1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan tuntutan perkembangan lingkungan bisnis, berbagai perbaikan dan penyempurnaan Standar Akuntansi Keuangan, Standar
Profesional Akuntan Publik maupun Kode Etik Akuntan Indonesia terus dilakukan. Salah satunya pernyataan Etika Profesi Nomor 4 tahun 1994
tentang pelarangan advertensi jasa akuntan publik, telah direvisi dengan aturan Etika Profesi Nomor 250 Tahun 2008 yang memperbolehkan KAP melakukan
promosi dan kegiatan lainnya. Kode etik profesi akuntan publik Tahun 2008 yang diberlakukan pada
tanggal 01 Januari Tahun 2011 di dalamnya dijelaskan tentang ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi mendapatkan suatu
perikatan melalui iklan atau bentuk pemasaran lainnya, sebagai contoh ancaman kepentingan pribadi terhadap kepatuhan profesional dapat terjadi
ketika jasa profesional hasil pekerjaan atau produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan prinsip perilaku profesional.
Setiap praktisi tidak boleh mendeskriditkan profesi dalam memasarkan jasa profesionalnya, setiap praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh
melakukan tindakan–tindakan sebagai berikut: Pertama, membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat diberikan kualifikasi
yang dimiliki atau pengalaman yang telah diperoleh. Kedua membuat
2 pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak di
dukung bukti terhadap hasil pekerjaan praktisi lain. Jika praktisi memiliki keraguan atas tepat tidaknya suatu iklan atau bentuk pemasaran lainya, maka
praktisi harus melakukan konsultasi dengan organisasi profesi. Pelanggaran Kode Etik ini menimbulkan permasalahan apakah akuntan
publik harus beriklan atau tidak, informasi apa saja yang seharusnya dimuat jika mereka beriklan dan media apa saja yang sebaiknya digunakan Hite dan
Fraser, 1998. Apakah konsumen akan beranggapan bahwa advertensi oleh akuntan publik tidak etis dan harus dihindari ataukah sebaliknya, konsumen
akan menghargai informasi dalam advertensi dan memilih akuntan publik yang menawarkan keunggulannya.
Secara umum iklan merupakan cara penyampaian pesan melalui media tertentu seperti: majalah, surat kabar, radio, televisi, dan surat yang bertujuan
untuk mempengaruhi orang untuk membeli produk atau jasa, atau untuk menghasilkan reaksi tertentu Kotler, 2000:31. Iklan bagi KAP bisa menjadi
media yang efektif untuk menyediakan informasi bagi calon klien mengenai jasa yang tersedia Payamta, 2002. Seiring dengan perkembangan bisnis
yang semakin kompleks, auditor dituntut untuk semakin meningkatkan kompetensi dan profesionalitas dalam menjalankan perannya. Di Indonesia,
isu tentang iklan bagi akuntan publik telah menjadi suatu perdebatan pada rapat sidang komisi kode etik kongres VI tahun 1990 di Jakarta yang
menghasilkan sebuah gagasan untuk memperbolehkan akuntan publik
3 memasang iklan jasa akuntan publik dengan batasan-batasan tertentu, tetapi
gagasan ini ditolak oleh sidang pleto Iskak, 2000:8. Dalam kongres VII IAI di Bandung, diputuskan bahwa iklan bagi kantor
akuntan publik di Indonesia tetap dilarang, kecuali untuk hal yang bersifat pemberitahuan yang jelas tercantum dalam aturan Etika Profesi No. 4
mengenai iklan bagi kantor akuntan publik Iskak, 2000:8-11. Seperti dikutip dalam Rilis Pers, 2008:15-8 melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
481KM.12008 terdapat beberapa kantor akuntan publik yang dibekukan perizinannya karena melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing SA
Standar Professional Akuntan Publik SPAP. Pelanggaran tersebut dikatakan sebagai pelanggaran berat sebagaimana dalam ketentuan pasal 63 ayat 3
tentang jasa akuntan publik, sehingga dikenakan sangsi pembekuan izin. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan para pengguna jasa
akuntan publik hanya tertarik untuk menggunakan jasa akuntan publik yang sudah dikenal antara lain Payamta, 2002 :
1. Para pengguna jasa sudah terbiasa menggunakan jasa akuntan publik yang
sudah dikenal, dan enggan berpindah pada kantor akuntan publik yang lain.
2. Para pengguna jasa enggan berpindah kepada akuntan publik lainnya
karena yakin terhadap kemampuan kantor akuntan publik yang dipilihnya. 3.
Para pengguna jasa tidak tahu tentang kantor akuntan publik selain yang sudah dipilih.
4 Alasan pengguna jasa akuntan publik memakai jasa kantor akuntan
publik karena alasan pertama dan kedua tidak menjadi masalah, karena pemilihan terhadap kantor akuntan publik sepenuhnya hak klien. Berbeda jika
klien tidak memilih suatu kantor akuntan publik karena tidak tahu adanya kantor akuntan publik yang lain beserta jasa-jasa yang dapat diberikan, dalam
hal ini perlu dipertanyakan: “Apakah suatu Kantor Akuntan Publik perlu untuk memasang advertensi berkenaan dengan jasa yang diberikannya?”.
Kondisi tersebut mendorong akuntan publik mencari cara penyampaian pesan yang efektif untuk menyediakan informasi bagi calon klien mengenai yang
tersedia Cooper et. al, 1999 dalam Payamta 2002 Pelarangan memasang iklan bagi KAP sebelumnya telah ada bersamaan
dengan dirumuskannya konsep awal aturan kode etik IAPI yang pertama tahun 1972, menjelang kongres IAPI ke-2, bahkan jauh sebelum kongres IAPI yang
pertama. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, hasil kongres mengalami beberapa perubahan dan penyempurnaan. Kelonggaran yang
terjadi pada kode etik IAPI menimbulkan permasalahan-permasalahan berikut pertama, apakah KAP harus beriklan atau tidak. Kedua informasi apa yang
seharusnya dimuat jika mereka beriklan dan media apa yang sebaiknya digunakan. Ketiga, apakah konsumen akan beranggapan bahwa advertensi
dan memilih akuntan yang menawarkan keunggulannya. Secara umum iklan merupakan cara penyampaian pesan melalui media tertentu seperti: Majalah,
surat kabar, radio, televisi dan surat yang bertujuan untuk mempengaruhi
5 orang untuk membeli suatu produk atau jasa, atau untuk menghasilkan reaksi
tertentu Kotler, 2000:31. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Payamta 2000.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada populasi penelitian. Populasi penelitian sebelumnya adalah di Jawa Tengah yang
berpendidikan S1 akuntansi, sedangkan penelitian ini menggunakan populasi pengguna jasa akuntan publik dan akuntan publik yang berada di Jakarta.
Iklan bagi suatu KAP bisa menjadi media yang efektif untuk menyediakan informasi bagi klien mengenai jasa yang tersedia. Berdasarkan latar belakang
tersebut, penulis tertarik untuk membuat penelitian ini yang berjudul
“Analisis Perbedaan Persepsi antara Pengguna Jasa Akuntan Publik dengan Akuntan Publik terhadap Advertensi Jasa Akuntan Publik”.
B. Perumusan Masalah