Padi Sebagai Makanan Pokok di Karo

menenembenih padi ini”. Maka merekapun diajari untuk menanam padi itu. Merekajuga diajaribagaimana cara mengurus padi yang baik, begitu juga setelah padi di panen dan bagaimana cara menumbuknya begitu juga dengan memesaknya. Semua padi yang ditanam manusia itu sangat subur sekali karena berkat pengajaran dari Beru Dayang dan hasilnya sangat melimpah ruah. Maka setelah itu pulanglah Beru Dayang ke asalnya. Dan ini memeng di akui terlihat dalam nama-nama padi yang ada di Karo. Jenis-jenis padi itu adalah: - Beru Dayang Rungun-rungun nama padi yang telah ditanam - Beru Dayang Buninken nama padi yang telah ditanam dan di tutup - Beru Dayang Malembing nama padi setelah daunnya mirip lembing - Beru Dayang Meduk-meduk nama padi setelah daunnya rimbun dan daunnya melengkung ke bawah - Beru Dayang Kumerket nama padi stelah bunting - Beru Dayang Perinte-rinte nama padi setelah daunnya menguning - Beru Dayang Pegungun nama padi setelah di panen dan di jemur Dan nama jenis padi ini masid di gunakan pleh orang Karo sampai sekarang.

2.2.2 Padi Sebagai Makanan Pokok di Karo

Sama seperti Jepang, bagi orang Karo padi juga merupakan sesuatu yang penting dan wajib. Apalagi rata-rata mata pencaharian orang Karo adalah bertani. Padi juga menjadi makanan utama orang Karo. Dalam sehari mereka makan nasi Universitas Sumatera Utara tiga kali, bahkah ada yang makan 5-6 kali sehari. Mereka makan banyak karena harus memiliki tenaga yang banyak untuk bekerja. Kebiasaan utama bagi orang Karo adalah menyimpan sebagian padi untuk perayaan-perayaan tertentu. Biasanya ada tempat khusus untuk menyimpan padi yaitu dalam lumbung yang disebut dengan “keben”. Kebiasaan ini di turunkan oleh nenek moyang dan sampai sekarang masih dilakukan. Padi digunakan dalam merayakan pesta tahunan “kerja tahun”, memasuki rumah baru dan acara-acara khusus dalam pernukahan dan adat anak lahir. Jadi padi merupakan lambang ritual-ritual Karo. Cara memasak nasi pada zaman dahulu dengan sekarang juga berbeda. Pada zaman dahulu nasi dimasak dalam periuk khas karo yaitu Kudin Taneh, cara memasknya beras dimasukkan beserta air dan di naikkan ke atas api. Sekarang nasi sudah di masak dalam periuk-periuk biasa dan setelah mendidih dimasukkan lagi ke kukusan nasi. Bagi orang Karo nasi yang sudah masak disebut dengan “nakan” dan apabila menjadi bubur disebut dengan nakan dak-dak, dan biasanya ini dibuat khusus untuk orang yang sedang sakit. Nasi bubur ini juga menjadi makanan untuk anak-anak yang baru lahir dan ketika memasaknya di campur dengan wartel, kentang, tomat dan bahan-bahan lain. Dalam perayaan tahunan biasanya ada makanan khas yaitu Rires, cimpa gabur, tape. Rires adalah makanan khas orang Karo makanan yang dimasak dalam bambu, bahan dasarnya adalah beras yang dicampur dengan garam, lada, kunyit, jahe, dan santan kelapa yang sudah diperas. Dan setiap keluarga wajib membuatnya karena ini juga menjadi lambang ada atau tidaknya malapetaka yang menimpa seseorang. Rires biasanya dimasak dalam bambu muda dan dibakar, Universitas Sumatera Utara apabila sesudah masak warnanya kuning dan bagus serta rasanya pas di lidah maka tidak akan ada malapetaka. Apabila mentah dan warnanya pucat serta rasanya juga tidak pas maka akan ada malapetaka. Cimpa juga merupakan makanan khas bagi masyarakat Karo, dan ini juga dibuat setiap perayaan tahunan”kerja tahun”. Cimpa juga bahan dasarnya adalah beras, dan cara membuatnya sama seperti membuat shitogi kue Jepang dimana tepung beras diuleni dengan air sampai lembut setelah itu di balut dengan daun singkut atau daun pisang. Setelah itu dimasak. Biasanya cimpa untuk di sajikan dicampur dengan gula merah biar rasanya lebih manis dan enak. Cimpa ini dinamakan dengan “cimpa pulut”. Cimpa yang biasanya dijadikan persembahan kepada dewa atau roh-roh orang yang sudah meninggal adalah “cimpa gabur”. Bahan dasar dari cimpa ini adalah tepung beras, namun pada zaman dahulu biasanya beras yang diambil dari panen pertama dan di tumbuk kemudian dikepal sebesar kepalan tangan tanpa diberi campuran apapun. Sekarang karena membuatnya terlalu rumit dan capek maka sudah dibuat dari tepung bers yang di beli dan dicampur dengan gula. Tujuannya agar kalau dewi memakan kue ini rasanya manis maka dewi pasti juga akan memberikan rejeki yang manis pula. Makanan lain yaitu “tape” yang juga bahan dasarnya adalah beras. Tapi khusus untuk membuat makanan ini biasanya berasnya harus yang asli, makanya masih ada orang yang menanam padi sedikit hanya untuk bahan membuatnya. Dan selama membuat makanan ini tidak bisa mengeluarkan bau yang busuk karena bisa tidak jadi. Apabila rasanya manis maka dipercayai panen berikutnya pasti berhasil. Namun sekarang inisudah jarang dibuat karena caranya terlalu Universitas Sumatera Utara rumit, dimana harus dibungkus dengan lapisan yang tebal agar panas. Dan butuh waktu satu malam penuh untuk masak, dan selama itu tidak boleh disentuh apalagi dibuka. Jadi yang masih dilestarikan pembuatannya adalah rires kue dalam bambu, dan cimpa pulut saja. Dan ini setiap perayaan kerja tahun pasti ada di jumpai.

2.2.3 Padi Dalam Kepercayaan Orang Karo