga tidak dapat ditentukan apakah ada autokorelasi atau tidak dalam model tersebut.

Gambar. 2 : Kurva Statistik ∂ Durbin Watson

Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada ada auto

korelasi positif

daerah keragu raguan

ada auto korelasi negatif daerah


(49)

3.4.1.2. Multikolinieritas.

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas

Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF).

Menurut Singgih Santoso (2002:206) deteksi adanya Multikolinieritas adalah

1) Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 atau lebih kecil dari 10 2) Mempunyai angka tolerance mendekati 1.

3.4.1.3. Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya.

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidak adanya heteroskedastisitas adalah dengan cara mengunakan uji rank spearman

yaitu dengan membandingkan antara residual dengan seluruh variabel bebas.

autokorelasi negatif

dL 4 - dL 4

0

raguan

4 - dU dU


(50)

Menurut Singgih Santoso (2002 :301) deteksi adanya Heteroskedastisitas adalah

1) Nilai Probabilitas > 0,05 berarti bebas dari Heteroskedastisitas 2) Nilai Probabilitas < 0,05 berarti terkena Heteroskedastisitas

3.4.2 Uji Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi linier berganda, Data yang ada diolah menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS.11.0. dengan model persamaan regresi sebagai berikut :

Y = a + β1X1 + β2X2 + e (Anonim, 2003 : L-21) Keterangan:

Y = Perubahan Harga saham a = Konstanta

β1-β1 = Koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas X1 = Laba per saham

X2 = Dividen per saham e = Kesalahan Baku

3.4.3 Uji Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (X) secara simultan terhadap variabel terikat (Y), digunakan uji F. dengan prosedur penelitian sebagai berikut :


(51)

a. Ho : β1 = β2 = 0 (Tidak Ada pengaruh Variabel Bebas (X) secara simultan terhadap Variabel Terikat (Y))

H1 : β1 = β2 ≠ 0 (Ada pengaruh Variabel Bebas (X) secara simultan terhadap Variabel Terikat (Y))

b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0.05 dengan derajat bebas (n-k-1) dimana n = jumlah pengamatan, dan k = jumlah variabel.bebas

c. Kriteria pengujian sebagai berikut :

i. Jika F hitung ≤ F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti Laba Per Saham (X1) dan Dividen Per Saham (X2) secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Perubahan Harga Saham (Y)

ii. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti Laba Per Saham (X1) dan Dividen Per Saham (X2) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Perubahan Harga Saham (Y)

Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas (X) secara parsial terhadap variabel terikat (Y), digunakan uji t. dengan prosedur pengujian sebagai berikut :

a. Ho : β1 = β2 = 0 (Tidak Ada pengaruh Variabel Bebas (X) secara parsial terhadap Variabel Terikat (Y))

H1 : β1 = β2 ≠ 0 (Ada pengaruh Variabel Bebas (X) secara parsial terhadap Variabel Terikat (Y))


(52)

b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0.05 dengan derajat bebas (n-k-1) dimana n = jumlah pengamatan, dan k = jumlah variabel bebas.

c. Kriteria pengujian sebagai berikut :

i. Jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti Laba Per Saham (X1) dan Dividen Per Saham (X2) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Perubahan Harga Saham (Y)

ii. Jika t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti Laba Per Saham (X1) dan Dividen Per Saham (X2) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Perubahan Harga Saham (Y)


(53)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Berdasarkan pada teknik penentuan sampel, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 4 perusahaan yang melakukan

stock split di Bursa Efek Indonesia tahun 2008. Dan untuk lebih jelasnya, berikut ini merupakan gambaran umum dari masing-masing perusahaan yang dijadikan sampel, yaitu :

1. PT. AKR Corporindo,Tbk

PT. AKR Corporindo,Tbk, didirikan pada tanggal 28 November 1977, dengan berdasarkan akta Notaris No. 46 yang dibuat dihadapkan Sastra Kosasi, S.H.

