Analisis Sosiologi Sastra Terhadap Cerita Rakyat Aek Sipaulak Hosa

(1)

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP CERITA RAKYAT AEK

SIPAULAK HOSA

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O L E H

NAMA : JAINAL. PURBA NIM : 090703008

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH PROGRAM STUDI SASTRA BATAK MEDAN


(2)

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Medan, Maret 2015

Departemen Sastra Daerah, Ketua,

NIP. 196207161988031002 Drs. Warisman Sinaga, M.Hum.


(4)

PENGESAHAN

Diterima Oleh:

Panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam bidang Ilmu Bahasa dan Sastra Daerah pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada : Hari : Tanggal :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr.Syahron Lubis, M.A NIP:19511013 197603 1001

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1. ... 2. ... 3. ... 4. ... 5. ...


(5)

ABSTRAK

Jainal. Purba, 2015. Judul Skripsi: Analisis Sosiologi Sastra Terhadap Cerita Rakyat Aek sipaulak hosa di Desa Silalahi, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi. Terdiri dari 5 bab.

Dalam penelitian ini, penulis membahas ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP CERITA RAKYAT AEK SIPAULAK HOSA. Masalah dalam penelitian ini adalah unsur intrinsik cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa dan nilai-nilai sosiologi sastra yang terkandung dalam cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa. Cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa merupakan salah satu bentuk cerita yang dimiliki masyarakat Batak Toba, tepatnya yang berada di Desa Silalahi, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur cerita dan mengetahui nilai-nilai sosiologi sastra cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa. Susunan cerita dan peristiwa yang terjadi di dalam cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa terstruktur dan diterjemahkan menjadi sebuah cerita serta menggali nilai budaya didalamnya.

Metode yang dipergunakan dalam menganalisis masalah penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik penelitian lapangan. Penelitian ini menggunakan teori struktural dan teori sosiologi sastra. Adapun unsur-unsur intrinsik yang ada dalam cerita ini meliputi: tema, alur atau plot, latar atau setting, dan perwatakan atau penokohan. Cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa, dipercayai memiliki kekuatan super natural bagi masyarakat Silalahi dan dipercayai memiliki kekuatan magis yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Berdasarkan penelitian ini, hingga kini Aek Sipaulak Hosa masih dipercayai, dan dikeramatkan oleh masyarakat Silalahi.


(6)

ab\s\terk\

jInl\pR\b2015JdL\sikirpi\sianlissi\sosiaologiss\tertre\hdp\ser itrk\yt\aake\sipUlk\hosdidessillhikesmtn\silhisB<n\kBptne\dI ritre\diridrilimbb\

dlm\penelitian]InipeNlsi\mme\bhs\anlissi\sosiaologiss\tertre\h dp\seritrk\yt\aake\sipUlk\hosmslh\dlm\penelitian\Iniadlh\aN\sR \ani\tirni\ski\seritrk\yt\aake\sipUlk\hosdn\nilInilIsosiaologi ss\tery^tre\kn\D^dlm\se

ritaake\sipUlk\hosseritaake\sipUlk\hosmeRpkn\slh\sTbne\tK\seri ty^dimilikimsiyrkt\btk\tobtept\[y^berddidessillhikesmtn\silhis B<n\kBptne\dIripenelitian\Inibre\Tjan\aN\tK\me<etHIsiTrK\tR\se ritdn\me<etHInilInilIsosiaologiss\terseritaake\sipUlk\hosSSnn\ seritdn\persi\tiwy^tre\jdididlm\seritrk\yt\aake\sipUlk\hostre\ siTrK\tR\dn\ditre\jemh\kn\mne\jdiseBah\seritsre\tme^glinilIBdy didlm\[

metodey^dipre\Gnkn\dlm\me^anlissi\mslh\peneli tian\Iniadlh\metodedse\kirpi\tpi\de<n\tke\n ki\penelitian\lp<n\penelitian\Inime^Gnkn\teao risitK\Trl\dn\teaorisosiaologiss\teradpN\a

N\sR\aN\sR\ani\tirni\ski\y^addlm\seritInimeliPtitemalR\atUpelt o\ltr\atUste\ti^dn\p

re\wtkn\atUpenokohn\seritrk\yt\aake\sipUlk\hos\dipre\symemilik ikeKatn\Spre\nTrl\bgimsiyrkt\sillhidn\dipre\symemilikikeKatanm gsi\y^bisme[m^\bH\kn\bre\bgImsm\pe[kti\bre\dsr\kn\penelitian\I nihi^gkiniaake\sipUlk\hosmshi\dipre\sydn\dikermt\kn\aolhe\msiy rk t\sillhi


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi syarat untuk dapat menempuh ujian komprehensif untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini berjudul cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa. Judul ini penulis ambil berdasarkan sejarah dan cerita masyarakat Batak Toba yang terdapat di Desa Silalahi, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Terwujudnya skripsi ini bukanlah semata-mata jerih-payah penulis sendiri, tetapi tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun material sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Agar dapat memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh, dalam isi skripsi ini terdiri dari lima bab dan kemudian bab-bab tersebut dibagi lagi atas sub bab agar uraiannya lebih terperinci dan tampak lebih jelas.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Untuk itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis.


(8)

Atas segala bantuan, saya ucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini berguna bagi pembacanya.

