Permasalahan Tujuan Hipotesis Manfaat

Dahlia Rosmelina Simamora : Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Aliran Sungai Padang Kota Tebing Tinggi, 2009. organisme air. Menurut Suriawira, 1999, hlm 1-5, berubahnya kualitas suatu perairan sangat mempengaruhi kehidupan biota yang hidup di dasar perairan. Salah satu biota air yang sebagian besar atau seluruh hidupnya berada di dasar perairan, hidup secara sesil, merayap atau menggali lubang adalah makrozoobenthos Payne, 1996, hlm: 73-74. Makrozoobenthos pada umumnya tidak dapat bergerak dengan cepat, ukurannya besar sehingga mudah untuk diidentifikasi dan habitatnya di dalam dan di dasar parairan Odum, 1994, hlm: 383. Dengan sifat yang demikian, perubahan kualitas air perubahan kualitas air substrat hidupnya sangatlah mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman makrozoobenthos. Kelimpahan dan keanekaragaman ini sangat bergantung pada toleransi dan aktivitas dan sensivitas terhadap perubahan lingkungan. Kisaran toleransi dari makrozoobenthos terhadap lingkungan adalah berbeda-beda Wilhm, 1975 dalam Marsaulina 1994, hlm : 2-7. Oleh karena itu maka perlu dilakukan penelitian tentang keanekaragaman makrozoobenthos di sungai Padang.

1.2 Permasalahan

Sungai Padang dipergunakan untuk berbagai aktivitas seperti pemukiman masyarakat, pengerukan pasir dan pabrik kayu. Adanya aktivitas masyarakat Tebing Tinggi akan mempengaruhi faktor fisik dan kimia perairan sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi keanekaragaman makrozoobenthos di perairan tersebut. Berdasarkan hal tersebut permasalahan dalam penelitian ini, adalah bagaimanakah keanekaragaman makrozoobenthos di sungai Padang.

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keanekaragaman makrozobenthos di aliran Sungai Padang yang dihubungkan dengan faktor fisik dan kimia perairan.

1.4 Hipotesis

Dahlia Rosmelina Simamora : Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Aliran Sungai Padang Kota Tebing Tinggi, 2009. Terdapat perbedaan indeks keanekaragaman makrozobenthos pada beberapa lokasi penelitian di Sungai Padang Kotamadya Tebing Tinggi.

