Teori yang Digunakan TINJAUAN PUSTAKA

kemasyarakatan yang ada pada waktu itu, tetapi setidak-tidaknya jita dapat mengenal tema mana yang kira-kira dominan pada waktu itu. Suatu hal yang perlu dipahami dalam melakukan pendekatan sosiologi ini adalah bahwa walaupun seorang pengarang melukiskan kondisi sosial yang berada di lingkungannya, namun ia belum tentu menyuarakan keamanan masyarakatnya. Dari arti ia tidaklah mewakili atau menyalurkan keinginan-keinginan kelompok masyarakat tertentu, yang pasti pengarang menyalurkan atau mwakili hati nuraninya sendiri, dan bila ia kebetulan mengucapkan sesuatu yang bergejolak dimasyarakat, hal ini merupakan suatu kebetulan ketajaman batinnya dapat menangkap isyarat-isyarat tersebut. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa pendekatan sosiologis mempunyai segi yang bermanfaatdan berdaya guna yang tinggi bila para kritikus tidak melupakan atau memperhatikan segi-segi intrinsik yang membangun karya sastra, disamping memperhatikan faktor-faktor sosiologis serta menyadari bahwa karya sastra itu diciptakan oleh suatu kreatifitas dengan memanfaatkan faktor imajinasi.