Medan, Maret 2015 Penulis,

Nim: 090703008 Jainal. Purba


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan saran, dukungan, dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum., selaku Ketua Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis baik dalam perkuliahan maupun menyelesaikan skripsi ini. Dan juga selaku dosen pembimbing akademik penulis selama menjalani perkuliahan di Universitas Sumatera Utara. Terimakasih atas waktu, saran dan pengetahuan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Herlina Ginting, M.Hum., selaku sekretaris Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang selalu memberikan nasihat, dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Sumurung Simorangkir, SH.M.Pd., selaku dosen pembimbing I penulis, yang telah banyak mengorbankan waktu dan tenaga serta memberikan perhatiannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Rosita Ginting, selaku dosen pembimbing II penulis, yang selalu mendukung dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(10)

6. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang istimewa kepada kedua orang tua saya Ayahanda J. Purba dan Ibunda L. Br Nababan yang telah merawat, mendidik dan membesarkan penulis hingga bisa menempuh pendidikan kejenjang perkuliahan. Doa mereka senantiasa mengiringi langkah dalam mewujudkan cita-cita penulis. Sungguh besar pengorbanan yang diberikan tak dapat penulis membalasnya. Sinar kasih sayang setiap saat terpancar sikap mereka benar-benar suluh dalam menerangi hati penulis dalam menempuh studi ini. Begitu juga kepada seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan juga doa kepada penulis hingga dapat menyelesaikan perkuliahan ini, kiranya Bapa yang disurgalah nantinya yang akan membalasnya.

7. Begitu juga kepada seluruh informan yang ada di Kecamatan Silahisabungan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan informasi tentang skripsi ini.

8. Kepada sahabat-sahabat terbaikku stambuk 2009, Hotmaida Sinaga, S.S Dewi Kusuma Nasution, S.S Nikson F. Sihombing, S.S Japatar Purba, S.S Fitri Rahmadani Syahfitri, S.S., dll. Adinda stambuk 2010, 2011, 2012, 2013, 2014 dan semua yang tergabung dalam anggota IMSAD, rekan FIB, dan juga teman sekampus lainnya yang telah memberikan dorongan dan membantu penulis dalam studi, dan penyusunan skripsi ini.


(11)

9. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang istimewa kepada Sari Muliani Damanik, Amd. yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak baik di Medan maupun diluar kota Medan telah membantu penulis. Pada kesempatan ini penulis memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa kiranya pertolongan yang mereka berikan, Tuhanlah yang akan membalasnya kepada mereka sebagaimana layaknya.

Penulis,

Nim: 090703008 Jainal Purba


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Anggapan Dasar ... 5

1.6 Gambaran Umum Tentang Masyarakat Desa Silalahi ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 7

2.1 Kepustakaan Yang Relevan ... 7

2.1.1 Pengertian Sastra ... 7

2.1.2 Pengertian Sosiologi ... 8

2.1.3 Pengertian Sosiologi Sastra ... 9

2.2 Teori Yang Digunakan ... 10

2.2.1 Teori Struktural ... 11

2.2.2 Teori Sosiologi Sastra ... 14

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Metode Dasar... 18


(13)

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 19

3.5 Metode Analisis Data ... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Unsur Intrinsik Cerita Aek Sipaulak Hosa ... 20

4.1.1 Tema ... 20

4.1.2 Alur atau Plot ... 21

4.1.3 Latar atau Setting ... 27

4.1.4 Perwatakan ... 34

4.2 Analisis Nilai-Nilai Sosiologi Sastra Cerita Aek Sipaulak Hosa . 38 4.2.1 Sistem Kekerabatan ... 38

4.2.2 Tanggung Jawab ... 40

4.2.3 Kasih Sayang ... 41

4.2.4 Pertentangan ... 42

4.3 Pandangan Masyarakat Desa Silalahi Terhadap Cerita Aek Sipaulak Hosa... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

5.1 Kesimpulan ... 45

5.2 Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

Lampiran 1. Sinopsis Cerita Rakyat Aek Sipaulak Hosa ... 50

Lampiran 2. Daftar Gambar Hasil Penelitian ... 62

Lampiran 3. Daftar Pertanyaan ... 65

Lampiran 4. Daftar Informan ... 66 Lampiran 5. Surat Ijin Melakukan Penelitian ...


(14)

ABSTRAK

Jainal. Purba, 2015. Judul Skripsi: Analisis Sosiologi Sastra Terhadap Cerita Rakyat Aek sipaulak hosa di Desa Silalahi, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi. Terdiri dari 5 bab.

Dalam penelitian ini, penulis membahas ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP CERITA RAKYAT AEK SIPAULAK HOSA. Masalah dalam penelitian ini adalah unsur intrinsik cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa dan nilai-nilai sosiologi sastra yang terkandung dalam cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa. Cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa merupakan salah satu bentuk cerita yang dimiliki masyarakat Batak Toba, tepatnya yang berada di Desa Silalahi, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur cerita dan mengetahui nilai-nilai sosiologi sastra cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa. Susunan cerita dan peristiwa yang terjadi di dalam cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa terstruktur dan diterjemahkan menjadi sebuah cerita serta menggali nilai budaya didalamnya.

Metode yang dipergunakan dalam menganalisis masalah penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik penelitian lapangan. Penelitian ini menggunakan teori struktural dan teori sosiologi sastra. Adapun unsur-unsur intrinsik yang ada dalam cerita ini meliputi: tema, alur atau plot, latar atau setting, dan perwatakan atau penokohan. Cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa, dipercayai memiliki kekuatan super natural bagi masyarakat Silalahi dan dipercayai memiliki kekuatan magis yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Berdasarkan penelitian ini, hingga kini Aek Sipaulak Hosa masih dipercayai, dan dikeramatkan oleh masyarakat Silalahi.


