Analisis perbedaan persepsi antara pengguna jasa akuntan publik dengan akuntan publik terhadap advertensi jasa akuntan publik

(1)

ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI ANTARA PENGGUNA

JASA AKUNTAN PUBLIK DENGAN AKUNTAN PUBLIK

TERHADAP ADVERTENSI JASA AKUNTAN PUBLIK

OLEH: ROCHMAWATI NIM: 206082004005

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


(2)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rochmawati

Tempat / Tanggal Lahir : Lamongan, 19 Juni 1986

Agama : Islam

Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Abadi No. 98 Pondok Karya Pondok Aren-Tangerang No. Tlp/Hp : 021-73880159 / 08561794135

Pendidikan : - MI Assafiiyah Lamongan (1993-1998) - SMP N I Lamongan (1999-2001) - MA. MAMBAST Gersik (2002-2005) - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2006-2010)


(3)

ABSTRACT

Rochmawati, the tittle of the skripsi the perception between the public accountant service users towards the public accountantes service advertisiment of accountancy investigation of the Faculty of Economics and Business Sciences Syarif Hidayatullah State Islanic University Jakarta 2010 M/ 1431 H.

The research is purpose to know the perception between the public accontant and the public accountant service users toward the public accountant service advertisement. This is a comparatif research using purposively sampling. The data is achieved by giving questionnaires to ninety respondent consist of thirty public acountants and sixty public accountant for service users in the first two is enterprice and bank.

The result of this research indicates that there isn’t significant of differencial perception between publicb chartered accountant with company to the advertising of public chartered accountant service besided that there is differensial perception between public charterd accontant service. So, the write finds the differensial perception between company and bank to the advertising of public chartered accountant service.

Keywords: perception, public accountant, public accountant service,


(4)

ABSTRAK

Rochmawati, judul skripsi Analisis Perbedaan Persepsi antara Pengguna Jasa Akuntan dengan Akuntan Publik terhadap Advertensi jasa Akuntan publik. Strata Satu (S-1). Jurusan Akuntansi Kosentrasi Audit pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010 M/1431 H.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi antara Pengguna Jasa Akuntan Publik dengan Akuntan Publik terhadap Advertensi Jasa Akuntan Publik, dan bersifat Komparatif dengan menggunakan Purposif sampling. Data diperoleh dengan menyebarkan angket terhadap 90 responden yang terdiri dari 60 pengguna jasa akuntan publik dan 30 akuntan publik, dimana pengguna jasa akuntan publik di bagi menjadi dua yang pertama perusahaan dan yang kedua bank.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan publik dengan perusahaan terhadap advertensi jasa akuntan publik. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik dengan bank terhadap advertensi jasa akuntan publik. Terdapat perbedaan persepsi antara perusahaan dengan bank terhadap advertensi jasa akuntan publik.

Kata kunci: persepsi, pengguna jasa akuntan publik, akuntan publik, advertensi jasa akuntan publik.


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim………..

Alhamdulillahi rabbil’alamin, dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan karunia dan hidayah-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda besar Muhammad SAW keluarga dan para sahabatnya yang telah menjadi jalan bagi para umatnya dalam menenpuh keselamatan dan kebahagiaan dengan berbagai ilmu pengetahuan yang benar.

Skripsi ini berjudul “Analisis perbedaan persepsi antara pengguna jasa akuntan publik dengan akuntan publik terhadap advertensi jasa akuntan publik”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh sempurna, baik penyusunan, pengalaman, dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu saran menuju perbaikan sangat penulis harapkan. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai masalah dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat bantuan, dorongan, bimbingan dan pengarahan yang tidak ternilai harganya dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:


(6)

yang telah membesarkan sehinga penulis menjadi anak yang berguana serta tiada henti memberikan rasa cinta, perhatian, kasih sayang, dukungan moril, spiritual dan material yang tulus dan tak terhingga “Rohma sayang kalian ”. 2. Adikku Muhajir makasih ya buat semangat yang kau berikan buat mbak.

Pesan mbak jangan malas belajar, teruslah meraih mimpi masa depanmu masih panjang, jangan kecewain Ibu sama Bapak.

3. Adhabi yang selalu menemaniku dalam pembuatan skripsi ini, dan selalu memberikan dukungan, semangat baik moril maupun spiritual, makasih buat waktu yang selalu kau berikan untukku. Ukhibu ilika walau bai’dan minni….. 4. Paman serta tanteku yang dibintaro maupun ditegalrotan. Terima kasih atas

segala bantuan dan dukungan kalian semua.

5. Bapak Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si. sebagai pembimbing I yang selalu memberi arahan dan bimbingan setiap permasalahan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi.

6. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak, CPA dosen pembimbing II atas waktu yang telah diluangkan untuk membimbing dan memotivasi penulis.

7. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid,MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).

8. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi. 9. Ibu Yessi Fitri SE, Ak., M.Si., selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi.

10.Semua Dosen yang telah memberikan ilmunya yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu, semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak dan Ibu


(7)

dan semoga ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat dan dapat kami terapkan serta kami amalkan.

11.Seluruh jajaran Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

12.Segenap pihak yang telah bersedia mengisi kuesioner penulis dan memberikan kemudahan kepada penulis dalam melakukan riset.

13. Sri, Ika, Asep, Misba, Nova, Iqbal teman-teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi, saling memotivasi dan membantu sehingga kita dapat menyekesaikan sesuai rencana

14. Indah, ka Iwan, ka Edy makasih banget buat bantuanya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

15.Cicih, Ratna, Rina, Fida, pa Harto dan teman-teman yang lain yang tidak sisebutkan namanya tetap semangat terus untuk nyelesain skripsinya.

Semoga Allah SWT memberikan pahala di akhirat dan balasan didunia dengan balasan yang lebih tinggi. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Jakarta, Juni 2010 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi... i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif... ii

Daftar Riwayat Hidup... iii

Abstract... iv

Abstrak... v

Kata Pengantar... vi

Daftar Isi... ix

Daftar Tabel... xi

Daftar Gambar... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi ... 7

B. Kode etik akuntan ... 10

C. Iklan... 19

D. Iklan dalam kode etik ... 27

E. Akuntan publik... 32

F. Pengguna jasa akuntan publik... 34

G. Penelitian terdahulu... 37

H. Kerangka pemikiran ... 38

I. Hipotesis... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A . Ruang lingkup penelitian ... 40


(9)

B. Metode penentuan sampel ... 40

C. Metode pengumpulan data ... 41

D. Metode analisis... 41

E. Operasional variabel penelitian ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 50

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 53

C. Interpretasi... 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 62

B. Implikasi... 63

C. Saran... 65

DAFTAR PUSTAKA... 66


(10)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

3.1 Operasional Variabel Penelitian... 47

4.1 Data Sampel Penelitian ... 50

4.2 Karakteristik Responden Akuntan Publik... 51

4.3 Karakteristik Responden Pengguna Jasa Akuntan Publik ... 52

4.4 Hasii Uji Validitas... 53

4.5 Hasil Uji Reabilitas ... 54

4.6 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 55

4.7 Hasil Uji Statistik Non parametric Kolmogorov-Smirnow... 56

4.8 Hasil Ujiunivariate Analysis Of Variance... 57

4.9 Hasil Ujilevene’s Test Of Equality Of Error Variance ... 57

4.10 Hasil Uji Test Of Between-Subject Effects ... 58

4.11 Hasil Uji Multiple Comparisons ... 59


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

2.1 Skeme Kode Etik dengan Kepercayaan Masyarakat ... 11 2.2 Kerangka Pemikiran... 38


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan tuntutan perkembangan lingkungan bisnis, berbagai perbaikan dan penyempurnaan Standar Akuntansi Keuangan, Standar Profesional Akuntan Publik maupun Kode Etik Akuntan Indonesia terus dilakukan. Salah satunya pernyataan Etika Profesi Nomor 4 tahun 1994 tentang pelarangan advertensi jasa akuntan publik, telah direvisi dengan aturan Etika Profesi Nomor 250 Tahun 2008 yang memperbolehkan KAP melakukan promosi dan kegiatan lainnya.

Kode etik profesi akuntan publik Tahun 2008 yang diberlakukan pada tanggal 01 Januari Tahun 2011 di dalamnya dijelaskan tentang ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi mendapatkan suatu perikatan melalui iklan atau bentuk pemasaran lainnya, sebagai contoh ancaman kepentingan pribadi terhadap kepatuhan profesional dapat terjadi ketika jasa profesional hasil pekerjaan atau produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan prinsip perilaku profesional.

Setiap praktisi tidak boleh mendeskriditkan profesi dalam memasarkan jasa profesionalnya, setiap praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh melakukan tindakan–tindakan sebagai berikut: Pertama, membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat diberikan kualifikasi yang dimiliki atau pengalaman yang telah diperoleh. Kedua membuat


(13)

pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak di dukung bukti terhadap hasil pekerjaan praktisi lain. Jika praktisi memiliki keraguan atas tepat tidaknya suatu iklan atau bentuk pemasaran lainya, maka praktisi harus melakukan konsultasi dengan organisasi profesi.

Pelanggaran Kode Etik ini menimbulkan permasalahan apakah akuntan publik harus beriklan atau tidak, informasi apa saja yang seharusnya dimuat jika mereka beriklan dan media apa saja yang sebaiknya digunakan (Hite dan Fraser, 1998). Apakah konsumen akan beranggapan bahwa advertensi oleh akuntan publik tidak etis dan harus dihindari ataukah sebaliknya, konsumen akan menghargai informasi dalam advertensi dan memilih akuntan publik yang menawarkan keunggulannya.

