Indeks Keanekaragaman H’ dan Keseragaman E Makrozoobentos.

Dahlia Rosmelina Simamora : Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Aliran Sungai Padang Kota Tebing Tinggi, 2009. dengan pH = 6, akan tetapi genus Sphaerium juga memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap pH sehingga dapat hidup pada perairan dengan pH 6. Nilai kepadatan terendah yang didapatkan pada stasiun III yaitu dari genus Allocapnia sp dengan nilai Kepadatan Populasi 2,46 ind.m 2 ,Kepadatan Relatif 3,83 dan Frekuensi Kehadiran 11,11. Sedikitnya jumlah genus Allocapnia sp pada stasiun III dikarenakan kondisi perairan yang kurang mendukung bagi genus ini. Pengaruh DO serta kondisi substrat dasar berupa pasir yang agak berlumpur tabel 5, dapat menghambat kepadatan pertumbuhan populasi dari spesis ini. Menurut Pennak 1978, hlm : 461, genus ini menyukai tempat dengan substrat dasar berupa pasir dan berbatu. Pada stasiun IV genus dengan nilai kepadatan tertinggi adalah dari genus Tubifex dengan nilai kepadatan populasi 30,86indm 2 , nilai kepadatan relatif 53,20, dan nilai frekuensi kehadiran 88,88 . Kehadiran Tubifex dengan nilai yang tinggi pada stasiun ini karena kondisi substrat perairan yang berupa lumpur serta tingginya kandungan organik terlarut pada badan perairan sangat mendukung bagi kehidupan genus ini. Pennak 1978, menyatakan bahwa hewan jenis Chaetopoda suka hidup pada substrat yang berlumpur. Menurut Oey et. al., 1980 dalam Wargadinata 1995, kehadiran kelas Chaetopoda pada perairan menunjukkan bahwa perairan telah mengalami pencemaran bahan organik. Hal ini juga didukung oleh Barnes 1987, yang menyatakan bahwa famili Tubificidae terdistribusi luas pada perairan yang miskin akan oksigen dan telah tercemar oleh bahan organik. Nilai terendah didapat pada stasiun IV dari genus Pomatiopsis sp dengan nilai kepadatan 4,93indm 2 , kepadatan relatif 8,5 dan frekuensi kehadiran 33,33 . Sedikitnya jumlah genus pomatiopsis pada stasiun ini di karenakan pada kondisi perairan dengan pH lebih dari 5 dan suhu yang cukup tinggi. Hal tersebut sesuai dengan faktor fisik kimia perairan yang di dapatkan yaitu 7 dan suhu yang relatif tinggi yaitu 26 o C.