(15)

ab\s\terk\

jInl\pR\b2015JdL\sikirpi\sianlissi\sosiaologiss\tertre\hdp\ser itrk\yt\aake\sipUlk\hosdidessillhikesmtn\silhisB<n\kBptne\dI ritre\diridrilimbb\

dlm\penelitian]InipeNlsi\mme\bhs\anlissi\sosiaologiss\tertre\h dp\seritrk\yt\aake\sipUlk\hosmslh\dlm\penelitian\Iniadlh\aN\sR \ani\tirni\ski\seritrk\yt\aake\sipUlk\hosdn\nilInilIsosiaologi ss\tery^tre\kn\D^dlm\se

ritaake\sipUlk\hosseritaake\sipUlk\hosmeRpkn\slh\sTbne\tK\seri ty^dimilikimsiyrkt\btk\tobtept\[y^berddidessillhikesmtn\silhis B<n\kBptne\dIripenelitian\Inibre\Tjan\aN\tK\me<etHIsiTrK\tR\se ritdn\me<etHInilInilIsosiaologiss\terseritaake\sipUlk\hosSSnn\ seritdn\persi\tiwy^tre\jdididlm\seritrk\yt\aake\sipUlk\hostre\ siTrK\tR\dn\ditre\jemh\kn\mne\jdiseBah\seritsre\tme^glinilIBdy didlm\[

metodey^dipre\Gnkn\dlm\me^anlissi\mslh\peneli tian\Iniadlh\metodedse\kirpi\tpi\de<n\tke\n ki\penelitian\lp<n\penelitian\Inime^Gnkn\teao risitK\Trl\dn\teaorisosiaologiss\teradpN\a

N\sR\aN\sR\ani\tirni\ski\y^addlm\seritInimeliPtitemalR\atUpelt o\ltr\atUste\ti^dn\p

re\wtkn\atUpenokohn\seritrk\yt\aake\sipUlk\hos\dipre\symemilik ikeKatn\Spre\nTrl\bgimsiyrkt\sillhidn\dipre\symemilikikeKatanm gsi\y^bisme[m^\bH\kn\bre\bgImsm\pe[kti\bre\dsr\kn\penelitian\I nihi^gkiniaake\sipUlk\hosmshi\dipre\sydn\dikermt\kn\aolhe\msiy rk t\sillhi


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh berbagai suku,golongan, dan lapisan masyarakat. Mengingat hal itu, sudah barang tentu menghasilkan berbagai budaya, adat istiadat, dan karya sastra yang berbeda. Namun dengan lahirnya Negara Republik Indonesia dapat memberikan rasa persatuan dan kesatuan atas budaya, adat istiadat, bahasa, dan sastra yang berbeda dengan dasar Bhineka Tunggal Ika.

Dengan kehidupan berbangsa yang satu, semua suku bangsa Indonesia pada umumnya memiliki perbedaan yang dimaksud adalah bahasa, sastra, dan budaya. Masing-masing perbedaan yang terdapat dalam suku bangsa itu tetap dijaga, dan dipelihara demi perkembangan ilmu bahasa, sastra, dan budaya.

Sastra memiliki nilai budaya yang tercermin dalam pemberian arti aspek pada berbagai perilaku atau tindakan antar individu maupun golongan secara utuh.Perkembangan sastra Indonesia secara keseluruhan tidak terlepas dari masalah kesusteraan daerah, karena sastra daerah adalah salah satu modal untuk memperkaya dan memberikan sumbangan terhadap sastra Indonesia.

Sastra daerah merupakan bagian dari kebudayaan yang mempunyai tujuan membantu manusia untuk menyikapkan rahasia, memberi makna ekstensinya, serta untuk membuka jalan kebenaran, karena sastra merupakan jalan keempat menuju kebenaran disamping agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan.

Pada prinsipnya nilai budaya suatu etnis yang ada di Indonesia dapat dilihat dari kebudayaan daerah yang memiliki ciri khas tertentu. Kebudayaan daerah itu dapat diketahui


(17)

Cerita rakyat merupakan suatu konvensi tersendiri dikalangan masyarakat pemiliknya, karena dianggap sebagai refleksi kehidupannya baik dari dari segi moral, edukasi, ritual, dan struktur sosialnya. Namun seperti diketahui pada umumnya cerita prosa rakyat yang ada pada berbagai etnis di Indonesia tidak diketahui siapa pengarangnya.

Secara garis besar sastra terbagi atas dua bagian yaitu satra lisan dan sastra tulisan. Sastra lisan dalam penyampaiannya adalah disampaikan dari mulut ke mulut yang merupakan warisan budaya yang turun- temurun dan mempunyai nilai-nilai luhur yang perlu dikembangkan. Misalnya mitos, dongeng, cerita rakyat (turi-turian), mantra (tabas), dan lain-lainnya.

Kajian sastra lisan dapat memfokuskan pada dua golongan besar, yaitu:

1) Sastra lisan primer, yaitu sastra lisan dari sumber asli, misalnya dari pendongeng atau pencerita.

2) Sastra lisan sekunder, yaitu sastra lisan yang telah disampaikan menggunakan alat eletronik.