Perseroan bergerak dalam bidang distribusi dan perdagangan bahan kimia, dan distribusi produk bahan bakar minyak kepasar industri, dengan Kantor Pusat berada di Wisma AKR, Lantai 7 – 8 Jl. Panjang No. 5 Kebin Jeruk, Jakarta dan Perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tahun 1978

2. PT. Panin Sekuritas, Tbk

PT. Panin Sekuritas, Tbk, didirikan pada tanggal 27 Juli 1979, dengan berdasarkan akta Notaris No. 369 yang dibuat dihadapkan Benny Kristianto, S.H.

Perseroan bergerak dalam bidang jasa perantara perdagangan efek, penjamin emisi efek, dan manajer investasi, dengan Kantor Pusat


(54)

Jalan Jendral Sudirman Kav. 52 – 53, Jakarta, dan Perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tahun 1989

3. PT. Panorama Sentrawisata, Tbk.

PT. Panorama Sentrawisata, Tbk., didirikan pada tanggal 22 Juli 1995, dengan berdasarkan akta Notaris No. 71 yang dibuat dihadapkan Sugiri Kadarisman, S.H.

Perseroan bergerak dalam bidang jasa konsultan pariwisata, meliputi penyampaian pandangan, saran, penyusunan studi kelayakan, perencanaan, pengawasan, manajemen dan penelitian di bidang kepariwisataan, dengan Kantor Pusat yang berkedudukan di Jl. Tomang Raya No. 63, Jakarta Barat., dan Perseroan memulai kegiatan operasi secara komersial pada tahun 1998.

4. PT. International Nickel Indonesia, Tbk

PT. International Nickel Indonesia, Tbk, didirikan pada tanggal 25 Juli 1968, dengan berdasarkan akta Notaris No. 49 yang dibuat dihadapkan Elisa Pondaag, S.H.

Perseroan bergerak dalam bidang eksplorasi dan penambangan, pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dan pemasaran nikel beserta produk mineral terkait lainnya, dengan Kantor Pusat yang berkedudukan di Jakarta dan Perseroan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1978.


(55)

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu berupa laporan Laporan laba rugi dan laporan perubahan modal, serta harga saham perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia tahun 2008, dan sumber data berasal dari PT. Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama periode penelitian, mengenai laba per saham, dividen per saham dan harga saham, dapat disajikan pada tabel 4.1, sebagai berikut

Tabel. 4.1 : Rekapitulasi Data : “Laba per saham (X1), Dividen per

saham (X1) dan Harga saham (Y)”

Perusahaan Yang Melakukan Stock Split Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008

No Nama Perusahaan Tanggal

Stock Split

Variabel Penelitian Laba

per saham

Dividen Per saham

Harga Saham

1 PT. AKR Corporindo,Tbk 11 April 2008 67,21 6,70 1.150,00

2 PT. Panin Sekuritas, Tbk. 11 Januari 2008 50,66 25,00 620,00

3 PT. Panorama Sentrawisata, Tbk. 11 Febuari 2008 4,22 1,18 335,00 8 PT. International Nickel Indonesia, Tbk. 15 Januari 2008 0,04 0,02 7.950,00

Sumber : Lampiran 1 - 3

Berdasarkan pada tabel 4.1 dapat diinterprestasikan bahwa besarnya nilai Laba per lembar saham tertinggi dimiliki oleh PT. AKR Corporindo, Tbk sebesar Rp. 67,21 per lembar saham, sedangkan terrendah dimiliki oleh PT. International Nickel Indonesia, Tbk sebesar Rp. 0,04 per lembar saham. Sedangkan untuk nilai Dividen per lembar saham tertinggi dimiliki oleh PT. Panin Sekuritas, Tbk. sebesar Rp. 25,00 per lembar saham, sedangkan terrendah dimiliki oleh PT. International Nickel Indonesia, Tbk sebesar Rp. 0,02 per lembar saham.


