Ronito Sitorus : Sifat Fisis Dan Kimia Dari Campuran Antara Epoksiprena Dengan Polipropilena Dan Metil Metakrilat, 2009.
USU Repsoitory © 2009
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, banyak bahan-bahan daur ulang yang dapat dimodifikasi menjadi barang-barang yang sangat
bermanfaat bagi masyarakat. Dengan melihat kenyataan ini banyak ilmuwan dan peneliti di bidang kimia polimer mencari dan memodifikasi fungsionalisasi barang-
barang bekas menjadi bernilai tinggi, dan telah banyak dihasilkan barang-barang kebutuhan manusia yang bernilai tinggi dari modifikasi tersebut, mulai dari perkakas
rumah tangga, bahan bangunan, otomotif, alat industri kecil hingga alat industri berat.
Kita hidup dalam era polimer, plastik, serat, elastomer, bahan pelapis, bahan perekat, karet, protein, dan selulosa. Semuanya merupakan istilah umum dalam dunia
kimia polimer. Polimer merupakan senyawa yang terdiri dari molekul yang terbentuk dari penggabungan satuan molekuler yang berulang monomer, sehingga ukurannya
bergantung pada banyaknya monomer yang terlibat di dalamnya. Pada umumnya polimer tidak memiliki rumus kimia yang sederhana, sifat bahan polimer bergantung
tidak hanya pada jenis monomer dan sifat struktur ikatannya, tetapi juga pada bentuk dan cara tersusunnya monomer tersebut. Polimer sintesis adalah polimer hasil proses
kimia buatan, seperti plastik, karet, cat, bahan textil, poliester, bahan perekat, polipropilena, polietilena, dan lain-lain. Klasifikasi yang didasarkan pada sifat-sifat
fisika dan mekanika atau produk akhir membagi polimer-polimer ke dalam karet, plastik, serat, bahan pelapis dan bahan perekat. Banyak ilmuwan polimer yang
cenderung menggunakan istilah “karet” untuk materi alam dan “elastomer” untuk materi sintesis. Steven,M, 2001
Ronito Sitorus : Sifat Fisis Dan Kimia Dari Campuran Antara Epoksiprena Dengan Polipropilena Dan Metil Metakrilat, 2009.
USU Repsoitory © 2009
Karet merupakan polimer alam terpenting dan dipakai secara luas dilihat dari sudut industri. Karet diambil dari pohon karet dalam bentuk suspensi di dalam air
yang disebut lateks getah karet. Karet alam merupakan polimer isoprene. Karet merupakan politerpena yang disintesis secara alami melalui polimerisasi enzimatik
isopentilpirofosfat. Unit ulangnya adalah 1,4-poliisoprena. Sesungguhnya isoprena merupakan produk degradasi utama karet. Karet atau elastomer merupakan polimer
yang memperlihatkan daya pegas atau kemampuan meregang dan kembali ke keadaan semula dengan cepat. Sebagian besar karet memiliki struktur jaringan. Tim, Penulis,
1992
Dari segi komersial, polimer atau resin termasuk polimer non-vinil terpenting. Resin ini memperlihatkan tipe khusus polieter yang dipreparasi melalui reaksi
polimerisasi tahap antara epoksida dan senyawa dihidroksi, biasanya bisfenol dalam hadirnya basa. Nampak bahwa suatu epoksida mungkin diperlukan untuk membentuk
polimer. Polimer epoksi pada dasarnya digunakan sebagai adesif dan juga dikombinasikan dengan serat kaca, atau kain, karena struktur materialnya yang kaku.
Resin epoksi ini dapat direaksikan dengan beraneka jenis reagen dan sifat yang dihasilkan tergantung pada reaksi yang terjadi. Resin epoksi dapat bereaksi dengan
molekul diamida yang lain membentuk jaringan polimer yang kaku. Stanley,1997
Polipropilena merupakan jenis bahan baku plastik yang paling ringan, densitas 0,90-0,92, memiliki kekerasan dan kerapuhan yang paling tinggi dan bersifat kurang
stabil terhadap panas dikarenakan adanya hidrogen tersier. Suhu transisi gelas 5 C.
Penggunaan bahan pengisi dan penguat memungkinkan polipropilena memiliki mutu kimia yang baik sebagai bahan polimer dan tahan terhadap pemecahan karena tekanan
stress-cracking walaupun pada temperatur yang tinggi.
Akrilat adalah suatu homopolimer yang terbentuk dari polimerisasi adisi senyawa metal metakrilat. Asam akrilat adalah nama lain untuk asam 2—propenoat.
Telah dilakukan modifikasi serat poliepoksi dengan metil metakrilat supaya dapat dipergunakan untuk penukar kation. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan serat
yang dapat menukar ion logam dalam larutan dengan kapasitas tinggi. Kopolimerisasi
Ronito Sitorus : Sifat Fisis Dan Kimia Dari Campuran Antara Epoksiprena Dengan Polipropilena Dan Metil Metakrilat, 2009.
USU Repsoitory © 2009
cangkok metil metakrilat pada serat poliepoksi dilakukan dengan metode peroksidasi menggunakan sinar dari sumber Co-60. Pengaruh beberapa faktor terhadap kadar
pencangkokan dipelajari dengan memvariasikan dosis total iradiasil, temperatur dan waktu pencangkokan serta konsentrasi monomer. Variasi laju dosis dilakukan untuk
mengetahui kecepatan pencangkokan. Terjadinya pencangkokan metil metakrilat pada serat poliepoksi diamati pada spektrum infra merah, dan kestabilan termal serat
poliepoksi sebelum dan sesudah pencangkokan PP-g-AAc diamati dengan Thermogravimetric Analysis TGA. Kapasitas penukaran serat PP-g-AAc terhadap
ion logam dalam larutan diperiksa dengan Atomic Absorption Spectrofotometer AAS. www. Chem-is-try.org
Penelitian terdahulu oleh Noferita tahun 2004 tentang “Study sifat termal dan mekanik poliblen polipropilena dengan karet alam SIR-20 dan bahan pengisi kaolin”,
dimana dijelaskan dengan pencampuran antara polipropilena dan karet alam SIR-20 dapat dihasilkan suatu poliblen yang kompatibel. Dijelaskan juga bahwa dengan
penambahan kaolin dapat meningkatkan sifat mekanik dan termal poliblen. Hasil spektroskopi infra merah menunjukkan bahwa tidak ada penambahan gugus fungsi
yang baru, tetapi ada pergeseran bilangan gelombang yang menunjukkan interaksi yang terjadi hanya interaksi fisik.
Dari uraian diatas maka peneliti berkeinginan melihat dan meneliti sifat fisis dan kimia dari campuran antara epoksiprena dengan polipropilena dan metil metakrilat
menggunakan benzoil peroksida sebagai pembentuk radikal bebas. Diharapkan dari penelitian ini akan memberikan informasi yang baik mengenai perpaduan antara
epoksiprena dengan polipropilena dan metil metakrilat tersebut.
1.2 Perumusan Masalah