2.2 Teori yang Digunakan

Secara etimologis, teori berasal dari kata theoria Yunani, berarti kebulatan alam atau realita. Teori diartikan sebagai kumpulan konsep yang telah teruji keterandalannya, yaitu melalui kompetensi ilmiah yang dilakukan dalam penelitian. Berdasarkan penelitian ini, maka penulis menggunakan teori sosiologi sastra dan teori struktural untuk mengkaji cerita Asal Pulau Simamora di Tipang. Universitas Sumatera Utara Untuk menjawab permasalahan yang muncul dalam skripsi ini, penulis menggunakan teoeri sosiologi sastra yang dikemukakan oleh Wellek dan Warren dalam Semi, 1989 :53 mengatakan: “Sosiologi sastra yaitu mempermasalahkan suatu karya sastra yang menjadi pokok, atas tetang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan serta amanat yang heendak disampaikan”. Semi 1985:46 mengatakan : “Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat melalui sastra pengarang mengungkapkan tentang suka duka kehihidupan masyarakat yang mereka ketahui dengan sejelas-jelasnya. Bertolak dari pandangan itu, telaah atau kritik sastra yang dilakukan berfokus atau lebih banyak memperhatikan segi-segi sosial kemasyarakatan yang terdapat dalam suatu karya sastra serta mempersoalkan segi-segi yang menunjang pembinaan dan perkembangan tata kehidupan”. Pendekatan tersebut landasannya adalah gagasan bahwa sastra merupakan cermin zamannya, dan juga merupakan cermin langsung dari berbagai struktur sosial. Darmono 1984 : 9 mengatakan :” bahwa sastra merupakan cermin zamannya “. Pandangan ini beranggapan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari berbagai struktur sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas dan lain-lain. Swingewoot 1977 dalam Junus 1980 : 2 membagi sosiologi sastra dalam dua bagian yaitu : 1. Sociologi of literature, yaitu karya sastra yang dimulai dengan lingkungan sosial untuk masuk ke dalam karya sastra yang dilihat ialah faktor sosial menghasilkan massa yang bersosial. 2. Literature sociologi, yaitu menghubungkan struktur karya sastra dan struktur masyarakat. Mengenai pendekatan struktural, Semi 1985 : 49 mengatakan : Universitas Sumatera Utara “Dengan kata lain, pedekatan ini memandang dan menelaah sastra dari segi intrinsik yang membangun suatu karya. Sastra yaitu tema, alur, latar, penokohan, dan gaya bahasa perpaduan yang harmonis antara bentuk dan isi merupakan kemungkinankuat untuk menghasilkan sastra yang bermutu”. Selanjutnya Daryanto 1997 : 594 mngatakan :”tema adalah isi cerita ;dasar isi cerita; amanat cerita”. Poerdarminta 1986 :1040 mengatakan :”tema adalah pokok pikiran; dasar cerita yang hendak dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, mengarang sajak dan sebagainya. Kemudian Fananie 2000 : 84 mengatakan :”tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatar belakangi karya sastra”. Semi 1984:45 mengatakan :”alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai buah interaksi khusus sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi”. Daryanto 1997 :35 mengatakan :”latar atau plot adalah jalan aturan, adat- keluk memanjang rangkaian peristiwa yang berlangsung dalam karya fiksi”. Maka dapat disebut alur atau plot dan struktur deretan kejadian-kejadian yang dialami oleh pelaku cerita yang pada umumnya dibedakan atas tiga bagian utama yaitu : bagian perkenalan, pertikaian dan diakhiri dengan penyelesaian. Hubungan peristiwa yang satu dengan yang lainnya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal waktu dan hubungan kasual sebab akibat. Keberadaan alur dalam sebuah cerita sangatlah penting, sehingga Lubis 1981 : 17 mencoba mengklasifikasikan alur tersebut menjadi, “1. Situation pengarang mulai melukiskan suatu keadaan 2. Generating Circumtances peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak 3. Ricing Action keadaan mulai memuncak 4. klimaks peristiwa-peristiwa mencapai puncaknya 5. Denouement pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa”. Universitas Sumatera Utara Latar atau setting adalah tempat-tempat kejadian suatu peristiwa atau kejadian di dalam penceritaan karya sastra. Latar bukan hanya berupa daerah atau tempat namun waktu, musim peristiwa penting dan bersejarah, masa kepemimpinan seseorang di masa yang lalu dan lain-lain yang menjadi petunjuk bagi pembaca untuk lebih memahami waktu dan tempat kejadian itu berlangsung juga digolongkan latar. Daryanto 1997 :393 mengatakan :” latar adalah halaman rumah bagian depan, permukaan dasar warna dan sebagainya; keterangan mengenai ruang waktu dan suasananya saat berlangsungnya peristiwa dalam karya sastra”. Tempat di sini bisa kita artikan lokasi atau daerah terjadinya cerita itu seperti desa, kota, gunung, hutan dan sebagainya. Waktu masa di sini menggambarkan kapan kejadian itu berlangsung seperti tanggal, bulan, tahun, pada perang, musim tanam, musim panen dan sebagainya. Selanjutnya kita dapat menyebut bahwa latar atau setting merupakan lukisan mengenai tempat dan waktu terjadinya peristiwa-peristiwa dalam suatu cerita. Latar mencakup ruang dan waktu yaitu di mana dan kapan kejadian tersebut. Perwatakan adalah karakter dari tokoh . dalam pengertian sifat atau ciri khas yang terdapat pada diri tokoh yang dapat membedakan antara satu tokoh dengan tokoh yang lainnya. Unsur perwatakan dalam sebuah karya sastra lebih diutamakan dalam meninjau perkembangan jiwa tokoh itu sendiri. Gambaran watak seseorang tokoh dapat diketahui melalui apa yang diperankan dalam cerita tersebut kmudian jalan pikirannya serta bagaimana penggambaran pisik tokoh. Bangun, dkk 1993:21 mengatakan :” perwatakan tokoh cerita dapat tokoh dapat dilihat melalui tiga aspk yaitu aspek psikologis, fisiologis, Universitas Sumatera Utara dan sosiologis”. Daryanto 1907:632 mengatakan : “waktak adalah sifat batin manusia yang mempngaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti, tabiat. Sedangkan perwatakan adalah hal-hal yang berhubungan dengan watak”. Setiap cerita mempunyai tokoh di mana tokoh ini dianggap sebagai pembentuk peristiwa alur dalam alur cerita. Oleh karena itu, stiap tokoh mempunyai watak tersendiri yang dapat dianalisis dan diramalkan secara analisis yaitu dapat diterangkan secara langsung watak tokohnya, sedangkan secara dramatik yaitu dapat diterangkan secara tidak langsung tetapi mungkin melalui tindakannya dan lain-lain. Aspek perwatakan karakter merupakan imajinasi pengarang dalam membentuk suatu personalisis tertentu dalam sebuah karya sastra. Pengarang sebuah karya sastra harus mampu menggambarkan diri ssorang tokoh yang ada dalam karyanya. Nilai-nilai sosial dalam sebuah karya sastra adalah iri hati, kejujuran, kesabaran, permusuhan, keadilan, dan lain-lain. Daryanto 1997 : 288 mengatakan :”iri hati adalah rasa tidak senang jika melihat orang lain mendapatkan kebahagiaan, rasa ingin seperti orang yang mendapatkan kesenangan”. Kejujuran merupakan salah satu sifat terpuji. Setiap manusia mempunyai sifat kejujuran akan tetapi kadang-kadang unuk jujur saja manusia sangat susah dan sifat kejujuran itu sangat sering disalah gunakan oleh manusia itu sendiri. Seseorang yang mampu mengatakan hal yang sebenarnya terjadi itulah yang dinamakan dengan jujur. Daryanto 1997 : 309 mengatakan: “jujur adalah tidak bohong, lurus hati, dapat dipercaya kata-katanyatidak khianat dan sebagainya”. Kesabaran adalah salah satu sifat manusia. Manusia pada umumnya memiliki rasa sabar, namun ukuran kesabaran tersebut Universitas Sumatera Utara bagi setiap orang berbeda-beda. Sifat sabar merupakan salah satu sifat yang terpuji yang dimiliki manusia. Seseorang yang tahan menghadapi segala persoalan ataupun penderitaan yang menimpa dirinya maka dapat dikatakan bahwa dia mempunyai tingkat kesabaran yang tinggi. Daryanto 1997 : 516 mengatakan : “sabar adalah pemaaf ; tidak suka marah tidak mudah marah- sikap – tidak akan menimbulkan pertengkaran”. Berdasarkan pendapat di atas bahwa teori struktural yang bertujuan untuk menganalisis karya sastra berdasarkan unsur-unsur yang membangun karya sastra tersebut dalam suatu hubungan antara unsur pembentuknya. Menganalisis sebuah karya sastra dengan pendekatan sosiologi sastra yang dapat membangun sebuah karangan atau sebuah karya sastra tanpa menghilangkan unsur-unsur dalam cerita. Universitas Sumatera Utara