(56)

Sekuritas, Tbk. sebesar Rp. 7.950,00, sedangkan terrendah dimiliki oleh PT. Panorama Sentrawisata, Tbk, sebesar Rp. 335,00.

4.2.1. Uji Normalitas

Dasar analisis yang digunakan apakah suatu data mngikuti distribusi normal atau tidak adalah : (Sumarsono, 2004 : 40)

1. Bila nilai signifikan (nilai profitabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka distribusi adalah tidak normal.

2. Bila nilai signifikasi (nilai profitabilitasnya) lebih besar dari nilai 5%, maka distribusi adalah normal.

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan Program SPSS. 16.0, dapat dilihat pada tabel 4.2, sebagai berikut

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas

Variabel Kolmogrov

Smirnov

Nilai

profitabilitasnya Keterangan

Laba Per Saham (X1) 0,567 0,904 Berdistribusi normal

Dividen Per Saham (X2) 0,605 0,858 Berdistribusi normal

Harga saham (Y) 0,792 0,557 Berdistribusi normal

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan pada tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini baik variabel bebas (X) maupan variabel terikat (Y) mempunyai nilai probabilitas lebih besar dari 5% (0,05), dan sesuai dengan dasar analisis yang digunakan, maka hal ini berarti bahwa data dari seluruh variabel tersebut berdistribusi normal dan dapat digunakan dalam penelitian..


(57)

Dalam suatu persamaan regresi harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya dalam pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias (Sesuai dengan tujuan)

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik dengan alat bantu komputer yang menggunakan Program SPSS. 16.0 For Windows. diperoleh hasil sebagai berikut

1. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalah pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul kerena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain (Ghozali, 2001: 61).

Untuk menguji apakah terjadi autokorelasi atau tidak, dapat digunakan uji Durbin Watson, dengan ketentuan sebagai berikut :. 1. Apabila (4 – dW) > dU, hal ini berarti bahwa Ho diterima : Jadi P

= 0, berarti tidak ada autokorelasi pada model

2. Apabila (4 – dW) < dL, hal ini berarti bahwa Ho ditolak : Jadi P = 0, berarti terdapat autokorelasi pada model

3. Apabila dL < (4 – dW) < dU, hal ini berarti bahwa Uji ini hasilnya tidak konklusif, sehingga tidak dapat ditentukan apakah ada autokorelasi atau tidak dalam model tersebut

Berdasarkan dari hasil “Uji Autokorelasi” dengan alat bantu komputer yang menggunakan Program SPSS. 16.0. For Windows


(58)

sebesar 2,571 (Lampiran. 5), sedangkan berdasarkan tabel “Durbin Watson” Untuk N = 4 dan k = 2 (Lampiran 7), diperoleh nilai dL = 0,467 dan dU = 1,896.

Untuk memperjelas uraian tersebut di atas, berikut ini merupakan gambar kurva daerah keputusan autokorelasi, yang dapat dilihat pada gambar 4.1, sebagai berikut

Gambar. 4.1

Daerah Keputusan Autokorelasi

Berdasarkan pada gambar 4.1 dapat diketahui bahwa nilai dW tes sebesar 2,571 berada diantara nilai 4 - dU = 2,104 dan 4 - dL = 3,533 atau daerah keragu - raguan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, maka hal ini berarti dalam model regresi tersebut tidak terdapat korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya), sehingga data dari seluruh variabel bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini baik X1, dan X2,dapat digunakan dalam penelitian.(Santoso, 2001, 219)

Tidak Ada Autokorelasi Positif dan Negatif

dL

= 0,467

dU

= 1,896

4 – dU

= 2,104

4 – dL

= 3,533 4 0 Daerah Keragu -raguan Ada Autokorelasi Negatif Daerah Keragu - raguan Ada

Aukorelasi positif

DW test = 2,571


(59)

