10
B. Kode Etik Akuntan
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas
dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Profesi akuntan publik bertanggung
jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai
dasar pengambilan keputusan. Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka
auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia IAPI, yakni:
standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Standar umum merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang
auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan
audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara keseluruhan. Namun selain standar audit,
akuntan publik juga harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur perilaku akuntan publik dalam menjalankan praktek profesinya baik dengan sesama
anggota maupun dengan masyarakat umum. Kode etik ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian profesional,
11 kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang auditor
dalam menjalankan profesinya Hardi, 2010. Kode etik akuntan merupakan seperangkat prinsip moral dan
pelaksanaan aturan yang memberikan pedoman kepada akuntan publik dalam berhubungan dengan klien, masyarakat dan akuntan lain. Kode etik ini akan
berdampak pada kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan, seperti yang dinyatakan dalam Payamta, 2002, bahwa profesi yang diberikan
pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan seperangkat prinsip moral dan mengatur tentang perilaku profesional.
Pengertian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut:
Gambar 2.1 Skema Hubungan Kode Etik dengan Kepercayaan Masyarakat
Sumber: Agoes, 2004
Internasional Federation of Accountants IFAC 2000 menyatakan etika sebaiknya berdasarkan prinsip yang mengatur seorang akuntan. Prinsip
tersebut adalah: integritas, obyektivitas, independensi, kepercayaan, kemampuan professional dan prilaku etika.
a. Integritas.
Kode Etik
Prilaku Profesi
Mutu Jasa
Kepercayaan masyarakat
12 Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat,
anggota KAP harus melaksanakan semua tanggung jawab profesional dengan kepekaan integritas yang paling tinggi.
b. Objektivitas.
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus jauh dari benturan kepentingan, dan tidak
boleh membiarkan terjadinya faktor salah saji material material misstatement yang diketahuinya.
c. Independensi.
Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik. Independensi berarti bahwa auditor harus jujur, tidak
mudah dipengaruhi dan tidak memihak kepentingan siapapun, karena ia melakukan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Auditor berkewajiban
untuk jujur tidak hanya pada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditor dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan pada
pekerjaan auditor tersebut Hardi, 2010. Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independensi
dalam memberikan jasa profesi sebagaimana diatur dalam Standar Profesional Akuntansi Publik yang ditetapkan oleh IAPI. Sikap
Independensi tersebut harus meliputi fakta in facts maupun dalam penampilan in appearance.
d. Kepercayaan.
13 Anggota KAP harus menerima kewajiban untuk bertindak mendahulukan
kepentingan masyarakat, menghormati kepercayaan masyarakat, dan bersikap profesional.
e. Standar-standar Teknis.
Dalam menjalankan praktek dalam masyarakat, Anggota KAP harus mematuhi prilaku professional. Code Of Professional Conduct
f. Kemampuan Profesional.
Anggota harus mematuhi standar tehnis dan etika profesi, berusaha keras untuk terus-menerus meningkatkan kompetisi dan mutu jasa, dan
melaksanakan tanggung jawab profesi sesuai dengan kemampuan. g.
Prilaku Etika. Keberadaan kode etik menyatakan secara eksplisit beberapa kriteria
tingkah laku yang khusus terdapat pada profesi. Di samping itu dengan adanya kode etik anggota profesi akuntan lebih terdapat anggotanya.