Sastra lisan adalah karya yang penyebarannya disampaikan dari mulut ke mulut secara turun-temurun. Oleh karena penyebarannya dari mulut ke mulut, banyak sastra lisan yang memudar karena tidak dapat bertahan. Selain keterbatasan memori manusia dalam mengingat, perkembangan teknologi yang semakin canggih di era globalisasi dewasa ini ikut menggeser sastra lisan yang pernah ada,termasuk sastra lisan masyarakat Batak Toba yang memiliki nilai budaya tinggi, yang seharusnya dapat dijaga kelestariannya.Aek Sipaulak Hosa merupakan salah satu diantara sastra lisan Batak Toba.

Aek sipaulak hosamerupakan air pelepas dahaga/capek, Aek sipaulak hosa, mempunyai sumber mata air yang jernih dan dingin dari pegunungan, airnya tidak pernah berhenti mengalir, banyak orang memanfaatkan untuk meminum airnya,konon kabarnya dapat memberi kesembuhan juga. Ada pula yang memanfaatkannya untuk mandi disana.


(18)

Pada kesempatan ini penulis akan mengangkat kembali cerita legenda Aeksipaulak hosa, yang akan menjadi dokumen dan pengetahuan bagi generasi berikutnya.

1.2Rumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting bagi pembuatan skripsi ini, karena dengan adanya perumusan masalah maka deskripsi masalah akan terarah sehingga hasilnya dapat dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Masalah merupakan suatu bentuk pertanyaan atau pernyataan yang memerlukan penyelesaian atau pemecahan. Bentuk perumusan masalah biasanya berupa kalimat pertanyaan dan kalimat pernyataan yang giat menarik perhatian.

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah penulis kemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam isi skripsi ini adalah :

1) Bagaimana struktur cerita Aek Sipaulak Hosa yang terdapat di desa Silalahi?

2) Bagaimana nilai-nilai sosiologi sastra cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa didesa Silalahi?

3) Bagaimana pandangan masyarakat desa Silalahi terhadap cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan :

1) Untuk mengetahui struktur cerita AekSipaulak Hosa di desa Silalahi.

2) Untuk mengetahuinilai-nilai sosiologi sastra cerita rakyat Aek Sipaulak Hosadi desa Silalahi.

3) Untuk mengetahui pandangan masyarakat desa Silalahi terhadap cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa


(19)

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkandapat menambah salah satu aspek kajian sastra. Hasil penelitian ini juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya masyarakat Batak Toba. Berdasarkan latar belakang dan masalah yang dikemukakan di atas, maka manfaat penelitian ini adalah :

1) Untuk mendokumentasikan cerita tersebut agar terhindar dari kepunahan sehingga dapat diwariskan kegenerasi berikutnya.

2) Menambah wawasan tentang fungsi sosial yang terdapat dalam cerita tersebut.

3) Memberikan dorongan kepada para peneliti untuk memberikan perhatian dalam penelitian bidang budaya daerah Batak khususnya cerita rakyat.

4) Menunjang program pemerintah dalam upaya menggali, mengembangkan, dan melestarikan budaya daerah.

1.5Anggapan Dasar

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu anggapan dasar. Menurut Arikunto (1996:65), “Anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang harus dirumuskan secara jelas”. Maksud kebenaran disini adalah apabila anggapan dasar tersebut dapat dibuktikan kebenarannya.Karena itu, penulis berasumsi bahwa cerita ini masih mengandung nilai-nilai sosiologis.

1.6Gambaran Umum Tentang Masyarakat Desa Silalahi

Kabupaten Dairi dengan ibu kota Sidikalang terletak di Provinsi Sumatera Utara dengan luas Kabupaten146,10 km2, yang terletak pada titik koordinat 98°00’ –98°30’ BT dan 2°15’ - 3°00 LU. Kabupaten Dairi terletak di ketinggian 400 – 1.700 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Dairi memiliki lima belas Kecamatan diantaranya adalah Kecamatan Sidikalang, Sumbul, Silima Pungga- Pungga, Siempat Nempu, Tigalingga, Tanah Pinem, Parbuluan, Pegagan Hilir, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Lae Parira, Gunung


(20)

Sitember, Berampu, Silahisabungan, Sitinjo. Kecamatan Silahisabungan adalah daerah yang menjadi tempat penelitian tentang cerita Aek Sipaulak Hosa

DidalamKecamatan tersebut terdapatlima desa yaitu: Paropo I,Paropo II, Silalahi I,Silalahi II, Silalahi III dengan memiliki 1008 kepala keluarga (KK) yang sudah menetap.

Desa Silalahi I terletak dengan batas wilayah : Sebelah Utara berbatasa dengan Desa Paropo Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Silalahi II Sebelah Timur berbatasan dengan Danau Toba Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo

Desa Silalahi terdapat di Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi. Penduduk disekitar desa Silalahi berdomisilikan keturunan Batak Toba, Pakpak dairi, Simalungun, dan Karo wilayah desa Silalahi ini terdapat di pinggiran perairan Danau Toba, keturunan masyarakat desa Silalahi berasal dari Ompu Raja Silahisabungan yang dulu bertempat tinggal di Balige dan pergi membuka perkampungan arah Dairi. Masyarakat di desa Silalahi sangat menjaga dan melestarikan warisan leluhurnya, hal ini dibuktikan dengan adanya sumber mata air peninggalan Raja Silahisabungan yang dinamakan Aek Sipaulak Hosa. Aek Sipaulak Hosa adalah sebuah cerita rakyat yang sangat relevan bagi masyarakat desa Silalahi yang dipandang dari segi pola kehidupan masyarkat tersebut. Hal ini dapat dilihat dari cara pandang masyarakat terhadap cerita legenda tersebut. Masyarakat Silalahi menyakini kebenaran cerita Aek sipaulak hosa.Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam legendaAek sipaulak hosa tidak terlepas dengan pola budaya masyarakat dewasa ini.Masyarakat desa Silalahi mempercayai adanya kekuatan supernatural yang ditimbulkan oleh Aek sipaulak hosa ini.