Alat uji yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dalam penelitian ini dengan melihat besarnya nilai

Variance Inflation Factor (VIF).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas Multikolinieritas (Santoso, 2001 : 206)

Berdasarkan hasil Uji Multikolinieritas dengan alat bantu komputer yang menggunakan Program SPSS. 16.0, dapat dilihat pada tabel 4.3, sebagai berikut

Tabel 4.3. Hasil Uji Multkolinieritas

Variabel VIF Keterangan

Laba Per Saham (X1) 1,615 Bebas Multikolinieritas

Dividen Per Saham (X2) 1,615 Bebas Multikolinieritas

Sumber : Lampiran 5.1

Berdasarkan pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini baik X1 dan X2, mempunyai nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, dan sesuai dengan dasar analisis yang digunakan, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas Multikolinieritas.

3. Heteroskedastisitas

Alat uji yang digunakan untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas secara kuantitatif dalam suatu persamaan regresi dapat dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman.


(60)

adalah:

a. Nilai probabilitas > 0,05, hal ini berarti bebas dari heteroskedastisitas.

b. Nilai probabilitas < 0,05, hal ini berarti terkena heteroskedastisitas Berdasarkan hasil Uji Heteroskedastisitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan Program SPSS. 16.0., dapat dilihat pada tabel 4.4, sebagai berikut

Tabel 4.4. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Probabilitas

(Sig (2 - tailed) Keterangan

Laba Per Saham (X1) 0,600 Bebas Heteroskedastisitas

Dividen Per Saham (X2) 0,800 Bebas Heteroskedastisitas

Sumber : Lampiran 6

Berdasarkan pada tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini baik X1 dan X2, mempunyai nilai Sig (2-tailed) > 0,05, dan sesuai dengan dasar analisis yang digunakan maka hal ini berarti dalam model regresi tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya atau bebas Heteroskedastisitas.

Setelah dilakukan Uji Asumsi Klasik tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi linier dalam penelitian ini, bebas dari asumsi dasar (klasik) tersebut, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t yang akan dilakukan dalam penelitian ini tidak akan bias atau sesuai dengan tujuan penelitian.


(61)

4.3.1. Teknik Analisis Regresi Linier Berganda

Berdasarkan dari hasil Uji analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer yang menggunakan program SPSS.16.0, dapat dilihat pada tabel 4.5, sebagai berikut ::

Tabel 4.5. Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda

Model

Nilai Koefisien ( B )

(Constant) 4.412,864

Laba Per Saham (X1) - 43,606

Dividen Per Saham (X2) - 69,017

Sumber : Lampiran. 5.1

Berdasarkan pada 4.5. dapat dibuat model persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 4.412,864 - 43,606 X1 - 69,017 X2

Dari model persamaan regresi linier tersebut di atas, dapat diinterprestasikan, sebagai berikut :

Konstanta (b0)

Nilai konstanta (b0) sebesar 4.412,864 menunjukkan bahwa, apabila variabel laba per saham dan dividen per saham konstan, maka besarnya nilai harga saham yaitu sebesar 4.412,864 satuan

Konstanta (b1) Untuk Variabel Laba per saham (X1)

Besarnya nilai koefisien regresi (b1) sebesar - 43,606 nilai (b1) yang negatif menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan arah antara variabel harga saham (Y) dengan variabel laba per saham (X1) yang artinya


(62)

besarnya nilai variabel harga saham (Y) akan turun sebesar 43,606 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya bersifat konstan

Konstanta (b2) Untuk Variabel Dividen per saham (X2)

Besarnya nilai koefisien regresi (b2) sebesar - 69,017 nilai (b2) yang negatif menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan arah antara variabel harga saham (Y) dengan variabel dividen per saham (X2) yang artinya jika nilai variabel dividen per saham (X1) naik sebesar satu satuan, maka besarnya nilai variabel harga saham (Y) akan turun sebesar 69,017 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya bersifat konstan

4.3.2. Uji Hipotesis

4.3.2.1. Uji Kesesuaian Model Atau Uji F

Uji ini dilakukan untuk menguji sesuai tidaknya model regresi yang dihasilkan guna melihat pengaruh dari laba per saham dan dividen per saham terhadap harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia.