1.5 Manfaat

1. Memberikan informasi mengenai keanekaragaman makrozobenthos di Sungai Padang Tebing Tinggi. 2. Memberikan informasi yang berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkan data mengenai kondisi lingkungan perairan di Sungai Padang Kotamadya Tebing Tinggi. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Sungai Ekosistem perairan yang terdapat di daratan dibagi atas dua kelompok yaitu perairan letik perairan tenang misalnya danau dan perairan lotik peraiiran berarus deras misalnya sungai Payne, 1996, hlm : 73. Perbedaan utama antara perairan lotik dan lentik adalah kecepatan arus air. Perairan lentik mempuyai kecepatan arus yang lambat serta terjadi akumulasi massa air dalam periode waktu yang lama, sedangkan perairan lotik umumnya mempuyai kecepatan arus yang tinggi disertai perpindahan air yang berlangsung dengan cepat Barus, 2004, hlm :33-35. Sungai sebagai salah satu perairan lotik mempuyai zonasi longitudinal dimana aliran air dapat dijumpai tingkat yang lebih tinggi dari hulu kehilir Odum, 1994, hlm :373. Perubahan lebih terlihat pada bagian atas atau hulu dari aliran air karena kemiringan, volume aliran dan komponen kimia berubah dengan cepat. Komunitas biologi di sepanjang aliran sungai dapat dipengaruhi oleh aliran komposisi substrat Dahlia Rosmelina Simamora : Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Aliran Sungai Padang Kota Tebing Tinggi, 2009. dan kecepatan arus serta faktor-faktor lingkungan laninnya Whitten et al, 1987, hlm : 192. Dipandang dari sudut hidrologi, sungai berperan sebagai jalur transportasi terhadap aliran permukaan yang mampu mengangkut berbagai jenis bahan dan zat. Sungai merupakan habitat bagi berbagai jenis organisme akuatik yang memberikan gambaran kualitas dan kuantitas dari hubungan ekologis yang terdapat didalamnya termasuk terhadap perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia Barus, 2004, hlm : 85. Ekosistem sungai terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi membentuk satu kesatuan yang teratur dan tidak ada satu komponenpun yang dapat berdiri sendiri melainkan mempunyai keterikatan dengan komponen lain langsung atau tidak langsung, besar atau kecil. Aktivitas suatu komponen selalu memberi pengaruh pada komponen ekosistem yang lain Asdak, 2002, hlm : 11. Pengaruh Aktivitas Masyarakat Terhadap Ekosistem Sungai Aktivitas suatu komponen ekosistem selalu memberi pengaruh pada komponen ekosistem yang lain. Manusia adalah salah satu komponen yang penting. Sebagai komponen yang dinamis, manusia seringkali mengakibatkan dampak pada salah satu komponen lingkungan yang mempengaruhi ekosistem secara keseluruhan Asdak, 2002 , hlm: 10. Menurut Soegianto 2005, hlm: 97 , pencemaran air yang dapat menyebabkan pengaruh berbahaya bagi organisme, populasi, komunitas, dan ekosistem. Tingkatan pengaruh pencemaran air terhadap manusia dikelompokkan sebagai berikut: 1. Kelas 1: Ganguan estetika bau, rasa, pemandangan. 2. Kelas 2: Gangguan atau kerusakan terhadap harta benda. 3. Kelas 3: Gangguan terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan. 4. Kelas 4: Gangguan terhadap kesehatan manusia. 5. Kelas 5: Gangguan pada sistem reproduksi dan genetik manusia Dahlia Rosmelina Simamora : Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Aliran Sungai Padang Kota Tebing Tinggi, 2009. 6. Kelas 6: Gangguan ekosistem utama. Aktivitas suatu ekosistem selalu memberi pengaruh pada komponen ekosistem yang lain. Manusia adalah salah satu komponen yang penting, sebagai komponen yang dinamis, manusia seringkali mengakibatkan dampak pada salah satu komponen lingkungan yang mempengaruhi ekosistem secara keseluruhan Asdak, 2002, hlm: 11. Menurut Wardhana 2001, hlm : 74, indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui: a. adanya perubahan suhu air b. adanya perubahan pH atau konsentrasi ion hidrologi c. adanya endapan perubahan warna, bau, kolodial, dan rasa air d. timbulnya endapan, kolodial, bahan terlarut e. adanya mikroorganisme Benthos Benthos adalah organisme yang mendiami dasar perairan dan tinggal di dalam atau pada sedimen dasar perairan. Bedasarkan sifat fisiknya, benthos dibedakan menjadi dua kelompok diantaranya fitobenthos yaitu benthos yang bersifat tumbuhan dan zoobenthos yaitu organisme benthos yang bersifat hewan Barus, 2004, hlm : 33. Menurut habitatnya makrozobenthos dapat dikelompokkan menjadi infauna dan epifauna. Infauna adalah makrozoobenthos yang hidupnya terpendam didalam substrat perairan dengan cara menggali lubang, sebagian besar hewan tersebut hidup sesil dan tinggal di suatu tempat. Kelompok infauna sering mendominasi komunitas substrat yang lunak dan melimpah di daerah