1. Kesalahan Notaris Bank Dalam Membuat Grosse Akta
130
Bentuk grosse akta yang diatur dalam Pasal 224 HIR258 Rbg, terdiri dari Grosse akta pengakuan hutang dan Grosse akta hipotik, Undang-Undang Hak
Tanggungan ada mengatur Grosse Sertifikat Hak Tanggungan dan Pasal Undang- Undang Jaminan Fidusia ada mengatur Grosse Sertifikat Jaminan Fidusia.
Perlu ditegaskan bahwa sifat kemandirian setiap bentuk grosse akta, baik itu grosse akta pengakuan hutang, grosse akta hipotik, grosse sertifikat Hak Tanggungan
danatau Grosse Sertifikat Jaminan Fidusia tidak saling berkaitan. Masing-masing berdiri sendiri dan tidak boleh dicampuraduk dengan satu sama lain.
Apabila nasabah debitur telah diikat dengan grose akta pengakuan hutang, maka nasbah debitur tidak boleh diikat lagi dengan bentuk perjanjian hipotik. Akta
pengakuan hutang yang dibuat oleh perbankan dan notaris kadang-kadang bukan berisi pernyataan sepihak dari nasabah debitur, tetapi merupakan perikatan antara
bank dan nasabah debitur yang masing-masing mengikatkan diri dalam akta pengakuan utang.
Grosse akta pengakuan hutang mesti murni berdiri sendiri agar grosse akta pengakuan hutang itu sah sebagai grosse akta yang berkekuatan eksekutorial. Begitu
pula grosse-grosse lainnya sebagaimana tersebut di atas, harus murni dan bersih dari pengaruh dan campur-aduk grosse akta pengakuan hutang. Kalau tidak murni sifatnya
akan mengakibatkan grosse akta yang bersangkutan mengandung cacat yuridis.
130
Zulkarnain Sitompul, http:pdf-search-engine.comJAMINAN20KREDIT-html- zulsitompul.files.wordpress.com200706makalah-hkgmver1.htm
l , diakses pada tanggal 27 Juni 2009
Universitas Sumatera Utara
Terhadap grosse akta yang tidak murni, maka : 1. Grosse akta yang demikian mengandung cacat yuridis;
2. Dapat menyatakannya sebagai grosse akta yang tidak dapat dieksekusi; dan 3. Pemenuhan pembayarannya hanya dapat dimintakan kreditur melalui proses gugat
biasa. Akibat hukum kalau terjadi pencampuradukan antara satu bentuk grosse akta
dengan bentuk grosse akta lainnya, adalah grosse akta yang demikian dianggap mengandung cacat yuridis. Karena pencampuradukan tersebut dengan sendirinya
telah melenyapkan kepastian bentuk grosse akta. Dengan kata lain, telah dibuat ikatan perjanjian kredit dan perjanjian kreditnya dituangkan dalam bentuk surat perjanjian di
bawah tangan atau dalam bentuk akta notaris. Dari perjanjian kredit pokok tadi dituangkan dalam bentuk grosse akta pengakuan hutang, tapi sekaligus di dalam
grosse akta pengakuan hutang tersebut masih dicantumkan syarat-syarat perjanjian dan Kuasa Memasang Hipotik atau Kuasa Membebankan Hak Tanggungan. Yang
mana dari dokumen grosse akta pengakuan hutang tersebut dilahirkanlah grosse akta hipotik atau Grosse Srtifikat Hak Tanggungan. Kekeliruan ini tidak terlepas dari
kesalahan notaris yang dipercaya oleh bank untuk membuat dokumen-dokumen tersebut. Kesalahan ini disebabkan perbedaan penafsiran mengenai grosse akta.
Mahkamah Agung hanya membolehkan kalangan perbankan memilih salah satu dari grosse akta tersebut. Apabila nasabah debitur telah diikat dengan grosse akta
pengakuan utang maka nasabah debitur tidak boleh diikat lagi dengan bentuk perjanjian yang memakai irah-irah.
Universitas Sumatera Utara
Tidak adanya kepastian hukum mengenai bentuk grosse akta menggakibatkan tidak adanya kepastian hukum. Grosse akta Pengakuan Hutang masih bersifat partai,
yaitu akta yang lahir dari persetujuan antara pihak debitur dan kreditur yang sama- sama datang menghadap di depan notaris, dan disana para pihak saling mengikat diri
dalam grosse akta pengakuan hutang dimaksud. Dengan demikian tentu grosse akta pengakuan hutang itu tidak benar-benar grosse akta pengakuan hutang.
Bila bentuk-bentuk grosse akta yang disebut diatas tumpang-tindih satu sama lain maka akan mengakibatkan :
a. grosse akta mengandung cacat yuridis ; b. grosse akta yang demikian tidak sah;
c. tidak adanya kepastian hukum grosse akta mana yang diikatkan dalam persetujuan ikatan kredit yang bersangkutan;
d. dengan sendirinya mengakibatkan grosse akta bercampur-aduk itu kehilangan kekuatan eksekusinya, yang menjadikannya sebagai grosse akta yang Non
eksekutabel; e. dengan demikian cara pemenuhan pembayaran hutang debitur kepada kreditur
harus melalui proses gugatan biasa ke Pengadilan. Demikianlah gambaran resiko yang akan dihadapi kreditur apabila terjadi
pencampuradukan antara grosse akta pengakuan hutang dengan grosse akta lainnya. Oleh karena itu penting sekali hal ini disadari, guna menghindari impotensi grosse
akta yang dilahirkan.
Universitas Sumatera Utara
2. Besarnya Jumlah Hutang Tidak Sesuai Dengan Tuntutan