Secara umum iklan merupakan cara penyampaian pesan melalui media tertentu seperti: majalah, surat kabar, radio, televisi, dan surat yang bertujuan untuk mempengaruhi orang untuk membeli produk atau jasa, atau untuk menghasilkan reaksi tertentu (Kotler, 2000:31). Iklan bagi KAP bisa menjadi media yang efektif untuk menyediakan informasi bagi calon klien mengenai jasa yang tersedia (Payamta, 2002). Seiring dengan perkembangan bisnis yang semakin kompleks, auditor dituntut untuk semakin meningkatkan kompetensi dan profesionalitas dalam menjalankan perannya. Di Indonesia, isu tentang iklan bagi akuntan publik telah menjadi suatu perdebatan pada rapat sidang komisi kode etik kongres VI tahun 1990 di Jakarta yang menghasilkan sebuah gagasan untuk memperbolehkan akuntan publik


(14)

memasang iklan jasa akuntan publik dengan batasan-batasan tertentu, tetapi gagasan ini ditolak oleh sidang pleto (Iskak, 2000:8).

Dalam kongres VII IAI di Bandung, diputuskan bahwa iklan bagi kantor akuntan publik di Indonesia tetap dilarang, kecuali untuk hal yang bersifat pemberitahuan yang jelas tercantum dalam aturan Etika Profesi No. 4 mengenai iklan bagi kantor akuntan publik (Iskak, 2000:8-11). Seperti dikutip dalam (Rilis Pers, 2008:15-8) melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 481/KM.1/2008 terdapat beberapa kantor akuntan publik yang dibekukan perizinannya karena melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA) Standar Professional Akuntan Publik (SPAP). Pelanggaran tersebut dikatakan sebagai pelanggaran berat sebagaimana dalam ketentuan pasal 63 ayat (3) tentang jasa akuntan publik, sehingga dikenakan sangsi pembekuan izin.

Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan para pengguna jasa akuntan publik hanya tertarik untuk menggunakan jasa akuntan publik yang sudah dikenal antara lain ( Payamta, 2002 ):

1. Para pengguna jasa sudah terbiasa menggunakan jasa akuntan publik yang sudah dikenal, dan enggan berpindah pada kantor akuntan publik yang lain.

2. Para pengguna jasa enggan berpindah kepada akuntan publik lainnya karena yakin terhadap kemampuan kantor akuntan publik yang dipilihnya. 3. Para pengguna jasa tidak tahu tentang kantor akuntan publik selain yang


(15)

Alasan pengguna jasa akuntan publik memakai jasa kantor akuntan publik karena alasan pertama dan kedua tidak menjadi masalah, karena pemilihan terhadap kantor akuntan publik sepenuhnya hak klien. Berbeda jika klien tidak memilih suatu kantor akuntan publik karena tidak tahu adanya kantor akuntan publik yang lain beserta jasa-jasa yang dapat diberikan, dalam hal ini perlu dipertanyakan: “Apakah suatu Kantor Akuntan Publik perlu untuk memasang advertensi berkenaan dengan jasa yang diberikannya?”. Kondisi tersebut mendorong akuntan publik mencari cara penyampaian pesan yang efektif untuk menyediakan informasi bagi calon klien mengenai yang tersedia Cooper et. al, (1999) dalam Payamta (2002)

Pelarangan memasang iklan bagi KAP sebelumnya telah ada bersamaan dengan dirumuskannya konsep awal aturan kode etik IAPI yang pertama tahun 1972, menjelang kongres IAPI ke-2, bahkan jauh sebelum kongres IAPI yang pertama. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, hasil kongres mengalami beberapa perubahan dan penyempurnaan. Kelonggaran yang terjadi pada kode etik IAPI menimbulkan permasalahan-permasalahan berikut pertama, apakah KAP harus beriklan atau tidak. Kedua informasi apa yang seharusnya dimuat jika mereka beriklan dan media apa yang sebaiknya digunakan. Ketiga, apakah konsumen akan beranggapan bahwa advertensi dan memilih akuntan yang menawarkan keunggulannya. Secara umum iklan merupakan cara penyampaian pesan melalui media tertentu seperti: Majalah, surat kabar, radio, televisi dan surat yang bertujuan untuk mempengaruhi


(16)

orang untuk membeli suatu produk atau jasa, atau untuk menghasilkan reaksi tertentu (Kotler, 2000:31).

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Payamta (2000). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada populasi penelitian. Populasi penelitian sebelumnya adalah di Jawa Tengah yang berpendidikan S1 akuntansi, sedangkan penelitian ini menggunakan populasi pengguna jasa akuntan publik dan akuntan publik yang berada di Jakarta. Iklan bagi suatu KAP bisa menjadi media yang efektif untuk menyediakan informasi bagi klien mengenai jasa yang tersedia. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membuat penelitian ini yang berjudul “Analisis Perbedaan Persepsi antara Pengguna Jasa Akuntan Publik dengan Akuntan Publik terhadap Advertensi Jasa Akuntan Publik”.

B. Perumusan Masalah

Masalah penelitian ini adalah untuk mengukur perbedaan persepsi pengguna jasa akuntan publik dan akuntan publik terhadap advertensi jasa akuntan publik sehingga perumusan masalahnya adalah “Apakah terdapat perbedaan persepsi antara pengguna jasa akuntan publik dengan akuntan publik terhadap advertensi jasa akuntan publik?”


(17)

C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan dari penelitian.

Berdasarkan perumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang perbedaan persepsi antara pengguna jasa akuntan publik dengan akuntan publik terhadap advertensi jasa akuntan publik.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi kantor akuntan publik

Memberikan masukan bagi kantor akuntan publik mengenai persepsi pengguna jasa akuntan publik terhadap advertensi jasa akuntan publik yang dilakukan.

b. Bagi pengguna jasa akuntan publik

Membantu perusahaan untuk mengetahui manfaat dan peranan dari advertensi jasa akuntan publik.

c. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya mahasiswa UIN dan bagi pembaca pada umumnya, dalam pengembangan pengetahuan mengenai persepsi akuntan publik dan pengguna jasa akuntan publik terhadap advertensi jasa akuntan publik. Penelitian ini dapat menjadi bahan pelengkap atau informasi yang diperlukan untuk melakukan penelitian sejenisnya.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi

Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera. Menurut Sasanti (2003) dalam Tour Indonesia Cultur (2008). Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berfikir dan belajar, serta di pengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu. Menurut Sabri (1993) dalam Tour Indonesia Cultur (2008), persepsi didefinisikan sebagai aktivitas yang memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya, menjadikannya kemampuan itulah dimungkinkan individu mengenali milleu (lingkungan pergaulan) hidupnya.

Proses persepsi terdiri dari dua tahap. Pertama, terjadi pada pengideraan diorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Tahapan kedua yaitu stimulasi pada penginderaan diinterpresikan dan dievaluasi. Mar’at (1981) dalam Tour Indonesia Cultur (2008) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari suatu kondisi secara terus menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya. Riggio (1990) dalam Tour Indonesia Cultur (2008) juga mendefinisikan

persepsi sebagai proses kognitif baik lewat penginderaan, pandangan, penciuman dan perasaan yang kemudian ditafsirkan.


(19)

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses pengenalan, identifikasi, pengamatan, baik melalui penginderaan maupun pandangan yang berasal dari kondisi terus menerus dan dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya.

1. Faktor-Faktor yang mempengaruhi persepsi

Aryant (1995) dalam Tour Indonesia Cultur (2008) mengemukakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala, dan pengetahuan terhadap objek psikologis. Aryanti (1995) mengemukakan bahwa persepsi ditentukan juga oleh faktor fungsional dan struktural. Beberapa faktor fungsional atau faktor yang bersifat personal antara lain kebutuhan individu, pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural atau faktor dari luar individu antara lain: lingkungan keluarga, hukum-hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari faktor personal dan struktural. Faktor-faktor personal antara lain: pengalaman, proses belajar, kebutuhan, motif dan pengetahuan terhadap objek psikologis. Faktor-faktor struktural meliputi: lingkungan keadaan sosial, hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Pelaku orang lain akan menarik kesimpulan tentang penyebab perilaku tersebut. Atribusi dapat terjadi bila suatu kejadian yang tidak biasa menarik perhatian seseorang. Suatu kejadian memiliki konsekuensi yang bersifat personal. Seseorang ingin


(20)

mengetahui motif yang melatar belakangi orang lain (Shaver, 1988, dalam Tour Indonesia Cultur, 2008).

2. Elemen persepsi

Brems & Kassini (1999) dalam Tour Indonesia Cultur (2008), mengatakan bahwa persepsi sosial memiliki beberapa elemen, yaitu: a. Person, yaitu orang yang menilai orang lain.

b. Situasional, urutan kejadian yang terbentuk berdasarkan pengalaman orang untuk menilai sesuatu.

c. Behavior, yaitu sesuatu yang dilakukan oleh orang lain. 3. Pandangan mengenai proses persepsi, yaitu:

Persepsi sosial, berlangsung cepat dan otomatis tanpa banyak pertimbangan. Orang membuat kesimpulan tentang orang lain dengan cepat berdasarkan penampilan fisik dan perhatian sekilas. Persepsi sosial adalah sebuah proses yang kompleks. Orang mengamati perilaku orang lain dengan teliti hingga diperoleh analisis secara lengkap terhadap person, situasional, behavior.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor tersebut adalah: penggalaman, proses belajar, fungsional dan struktural. Persepsi juga mempunyai beberapa elemen yang dapat mempengaruhi persepsi tersebut.


(21)

B. Kode Etik Akuntan

Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan.

Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yakni: standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Standar umum merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara keseluruhan. Namun selain standar audit, akuntan publik juga harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur perilaku akuntan publik dalam menjalankan praktek profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Kode etik ini mengatur tentang


(22)

kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya (Hardi, 2010).