Dalam Bab VII pasal 10 Kode Etik Akuntan Indonesia disebutkan bahwa “Kode Etik Akuntan berlaku bagi seluruh Anggota Ikatan Akuntan
Indonesia”. Dengan demikian kewajiban untuk mematuhi Kode Etik ini tidak harus terbatas pada akuntan yang menjadi Anggota Ikatan Akuntan Publik
Indonesia saja, tetapi meliputi semua orang yang bergelar akuntan. Bagi akuntan, kode etik merupakan prinsip moral yang mengatur hubungan antara
sesama rekan dengan masyarakat, kepercayaan masyarakat, pemerintah dan dunia usaha terhadap cara pelaporan, nasehat yang diberikan serta jasa-jasa
14 yang diberikan, ditentukan oleh keahlian kebebasan bertindak dan berpikir,
serta integritas moral akuntan. Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Kode etik ini mengikat para anggota IAPI
disatu sisi dan dapat dipergunakan oleh akuntan lainnya yang bukan dan belum menjadi anggota IAPI di sisi lainnya. Di Indonesia, penegakkan kode
etik dilaksanakan oleh Institute Akuntan Publik Indonesia dan Dewan Standar Profesi Akuntan Publik untuk menggembangkan dan menetapkan suatu
standar profesi dan kode etik profesi yang berkualitas yang berlaku bagi profesi akuntan publik.
Institut Akuntan Publik Indonesia IAPI, 2008:1 menyatakan etika sebaiknya berdasarkan prinsip yang mengatur seorang akuntan. Prinsip
tersebut adalah: a.
Integritas. Setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional
dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaan. b.
Objektivitas. Setiap praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan
kepentingan, atau pengaruh tidak layak undue influence dari pihak lain untuk mempengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan
bisnisnya. c.
Kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional professional competence and due care.
15 Setiap praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya
pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehinga klien atau pemberi kerja dapat menerima jasa profesional yang
diberikan secara kompeten berdasarkan perkembangan terkini dalam praktek, perundang-undangan, dan metode pelaksanaan pekerjaan. Setiap
praktisi harus bertindak secara profesional dan sesuai dengan standar profesi dan kode etik yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
d. Kerahasiaan.
Setiap praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak
boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban
untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku. Informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh praktisi untuk keuntungan pribadinya atau pihak ketiga.
e. Prilaku profesional.
setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskriditkan profesi.
Pengawasan terhadap Kode Etik diharapkan dapat dilakukan sendiri oleh para anggota dan pimpinan KAP. Hal ini tercermin dalam rumusan Kode
Etik Akuntan Indonesia pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Setiap anggota harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam melaksanakan tugasnya, ia
16 akan bertindak jujur, tegas, dan tanpa prestasi”. Dengan mempertahankan
objektivitas, ia akan bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya. Pembaharuan Kode Etik Akuntan
Indonesia dilaksanakan pada tanggal 29 april Tahun 2009 dan diberlakukan pada tanggal 1 Januari Tahun 2010. Kemudian, dengan pertimbangan bahwa
berhubung sosialisasi Kode Etik tersebut belum dilakukan secara maksimal dan komprehensif kepada anggota IAPI serta pihak-pihak lain yang terkait,
maka pengurus IAPI memutuskan bahwa pemberlakuan Kode Etik ditunda menjadi efektif sejak tanggal 1 Januari 2011 Hardi, 2010.
Surat pemberitahuan IAPI perihal penundaan pemberlakuan Kode Etik Profesi Akuntan Publik tanggal 31 Desember 2009 bahwa diharapkan di
Tahun 2010 Dewan Standar Profesi bekerjasama dengan Badan Pelaksana Pendidikan IAPI akan melaksanakan sosialisasi Kode Etik secara gencar dan
menyeluruh sehingga implementasi Kode Etik tersebut dapat berlangsung tepat waktu. Sehubungan dengan penundaan masa berlakunya Kode Etik
tersebut, maka dalam melakukan pekerjaannya, anggota IAPI tetap berpedoman kepada Aturan Etika yang terdapat dalam buku Standar
Profesional Akuntan Publik SPAP tahun 2001 sampai dengan diberlakukannya Kode Etik yang baru.
