Ronito Sitorus : Sifat Fisis Dan Kimia Dari Campuran Antara Epoksiprena Dengan Polipropilena Dan Metil Metakrilat, 2009.
USU Repsoitory © 2009
2.5 Resin Epoksi
Dari segi komersial, resin epoksi termasuk polimer nonvinil terpenting. Resin epoksi pada dasarnya merupakan suatu polieter. Resin ini memperlihatkan tipe khusus
polieter yang dipreparasi melalui reaksi polimerisasi tahap antara epoksida dan senyawa dihidroksi, biasanya bisfenol, dalam hadirnya basa. Tampak bahwa
diepoksida mungkin diperlukan untuk membentuk polimer, tetapi pada prakteknya epiklorohidrin paling umum dipakai karena bereaksi dengan cara suatu diepoksida
O CH
2
—CH—CH
2
Cl Rangkaian polimerisasinya melibatkan pembentukan ion alkoksida, adisi
nukleofilik alkoksida ke karbon yang kurang terintangi dari cincin epoksida, kemudian penutupan cincin melalui subsitusi ion klorida.
O R— O—CH
2
—CH—CH
2
Gambar 2.3 . Struktur molekul resin epoksi
Resin epoksi tidak berubah kekuatannya meskipun bertahun-tahun. Tahan minyak, gemuk, BBM, alkali, pelarut aromatik, asam alkohol, juga panas atau cuaca
dingin. Akan tetapi lemah terhadap ester dan keton. Resin epoksi memiliki keunggulan sebagai zat perekat dibandingkan polimer lain. Diantaranya
kereaktifannya yang tinggi, daya pembasahan baik, kekuatan kohesif tinggi, tanpa reaksi atsir tidak mengkerut, tidak mengalami ”crep”, dapat luwes diubah-ubah
sifatya dengan memilih bahan penguat , dengan penambahan polimer yang lain atau filler.
Pemakaian karet epoksi amat luas, pada bahan-bahan logam, gelas, keramik, kayu, beton, plastik termoset poliester, fenolik. Bidang-bidang
kedirgantaraan pesawat, automotif, elektronik, bangunan, pekayuan dan sebagainya.
2.6 Benzoil Peroksida
Ronito Sitorus : Sifat Fisis Dan Kimia Dari Campuran Antara Epoksiprena Dengan Polipropilena Dan Metil Metakrilat, 2009.
USU Repsoitory © 2009
Benzoil peroksida merupakan jenis inisiator yang paling banyak dipakai. Tidak stabil terhadap panas dan terurai menjadi radikal-radikal pada suhu dan laju yang tergantung
pada strukturnya. Benzoil peroksida mengalami homolisis termal untuk membentuk radikal-radikal benzoiloksi, sebagai berikut:
O O
O II
II II
—C—O—O—C— 2
—C—O
Benzoil peroksida Benzoil Peroksida Radikal
Gambar 2.4 Pembentukan Benzoil Peroksida radikal
Benzoil peroksida waktu paruhnya 30 menit pada 100 C, mempunyai
keuntungan yaitu radikal benzoiloksi yang cukup stabil sehingga cenderung bereaksi dengan molekul-molekul monomer yang lebih reaktif. Stevens, M., 2001
2.7 Metil metakrilat
Polimetil metakrilat PMMA merupakan hasil polimerisasi monomer metil metakrilat MMA, seperti yang dinyatakan dalam reaksi di bawah ini:
CH
3
CH
3 Polimerisasi
CH
2
= C CH
2
C
COOCH
3
COOCH
3
n Monomer Metil Metakrilat
Poli Metil Metakrilat
Gambar 2.5 Reaksi polimerisasi metil metakrilat
Polimerisasi mudah terjadi di bawah pengaruh cahaya ataupun keberadaan pemicu seperti radikal bebas peroksida. Polimerisasi suspensi digunakan untuk
polimer yang akan dicetak sedangkan untuk lembaran atau batangan diperoleh melalui
Ronito Sitorus : Sifat Fisis Dan Kimia Dari Campuran Antara Epoksiprena Dengan Polipropilena Dan Metil Metakrilat, 2009.
USU Repsoitory © 2009
polimerisasi ruah dalam bejana yang bentuknya sesuai dengan yang dikehendaki. Karena penyusutan terjadi selama polimerisasi maka pengecoran dilakukan dengan
menggunakan monomer yang sebagian terpolimerkan. Polimetil metakrilat merupakan polimer transparan, bahan yang keras,
kaku dan bening. Polimetil metakrilat ini memiliki sifat tembus cahaya dan tidak berwarna, sehingga memungkinkan polimer ini digunakan dalam aplikasi transmisi
cahaya. Polimetil metakrilat banyak digunakan sebagai lensa optik kacamata, alat peraga, bahan konstruksi, lampu penerang, tegel dinding, perhiasan pintu, plafon
bercahaya, lampu gantung, tutup lampu dan kaca pelindung pada pesawat terbang. Surdia, 2005.
Polimetil metakrilat dapat dimodifikasi dengan kopolimerisasi dengan monomer yang lain, seperti akrilat, akrilonitril, stiren, dan butadiena. Ulrich, 1982.
2.8 Sifat-sifat Mekanik