Kode etik akuntan merupakan seperangkat prinsip moral dan pelaksanaan aturan yang memberikan pedoman kepada akuntan publik dalam berhubungan dengan klien, masyarakat dan akuntan lain. Kode etik ini akan berdampak pada kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan, seperti yang dinyatakan dalam (Payamta, 2002), bahwa profesi yang diberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan seperangkat prinsip moral dan mengatur tentang perilaku profesional. Pengertian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut:

Gambar 2.1

Skema Hubungan Kode Etik dengan Kepercayaan Masyarakat (Sumber: Agoes, 2004)

Internasional Federation of Accountants (IFAC 2000) menyatakan etika sebaiknya berdasarkan prinsip yang mengatur seorang akuntan. Prinsip tersebut adalah: integritas, obyektivitas, independensi, kepercayaan, kemampuan professional dan prilaku etika.

a. Integritas. Kode

Etik

Prilaku Profesi

Mutu Jasa

Kepercayaan masyarakat


(23)

Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat, anggota KAP harus melaksanakan semua tanggung jawab profesional dengan kepekaan integritas yang paling tinggi.

b. Objektivitas.

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus jauh dari benturan kepentingan, dan tidak boleh membiarkan terjadinya faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya.

c. Independensi.

Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik. Independensi berarti bahwa auditor harus jujur, tidak mudah dipengaruhi dan tidak memihak kepentingan siapapun, karena ia melakukan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Auditor berkewajiban untuk jujur tidak hanya pada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditor dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan pada pekerjaan auditor tersebut (Hardi, 2010). Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independensi dalam memberikan jasa profesi sebagaimana diatur dalam Standar Profesional Akuntansi Publik yang ditetapkan oleh IAPI. Sikap Independensi tersebut harus meliputi fakta (in facts) maupun dalam penampilan (in appearance).


(24)

Anggota KAP harus menerima kewajiban untuk bertindak mendahulukan kepentingan masyarakat, menghormati kepercayaan masyarakat, dan bersikap profesional.

e. Standar-standar Teknis.

Dalam menjalankan praktek dalam masyarakat, Anggota KAP harus mematuhi prilaku professional. (Code Of Professional Conduct)

f. Kemampuan Profesional.

Anggota harus mematuhi standar tehnis dan etika profesi, berusaha keras untuk terus-menerus meningkatkan kompetisi dan mutu jasa, dan melaksanakan tanggung jawab profesi sesuai dengan kemampuan.

g. Prilaku Etika.

Keberadaan kode etik menyatakan secara eksplisit beberapa kriteria tingkah laku yang khusus terdapat pada profesi. Di samping itu dengan adanya kode etik anggota profesi akuntan lebih terdapat anggotanya.

Dalam Bab VII pasal 10 Kode Etik Akuntan Indonesia disebutkan bahwa “Kode Etik Akuntan berlaku bagi seluruh Anggota Ikatan Akuntan Indonesia”. Dengan demikian kewajiban untuk mematuhi Kode Etik ini tidak harus terbatas pada akuntan yang menjadi Anggota Ikatan Akuntan Publik Indonesia saja, tetapi meliputi semua orang yang bergelar akuntan. Bagi akuntan, kode etik merupakan prinsip moral yang mengatur hubungan antara sesama rekan dengan masyarakat, kepercayaan masyarakat, pemerintah dan dunia usaha terhadap cara pelaporan, nasehat yang diberikan serta jasa-jasa


(25)

yang diberikan, ditentukan oleh keahlian kebebasan bertindak dan berpikir, serta integritas moral akuntan. Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Kode etik ini mengikat para anggota IAPI disatu sisi dan dapat dipergunakan oleh akuntan lainnya yang bukan dan belum menjadi anggota IAPI di sisi lainnya. Di Indonesia, penegakkan kode etik dilaksanakan oleh Institute Akuntan Publik Indonesia dan Dewan Standar Profesi Akuntan Publik untuk menggembangkan dan menetapkan suatu standar profesi dan kode etik profesi yang berkualitas yang berlaku bagi profesi akuntan publik.

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI, 2008:1) menyatakan etika sebaiknya berdasarkan prinsip yang mengatur seorang akuntan. Prinsip tersebut adalah:

a. Integritas.

Setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaan.

b. Objektivitas.

Setiap praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau pengaruh tidak layak (undue influence) dari pihak lain untuk mempengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya.

c. Kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional (professional competence and due care).


(26)

Setiap praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehinga klien atau pemberi kerja dapat menerima jasa profesional yang diberikan secara kompeten berdasarkan perkembangan terkini dalam praktek, perundang-undangan, dan metode pelaksanaan pekerjaan. Setiap praktisi harus bertindak secara profesional dan sesuai dengan standar profesi dan kode etik yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya. d. Kerahasiaan.

Setiap praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku. Informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh praktisi untuk keuntungan pribadinya atau pihak ketiga.

e. Prilaku profesional.

setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskriditkan profesi.

Pengawasan terhadap Kode Etik diharapkan dapat dilakukan sendiri oleh para anggota dan pimpinan KAP. Hal ini tercermin dalam rumusan Kode Etik Akuntan Indonesia pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Setiap anggota harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam melaksanakan tugasnya, ia


(27)

akan bertindak jujur, tegas, dan tanpa prestasi”. Dengan mempertahankan objektivitas, ia akan bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya. Pembaharuan Kode Etik Akuntan Indonesia dilaksanakan pada tanggal 29 april Tahun 2009 dan diberlakukan pada tanggal 1 Januari Tahun 2010. Kemudian, dengan pertimbangan bahwa berhubung sosialisasi Kode Etik tersebut belum dilakukan secara maksimal dan komprehensif kepada anggota IAPI serta pihak-pihak lain yang terkait, maka pengurus IAPI memutuskan bahwa pemberlakuan Kode Etik ditunda menjadi efektif sejak tanggal 1 Januari 2011 (Hardi, 2010).

Surat pemberitahuan IAPI perihal penundaan pemberlakuan Kode Etik Profesi Akuntan Publik tanggal 31 Desember 2009 bahwa diharapkan di Tahun 2010 Dewan Standar Profesi bekerjasama dengan Badan Pelaksana Pendidikan IAPI akan melaksanakan sosialisasi Kode Etik secara gencar dan menyeluruh sehingga implementasi Kode Etik tersebut dapat berlangsung tepat waktu. Sehubungan dengan penundaan masa berlakunya Kode Etik tersebut, maka dalam melakukan pekerjaannya, anggota IAPI tetap berpedoman kepada Aturan Etika yang terdapat dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) tahun 2001 sampai dengan diberlakukannya Kode Etik yang baru.

IAPI kembali menyempurnakan susunan Kode Etik Profesi Akuntan Indonesia dengan memasukkan unsur-unsur tambahan dan menuai berbagai peraturan-peraturan yang dianggap sudah tidak relevan dengan perkembangan


(28)

dikatakan bahwa dalam kode etik bagi akuntan professional, ungkapan-ungkapan ini muncul dalam penekanan saat digunakan pertama kali dan memiliki pengertian yang ditentukan bagi etika-etika tersebut, meliputi : a. Pengiklanan: Ditujukan pada masyarakat mengenai informasi bagaimana

pelayanan dan keahlian yang disediakan oleh akuntan publik, dengan sebuah pandangan untuk mendapatkan bisnis yang professional.

b. Klien Audit: Klien audit akan selalu mencakup bagian yang berkaitan dengan entitas disuatu perusahaan.

c. Persetujuan Audit: Sebuah persetujuan audit untuk menyediakan sebuah tingkat kepastian yang tinggi, dimana pernyataan keuangan terbebas dari kesalahan. Seperti sebuah persetujuan berdasarkan Standar Auditing International. Hal ini mencakup audit berdasarkan Undang-Undang dimana sebuah pemeriksaan di syaratkan oleh peraturan nasional atau peraturan lainnya.

d. Jaminan Kerja: Sebuah keterkaitan dalam memandang ketika sebuah perusahaan melakukan sebuah persetujuan jaminan.

e. Persetujuan Penjamin: Sebuah perjanjian yang diadakan untuk menyediakan.

1) Sebuah kepastian tingkat tinggi dimana masalah subjek dijelaskan dalam setiap bahan yang terkait dengan kriteria yang sesuai atau 2) Sebuah tingkat menengah dari kepastian dimana masalah subjek


(29)

Setiap bidang profesi tentunya harus memiliki aturan-aturan khusus atau lebih dikenal dengan istilah “Kode etik profesi”. Dalam bidang akuntansi sendiri salah satu profesi yang ada yaitu akuntan publik. Sebenarnya selama ini belum ada aturan baku yang membahas mengenai kode etik untuk profesi akuntan publik. Namun demikian, baru-baru ini salah satu badan yang memiliki fungsi untuk menyusun dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik yang berkualitas dengan mengacu pada Standar Internasional yaitu Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah mengembangkan dan menetapkan suatu standar profesi dan kode etik profesi yang berkualitas yang berlaku bagi profesi akuntan publik di Indonesia. Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Kode Etik) ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian A dan Bagian B. Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Bagian B dari Kode Etik ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu.

Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau jaringan KAP, baik yang merupakan anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional yang meliputi jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam standar profesi dan kode etik profesi. Untuk tujuan Kode Etik ini, individu tersebut di atas selanjutnya disebut ”Praktisi”. Anggota IAPI yang tidak berada dalam


(30)

tersebut di atas tetap harus mematuhi dan menerapkan Bagian A dari Kode Etik ini. Suatu KAP atau Jaringan KAP tidak boleh menetapkan kode etik profesi dengan ketentuan yang lebih ringan dari pada ketentuan yang diatur dalam Kode Etik ini.

Setiap Praktisi wajib mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam Kode Etik ini, kecuali bila prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur oleh perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku ternyata berbeda dari Kode Etik ini. Dalam kondisi tersebut, seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku tersebut wajib dipatuhi, selain tetap mematuhi prinsip dasar dan aturan etika profesi lainnya yang diatur dalam Kode Etik ini.