subtidal, sedangkan epifauna adalah makrozoobenthos yang hidup di permukaan dasar perairan yang bergerak dengan lambat di atas permukan dari sedimen yang lunak atau menempel pada substrat yang keras dan melimpah di daerah intertidal Nybakkken, 1992, hlm : 45. Dahlia Rosmelina Simamora : Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Aliran Sungai Padang Kota Tebing Tinggi, 2009. Menurut Laili Parsons 1993, hlm : 187 hewan benthos dapat dikelompokkan bedasarkan ukuran tubuh yang bisa melewati lubang saring yang dipakai untuk memisahkan hewan dari sedimennya. Bedasarkan katagori tersebut benthos dapat dibagi atas : a. Makrobenthos, kelompok hewan yang lebih besar dari 1,0 mm. Kelompok ini adalah hewan benthos yang terbesar. b. Mesobenthos, kelompok benthos yang berukuran antara 0,1 mm – 1,0 mm. Kelompok ini adalah hewan kecil yang dapat ditemukan di pasir atau lumpur. Hewan yang termasuk kelompok ini adalah moluska kecil, cacing kecil dan crustacea kecil. c. Mikrobenthos, kelompok benthos yang berukuran lebih kecil dari 0,1 mm. Kelompok ini merupakan hewan yang terkecil. Hewan yang termasuk kedalamnya adalah protozoa khususnya ciliata. Lalli Parsons 1993, hlm : 188, menyatakan bahwa kelompok infauna sering mendominasi komunitas substrat yang lunak dan melimpah di daerah subtidal, sedangkan kelompok hewan epifauna dapat ditemukan pada semua jenis substrat, tetapi lebih berkembang pada substrat yang keras dan melimpah di daerah intertidal. Selanjutnya Odum 1994, hlm : 375 menyatakan makrozoobenthos dapat dimasukkan kedalam jenis hewan makroinvetebrata. Taksa utama dari kelompok ini umumnya adalah insekta, moluska, chaetopoda, crustaceae dan nematoda. Umumnya benthos yang sering dijumpai di suatu perairan adalah dari taksa crustaceae, moluska, insecta, chaetopoda. Benthos tidak saja berperan sebagai komunitas perairan Barus, 2004, hlm : 35. Makrozoobenthos Sebagai Indikator Pencemaran Makrozobenthos umumnya sangat peka terhadap perubahan lingkungan perairan yang ditempatinya, karena itulah makrozobenthos ini sering dijadikan sebagai indikator biologis di suatu perairan karena cara hidupnya, ukuran tubuh, dan perbedaan kisaran toleransi diantara spesies didalam lingkungan perairan. Alasan pemilihan Dahlia Rosmelina Simamora : Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Aliran Sungai Padang Kota Tebing Tinggi, 2009. makrozobenthos sebagai indikator biologis menurut Wilhm 1978 dan Oey et al, 1980 dalam Wargadinata 1995, hlm : 34-36 adalah sebagai berikut : a. Mobilitas terbatas sehingga memudahkan dalam pengambilan sampel. b. Ukuran tubuh relatif lebih besar sehingga memudahkan untuk diidentifikasi. c. Hidup didasar perairan, relatif diam sehingga secara terus-menerus terdedah exposed oleh air sekitarnya. d. Pendedahan yang terus-menerus mengakibatkan makrozoobenthos dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. e. Perubahan mempengaruhi keanekaragaman makrozoobenthos. Dalam penilaian kualitas perairan, pengukuran keanekaragaman jenis organisme sering lebih baik dari pada pengukuran bahan-bahan organik secara langsung. Makrozoobenthos sering dipakai untuk menduga ketidakseimbangan lingkungan fisik, kimia dan biologi perairan. Perairan yang tercemar akan mempengaruhi kelangsungan hidup organisme makrozoobenthos karena makrozoobenthos merupakan biota air yang mudah terpengaruh oleh adanya bahan pencemar, baik bahan pencemar kimia maupun fisik Odum, 1994, hlm : 373, 397. Hal ini disebabkan makrozoobenthos pada umumnya tidak dapat bergerak dengan cepat dan habitatnya di dasar yang umumnya tempat bahan tercemar. Menurut Wilhm, 1975 dalam Marsaulina 1994, hlm : 2, 6-10 perubahan sifat substrat dan penambahan pencemaran akan berpengaruh terhadap kelimpahan dan keanekaragamannya. Menurut Patrick 1949 dalam Odum 1994, hlm : 385 bahwa suatu perairan yang sehat belum tercemar akan menunjukkan jumlah individu yang seimbang dari hampir jumlah spesies yang ada. Sebaliknya suatu perairan tercemar, penyebaran jumlah individu tidak merata dan cenderung ada spesies yang mendominasi. Faktor-Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Makrozoobenthos Dahlia Rosmelina Simamora : Studi Keanekaragaman Makrozoobentos Di Aliran Sungai Padang Kota Tebing Tinggi, 2009. Menurut Nybakken 1992, hlm : 45-48 sifat fisik kimia perairan sangat penting dalam ekologi. Oleh kerena itu selain melakukan pengamatan terhadap faktor biotik, seperti makrozoobenthos, perlu juga dilakukan pengamatan faktor-faktor abiotik fisik-kimia perairan karena antara faktor abiotik saling berinteraksi. Faktor abiotik fisik-kimia perairan yang menpengaruhi kehidupan makrozoobenthos di antaranya adalah :

a.Temperatur