yang baik dan biasanya ditentukan oleh dukun simeteh wari telupuluh. Sebab bagi orang Karo pesta ini mendatangkan berkat yaitu, bila dewa berkenan maka
hasil panen akan melimpah ruah, dan apabila pesta ini tidak dilaksanakan maka dapat mendatangkan malapetaka seperti bala-bala ulat akan mengganas dan lain
sebaginya. Dalam penulisan ini penulis ingin mengetahui dimanakah perbedaan dan persamaan ritus-ritus tahunan dalam masyarakat Jepang dan masyarakat Karo
khususnya dalam bidang pertanian tanaman padi.
1.2 Perumusan Masalah
Ritus-ritus tahunan yaitu dimulai dari awal tahun hingga akhir tahun. Sepanjang tahun itu banyak ritus-ritus atau pesta-pesta. Di Jepang ritus-ritus ini
dimulai dari bulan Maret hingga bulan Feberuari tahun berikutnya. Hal ini ada hubunganya dengan musim pertanian, yaitu musim menanam hingga musim
panen ataupun pasca panen. Berbeda dengan di Karo, yang tidak memiliki 4 musim namun juga
berhubungan dengan pertanian. Biasanya orang Karo mulai menyemai benih padi pada musim hujan dan setelah kira-kira sudah berumur satu bulan dalam
penyemaian, padi itu sudah mulai bisa ditanami di tempat yang sudah disediakan sebelumnya. Pada zaman dahulu sistem ini tidak digunakan, dimana benih padi
langsung ditanam pada tempat yang sudah disediakan tapi yang harus memulai menanamnya pertama adalah kalimbubu, juga benihnya harus diminta dari
kalimbubu, apabila benih itu benar-benar dari dia maka orang Karo pada zaman dahulu percaya bahwa hasil panen pasti melimpah. Kalimbubu dianggap sebagai
Tuhan yang bisa di lihat, maka orang Karo sangat menghormati kalimbubu.
Universitas Sumatera Utara
Penanaman padi di Karo baru bisa dimulai apabila bintang pemerdangken sudah bercahaya di langit.
Ritus-ritus penanaman padi baik di Jepang ataupun di Karo memiliki banyak persamaan. Maka banyak orang bertanya apakah penanaman padi itu
berasal dari Jepang ataukah dari Karo. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut : 1.
Bagaimanakah awal terciptanya budaya padi di Jepang dan di Karo. 2.
Bagaimanakah persamaan dan perbedaan ritual dalam hal penanaman padi di Jepang dan di Karo.
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan hanya pada masyarakat pertanian di pedesaan dan di daerah pegunungan saja.
Daerah pegunungan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani serta umumnya tanah di daerah pedesaan dan pegunungan yang cocok dan subur untuk
di jadikan lahan pertanian, baik di Jepang ataupun di Karo. Dalam penulisan ini penulis juga akan membahas ritus-ritus yang
dilaksanakan oleh petani di Jepang dan di Karo mulai sejak penanaman padi sampai pasca panen hingga sesudah panen selesai.
Penulis juga akan membahas bagaimana awal masuknya padi ke Jepang dan ke daerah Karo.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori a. Tinjauan Pustaka