C. Iklan

1. Pengertian iklan

Iklan merupakan suatu investasi ekonomis, dan bagi kebanyakan perusahaan dan organisasi non profit, iklan merupakan sebuah investasi yang dianggap sangat menguntungkan (Shimp, 2000). Iklan adalah alat promosi yg tertua. Iklan sangat menyolok (menarik perhatian orang) dan sangat kontroversial. Sebagai contoh sebuah bentuk dari promosi disebut publisitas adalah bukan iklan karena tidak ada yang membayar. Contohnya Dian Sastrowardoyo muncul untuk di wawancarai seputar film perdananya di acara Showbis Metro TV bertujuan untuk mempromosikan film


(31)

terbarunya. Apakah ini iklan? Tentu saja tidak karena produser atau studio film tidak membayar acara show di Metro TV tersebut. Tetapi jika

produser studio film mengiklankan filmnya pada televisi dan surat kabar dan bentuk komunikasi tersebut pihak studio film membayar pada media tersebut itu sudah pasti adalah iklan.

2. Fungsi iklan

Menurut Shimp (2000), iklan sangat penting karena memiliki fungsi komunikasi yang kritis, yaitu:

a. Menginformasikan.

Iklan membuat konsumen sadar akan adanya produk baru, memberikan informasi mengenai merek tertentu, dan menginformasikan

karakteristik serta keunggulan suatu produk. Pada tahap awal dari kategori produk, iklan sangat diperlukan untuk membangun

permintaan primer. Iklan merupakan bentuk komunikasi yang efisien karena mampu meraih khalayak luas dengan biaya yang relatif rendah. b. Membujuk.

Tujuan ini sangat penting pada tahap persaingan, dimana perusahaan ingin membangun permintaan selektif untuk produk tertentu (Kotler, 2000:578). Beberapa iklan menggunakan comparative advertising yang memberikan perbandingan atribut dari dua atau lebih merek/produk secara eksplisit. Iklan yang efektif akan membujuk konsumen untuk


(32)

permintaan untuk seluruh kategori produk. Seringkali iklan ditujukan untuk membangun permintaan sekunder yaitu permintaan untuk merek perusahaan tertentu.

c. Mengingatkan.

Iklan dapat membuat konsumen tetap ingat pada merek/produk perusahaan. Ketika timbul kebutuhan yang berkaitan dengan produk tertentu, konsumen akan mengingat iklan tentang produk tertentu. Maka konsumen tersebut akan menjadi kandidat pembeli. Iklan dengan tujuan mengingatkan ini sangat penting untuk produk matang (Kotler, 2000:579).

d. Memberikan Nilai Tambah.

Iklan memberikan nilai tambah terhadap produk dan merek tertentu dengan cara mempengaruhi persepsi konsumen. Iklan yang efektif akan memberikan nilai tambah produk sehingga produk dipersepsikan lebih mewah, lebih bergaya, lebih bergengsi, bahkan melebihi apa yang ditawarkan oleh produk lain, dan secara keseluruhan memberikan kualitas yang lebih baik dari produk lainnya.

e. Mendukung Usaha Promosi Lainnya.

Dapat digunakan sebagai alat pendukung usaha promosi lainnya seperti sebagai alat untuk menyalurkan sales promotion, pendukung sales representative, meningkatkan hasil dari komunikasi pemasaran lainnya. Disamping itu, menurut (Tellis, 1998) periklanan memberikan


(33)

perusahaan untuk melayani pasar yang luas. Perusahaan harus memberi merek produknya dengan nama yang unik sehingga

konsumen melakukan permintaan terhadap suatu barang tertentu. Jadi, produksi massal dan pemasaran dapat menguntungkan bila telah memiliki merek. Produksi massal membutuhkan kemasan yang baik. Sehingga perusahaan dapat memberi merek pada kemasan dengan desain dan nama yang unik. Oleh karena itu iklan merupakan alat komunikasi perusahaan terhadap konsumen untuk menyampaikan kualitas produk yang unik yang dapat dilihat dari kemasan unik dan merek produk yang dihasilkan.

3. Pengaruh iklan

Peranan periklanan dalam masyarakat banyak menimbulkan beberapa kontrofersi. Namun uraian ini hanya dapat mengevaluasi beberapa hal kritis dari iklan, antara lain (Shimp, 2000):

a. Iklan membujuk konsumen untuk membeli produk walaupun berlawanan dengan keinginan mereka.

b. Iklan secara khusus dapat membedakan produk yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan dan dapat membangun loyalitas konsumen terhadap suatu merek.

c. Iklan bertindak sebagai pencegah bagi perusahaan baru untuk memasuki pasar tertentu.


(34)

4. Karakteristik iklan

Iklan memiliki tiga karakterisitik penting yang memungkinkan tidak terlihat dari segi analisis statis yaitu (Shimp, 2000):

a. Iklan merupakan alat yang relatif murah dimana perusahaan dapat menyampaikan kepada konsumen mengenai keberadaan suatu produk. b. Iklan dengan skala besar memungkinkan perusahaan manufaktur untuk

menghasilkan produksi massal dengan biaya yang murah. Pasar yang luas memungkinkan perusahaan untuk memahami skala ekonomis. c. Iklan membangun identitas merek untuk produk perusahaan tertentu.

Semakin baik kualitas dan pemasaran produk tersebut maka semakin tinggi permintaan konsumen dan semakin besar pemasukan perusahaan dari iklan.

Iklan disebut juga advertensi. Ada tiga istilah yang umum dipakai di Indonesia untuk menyebut advertising, yaitu: reklame, advertensi, dan iklan. Reklame berasal dari bahasa Belanda yang dieja sebagai reclame. Kata iklan juga berasal dari bahasa Perancis reclamare. Advertensi berasal dari bahasa Belanda advertentie yang juga mengacu pada bahasa Inggris advertising. Sedangkan iklan yang umum dipakai dalam bahasa Melayu berasal dari bahasa Arab I'lan atau I'lanun yang secara harfiah berarti informasi.

Banyak definisi diberikan bagi kata periklanan, akan tetapi salah satu yang paling sederhana dengan harapan agar tidak terjadi perdebatan soal ini. Periklanan adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan pembuat barang, atau


(35)

pemasok jasa dengan masyarakat banyak atau sekelompok orang tertentu yang bertujuan untuk menunjang upaya pemasaran. Komunikasi dilakukan dengan menggunakan: gambar, suara atau kata-kata, gerak atau bau yang disalurkan melalui media atau secara langsung. Berdasarkan pengertian ini maka Biro Iklan adalah lembaga usaha yang memberikan jasa periklanan bagi siapa yang membutuhkan baik perorangan, perusahaan pembuat barang atau pemasok jasa, bahkan pemerintah. Oleh karena bentuk pelayanan periklanan meliputi berbagai jenis kegiatan maka dilihat dari skala usahanya ada berbagai ukuran sebuah biro iklan.

Sebuah biro iklan yang mendukung predikat ini adalah biro yang mempunyai kapasitas untuk memberi pelayanan di tiga bidang yaitu: konsultasi komunikasi pemasaran, pelayanan perencanaan dan pemesanan media, serta pelayanan kreatif. Pelayanan konsultasi pemasaran merupakan barisan terdepan yang berhadapan langsung dengan pihak pemakai jasa periklanan. Minat yang disampaikan oleh sebuah perusahaan atau perorangan pada sebuah biro iklan akan diterima oleh para pakar pemasaran yang mampu berdialog dengan manajer pemasaran dari perusahaan yang membutuhkan jasa iklan.

Berkembangnya pendidikan ilmu ekonomi telah banyak memberi dorongan bagi pertumbuhan kualitas perusahaan periklanan di Indonesia. Kehadiran modal asing dan kegiatan memproduksi barang-barang yang berasal dari luar negeri telah menghadirkan kegiatan pemasaran global yang


(36)

biro iklan dalam berbicara pada tingkat pengetahuan pemasaran yang bersifat internasional.

Sektor kedua yang menunjang predikat ‘full service’ adalah media. Seperti hadirnya para pakar pemasaran maka perkembangan biro iklan di Indonesia juga sangat ditentukan oleh meningkatnya kualitas pelayanan perencanaan dan pemesanan media. Peningkatan ini tidak lepas dari

perkembangan industri media yang telah berlangsung sejak dua dekade ini. Tumbuhnya pemancar komersial di segenap penjuru tanah air, masing-masing dengan gaya dan cara pendekatan yang berbeda. Terbitnya puluhan majalah baru mulai dari yang bersifat umum hingga majalah yang khusus bicara soal rambut, mobil, konstruksi dan komputer. Terbitnya surat kabar yang

berdomisili di ibu kota negara, ibu kota propinsi atau ibu kota kabupaten, masing-masing dengan garapan berita yang beda ruang lingkupnya. Adanya pilihan yang diberikan oleh industri media dan tantangan untuk menemukan rancangan media yang efektif dan terjangkau oleh biaya periklanan yang disediakan oleh perusahaan pemakai jasa iklan, serta riset dan penelitian yang dilakukan oleh perusahaan yang khusus bergerak dalam bidang jasa riset telah ikut memberikan masukan yang sangat menunjang kualitas pelayanan jasa perencanaan media. Fakta ini telah memberi warna khusus bagi kegiatan periklanan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan secara tepat arah dan terukur.