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Kepustakaan yang Relevan

Penulisanskripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judulskripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah buku-buku tentang sastra dan sosiologi. Selain itu juga digunakan sumber bacaan lainnya.

2.1.1 Pengertian Sastra

Sastra adalah suatu kajian kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1987:3).Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun yang lalu.Berarti penelitian sastra dapat berfungsi bagi kepentingan di luar sastra dan kemajuan sastra itu sendiri. Kepentingan di luar sastra, seperti agama, filsafat, dan sebagainya. Sedangkan kepentingan sastra adalah untuk meningkatkan kualitas cipta sastra. Peranan penelitian sastra bagi aspek diluar sastra dipengaruhi oleh kandungan sastra sebagai dokumen zaman. Di dalamnya, karya sastra akan menjadi aksi sejarah yang dapat mengembangkan ilmu lain. Penelitian sastra tidak semata-mata mengandalkan nalar, tetapi juga perlu penghayatan mendalam.

Penelitian sastra memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia, disamping itu juga berpengaruh positif terhadap pembinaan dan pengembangan sastra itu sendiri (Tuloli, 1990:902). Tujuan dan peranan penelitian sastra adalah untuk memahami makna karya sastra sedalam-dalamnya (Pradopo, 1990:942).Soemardjo (1975:15) mengatakan sastra bukan hanya mengejar bentuk ungkapan yang indah, tapi juga menyangkut masalah isi ungkapan, bahasa ungkapan dan nilai ekspresi


(22)

2.1.2 Pengertian Sosiologi

Soekamto (1970:3) mengatakan secara etimologi, sosiologi berasal dari dua kata yaitu Socius dan logos. Socius adalah kumpulan kelompok, sedangkan logos bararti uraian atau pengetahuan. Atas dasar pengertian demikian, sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang kehidupan manusia dalam hubungannya dengan manusia-manusia lain, yang secara umum disebut masyarakat.

Sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang sistematis tentang kehidupan berkelompok manusia dalam hubungannya dengan manusia-manusia lainnya yang secara umum disebut masyarakat. Pengertian yang sederhana tentang sosiologi seperti di atas tampak dalam beberapa batasan tentang sosiologi yang diungkapkan oleh baberapa ahli, seperti yang diungkapkan oleh Ogburn dan Nimkoff (1962:9) sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial “Wellek dan Warren dalam (semi, 1989:53) mengatakan: “sosiologi yaitu mempermasalahkan suatu karya sastra yang menjadi pokok, atas tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan serta amanat yang hendak disampaikan”.

Sosiologi disisi lain sebagai ilmu yang membicarakan tentang aspek-aspek kemasyarakatan yang selalu dapat dimanfaatkan untuk membicarakan sebuah karya sastra. Nilai-nilai sosiologi pada sebuah cerita dapat diwujudkan untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Ilmu sosiologi digunakan untuk masyarakat itu sendiri dan menciptakan masyarakat demi terjadinya hubungan yang harmonis antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya.

Sosiologi dalam kehidupan masyarakat dapat diartikan sebagai ilmu atau kelompok pengetahuan yang sistematis tentang kehidupan manusia dalam hubungannya dengan manusia-manusia lainnya serta proses pembudayaannya. Ilmu sosiologi dapat dipergunakan


(23)

masyarakat untuk mencari tentang nilai-nilai sosial dalam sebuah cerita atau dapat dipergunakan untuk mencerminkan situasi sosial yang terdapat dalam masyarakat.

Sosiologi sebagai ilmu yang berbicara tentang aspek-aspek kemasyarakatan selalu dapat dimanfaatkan untuk pembicaraan. Banyak halyang menjadi fokus pengamatan seorang sastrawan, kehidupan pribadinya, lingkungan serta harapan-harapan menjadi hal yang menarik dalam penelitian sebuah cipta karya sastra dengan menggambarkan fenomena dari hasil pengamatan pengarang, masyarakat membacanya memperoleh hal yang bermakna dalam hidupnya. Pengarang sendiri mendapat sumber inspirasi dari corak ragam tingkah laku manusia maupun masyarakat. Dalam kaitan ini, ada beberapa strategi yang patut ditempuh, yaitu mencoba mendekati karya sastra dari struktur dalam menyangkut perwatakan, dinamika plot dan sebagainya dihubungkan dengan masyarakat.

2.1.3 Pengertian Sosiologi Sastra

Wellek dan Warren dalam (Semi, 1989:53) mengatakan: “Sosiologi sastra yaitu mempermasalahkan suatu karya sastra yang menjadi pokok, atas tentang apa yang tersiratdalam karya sastra tersebut dan apa tujuan serta amanat yang hendak disampaikan”. Semi (1985:46) mengatakan : “Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa sastra merupakan pencerminankehidupan masyarakat melalui sastra pengarang mengungkapkan tentang suka duka kehidupan masyarakat yang mereka ketahui dengan sejelas-jelasnya. Sosiologi sastra adalah penelitian yang berfokus pada masalah manusia. Karena sering sastra mengungkapkan perjuangan hidup manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan. Pada prinsipnya, menurut Laurenson dan Swingewood (1971) terdapat tiga perspektif berkaitan dengan sosiologi sastra.

1) Penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diceritakan


(24)

3) Penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya.

2.2Teori yang Digunakan

Secara etimologis, teori berasal dari kata theoria (Yunani), berarti kebulatan alam atau realita. Teori diartikan sebagai kumpulan konsep yang telah teruji keterandalannya, yaitu melalui kompetensi ilmiah yang dilakukan dalam penelitian. Teori merupakan hal yang sangat perlu di dalam menganalisis suatu karya sastra yang diajukan sebagai objek penelitian, karena teori adalah landasan berpijak.

Berdasarkan penelitian ini, maka penulis menggunakan teori struktural dan teori sosiologi sastra untuk mengkaji cerita ini. Untuk melihat aspek-aspek atau unsur-unsur yang terdapat di dalam karya sastra, diterapkan teori struktural. Dengan teori struktural diharapkan hasil yang optimal dari karya yang dianalisis.

2.2.1 Teori Struktural

Teori merupakan hal yang sangat perlu di dalam menganalisis suatu karya sastra yang diajukan sebagai objek penelitian. Untuk melihat aspek-aspek atau unsur-unsur yang terdapat di dalam karya sastra diterapkan teori struktural. Dengan teori struktural diharapkan hasil yang optimal dari karya yang menganalisis. Menganalisis karya sastra dari unsur struktural merupakan langkah awal untuk rencana penelitian selanjutnya. Semi (1993:68) mengatakan “pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat melalui sastra pengarang mengungkapkan tentang suka duka kehidupan masyarakat yang mereka ketahui dengan sejalas mungkin. Bertolak dari pandangan itu, telaah kritik sastra yang dilakukan berfokus atau lebih banyak memperhatikan segi-segi sosial kemasyarakatan yang terdapat dalam suatu karya sastra serta mempersoalkan segi-segi yang menunjang pembinaan dan pengembangan tata kehidupan”.


(25)

Berdasarkan pendekatan di atas jelas mempunyai kesesuaian karena pendapat tersebut mengatakan sastra merupakan cermin zamannya, mengungkapkan suka-duka kehidupan masyarakat. Walaupun demikian, dalam menganalisis karya sastra bila hanya bertitik tolak dari luar karya sastra , tanpa mengikut sertakan karya sastra sebagai suatu kebulatan makna dan perpaduan isi rasanya kurang sempurna.

Mengenai pendekatan struktural, semi (1993:44) mengatakan:”dengan kata lain, pendekatan ini memandang dan menelaah sastra dari segi intrinsik yang membangun suatu karya sastra yaitu: tema, alur, latar, penokohan dan gaya bahasa perpaduan yang harmonis antara bentuk dan isi merupakan kemungkinan kuat untuk menghasilkan karya sastra yang bermutu”.

Pada dasarnya penelitian struktural, yaitu suatu penelitian yang membahas unsur-unsur karya sastra. Unsur yang dimaksud adalah tema, alur, latar dan penokohan.

1) Tema

Tema merupakan inti cerita atau pokok pikiran yang mendasari cerita. Semua unsur cerita bergantung pada tema, yaitu semuanya secara bersama-sama melaksanakan atau mengungkapkan tema dalam cerita. Tema adalah pokok pikiran, atau makna yang terkandung dalam dalam sebuah cerita. Tema juga merupakan gagasan umum yang menopang sebuah karya sastra yang terkandung di dalamnya yang menyangkut persamaan dan perbedaan.

Setiap karya sastra harus mempunyai dasar dari cerita dan tema yang merupakan sasaran tujuan dalam sebuah cerita. Sebuah karya sastra yang baik yang tertulis maupunsecara lisan pasti mengandung tema, karena sebuah karya sastra pasti mempunyai pokok pikiran utama atau isi pembicaraan yang hendak disampaikan kepada pembacanya atau pendengarnya.


(26)

2) Alur atau Plot

Culler (1977:209) bahwa alur tunduk kepada ketentuan yang bertujuan, peristiwa tertentu terjadi agar cerita berkembang seperti adanya.

Secara struktural alur sangat erat kaitannya dengan penokohan dalam menonjolkan tema cerita. Para tokoh atau pelakunya melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan wataknya. Perbuatan-perbuatan itu yang akan menimbulkan peristiwa. Rangkaian peristiwa yang saling berhubungan berdasarkan sebab akibat ini menimbulkan alur. Alur atau plot merupakan rentetan peristiwa yang sangat penting dalam sebuah cerita. Tanpa alur kita tidak tahu bagaimana jalan cerita tersebut, apakah dia alur maju, alur mundur atau alur bolik-balik.

Tasrif (Via Lubis, 1960:16), struktur alur terbagi dalam lima bagian, yaitu:Lukisan suatu keadaan (situation), peristiwa mulai bergerak (geberating circumstance), keadaan mulai memuncak (rising action), peristiwa mencapai puncak (climax), pemecahan masalah (denouement).

3) Latar atau setting

Latardisebut juga istilah setting, yaitu tempat atau terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting adalah tempat berlangsungnya peristiwa dalam suatu cerita atau tempat kejadian yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Latar bukan hanya merupakan daerah atau tempat, namun waktu, peristiwa penting dan bersejarah. Dengan mengatahui dan memahami latar dalam sebuah karya sastra yang dituangkan menjadi cerita akan memudahkan pembaca untuk memahami latar dalam sebuah karya sastra yang dituangkan dalam bentuk cerita.