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Alur atau Setting

Alur atau setting adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai interaksi khusus sekaligus menandai urutan bagian-bagian dari keseluruhan cerita. Alur atau plot dalam cerita Asal Pulau Simamora di Tipang diuraikan sebagai berikut : a. Situation pengarang mulai melukiskan suatu kejadian, dapat kita baca pada alinea 1, 10, dan 12 dalam cerita Asal Pulau Simamora di Tipang. Seperti yang terlihat dalam kutipan berikut :“Ia Ompunta Siraja Sumba, gelarna Sumba Paduahon, ibana ma na marhuta parjolo na maringanan di Tipang dung mangalap boru ni Omputta Siraja Lontung sian huta Sabulan. Anak ni Ompunta Sumba na paduahon tubu ni Omputta Boru Siraja Lontung ima Simamora dohot Sihombing na torus mangigani tano Tipang dohot mampartahantonsa sian na jolo sahat tu saonari…..” “Ompunta Si Raja Sumba, dengan gelar Sumba yang kedua, dialah yang pertama sekali bertempat tinggal di Tipang setelah memperistri anak perempuan dari Omputta Si Raja Lontung dari kampung Sabulan. Putra dari Omputta Sumba yang kedua yang dilahirkan oleh Omputta Boru Si Raja Lontung yaitu : Simamora dan Universitas Sumatera Utara