Sektor ketiga yang juga ikut mendukung predikat Full Service adalah pelayanan jasa kreatif. Pelayanan jasa kreatif merupakan bagian akhir dari


(37)

mata rantai proses terciptanya sebuah iklan sebelum disalurkan ke media. Karena kegiatan dan proses kreatif memberikan wujud bagi sebuah iklan atau pesan maka sering orang mengira bahwa lahirnya iklan ada di tangan seniman. Pandangan keliru ini telah banyak mendorong banyak seniman yang

mendirikan biro iklan dan dalam perkembangan selanjutnya lebih sering mengalami kegagalan. Dibandingkan dengan peran sektor pemasaran dan sektor media, maka peran sektor kreatif masih jauh tertinggal. Sikap dan wawasan yang berkembang diantara para praktisi disektor kreatif bila kita amati secara objektif masih terpaku pada kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang sederhana dan sempit. Sebagian besar dari iklan-iklan yang kita temui di media masih berputar-putar di sekitar penonjolan benefit product/consumer yang ditampilkan apa adanya. Cara lain yang paling mudah dilakukan adalah dengan menciptakan iklan dengan memanfaatkan strategi Before-After, Sebelum makan obat dan sesudah makan obat. Sikap bangsa Indonesia yang paternalistik sering disalahartikan dengan menerapkan strategi testimonial orang-orang yang terkenal. Kehadiran perusahaan periklanan internasional di Indonesia sedikit banyak telah memperkenalkan praktek-praktek kreatif yang sedikit lebih maju. Format-format pengembangan kreatif yang telah teruji mulai diperkenalkan kepada para pakar bidang kreatif.

Advertensi menjadi bahan perdebatan dan diskusi menarik ketika digunakan dalam dunia profesi. Sebagian besar kaum professional, dan dapat menurunkan kualitas jasa profesi. Namun ada pula professional yang


(38)

D. Iklan dalam Kode Etik

Well, et.al (1996) dalam Masli (2000:36) mengungkapkan bahwa iklan merupakan segala bentuk pesan tentang suatu produk jasa yang disampaikan melalui media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, yang bertujuan untuk mengajak atau mempengaruhi masyarakat.

Menurut Masli (2000) iklan mempunyai empat elemen, yaitu: 1. Mengeluarkan biaya

2. Merupakan prestasi tidak langsung

3. Digunakan untuk mendukung suatu produk atau jasa

4. Dikeluarkan oleh pihak tertentu seperti: lembaga, perusahaan, termasuk didalamnya perusahaan yang bergerak dibidang jasa seperti kantor akuntan publik.

Semenjak disahkannya aturan etika profesi nomor 502 yang

mengizinkan kantor akuntan publik untuk memasang iklan dan melakukan kegiatan pemasaran jasanya dan mencari klien sepanjang tidak merendahkan citra profesi, para akuntan publik mulai memanfaatkan sebagai sarana untuk mamasarkan jasa dan mencari klien.

Iklan yang diperbolehkan menurut etika profesi nomor 502 tahun 2000, bagi sebuah kantor akuntan publik (KAP), adalah:

1. Iklan yang bersifat pemberitahuan seperti pindah alamat, telepon, fax, dan telex.


(39)

2. Merekrut pegawai dan staf, baik untuk kantornya sendiri maupun untuk kliennya.

3. Memasang iklan untuk penjualan perusahaan atau asset klien akuntan publik dalam kapasitasnya profesinya pada saat bertindak sebagai likuiditor.

4. Memasang iklan untuk seminar dan perantaran bagi masyarakat umum, kecuali yang diselenggarakan secara gratis.

Iklan yang tidak diperbolehkan menurut aturan etika profesi nomor 502 tahun 2010 bagi sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah:

1. Seorang akuntan publik memberikan janji yang muluk- muluk.

2. Menggambarkan seolah-olah dapat mempengaruhi keputusan penjabat pengadilan, instansi pengatur, atau badan instansi lain yang serupa.

3. Memberikan pernyataan yang tidak didukung oleh fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya.

4. Membuat perbandingan dengan akuntan lainnya yang tidak didasarkan pada fakta yang dapat diverifikasi.

5. Membuat pernyataan bahwa jasa profesional spesifik sedang atau akan diberikan dengan upah tertentu, dan calon klien tidak diberitahu mengenai kemungkinan ini.

6. Membuat pernyataan yang dapat mengakibatkan orang lain tertipu atau salah menafsirkan.


(40)

8. Memiliki staf pemasaran yang khusus mencari klien secara door to door Dalam melakukan advertensi jasa akuntan publik kantor akuntan publik juga harus memperhatikan beberapa variabel yang perlu diperhatikan dalam beriklan diantaranya adalah sebagai berikut (Payamta,2002):

1. Image profesi.

Merupakan kode etik akuntan publik, dalam melaksanakan tugas auditnya setiap auditor harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia, oleh karenaya dalam melakukan iklan setiap kantor akuntan publik perlu mempertimbangkan image profesi akuntan publik.

2. Kualitas jasa.

Kualitas audit adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Probabilitas penemuan suatu pelanggaran tergantung pada kemampuan teknikal auditor dan independensi auditor tersebut. auditor dengan kemampuannya akan dapat menemukan suatu pelanggaran dan kuncinya adalah auditor tersebut harus independen. Tetapi tanpa informasi tentang kemampuan teknik (seperti pengalaman audit, pendidikan,

profesionalisme, dan struktur audit perusahaan), kapabilitas dan independensi akan sulit dipisahkan.


(41)

Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi perusahaan. Harga jasa yang yang ditanggung penggun jasa akuntan publik akan menyebabkan advertensi jasa akuntan publik meningkat.

4. Kesadaran konsumen.

dengan adanya advertensi jasa akuntan publik, pengguna jaa akuntan publik akan lebih mengetahui jasa-jasa yang ditawarkan olek KAP jika KAP beriklan. Setelah mengetahui tingkat kesadaran konsumen akan pentingnya advertensi maka pengguna jasa akuntan publik dapat dengan mudah memperoleh informasi mengenai KAP.

5. Ukuran KAP.

Kualitas audit merupakan sesuatu yang abstrak sehingga sulit diukur dan hanya dapat dirasakan oleh pengguna jasa audit. Ukuran KAP sebagai proksi kualitas membedakan KAP menjadi KAP besar dan KAP kecil. Pembedaan tersebut dilakukan berdasarkan jumlah klien yang dilayani oleh suatu KAP, jumlah rekan atau anggota yang bergabung, serta total pendapatan yang diperoleh dalam satu periode.


(42)

Advertensi akan menimbulkan persaingan antar KAP, persaingan antar KAP tidak menjada masalah asalkan persaingan itu bersifat sehat dan bertanggung jawab antar KAP.

7. Intervensi pemerintah.

Dengan diperbolehkanya advertensi jasa akuntan publik memungkinkan intervensi pemerintah dalam profesi akuntan.

8. Media advertensi.

Dalam periklanan, pesan yang disampaikan secara cepat kepada konsumen atau khalayak yang luas dan tersebar, dimana pesan yang disampaikan melalui media elektronik (radio, TV) dan media cetak (surat kabar, majalah), karena media faktanya muncul untuk meyakinkan tingkah laku, nilai dan maksud pengirim adalah kepentingan lebih besar dari pada penerima. Dalam komunikasi massa, komunikasi yang terjadi adalah satu arah, sedangkan media advertensi yang sesuai ialah melalui majalah internasional.

9. Jenis jasa yang ditawarkan.

Dengan adanya advertensi jasa akuntan publik memberikan kemudahan kepada pengguna jasa akuntan publik untuk mengetahui jasa yang ditawarkan oleh kantor akuntan publik. Jasa konsultan manajemen, kompilasi laporan keuangan, serta jasa konsultan perpajakan merupakan jenis jasa yang ditawarkan oleh kantor akuntan publik dan diminati oleh pengguna jasa akuntan publik.


(43)

E. Akuntan Publik

1. Pengertian Akuntan Publik

Akuntan publik adalah profesi yang mempunyai posisi yang unik, pada suatu posisi mendapatkan honor dari klien, tetapi jika ia

melaksanakan praktek publik (public practice) harus bersikap independent (tidak memihak kepada salah satu pihak baik klien maupun pihak lain).

Charmichael (1996:39) dalam Dewi (2005) memberikan definisi akuntan publik sebagai berikut: Akuntan adalah profesi yang terdiri atas landasan kepercayaan masyarakat. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugasnya akuntan harus mengutamakan kepentingan masyarakat,

pemerintah dan dunia usaha. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.470/KMK.017/1999 sebagaimana diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia N0.17/PMK.01/2008 memberikan definisi akuntan publik adalah sebagai berikut: Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam keputusan Menteri Keuangan”.


(44)

professional, dan bertanggung jawab serta harus mengutamakan kepentingan masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha.

2. Akuntan publik sebagai suatu profesi

Akuntan publik adalah suatu profesi, karena:

a. Memiliki spesialisasi pengetahuan dan pendidikan khusus Untuk mendapatkan kualisifikasi sebagai seorang akuntan, harus terlebih dahulu memiliki pendidikan resmi. Di Indonesia seseorang disebut akuntan sesuai dengsn UU No. 34 tahun 1954 tentang gelar dan sebutan lulusan perguruan tinggi diberikan kepada seseorang yang telah memiliki gelar akademik (lulusan Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi), dan telah menempuh Pendidikan profesi akuntansi, dan memiliki nomor registrasi akuntansi. Ketentuan tentang

penyelengaraan pendidikan profesi akuntansi akan diterapkan oleh Direktur Jendral Pendidikan Tinggi.

b. Memiliki persyaratan tertentu untuk profesi tersebut dan diatur oleh UU sebagai pihak Independent yang diemban oleh akuntan publik, terus memiliki persyaratan yang ketat untuk menjadi akuntan publik agar masyarakat tidak benar-benar dirugikan. Di Indonesia persyaratan untuk menjalankan praktek sebagai akuntan publik yang sebelumnya diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.


