Waralaba sebagai suatu perjanjian innominaat diatur dalam PP No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba. Walaupun perjanjian waralaba tidak diatur secara khusus
di dalam KUH Perdata, tetapi harus tetap tunduk pada ketentuan-ketentuan umum yang terdapat dalam KUH Perdata.
Perjanjian waralaba dapat diterima di dalam hukum karena di dalam KUH Perdata terdapat suatu asas kebebasan berkontrak yang terdapat dalam Pasal 1338
KUH Perdata yang menyatakan bahwa suatu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian
tersebut juga harus memperhatikan Pasal 1320 KUH Perdata yang berisi mengenai syarat sahnya suatu perjanjian. Singkatnya, hukum perjanjian yang
memakai sistem terbuka yang mengandung asas kebebasan berkontrak memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar undang- undang, ketertiban umum dan kesusilaan.
C. Bentuk-bentuk Waralaba
Menurut Juajir Sumardi, bentuk-bentuk waralaba terbagi dua, yaitu:
49
1. Franchise sebagai Format Bisnis
Waralaba sebagai format bisnis maksudnya adalah seorang Penerima Waralaba memperoleh hak untuk memasarkan dan menjual produk atau
pelayanan dalam suatu wilayah atau lokasi yang spesifik dengan menggunakan standar operasional dan pemasaran yang dari Pemberi Waralaba.
49
Juajir Sumardi, Op.Cit, hal 22
Universitas Sumatera Utara
Martin Mandelsohn memberi pengertian mengenai franchise format bisnis yaitu: pemberian sebuah lisensi oleh seseorang franchisor kepada pihak lain
franchisee, lisensi tersebut memberi hak kepada franchisee untuk berusaha dengan menggunakan merek dagangnama dagang franhisor, dan untuk
menggunakan merek dagangnama dagang franchisor, dan untuk menggunakan keseluruhan paket, yang terdiri dari seluruh elemen yang
diperlukan untuk membuat seorang yang sebelumnya belum terlatih dalam bisnis dan untuk menjalankanya dengan bantuan yang terus menerus atas
dasar-dasar yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam bentuk ini terdapat tiga jenis format bisnis franchise, yaitu :
a. Franchise pekerjaan Dalam bentuk ini Penerima Waralaba yang menjalankan usaha
waralaba pekerjaan sebenarnya membeli dukungan untuk usahanya sendiri. Misalnya, bisnis penjualan jasa penyetelan mobil dengan merek
waralaba tertentu. Bentuk waralaba ini cenderung paling murah, umumnya membutuhkan modal yang kecil karena tidak menggunakan tempat dan
perlengkapan yang berlebihan. b. Franchise Usaha
Waralaba usaha merupakan bidang waralaba yang berkembang pesat, bentuknya berupa toko eceran yang menyediakan barang atau jasa,
atau restoran fast food. Misalnya Kentucky Fried Chicken. Biaya yang dibutuhkan lebih besar dari waralaba pekerjaan karena dibutuhkan tempat
usaha dan peralatan khusus. c. Franchise Investasi
Ciri utama yang membedakan jenis waralaba ini dari waralaba pekerjaan dan waralaba usaha adalah besarnya usaha, khususnya besarnya
investasi yang dibutuhkan. Waralaba investasi adalah perusahaan yang
Universitas Sumatera Utara
sudah mapan, dan investasi awal yang dibutuhkan cukup besar. Misalnya, usaha hotel, maka dipilih cara kegiatan waralaba yang memungkinkan
mereka memperoleh bimbingan dan dukungan. 2.
Franchise Distibusi Produk Dalam bentuk ini seorang Penerima Waralaba memperoleh lisensi ekslusif
untuk memasarkan produk dari suatu perusahaan tunggal dalam lokasi yang spesifik. Dalam bentuk ini, Pemberi Waralaba dapat juga memberikan waralaba
wilayah, dimana Penerima Waralaba wilayah atau sub-pemilik waralaba membeli hak untuk mengoperasikan atau menjual waralaba di wilayah geografis tertentu.
Sub-pemilik waralaba itu bertanggungjawab atas beberapa atau seluruh pemasaran waralaba, melatih dan membantu Pemberi Waralaba baru, dan melakukan
pengendalian mutu, dukungan operasi, serta program penagihan royalti. Franchise wilayah memberi kesempatan kepada pemegang franchise induk
untuk mengembangkan rantai lebih cepat daripada biasa. Keahlian manajemen dan risiko finansialnya dibagi bersama oleh pemegang franchise
induk dan sub-pemegangnya. Pemegang indukpun menarik manfaat dari penambahan dalam royalti dan penjualan produk.
Hampir setiap pengaturan sub-franchise adalah unik dalam komitmen yang dibuat oleh setiap pihak. Namun, ciri bersama dari persetujuan yang dibuat
adalah pembagian bersama dari penghasilan franchise. Biaya franchise, royalti, sumbangan pengiklanan, dan biaya transfer franchise dibayar oleh
pemegang franchise franchisee tunggal kepada sub-pemegang franchise, dan sebagian dari itu dibayarkan kepada pemegang franchise induk
franchisee induk.
50
50
Douglas J. Queen,Pedoman Membeli dan Menjalankan Franhise, Jakarta: PT.Elex Media Komputindo,1991, hal.7.
Universitas Sumatera Utara
D. Unsur-unsur Perjanjian Waralaba