4) Perwatakan atau Penokohan

Terbentuk sebuah cerita adalah karena adanya tokoh-tokoh dalam cerita, tokoh dalam sebuah cerita sangat memegang peranan penting. Tokoh adalah salah satu unsur


(27)

Seorang tokoh yang memiliki peran penting dalam sebuah cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama, sedangkan tokoh yang tidak memiliki peran penting karena pemunculannya hanya melengkapi, melayani, dan mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu.

Perwatakan adalah karakter dari tokoh dalam pengertian sifat atau ciri khas terdapat pada diri tokoh yang dapat membedakan antara satu tokoh dengan tokoh lainnya. Unsur perwatakan dalam sebuah karya sastra lebih diutamakan dalam meninjau perkembangan jiwa tokoh itu sendiri. Gambaran watak seseorang tokoh dapat diketahui melalui apa yang diperankan dalam cerita tersebut kemudian jalan pikirannya. Jadi perwatakan dapat disimpulkan ciri keseluruhan yang memiliki tokoh.

2.2.2 Teori Sosiologi Sastra

Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan sosiologi sastra sebagai landasan teori dalam menganalisis cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa.Menurut teori ini, karya sastra dilihat hubungan dengan kenyataannya, dimana karya sastra itu mencerminkan kenyataan-kenyataan yang mengandung arti luas, yakni segala yang berada diluar karya sastra dan yang diacu oleh sosiologi sastra.

Sosiologi sastra merupakan istilah yang memiliki kaitan dengan masyarakat. Sosiologi sastra pada dasarnya mempelajari kesatuan hidup manusia yang terbentuk antara hubungan yang satu dengan yang lainnya. Selanjutnya dalam menganalisis cerita Aek Sipaulak Hosatersebut digunakan teori sosiologi sastra yang dikemukakan oleh Ratna(2004:339) model analisis karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat dapat dilakukan meliputi tiga macam, yaitu:

1) Menganalisis masalah–masalah sosial yang terkandungdidalam karya sastra itu sendiri, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan yang pernah terjadi. Pada umumnya disebut aspek ekstrinsik, model hubungan,yang terjadi disebut refleksi. 2) Sama dengan diatas, tetapi dengan cara menemukan hubungan antar struktur, bukan


(28)

3) Menganalisis karya dengan tujuan untuk memperoleh informasi tertentu, dilakukan oleh disiplin tertentu.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis yang pertama yakni dengan (1) menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung di dalam karya sastra itu sendiri, kemudian (2) menghubungkan dengan kenyataan yang pernah terjadi sebelumnya.

1) Menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung dalam karya sastra.

Masalah-masalah sosial yang terkandung dalam karya sastra adalah unsur-unsur budaya. Unsur-unsur budaya yang dimaksud yakni:

a. Unsur sistem sosial

Sistem sosial meliputi sistem kekeluargaan, sistem politik, sistem pendidikan, dan sistem undang-undang. Stuktur dalam setiap sistem ini dikenalsebagai institusi sosial, yaitu cara manusia yang hidup berkelompok mengatur hubungan antara satu dengan yang lainnya dalam jalinan masyarakat.

b. Sistem nilai dan ide yaitu sistem yang memberi makna kepada kehidupan

masyarakat, bukan saja terhadap falsafah hidup masyarakat itu. Sistem nilai juga menyangkut upaya bagaimana menentukan sesuatu lebih berharga dari yang lain. Sementara sistem ide merupakan pengetahuan dan kepercayaan yang ada dalam masyarakat.

c. Peralatan budaya

Peralatan budaya yaitu penciptaan material dan penggunaan yang berupa perkakas dan peralatan yang diperlukan untuk menunjang keperluan masyarakat.

2) Menghubungkan dengan kenyataan yang pernah terjadi atau latar belakang sosial yang tergambar dalam karya sastra.


(29)

merupakan proses kemasyarakatan yang timbul dari hubungan antara manusia dengan situasi dan kondisi yang berbeda.

Kenyataan atau latar belakang sosial yang tergambar dalam karya sastra ini yakni: 1) Sistem kekerabatan

Sistem kekerabatan merupakan bagian yanga sangat penting dalam struktur sosial. Sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan.Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. .

2) Tanggung jawab

Tanggung Jawab adalah suatu kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung Jawab juga berati berbuat sebagai wujutan atas perbuatannya.

3) Kasih sayang

Kasih sayang adalah suatu perasaan cinta atau sayang dan akan menunjukan rasa perhatian yang mungkin akan berlebihan.Rasa kasih sayang tak dapat di liat tetapi hanya dapat di rasakan kepada individu tertentu yang mempunyai perasaan itu, kasih sayang adalah suatu perasaan yang menyenangkan.

4) Pertentangan

Pertentangan merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dasar

Metode dasar penelitian yang penulis lakukan adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Alasan penulis menggunakan metode ini karena sumber utama metode penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Metode tersebut dipilih karena data yang digarap adalah kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.