Dari hasil Uji Kesesuaian Model atau Uji F dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS.16.0, For Windows mengenai analisis hubungan kesesuaian model, dapat dilihat pada tabel 4.6, sebagai berikut

Tabel 4.6. Hasil Analisis Hubungan Kesesuaian Model

Nilai F hitung Nilai Signifikan Ketentuan Keterangan

0,233 0,826 0,05 Tidak Berpengaruh Signifikan


(63)

nilai F hitung sebesar 0,233 dengan tingkat taraf signifikansi sebesar 0,826 (lebih kecil dari 0,05), maka H1 ditolak dan H0 diterima, yang berarti bahwa model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna melihat pengaruh dari laba per saham dan dividen per saham terhadap harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia.

Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari laba per saham dan dividen per saham terhadap harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia, dapat diketahui dengan menghitung nilai R2 square (koefisien determinasi) dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS.16.0, For Windows

Dari hasil pengujian juga diperoleh nilai R square yang dapat dilihat pada tabel 4.7, sebagai berikut:

Tabel. 4.7 : Koefisien Determinasi (R square / R2)

Model Summaryb

Model R Square

1 0.318

Sumber ; Lampiran. 5

Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan besarnya nilai koefisien Determinasi (R square / R2) sebesar 0,318, hal ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel harga saham sebesar 31,8% dipengaruhi oleh perubahan dari variabel laba per saham dan dividen per saham, sedangkan sisanya 68,2% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model.


(64)

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari laba per saham dan dividen per saham secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia.

Dari hasil Uji Parsial atau Uji t dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS.16.0, For Windows mengenai analisis hubungan secara parsial, dapat dilihat pada tabel 4.8, sebagai berikut: Tabel 4.8 : Hasil Analisis Varians Hubungan Secara Parsial

Variabel t hitung Sig Keterangan

Laba Per Saham (X1) -0,383 0,767 Tidak Berpengaruh Signifikan

Dividen Per Saham (X2) -0,209 0,869 Tidak Berpengaruh Signifikan

Sumber ; Lampiran. 5.1

Berdasarkan dari tabel 4.8 di atas dapat diinterprestasikan, yaitu sebagai berikut :

1. Pengaruh Laba per saham (X1) Secara Parsial terhadap Harga

saham (Y)

Berdasarkan tabel 4.8 di atas menunjukkan besarnya nilai t hitungsebesar -0,383, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,767 (lebih besar dari 0,05), maka H1 ditolak dan H0 diterima yang berarti laba per saham secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia.

2. Pengaruh Dividen per saham (X2) Secara Parsial terhadap Harga

saham (Y)

Berdasarkan tabel 4.8 di atas menunjukkan besarnya nilai t hitungsebesar -0,209, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,869 (lebih


(65)

per saham secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan dari hasil Uji Kesesuaian Model atau Uji F dan berdasarkan dari hasil Uji Parsial atau Uji t menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh laba per saham dan dividen per saham terhadap harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa diduga ada pengaruh laba per saham dan dividen per saham terhadap harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia, tidak teruji kebenarannya.

4.4. Pembahasan 4.4.1. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa tidak ada pengaruh laba per saham dan dividen per saham terhadap harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia, hal ini kemungkinan disebabkan karena krisis global yang masih dirasakan oleh bangsa Indonesia, dan fenomena ini akan berpengaruh terhadap laba perusahaan, dengan turunnya laba perusahaan, maka mengakibatkan harga saham turun, karema para calon pemegang saham tertarik dengan laba per saham yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa laba per saham dan dividen per saham kurang tepat digunakan sebagai dasar dalam mengukur tingkat harga saham.