(45)

359/KMK.06/2003 tentang akuntan publik tidak berlaku lagi dan diganti dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 17/PMK.O1/2008 tentang jasa akuntan publik.

c. Memiliki Kode Etik. Agar akuntan publik dapat diterima di masyarakat baik sebagai individu atau kelompok perlu aturan etika yang mengatur bidang moral. IAPI telah menyusun kode etik akuntan Indonesia dan telah beberapa kali disempurnakan, terakhir pada kongres IAPI ketujuh tanggal 20 September 1994. Perubahan yang paling terbaru adalah tahun 2009 yang diberlakukan pada tahun 2011. d. Memiliki organisasi profesi. Untuk diakui sebagai profesi, akuntan

telah membentuk organisasi profesi yaitu Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang telah didirikan sejak tahun 1957. Fungsi organisasi profesi tersebut adalah sebagai sentral operasi dalam perumusan perbaikan, termasuk memperbaiki spesialisasi pengetahuan, tanggung jawab pada masyarakat, kode etik dan lain sebagainya.

F. Pengguna Jasa Akuntan Publik

1. Pengertian pengguna jasa akuntan publik

Pengguna jasa akuntan publik adalah perusahaan, investor maupun pihak-pihak yang berkepentingan dalam laporan keuangan. Sedangkan laporan keuangan itu sendiri diperlukan oleh beberapa pihak diantaranya:


(46)

dalam mengelolah perusahaanya dan digunakan untuk melihat laba yang diperoleh perusahan.

b. Bagi pengelolah perusahaan, laporan keuangan berguna untuk mengambil keputusan dalam mengelola perusahaan.

c. Bagi kreditor, kreditor menggunakan laporan keuangan untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar utang atau beban bunga. d. Bagi investor, laporan keuangan bagi investor berguna untuk melihat

kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.

e. Bagi pemerintah, instasi pemerintah yang paling berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan adalah kantor Inspeksi Pajak, untuk mengetahui laba pajak dan pajak perusahaan yang terutang (Dewi, 2005).

Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, setiap perusahaan harus mengambil keputusan dengan tepat sesuai dengan tujuan perusahaan. Suatu perusahaan baik itu perusahaan perseroan maupun berbentuk badan hukum tidak dapat menghindarkan diri dari pihak lain. Pihak-pihak di luar perusahaan memerlukan informasi mengenai

perusahaan untuk mengambil keputusan tentang hubungan mereka dengan perusahaan terkait. Umumnya mereka mendasarkan keputusan mereka berdasarkan informasi yang disajikan oleh manajemen dalam laporan keuangan perusahaan. Adanya kepentingan untuk memperoleh informasi inilah yang menyebabkan timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik (Dewi, 2005).


(47)

2. Faktor-faktor akuntan publik dalam menerima klien

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengguna jasa akuntan publik dalam memilih kantor akuntan publik. Menurut agus (1989) dalam Dewi (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam memilih kantor akuntan publik adalah sebagai berikut:

a. Reputasi kantor akuntan publik

Biasanya, para pemakai laporan keuangan akan segera mengenal bahwa suatu kantor akuntan yang dipilih memang benar-benar mempunyai kecakapan yang cukup dan integritas yang tinggi memberikan jaminan kepada para banker dan ekskutif lembaga keuangan lainnya, atau calon investor untuk bahan masukan kepada mereka sebelum suatu keputusan dikeluarkan.

b. Kualitas personel yang ditugaskan

Kualitas personel yang ditugas untuk menyelesaikan pekerjaan di suatu perusahaan merupakan faktor yang paling penting. Latar belakang pendidikan dan pengalaman sebelumnya individu-individu tersebut merupakan unsur penting dalam proses penilaian.

c. Macam jasa yang ditawarkan

Selain memberikan jasa audit yang berkaitan dengan pemeriksaan atas kewajaran laporan keuangan yang telah disusun pihak manajemen perusahaan, akuntan publik juga dapat memberikan jasa-jasa lainnya


(48)

pelayanan administrasi pembukuan. Oleh sebab itu, pemilihan suatu kantor akuntan yang mampu memberikan pelayanan jasa untuk keperluan sekarang dan di masa yang akan datang mungkin merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan. d. Keahlian dalam industri tertentu

Suatu kantor akuntan yang memiliki keahlian khusus dalam bidang industri tertentu, akan lebih mampu memberikan jasa yang lebih baik dibandingkan kantor lain yang belum pernah sama sekali menangani bidang tersebut. Hal ini juga akan meningkatkan jaminan bahwa perusahaan akan mendapatkan kualitas jasa yang lebih baik terutama dalam kenaikan saran-saran perbaikan sistem pengendalian intern perusahaan.

e. Sikap bebas tidak memihak

Sikap independent atau sering kita artikan sebagai suatu sikap bebas tidak memihak merupakan salah satu faktor lain yang tidak boleh kita tinggalkan dalam proses pemilihan ini. Adanya hubungan bisnis antara kantor akuntan dengan pegawai, direktur, atau pemegang saham utama dari perusahaan yang diperiksa kadang-kadang menimbulkan kerugian pihak luar mengenai sikap bebas kantor akuntan tersebut.


(49)

Penelitian serupa telah dilakukan oleh Arndt dan Hanks (1976), Darling (1977), Sellers dan Sollomont (1978), Heisemidt dan Elfrink (1991), Gamble, et,al .(2000).

Sementara di Indonesia penelitian tentang advertensi telah dilakukan oleh Ambarriani (1996), Prabowo (1998), Lay (1998), Munawer (2000), Nasyiah Hp dan Payamta (2002), dalam Sutiani (2008). Hasil penelitian itu menunjukan adanya perbedaan pendapat antara akuntan publik dan pengguna jasa akuntan publik. Sutiani (2008) meneliti tentang perbedaan sikap antara akuntan publik dan pengguna jasa akuntan publik terhadap advertensi. Hasil penelitian Sutiani (2008) menunjukkan adanya perbedaan sikap antara akuntan publik dengan pengguna jasa akuntan publik terhadap advertensi.

H. Kerangka Pemikiran

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah advertensi jasa akuntan publik sedangkan variabel independenya adalah perusahaan, bank dan akuntan publik. Dalam penelitian ini ingin membandingkan persepsi antara akuntan publik, perusahaan dan bank terhadap advertensi jasa akuntan publik. Untuk itu dalam penelitian ini akan dirumuskan dalam kerangka pemikiran berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran


(50)

ppp

I. Hipotesis

Penelitian ini berdasarkan suatu pemikiran bahwa advertensi dapat mempengaruhi suatu perusahaan dalam memilih kantor akuntan publik. Oleh sebab itu sejauh mana hubungan antara pengguna jasa akuntan publik dimana pengguna jasa akuntan publik ini dibagi menjadi dua yang pertama adalah perusahaan dan yang kedua adalah bank dengan akuntan publik tentang advertensi jasa akuntan publik

Dalam perumusan hipotesis dapat dijabarkan sebagai berikut:

H10 : Tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara perusahaan

dengan akuntan publik terhadap advertensi jasa akuntan publik.

H20 : Tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara bank dengan

akuntan publik terhadap advertensi jasa akuntan publik.

H30 : Tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara perusahaan

dengan bank terhadap advertensi jasa akuntan publik.

advertensi Perusahaan


(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Populasi penelitian ini adalah akuntan publik dan pengguna jasa akuntan publik, sebagai pihak pengambil keputusan perusahaan. Penelitian ini adalah penelitian komparatif, yang bertujuan untuk menguji apakah terdapat

perbedaan persepsi antara pengguna jasa akuntan publik dengan akuntan publik terhadap advertensi jasa akuntan publik.

B. Metode Penentuan Sampel

Prosedur penentuan sampel dalam penelitian ini adalah gabungan dari metode probabilitas dan metode non-probabilitas. Metode probabilitas yaitu dengan menggunakan metode pemilihan sampel area (area sampling) dengan kriteria adalah akuntan publik dan pengguna jasa akuntan publik yang bekerja pada kantor akuntan publik wilayah Jakarta. Sedangkan metode

non-probabilitas yaitu menggunakan purposif sampling dengan kriteria sampling, responden yang mempunyai pengalaman kerja lebih dari 1 tahun. Penelitian menggunakan purposif sampling berdasarkan pertimbangan yang merupakan tipe pemilihan sampel secara acak yang informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu.


(52)

C. Metode Pengumpulan Data

Penentuan metode pengumpulan data dipengaruhi oleh jenis dan sumber data penelitian yang dibutuhkan. Cara yang dilakukan dalam mengumpulkan data sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data primer yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, yaitu dengan cara memberikan kuesioner tersebut kepada akuntan publik (KAP) dan pengguna jasa akuntan publik yang berada di wilayah jakarta. Kuesioner disebarkan dengan cara datang langsung ke kantor akuntan publik dan pengguna jasa akuntan publik yang dituju dan melalui bantuan beberapa perantara (contact person).

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data-data sekunder yang dijadikan sebagai tinjauan pustaka. Hal ini dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data-data baik yang berasal dari buku-buku, catatan-catatan kuliah, maupun literatur-literatur yang terkait.


(53)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik, sehingga pengujian yang dilakukan adalah Uji kualitas data, Uji asumsi klasik, Uji hipotesis sebagai berikut:

1. Uji Kualitas Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini harus terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana penelitian ini dapat diteruskan dan layak untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005:45). Pengujian ini memastikan bahwa masing-masing item pertanyaan dalam kuesioner akan terklasifikasi pada variabel-variabel yang telah ditentukan (Construct Validity). Menurut Ghozali (2005:47), suatu variabel dikatakan valid jika nilai korelasi pearson lebih besar dari pada 0,05 dan nilai signifikasi lebih kecil dari pada nilai alpha (α) yang ditentukan. Penelitian ini menggunakan nilai alpha sebesar 0,05 karena nilai alpha 0,05 cukup signifikan. Pengujian validitas ini menggunakan korelasi yaitu dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan r tabel . b. Uji Reliabilitas


(54)

Pengujian reliabilitas bertujuan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban dari responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005:41). Pengujian reliabilitas yang digunakan adalah One Shot atau pengukuran sekali saja, dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain dan mengukur konstruk tertentu menunjukan tingkat reliabilitas yang digunakan adalah teknik cronbach alpha yaitu pengujian yang paling umum digunakan. Suatu variabel dikatakan realibel jika menunjukkan nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,06 (Nunnally, 1967 dalam Ghozal, 2005:42).