IAPI kembali menyempurnakan susunan Kode Etik Profesi Akuntan Indonesia dengan memasukkan unsur-unsur tambahan dan menuai berbagai
peraturan-peraturan yang dianggap sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Dalam Internasional Federation Of Accounting IFAC:2000,
17 dikatakan bahwa dalam kode etik bagi akuntan professional, ungkapan-
ungkapan ini muncul dalam penekanan saat digunakan pertama kali dan memiliki pengertian yang ditentukan bagi etika-etika tersebut, meliputi :
a. Pengiklanan: Ditujukan pada masyarakat mengenai informasi bagaimana
pelayanan dan keahlian yang disediakan oleh akuntan publik, dengan sebuah pandangan untuk mendapatkan bisnis yang professional.
b. Klien Audit: Klien audit akan selalu mencakup bagian yang berkaitan
dengan entitas disuatu perusahaan. c.
Persetujuan Audit: Sebuah persetujuan audit untuk menyediakan sebuah tingkat kepastian yang tinggi, dimana pernyataan keuangan terbebas dari
kesalahan. Seperti sebuah persetujuan berdasarkan Standar Auditing International. Hal ini mencakup audit berdasarkan Undang-Undang
dimana sebuah pemeriksaan di syaratkan oleh peraturan nasional atau peraturan lainnya.
d. Jaminan Kerja: Sebuah keterkaitan dalam memandang ketika sebuah
perusahaan melakukan sebuah persetujuan jaminan. e.
Persetujuan Penjamin: Sebuah perjanjian yang diadakan untuk menyediakan.
1 Sebuah kepastian tingkat tinggi dimana masalah subjek dijelaskan
dalam setiap bahan yang terkait dengan kriteria yang sesuai atau 2
Sebuah tingkat menengah dari kepastian dimana masalah subjek adalah masuk akal dalam kondisi tersebut.
18 Setiap bidang profesi tentunya harus memiliki aturan-aturan khusus atau
lebih dikenal dengan istilah “Kode etik profesi”. Dalam bidang akuntansi
sendiri salah satu profesi yang ada yaitu akuntan publik. Sebenarnya selama ini belum ada aturan baku yang membahas mengenai kode etik untuk profesi
akuntan publik. Namun demikian, baru-baru ini salah satu badan yang memiliki fungsi untuk menyusun dan mengembangkan standar profesi dan
kode etik profesi akuntan publik yang berkualitas dengan mengacu pada
Standar Internasional yaitu Institut Akuntan Publik Indonesia IAPI telah
mengembangkan dan menetapkan suatu standar profesi dan kode etik profesi
yang berkualitas yang berlaku bagi profesi akuntan publik di Indonesia. Kode
Etik Profesi Akuntan Publik Kode Etik ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian A dan Bagian B. Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip
dasar etika profesi dan memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Bagian B dari Kode Etik ini memberikan ilustrasi mengenai
penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu.
Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik KAP atau
jaringan KAP, baik yang merupakan anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional yang meliputi
jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam standar profesi dan kode etik profesi. Untuk tujuan Kode Etik ini, individu tersebut di
atas selanjutnya disebut ”Praktisi”. Anggota IAPI yang tidak berada dalam KAP atau Jaringan KAP dan tidak memberikan jasa profesional seperti
19 tersebut di atas tetap harus mematuhi dan menerapkan Bagian A dari Kode
Etik ini. Suatu KAP atau Jaringan KAP tidak boleh menetapkan kode etik profesi dengan ketentuan yang lebih ringan dari pada ketentuan yang diatur
dalam Kode Etik ini. Setiap Praktisi wajib mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar
dan aturan etika profesi yang diatur dalam Kode Etik ini, kecuali bila prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur oleh perundang-undangan,
ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku ternyata berbeda dari Kode Etik ini. Dalam kondisi tersebut, seluruh prinsip dasar dan aturan etika
profesi yang diatur dalam perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku tersebut wajib dipatuhi, selain tetap mematuhi
prinsip dasar dan aturan etika profesi lainnya yang diatur dalam Kode Etik ini.
C. Iklan