Konsepsi Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori.

mulai dari tahap pembuatan akta perjanjian kredit yang diikuti dengan pembuatan akta tambahan yang melengkapi perjanjian kredit yakni akta pengikatan jaminan, dan akta pengakuan hutang yang dibuat secara sepihak oleh debitur. Tahapan ini mempunyai arti yang penting karena akan memberikan karakter tersendiri dengan segala akibatnya.

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas. 35 Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational definition. 36 Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua dubius dari suatu istilah yang dipakai. 37 Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, yaitu: 35 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989, hal. 4. 36 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993, hal. 10. 37 Tan Kamelo, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, Disertasi, Medan, PPs-USU, 2002, hal 35 Universitas Sumatera Utara Akta autentik yaitu suatu akta yang di dalam bentuk menurut ketentuan undang-undang dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat mana akta itu dibuat. 38 Grosse akta adalah suatu turunan atau salinan dari akta notaris yang diberi titel eksekutorial “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. 39 Grosse akta pengakuan hutang adalah pernyataan pengakuan sepihak dari debitur tentang hutangnya kepada pihak kreditur yang dirumuskan notaris dalam grosse akta. 40 Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. 41 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit danatau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak; 42 Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan 38 Pasal 1867 KUH Perdata. 39 Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Grosse Akta dalam Pembuktian dan Eksekusi, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, hal.40 40 M. Yahya Harahap, op. cit., hal. 207. 41 Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang- undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 42 Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang- undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Universitas Sumatera Utara pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga; 43 Debitor adalah orang atau badan usaha yang memiliki hutang kepada bank atau lembaga pembiayaan lainnya karena perjanjian atau undang-undang. 44 Kreditor adalah pihak bank atau lembaga pembiayaan lainnya yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang. 45 Kreditor preferensi adalah kreditur pemegang hak jaminan yang memiliki hak secara didahulukan terhadap kreditur lainnya untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan. 46 Kreditor separatis adalah kreditur yang penagihan piutangnya seolah-olah tidak terjadi kepailitan karena dianggap berdiri sendiri. 47 Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara nasabah debitur dengan kreditur yang terjadi di lingkungan perbankan dan notaris dalam bentuk tertulis. 48 Hutang adalah kewajiban debitur yang harus dibayar kepada kreditur dalam bentuk mata uang rupiah atau mata uang lainnya sebagai akibat perjanjian kredit. 49 43 Pasal 1 angka 11 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang- undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 44 Bandingkan dengan Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan. 45 Bandingkan dengan Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan. 46 Sutan Remy Syadeini, Hukum Jaminan dan Kepailitan, Jurnal Hukum Bisnis, Volume I, 2000, hal 7 47 Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1998, hal 105. 48 Pasal 1313 KUH Perdata berbunyi “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Universitas Sumatera Utara Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah; 50 Jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan, bahwa debitur akan memenuhi kewajibannya, yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan. 51 Jaminan kebendaan merupakan hak mutlak atas suatu benda tertentu yang menjadi objek jaminan suatu hutang, yang suatu waktu dapat diuangkan bagi pelunasan hutang debitur apabila debitur ingkar janji. 52 Benda jaminan adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar, yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang tidak dapat dibebani hak tanggungan atau hipotik. 53 Benda bergerak adalah benda yang karena sifatnya dapat dipindahkan atau karena ditentukan undang-undang. 54 Benda tidak bergerak adalah benda yang karena sifatnya tidak dapat dipindahkan atau karena peruntukannya atau karena ditentukan undang-undang. 55 49 Bandingkan dengan Pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan. 50 Pasal 1 angka 23 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang- undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 51 Tan Kamello. Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Bandung: Alumni, 2004, hal.33 52 H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, The Bankers Hand Book, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005, hal. 213 53 Bandingkan dengan Pasal 1 angka 40 Jo Pasal 3 Undang-undang Jaminan Fidusia. 54 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 1994, hal. 61. Universitas Sumatera Utara Putusan pengadilan adalah hasil atau kesimpulan terakhir dari suatu pemeriksaan perkara baik pada tingkat pengadilan negeri maupun pengadilan tinggi, yang belum dan sudah mempunyai kekuatan hukum tetap. Termasuk juga kasasi yang sedang dan telah diputuskan oleh Mahkamah Agung. 56

F. Metode Penulisan 1. Jenis Penelitian