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan penelitaian ini adalah uji normalitas. Uji normalitas dalam penelitian dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal dan mengetahui apakah hasil penyebaran data penelitian dengan menggunakan model penelitian yang ditetapkan memenuhi asumsi normal atau tidak. Uji normalitas dapat diamati dari nilai Zskewness dan Zkurtosis dan membandingkan dengan nilai kritis. Uji normalitas juga dapat diamati dari nilai Kolmogroov-Smirno. Kuesioner dapat dikatakan normal jika nilai Z hitung > dari nilai Z tabel dan pada tingkat signifikan 0,05 nilai Z tabel sebesar 1,96.


(55)

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik dan pengguna jasa akuntan publik terhadap advertensi jasa akuntan publik atau tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan publik dengan pengguna jasa akuntan publik terhadap advertensi jasa akuntan publik. Ada beberapa teknik pengujian yang dapat dilakukan untuk uji hipotesis. Adapun teknik pengujian hipotesis yang diajukan menggunakan Analisis Of Variance (ANOVA).

Analisis Of Variance merupakan metode untuk menguji hubungan antara satu variabel dependen (skala metrik) dengan satu atau lebih variabel independen (skala nonmetrik atau katagorikal dengan katagori lebih dari dua). Hubungan antara satu variabel dependen dengan satu variabel independen disebut One Way ANOVA.

ANOVA digunakan untuk mengetahui pengaruh utama (main effect) dan pengaruh interaksi (interaction effect) dari variabel independen sering disebut faktor terhadap variabel dependen metrik. Pengaruh utama atau main effect adalah pengaruh langsung variabel independen terhadap variabel dependen. Sedangkan pengaruh interaksi adalah pengaruh bersama atau ( join effect ) dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen.

Untuk dapat menggunakan uji statistik ANOVA harus dipenuhi beberapa asumsi dibawah ini:


(56)

a. Homogenity of variance: variabel dependen harus memiliki variance yang sama dalam setiap kategori variabel independen. Jika terdapat lebih dari satu variabel, maka harus ada homogeneity of variance di dalam cell yang dibentuk oleh variabel independen kategorikal. SPSS memberikan tes ini dengan nama Levene’s Test Of Homogeneity Of Variance. Jika nilai levenes test signifikan (probalitas < 0,05) maka hipotesis nol akan ditolak bahwa group memiliki variance yang berbeda dan hal ini menyalahi asumsi. Jadi yang dikehendaki adalah tidak dapat menolak hipotesis nol atau hasil levene test tidak signifikan (probabilitas > 0,05).

b. Random sampling: untuk tujuan uji signifikasi, maka subjek di dalam setiap grup harus diambil secara random.

c. Multivariate normality: untuk tujuan uji signifikasi, maka variabel harus mengikuti distribusi normal multivariate. Variabel dependen terdistribusi secara normal dalam setiap kategori variabel independen.

Analisis of variance yang digunakan untuk membandingkan nilai rata-rata tiga atau lebih sampel yang tidak berhubungan adalah pada dasarnya adalah menggunakan F test yaitu estimate between groups variance atau (mensquares) dibandingkan dengan estimase within groups variance atau secara rumus sebagai berikut:

F =

es atau squar variance

estimated groups

Within

squares mean

atau variance estimated

groups Between


(57)

Total variance dalam variabel dependen dapat di pandang memiliki 2 komponen yaitu variance yang berasal dari variabel independen dan variance yang berasal dari faktor lainya. Variance dari faktor lain ini sering disebut error atau residual variance. Jika between group (explained) variance lebih besar dari pada within group (residual) variance, maka nilai F rasio akan tinggi yang berarti perbedaan antara nilai means terjadi secara acak. Dalam pengujian hipotesis akan menghasilkan univariate analysis of variance, levene’s test of equality of error variances, tests of between-subjects effects, multiple comparisons. Sedangkan hasil multiple comparisons akan menghasilkan tukey HSD dan Bonferroni, karena hasil tukey maupun bonferroni sama maka yang di pakai dalam penelitian ini adalah hasil tukey.

E. Operasional Variabel Penelitian

Operasional variabel memberikan batasan dan penjelasan mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian. Operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah advertensi jasa akuntan publik yaitu jasa yang diberikan oleh akuntan publik melalui media iklan. Advertensi jasa akuntan publik yang baik yaitu tidak palsu, tidak menyesatkan, dan dapat diterima atau diperkenankan dalam profesi akuntan. Advertensi merupakan suatu investasi yang dianggap sangat menguntungkan (Shimp, 2000).


(58)

Sutiani (2008). Variabel yang diteliti adalah advertensi jasa akuntan publik. Variabel ini akan diukur dengan menggunakan skala interval 5 poin, mulai dengan skor terendah angka 1 (satu) dan tertinggi 5 (lima). Untuk jawabannya yaitu sangat tidak setuju (STS) = skor 1, tidak setuju (TS) = skor 2, ragu-ragu (N) = skor 3, setuju (S) = skor 4, dan sangat setuju (SS) = skor 5. variabel yang digunakan untuk mengukur responden para akuntan publik dan pengguna jasa akuntan publik terhadap advertensi jasa akuntan publik. Variabel penelitian ini dijabarkan dalam tabel 3.1:

Table 3.1 Operasional Variabel Penelitian Variabel Sub

Variabel

No Indikator Skala

Image Profesi

1 Image profesi akuntan publik akan rusak oleh advertensi jasa akuntan publik yang

bertanggungjawab

Interval

2 Advertensi jasa akuntan publik akan meningkatkan kualitas pelayanan jasa oleh akuntan di masyarakat 3 Advertensi jasa akuntan

publik akan meningkatkan kualitas jasa akuntansi dan audit

4 Advertensi jasa akuntan publik akan meningkatkan kualitas jasa

profesionalisme antar akuntan

Kualitas Jasa

5 Advertensi jasa akuntan publik dapat menurunkan kualitas pelayanan jasa oleh akuntan publik di

masyarakat Advertensi

Jasa Akuntan

Publik

Harga Jasa 6 Harga jasa ditanggung oleh komsumen akan mengalami penurunan jika suatu KAP


(59)

Variabel Sub Variabel

No Indikator Skala

melakukan advertensi 7 Advertensi jasa akuntan

publik menyebabkan harga jasa yang akan ditanggung pengguna jasa akuntan publik

8 Harga jasa ditanggung oleh konsumen akan mengalami peningkatan jika suatu KAP melakukan advertensi Kesadaran

Konsumen

9 Pengguna jasa akuntan publik akan lebih

mengetahui ketersediaan jasa-jasa akuntan publik yang ditawarkan oleh KAP jika KAP beriklan

10 Advertensi jasa akuntan publik memberikan informasi KAP lebih transparan dan obyektif Ukuran

KAP

11 KAP kecil akan merasakan manfaat yang lebih besar dengan advertensi jasa akuntan publik

dibandingkan dengan KAP besar

12 KAP besar akan merasakan manfaat yang lebih besar dengan advertensi jasa akuntan publik

dibandingkan dengan KAP kecil

Persaingan antar KAP

13 Advertensi jasa akuntan publik akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat 14 Advertensi jasa akuntan

publik akan menimbulkan persaingan yang sehat dan bertanggung jawab

Intervensi Pemerintah

15 Dengan diizinkannya advertensi jasa akuntan


(60)

Variabel Sub Variabel

No Indikator Skala

meningkat

16 Intervensi pemerintah dalam profesi akuntan tidak akan meningkat meskipun advertensi diizinkan Media

Advertensi

17 Media advertensi yang sesuai dengan advertensi jasa akuntan publik ialah melalui majalah

professional

18 Media advertensi yang sesuai dengan advertensi jasa akuntan publik ialah melalui surat kabar, TV, dan internet

Jenis Jasa yang

Ditawarkan

19 Jasa konsultan manajemen banyak diminati oleh pengguna jasa akuntan publik dapat memberikan kebijakan mengenai suatu perusahaan

20 Pengguna jasa akuntan publik banyak

menggunakan jasa akuntan publik untuk jasa kompilasi laporan keuangan

21 Jasa konsultan perpajakan banyak diminati oleh pengguna jasa akuntan publik karena dapat memberikan masukan mengenai perpajakan pada suatu perusahaan

22 Jasa audit banyak diminati oleh pengguna jasa akuntan publik karena dapat

memberikan hasil laporan audit secara objektif dan bertanggung jawab


(61)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di empat Kantor Akuntan Publik dan lima belas pengguna jasa akuntan publik. Pengguna jasa akuntan publik terdiri dari dua kelompok. Kelompok pertama adalah perusahaan dan kelompok kedua adalah bank yang terdiri dari 10 di perusahaan dan 4 di bank yang ada di wilayah jakarta dan sekitarnya.

Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung maupun melalui perantara kepada responden. Pernyebaran kuesioner dilaksanakan selama bulan April 2010 yang berada di DKI Jakarta.