(66)

pengaruh laba per saham terhadap harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia, hal ini kemungkinan disebabkan karena pada saat perusahaan melakukan stock split kurang mempertimbangkan kondisi pasar modal, karena hasil yang maksimal akan diperoleh pada kondisi pasar yang bullish (suatu kondisi dimana harga saham cenderung meningkat) Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati dan Asri (1999) yang membuktikan bahwa aktivitas stock split berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Sehingga dapat disimpulkan bahwa laba per saham kurang tepat digunakan sebagai dasar dalam mengukur tingkat harga saham.

Dan berdasarkan dari hasil penelitian juga dibuktikan bahwa tidak ada pengaruh dividen per saham terhadap harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia, hal ini kemungkinan disebabkan karena para investor mempunyai tujuan jangka pendek, maka dividen merupakan bahan pertimbangan penting dalam membeli saham karena mengingat sifat dari capital gain yang belum pasti. Jika suatu perusahaan berani membayar tinggi dividen, maka kemungkinan harga saham akan naik. Untuk itu bagi perusahaan yang telah melakukan stock split, hendaknya tetap membagikan dividen kepada pemegang saham, sehingga para pemegang saham tidak beralih dengan membeli saham di perusahaan lain, selain itu perusahaan yang telah melakukan stock split


(1)

jangka panjang kepada para investor, sehingga stock split yang dilakukan perusahaan dapat dinilai sebagai suatu isyarat positif oleh investor. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ewijaya dan Indriantoro (1999) menyimpulkan bahwa secara umum deviden per saham mempunyai pengaruh terhadap pergerakan harga saham, sehingga dapat disimpulkan bahwa laba per saham kurang tepat digunakan sebagai dasar dalam mengukur tingkat harga saham.

4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya

Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya adalah sama - sama membahas mengenai factor – factor yang berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan perbedaannya yaitu dari segi variabel bebas yang digunakan, periode penelitian dan objek penelitian, sehingga penelitian sekarang bukan merupakan duplikasi dan penelitian yang pernah dilakukan tersebut di atas digunakan sebagai pendukung penelitian yang dilakukan sekarang ini

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada pengaruh laba per saham dan dividen per saham terhadap harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia.

4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat

Berdasarkan dari tujuan penelitian yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan


(2)

55

Dari manfaat yang telah dikemukakan, maka hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai solusi alternatif dalam pengambilan keputusan bagi perusahaan yang akan melakukan pemecahan saham (stock split)

4.4.4. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dirasakan oleh peneliti sudah dilakukan secara optimal, namun peneliti merasa dalam hasil penelitian ini adanya

keterbatasan, yaitu antara lain :

1. Sampel yang diambil relatif kecil, sehingga kurang dapat mengukur pengaruh laba per saham dan dividen per saham terhadap harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia. 2. Kendala yang bersifat situasional, yaitu berupa situasi yang dapat

dirasakan peneliti pada saat melakukan penelitian, yang mana pada saat ini situasi negara dalam keadaan krisis ekonomi sehingga dapat mempengaruhi laba per saham dan dividen per saham dalam mengukur tingkat harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia.

3. Dari hasil penelitian juga dapat dilihat adanya pengaruh dari variabel lain, sehingga dalam penelitian yang akan datang hendaknya diperhitungkan variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap harga saham.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Berdasarkan dari hasil Uji Kesesuaian Model atau Uji F dan berdasarkan dari hasil Uji Parsial atau Uji t menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh laba per saham dan dividen per saham terhadap harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa diduga ada pengaruh laba per saham dan dividen per saham terhadap harga saham pada perusahaan yang melakukan

stock split di Bursa Efek Indonesia, tidak teruji kebenarannya.