4.1.3. Indeks Keanekaragaman H’ dan Keseragaman E Makrozoobentos.

Dahlia Rosmelina Simamora : Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Aliran Sungai Padang Kota Tebing Tinggi, 2009. Berdasarkan analisis data didapatkan nilai Keanekaragaman H’ dan Keseragaman E makrozoobentos pada masing-masing stasiun seperti terlihat pada Tabel 4 berikut : Tabel 4. Nilai Keanekaragaman H’ dan Keseragaman E Makrozoobentos pada Masing - Masing Stasiun Penelitian. INDEKS STASIUN I II III IV Keanekaragaman H’ 1,873 1,952 1,188 1,473 Keseragaman E 0,267 0,244 0,169 0,294 Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai keanekaragaman H’ yang didapatkan pada keempat stasiun penelitian berkisar antara 1,188-1,952. Indeks keanekaragaman H’ tertinggi terdapat pada stasiun II aktivitas masyarakat yakni sebesar 1,952. Hal ini disebabkan keanekaragaman spesies pada suatu komunitas yang di tempati masing- masing individu sehingga indeks keanekaragaman pada setiap stasiun berbeda-beda. Brower et.al 1990, hlm : 52 menyatakan bahwa suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies relatif merata. Dengan kata lain bahwa apabila suatu komunitas hanya terdiri dari sedikit spesies dengan jumlah individu yang tidak merata, maka komunitas tersebut mempunyai keanekaragaman yang rendah. Indeks Diversitas Shannon-Wienner H’ yang terendah terdapat pada stasiun III aktivitas penerukan pasir yakni sebesar 1,188. Rendahnya indeks keanekaragaman ini disebabkan melimpahnya jumlah dari genus Sphaerium sp, sehingga menyebabkan penyebaran jumlah dari individu pada setiap spesiesnya tidak merata. Odum 1994, hlm : 376, menyatakan keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh pembagian atau penyebaran individu dalam tiap jenisnya, karena suatu komunitas walaupun banyak jenisnya tetapi bila penyebaran individunya tidak merata maka keanekaragaman jenis dinilai rendah. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener H’ adalah suatu indeks keanekaragaman biota pada suatu daerah, bila nilainya semakin tinggi, maka semakin tinggi tingkat keanekaragamannya dan begitu juga sebaliknya. Keanekaragaman makrozoobentos pada setiap stasiun berkaitan dengan faktor lingkungan yang ada pada stasiun tersebut. Dari tabel yang didapatkan Indeks Dahlia Rosmelina Simamora : Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Aliran Sungai Padang Kota Tebing Tinggi, 2009. Keanekaragaman H’ tertinggi pada stasiun II yaitu sebesar 1,952 yang merupakan lokasi aktivitas masyarakat, sedangkan Indeks Keanekaragaman terendah pada stasiun III yaitu sebesar 1,188 yang merupakan lokasi pengerukan pasir. Menurut Sastrawijaya 1991, hlm : 127 bahwa klasifikasi derajat pencemaran air berdasarkan indeks diversitas dapat digolongkan sebagai berikut : H’ 1,0 : Tercemar Berat H’ = 1,0 – 1,6 : Tercemar Sedang H’ = 1,6 – 2,0 : Tercemar Ringan H’ 2,0 : Tidak Tercemar Berdasarkan pengelompokan tersebut, maka berdasarkan data yang diperoleh stasiun I tanpa aktivitas dan stasiun II aktivitas masyarakat termasuk kedalam kelompok perairan yang tercemar ringan bedasarkan pada indeks deversitasnya yakni 1,873 dan 1,952, sedangkan stasiun III aktivitas pengerukan pasir dan stasiun IV aktivitas pabrik kayu tergolong perairan tercemar sedand dengan indeks deversitasnya yakni 1, 188 dan 1, 473. Indeks Keseragaman E yang diperoleh dari keempat stasiun penelitian berkisar antara 0,169-0,294. Indeks Keseragaman yang tertinggi terdapat pada stasiun IV aktivitas pabrik kayu, sebesar 0,294 dan terendah pada stasiun I tanpa ativitas, sebesar 0,169. Pada stasiun I tanpa ativitas, jumlah spesies dari masing-masing genus yang diperoleh tidak ada yang mendominasi, sedangkan pada stasiun IV aktivitas pabrik kayu terdapat genus yang jumlahnya sedikit dan terdapat spesies yang jumlahnya mendominasi yaitu Tubifex sp. Menurut Krebs 1985, hlm :186 indeks Keseragaman E berkisar antara 0–1. Jika indeks keseragaman mendekati 0 berarti keseragamannya rendah karena ada jenis yang mendominasi. Bila nilai mendekati 1, maka keseragaman tinggi dan menggambarkan tidak ada jenis yang mendominasi sehingga pembagian jumlah individu pada masing-masing jenis sangat seragam atau merata. Nilai Indeks Keseragaman E yang diperoleh dari keempat stasiun penelitian berkisar 0,169-0,294. Indeks Ekuitabilitas yang tertinggi terdapat pada stasiun IV sebesar 0,294 dan terendah pada stasiun III sebesar 0,169. Dahlia Rosmelina Simamora : Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Aliran Sungai Padang Kota Tebing Tinggi, 2009.

4.2. Parameter Fisik – Kimia Perairan