2. Karakteristik Responden

Berikut ini disajikan karakteristik responden sebagai berikut: Tabel 4.1

Data Sampel Penelitian

No Keterangan Akuntan

Publik

% Pengguna jasa Akuntan Publik % 1 2 Jumlah kuesioner yang disebarkan Kuesioner yang bisa

30 30 100 100 60 60 100 100


(62)

Kuesioner dibagikan berjumlah 90 buah dengan tingkat proporsi pembagian sebagai berikut:

a. Akuntan Publik

Jumlah keseluruhan kuesioner yang disebarkan adalah sebanyak 30 kuesioner dan jumlah kuesioner yang kembali adalah 30 kuesioner atau 100% (lihat tabel 4.1).

b. Pengguna Jasa Akuntan Publik

Jumlah kuesioner yang disebarkan adalah 60 buah kuesioner dimana 30 buah ke perusahaan dan 30 buah ke bank dan yang kembali berjumlah 60 buah atau 100%. (lihat tabel 4.1).

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Akuntan Publik

No Keterangan Jumlah %

1. Jenis Kelamin

a. Laki – laki b. Perempuan

16 14

60 40 Sumber: data primer yang telah diolah.

Karakteristik responden akuntan publik dijelaskan dalam tabel 4.2. Dalam tabel 4.2 terlihat bahwa jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 30 buah, terdiri dari responden laki–laki sebanyak 16 orang dan responden perempuan sebanyak 14 orang atau dalam prosentase 60% untuk responden laki–laki dan 40% untuk responden perempuan.


(63)

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Pengguna Jasa Akuntan Publik

No Keterangan Jumlah Persentase (%)

1 Perusahaan

a. Laki-laki b. Perempuan

15 15

50 50

2 Bank

a. Laki-laki b. Perempuan

13 17

30 70 Sumber: data primer yang telah diolah

Pada tabel 4.3 disajikan karakteristik responden pengguna jasa akuntan publik yang terdiri dari responden yang bekerja diperusahaan dan responden yang bekerja di bank. Responden diperusahaan terdiri dari 15 orang laki–laki dan 15 orang perempuan atau 50% perempuan dan 50% laki-laki. Sedangkan responden dibank terdiri dari 13 orang laki-laki dan 17 orang perempuan atau 30% laki-laki dan 70% perempuan.


(64)

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Hasil Uji Validitas

Berikut ini disajikan tabel hasil uji validitas dengan menggunakan korelasi.

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Corrected

Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

keterangan

Soal-1 .265 .895 Valid

Soal-2 .570 .886 Valid

Soal-3 .577 .886 Valid

Soal-4 .265 .888 Valid

Soal-5 .349 .892 Valid

Soal-6 .277 .893 Valid

Soal-7 .530 .887 Valid

Soal-8 .487 .888 Valid

Soal-9 .360 .891 Valid

Soal-10 .622 .885 Valid

Soal-11 .438 .889 Valid

Soal-12 .458 .889 Valid

Soal-13 .476 .889 Valid

Soal-14 .569 .886 Valid

Soal-15 .636 .884 Valid

Soal-16 .458 .890 Valid

Soal-17 .600 .885 Valid

Soal-18 .535 .887 Valid

Soal-19 .587 .886 Valid

Soal-19 .587 .886 Valid

Soal-20 .542 .887 Valid

Soal-21 .617 .885 Valid

Soal-22 .499 .888 Valid

Sumber: data primer

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi yaitu membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel dimana nilai r tabel adalah 0,175. Suatu kuesioner dikatakan valid jika nilai Corrected


(1)

DATA KUESIONER

No Pertanyaan STS TS N S SS

Image Profesi

1 Apakah image profesi akuntan publik akan rusak oleh advertensi jasa akuntan publik yang bertanggung jawab

Kualitas Jasa

2 Apakah advertensi jasa akuntan publik akan meningkatkan kualitas pelayanan jasa oleh akuntan dimasyarakat

3 Apakah advertensi jasa akuntan publik akan meningkatkan kualitas jasa akuntansi dan audit 4 Apakah advertensi jasa akuntan publik akan

meningkatkan kualitas jasa profesionalisme antar akuntan

5 Apakah advertensi jasa akuntan publik dapat menurunkan kualitas pelayanan jasa oleh akuntan publik dimasyarakat

Harga Jasa

6 Apakah harga jasa ditanggung oleh komsumen akan mengalami penurunan jika suatu KAP melakukan advertensi

7 Apakah advertensi jasa akuntan publik

menyebabkan harga jasa yang akan ditanggung pengguna jasa akuntan publik

8 Apakah harga jasa ditanggung oleh komsumen akan mengalami peningkatan jika suatu KAP melakukan Advertensi

Kesadaran Konsumen

9 Apakah pengguna jasa akuntan publik akan lebih mengetahui ketersediaan jasa-jasa akuntan publik yang ditawarkan oleh KAP jika KAP beriklan

10 Apakah advertensi jasa akuntan publik memberikan informasi KAP lebih transparan dan obyektif

Ukuran KAP


(2)

No Pertanyaan STS TS N S SS Persaingan antar KAP

13 Apakah advertensi jasa akuntan publik akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat 14 Apakah advertensi jasa akuntan publik akan

menimbulkan persaingan yang sehat dan bertanggung jawab

Intervensi Pemerintah

15 Apakah dengan diizinkannya advertensi jasa akuntan publik, memungkinkan intervensi pemerintah dalam profesi akuntan dapat meningkat

16 Apakah intervensi pemerintah dalam profesi akuntan tidak akan meningkat meskipun advertensi diizinkan

Media Advertensi

17 Apakah media advertensi yang sesuai dengan advertensi jasa akuntan publik ialah melalui majalah professional

18 Apakah media advertensi yang sesuai dengan advertensi jasa akuntan publik ialah melalui surat kabar, TV, dan internet

Jenis Jasa yang ditawarkan

19 Apakah jasa konsultan manajemen banyak diminati oleh pengguna jasa akuntan publik dapat memberikan kebijakan mengenai suatu perusahaan

20 Apakah pengguna jasa akuntan publik banyak menggunakan jasa akuntan publik untuk jasa kompilasi laporan keuangan

21 Apakah jasa konsultan perpajakan banyak diminati oleh pengguna jasa akuntan publik karena dapat memberikan masukan mengenai perpajakan pada suatu perusahaan

22 Apakah jasa audit banyak diminati oleh pengguna jasa akuntan publik karena dapat memberikan hasil laporan audit secara obyektif dan bertanggung jawab


(3)

Hasil Uji Validitas

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronba ch's Alpha if

Item Deleted

VAR00001 74.7778 116.961 .265 .322 .895

VAR00002 74.0667 111.658 .570 .716 .886

VAR00003 74.0556 111.873 .577 .736 .886

VAR00004 73.9778 113.101 .477 .559 .888

VAR00005 74.6333 116.212 .349 .312 .892

VAR00006 74.6667 117.730 .277 .395 .893

VAR00007 74.2778 113.731 .530 .664 .887

VAR00008 74.1778 113.519 .487 .578 .888

VAR00009 73.5778 117.483 .360 .366 .891

VAR00010 73.8889 111.246 .622 .704 .885

VAR00011 74.0556 114.165 .438 .523 .889

VAR00012 74.1444 113.496 .458 .461 .889

VAR00013 74.6444 111.333 .476 .540 .889

VAR00014 73.9222 112.095 .569 .754 .886

VAR00015 74.2222 109.343 .636 .665 .884

VAR00016 74.1556 114.043 .437 .472 .890

VAR00017 73.8333 111.691 .600 .541 .885

VAR00018 73.8333 112.230 .535 .536 .887

VAR00019 73.7444 112.192 .587 .703 .886

VAR00020 73.7778 113.478 .542 .620 .887

VAR00021 73.7889 111.427 .617 .615 .885

VAR00022 73.6111 112.870 .499 .530 .888

Hasil Uji Reabilitas

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardize

d Items

N of Items


(4)

Hasil Uji Asumsi Klasik

Descriptive Statistics

N Skewness Kurtosis

Statistic Statistic

Std.

Error Statistic Std. Error Unstandardized

Residual 91 .056 .253 -1.242 .500

Valid N (listwise) 91

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 91

Mean .0000000

Normal Parametersa

Std. Deviation 28.56604935

Absolute .119

Positive .074

Most Extreme Differences

Negative -.119

1.137

Asymp. Sig. (2-tailed) .151

a. Test distribution is Normal.

Hasil Uji Hipotesis

Between-Subjects Factors N

VAR00002 1.00 30

2.00 30


(5)

Levene's Test of Equality of Error Variances(a)

F df1 df2 Sig.

2.705 2 87 .073

Tests of Between-Subjects Effects Source Type III

Sum of Squares

df Mean

Square

F Sig.

Corrected

Model 3968.689(a) 2 1984.344 24.527 .000

Intercept

542113.611 1 542113.611 6700.65

3 .000

VAR00002 3968.689 2 1984.344 24.527 .000

Error 7038.700 87 80.905

Total 553121.000 90

Corrected Total 11007.389 89

a R Squared = .361 (Adjusted R Squared = .346)

Multiple Comparisons (I) VAR0 0002 (J) VAR0 0002 Mean Difference (I-J) Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Tukey HSD

1.00 2.00

-1.9667 2.32242 .675 -7.5044 3.5711 3.00 -14.9667(*) 2.32242 .000 -20.5044 -9.4289 2.00 1.00 1.9667 2.32242 .675 -3.5711 7.5044 3.00 -13.0000(*) 2.32242 .000 -18.5378 -7.4622 3.00 1.00 14.9667(*) 2.32242 .000 9.4289 20.5044 2.00 13.0000(*) 2.32242 .000 7.4622 18.5378 Bonfer

roni

1.00 2.00

-1.9667 2.32242 1.000 -7.6360 3.7027 3.00 -14.9667(*) 2.32242 .000 -20.6360 -9.2973 2.00 1.00 1.9667 2.32242 1.000 -3.7027 7.6360


(6)

Multiple Comparisons Homogeneous Subset

VAR00002 N Subset

1 2 1

Tukey HSD(a,b)

1.00

30 71.9667

2.00 30 73.9333

3.00 30 86.9333