Kewajiban mereka yang sebenarnya adalah bersekolah, tetapi kemungkinan untuk hal itu sangat kecil, sehingga hari-hari mereka dihabiskan dengan bekerja di sawah. Kita
tidak bisa menyalahkan siapapun dalam hal ini. Orang tua ataupun anak-anaknya, hanya menjalani kehidupan sesuai dengan situasi yang berlaku.
Misalnya dulu sekolah sudah ada, tentu orang tua mereka akan menyuruhnya pergi ke sekolah bukan pergi ke sawah. Jadi anak-anak itu pergi ke sawah karena keadaan yang
berlaku saat itu. Mereka berkewajiban untuk berkerja di sawah untuk membantu orang tua mereka demi kebutuhan mereka sehari-hari.
Bila kita tinjau dari segi unsur pokok yaitu kaidah atau norma-norma sosial sesuai dengan teori di atas, berarti norma-norma sosial juga dapat memberi arti dalam penentuan
nilai-nilai sosiologis. Misalnya pada masyarakat Batak Toba, banyak norma-norma yang dijaga keberadaannya. Norma yang sudah turun-temurun itu dijaga karena dianggap suci
dan akan mendatangkan akibat ataupun bahaya bila dilanggar.
2.1.3 Pengertian Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertitik tolak dengan orientasi kepada pengarang.
Semi 1984 : 52 mengatakan : “Sosiologi sastra merupakan bagian mutlak dari kritik sastra, ia mengkhususkan diri
dalam menelaah sastra dengan memperhatikan segi-segi sosial kemasyarakatan. Produk ketelaahan itu dengan sendirinya dapat digolongkan ke dalam produk kritik
sastra”.
Universitas Sumatera Utara
Ratna 2003 : 25 mengatakan : “Sosiologi sastra adalah penelitian terhadap karya sastra dan keterlibatan struktur sosialnya”. Wellek dan Warren dalam Semi, 1989 :178
mengatakan :”Bahwa sosiologi sastra yakni mempermasalahkan suatu karya sastra yang menjadi pokok, alat tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan
serta amanat yang hendak disampaikan.
Abrams 1981 :178 mengatakan : “Sosiologi sastra dikenakan pada tulisan-tulisan para kritikus dan ahli sejarah sastra yang utamanya ditujukan pada cara-cara seseorang
pengarang dipengaruhi oleh status kelasnya, ideologi masyarakat, keadaan-keadaan ekonomi yang berhubungan dengan pekerjaannya, dan jenis pembaca yang dituju”.
2.1.4 Hubungan Sastra dengan Sosiologi
Sebagaimana yang telah diuraikan terdahulu bahwa karya sastra berisikan tentang persoalan-persoalan manusia. Dalam pengunggkapan persoalan manusia itu seorang
pengarang secara langsung atau secara tidak langsung telah menuangkan persoalan sosial ke dalam karyanya. Hal ini dimungkinkan karena pengarang biasanya cenderung
dipengaruhi oleh apa yang dirasakan, dilihat dan dialami dalam kehidupan sehari-hari. Sosiologi dan sastra sama-sama menguraikan masalah masyarakat. Dengan
demikian sastra pada zaman modern ini dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali dunia sosial. Hubungan manusia dengan keluarganya, lingkungannya, adat-
Universitas Sumatera Utara
istiadanya dan lain-lain.selanjutnya sosiologi sebagai ilmu yang akan mencoba mengungkapkan kembali problema sosial tersebut.
Soemarjdo 1975 : 15 mengatakan : “pengarang adalah anggota salah satu masyarakat. Ia hidup dan berelasi orang-orang lain di sekitarnya. Maka tak mengherankan
kalau terjadi interaksi dan interrelasi antara pengarang dan masyarakatnya. Selalu dapat ditarik relasi antara karya sastra dengan masyarakat di mana pengarang itu hidup”.
Hal ini membuktikan bahwa kehadiran sastra mempunyai peranan penting dalam membentuk struktur masyarakatnya. Pengarang dan karyanya merupakan dua sisi yang
tidak dapat dipisahkan dalam rangka membicarakan sebuah karya sastra. Di satu sisi, pngarang adalah anggota dari kelompok masyarakat yang hidup di tengah-tengah kelompok
masyarakat tersebut. Wellek dan Warren dalam Semi, 1989 : 533 mengatakan : “ sosiologi sastra yakni mempermasalahkan suatu karya sastra yang menjadi pokok, alas
tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan serta amanat yang hendak disampaikan”.
Soemarjdo 1975 : 15 mengatakan : “ karya sastra menampilkan wajah kultur zamannya, tetapi lebih dari itu sifat-sifat sastra juga ditentukan oleh masyarakatnya”.
Sosiologi pada sisi lain pada ilmu yang berbiacara tentang aspek-aspek kemasyarakat selalu dapat dimanfaatkan untuk membicarakan karya sastra, nilai-nilai sosiologi dalam
sebuah karya sastra dapat diwujudkan untuk pemahaman yang lebih mendalam. Banyak hal yang menjadi fokus pengamatan seorang sastrawan, kehidupan pribadi, lingkungan serta
harapan-harapannya menjadi hal yang menarik dalam penelitian cipta sastra. Kompleks
Universitas Sumatera Utara
permasalahan itu merupakan hadiah seorang pengarang yang dapat memperluas wawasan pemikiran anggota masyarakat. Dengan menggambarkan fenomena dari hasil pengamatan
pengarang, masyarakat pembacanya memperoleh hal yang bermakna dalam hidupnya. Pengarang sendiri mendapat sumber inspirasi dari corak ragam tingkah laku manusia
maupun masyarakatnya. Kesemuanya itu terangkum dalam aspek yang membangun sebuah cipta sastra,
salah satu aspek yang membangun keutuhan sebuah cerita adalah menyangkut perwatakan tokoh-tokohnya. Ciri-ciri perwatakan seorang tokoh selalu berkaitan dengan pengarang dan
lingkungan di mana ia hidup. Demikian juga menyangkut tipe orang atau tokohnya. Biasanya dalam setiap cerita selalu terdapat beberapa tokoh, dalam hal inilah pengetahuan
sosiologi berperan mengungkapkan isi sebuah karya sastra.
2.1.5 Sosiologi Sebagai Pendekatan Sastra