5.2. Saran

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan dimasa yang akan datang, yaitu antara lain :

1. Bagi perusahaan yang akan melakukan stock split harus mempertimbangkan kondisi pasar modal saat akan melakukan stock split, karena hasil yang maksimal akan diperoleh pada kondisi pasar


(4)

57

saham tidak beralih dengan membeli saham di perusahaan lain, selain itu perusahaan yang telah melakukan stock split hendaknya lebih transparan dalam mengungkapkan kinerja dan rencana jangka panjang kepada para investor, sehingga stock split yang dilakukan perusahaan dapat dinilai sebagai suatu isyarat positif oleh investor.

3. Bagi investor hendaknya mempertimbangkan kembali keinginan untuk membeli saham pada perusahaan yang melakukan stock split, dengan lebih mempertimbangkan return yang akan diperoleh.

4. Bagi investor informasi mengenai stock split dan motivasi perusahaan melakukan stock split menjadi suatu hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengambil keputusan untuk membeli atau melepas saham.

5. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya memperhatikan dari adanya pengaruh dari variabel – variabel lain yang diteliti, sehingga dalam penelitian yang akan datang hendaknya diperhitungkan variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap hatga saham


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi, Jurusan

Akuntansi Penerbit Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jatim.

Djarwanto, 2001, Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Fakhruddin, M & Sopian Hadianto, 2001, Perangkat dan Modal Analisis Investasi Di

Pasar Modal, Penerbit PT Alex Multimedia Komputindo, Jakarta.

Ghozali, 2006, Aplikasi Analisis Multivarrate dengan program SPSS. Edisi 11, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, 1999, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Halim, Abdul, 2005, Analisis Investasi,. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Harahap, Sofyan, 2006, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Jakarta

Husnan, Suad, 2001, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Jumingan, 2006, Analisis Laporan Keuangan, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta Kasmir, Jakfar, 2010, Analisa Laporan keuangan, Edisi ke 1, Cetakan pertama.

Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.

Munawir, 2002, Analisis Laporan Keuangan. Penerbit Liberty, Jakarta

Prastowo, Dwi & Juliaty, 2005, Analisis Laporan Keuangan Konsep & Aplikasi, Edisi Ke Dua, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Ke Empat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Santoso, Singgih, 2000, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sartono, R. Agus 2001, Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta


(6)

Sutrisno, 2003, Manajemen Keuangan Teori, Konsep Dan Aplikasi, Edisi Pertama, Penerbit EKONOSIA, Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

Analisis Peluang Kecenderungan Overvalue Atau Undervalue Harga Saham Perdana Dengan Metode Real Option Pada Bursa Efek Indonesia

3 51 109

Pengaruh Laba Per Lembar Saham (EPS) Dan Dividen Tunai Terhadap Harga Saham (Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 10 73

Analisis Pertumbuhan Laba dan Return Saham Terhadap Perusahaan yang Melakukan Stock Split di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus di Perusahaan yang Melakukan Pemecahan Saham 2011)

1 11 86

Pengaruh Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham Terhadap Likuiditas Saham pada Perusahaan Sebelum dan Setelah Melakukan Stock Split di Bursa Efek Indonesia

2 21 39

Pengaruh Stock Split dan Earnings Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 20

Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan, Tingkat Kemahalan Harga Saham dan Return Saham Perusahaan yang Melakukan Stock Split dan Perusahaan yang Tidak Melakukan Stock Split pada Perusahaan Listing di Bursa Efek Indonesia.

0 3 24

Pengaruh Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham Terhadap Likuiditas Saham pada Perusahaan Sebelum dan Setelah Melakukan Stock Split di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham Terhadap Likuiditas Saham pada Perusahaan Sebelum dan Setelah Melakukan Stock Split di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham Terhadap Likuiditas Saham pada Perusahaan Sebelum dan Setelah Melakukan Stock Split di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

ANALISIS LABA PER SAHAM DAN DIVIDEN PER SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 16