Dengan demikian dalam penelitian ini penulis hanya mendiskripsikan data-data fakta yang terdapat di dalam cerita sehingga diketahui unsur-unsur pembentuk ceritanya dan analisis sosiologi sastranya.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah di desa Silalahi, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi, tempat Aek Sipaulak Hosadapat ditemui di Silalahi Nabolak, yang terletak di Sibariba Toruan desa Silalahi I sekitar 4 km dari pusat desa Silalahi, kecamatan Silahisabungan yang diciptakan oleh Raja Silahisabungan.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen/alat penelitian penulis gunakan rekaman suara melalui rekaman suara (recording voice) dengan HP, buku tulis untuk mencatat informasi, foto untuk dokumentasi gambar, dan video untuk dokumentasi gambar yang bergerak beserta suara.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Metode Observasi


(31)

Metode ini dilakukan untuk mengamati secara langsung daerah tempat penelitian untuk mendapatkan informasi data yang dibutuhkan, teknik yang digunakan penulis adalah teknik mencatat.

2. Metode Wawancara

Metode ini dilakukan untuk memperoleh keterangan lebih lengkap tentang cerita dan penulis akan melakukan wawancara dengan beberapa informan, teknik yang digunakan yaitu teknik rekam.

3. Metode Kepustakaan

Metode ini dilakukan untuk mendapat sumber acuan penelitian, agar data yang didapatkan dari lapangan dapat diolah semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan yang digariskan. Teknik yang digunakan yaitu teknik mencatat.

3.5 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan penulis dalam menganalisis data penelitian ini adalah metode struktural dan metode sosiologi sastra. Metode struktural menganalisis: tema, alur atau plot, latar atau setting, dan perwatakan. Metode sosiologi sastra digunakan untuk menganalisis nilai-nilai sosiologi sastra cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa, dan pandangan masyarakat desa Silalahi terhadap cerita Aek Sipaulak Hosa.


(32)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Unsur-unsur Intrinsik Aek Sipaulak Hosa 4.1.1 Tema

Tema adalah pokok pikiran, atau makna yang terkandung dalam sebuah cerita. Tema juga merupakan gagasan umum yang menopang sebuah karya sastra yang terkandung di dalamnya yang menyangkut persamaan dan perbedaan.

Setiap karya sastra harus mempunyai dasar cerita dan tema yang merupakan sasaran tujuan dalam sebuah cerita. Sebuah karya sastra yang baik yang tertulis maupun secara lisan pasti mengandung tema, karena sebuah karya sastra pasti mempunyai pokok pikiran utama atau isi pembicaraan yang hendak disampaikan kepada pembacanya atau pendengarnya.

Didalam cerita ini, penulis menyatakan tema cerita adalah Cinta dan kasih sayang terhadap istri,Hal ini dapat dilihat dari bagian utama sinopsis cerita

Umbege hatani parsondukbolonna i, dibuat Silahisabungan ma siorlombing sian hadanghadanganna jala martonggo tu Mulajadi Nabolon asa dilehon mual Sipaulakhosa alana nunga mauas Pinggan matio. Dungi dipantikhon Silahisabungan ma siorlombingna i tu topi ni batu na pir jala haruar ma aek. Dungi di inum pinggan matio sasagal-sagalna. Mual i ma na di dokna Mual Sipaulak Hosa na adong maringanan di dolok Silalahinabolak. Terjemahan :

Mendengar keluhan istrinya, Silahisabungan mengambil Siorlombing (tombak) dari kantongannya, lalu berdoa kepada Mulajadi Nabolon agar diberikan air penghidupan (mual sipaulak Hosa) karena Pinggan Matio merasa haus,kemudian silalahisabungan menancapkan Siorlombingnya ke dinding batu terjal dan keluarlah air, lalu diminum Pinggan Matio


(33)

sepuas-puasnya, Air itulah yang di sebut” Mual Sipaulak hosa, ”yang terdapat dilereng bukit Silalahi Nabolak.

Pada contoh diatas membuktikan bahwa Raja Silahisabungan adalah orang yang bertanggung jawab,perhatian dan sayang terhadap istrinya

4.1.2 Alur / Plot

Istilah alur dalam hal ini sama dengan istilah plot. Alur atau plot merupakan rentetan peristiwa yang sangat penting dalam sebuah cerita. Tanpa alur kita tidak tahu bagaimana jalan cerita tersebut, apakah dia alur maju, alur mundur atau alur bolak-balik.

Alur atau plot dalam cerita legenda Aek Sipaulak Hosaadalah sebagai berikut: 1). Situasi (Pengarang mulai melukiskan suatu keadaan)

Situasi merupakan tahap awal dari bagian cerita. Setiap awal cerita pembaca akan diperkenalkan terlebih dahulu tentang permulaan terjadinya sebuah cerita. Dalam bagian ini pengarang menceritakan Raja Silahisabungan adalah orang yang pertama menempati Silalahi yang pindah dari desa Balige.

Hal tersebut dapat dilihat dalam contoh berikut:

Ditonga dalan Silahisabunngan sahatma di Harangan hole, tombak na so hea di bolus jolma. dison ma ibana martapa 30 ari 30 borngin lelengna jala mandapot hasaktion jala gabe Datu bolon. Dungi ditorushon ibana ma pardalanna na jala sahat ma tu Silalahi Nabolak jala dipature ma sada sopo laho ingananna.

Terjemahan :

Ditengah perjalanan Silahisabungan sampe di Harangan Hole, hutan belantara yang tidak pernah di injak manusia, disini dia bertapa selama 30 hri 30 malam, dan memperoleh kesaktian dan menjadi Datu Bolon. Kemudian dia melanjutkan perjalanan dan sampai di Silalahi Nabolak dan mendirikan gubuk untuk tempat dia tinggal.


(34)

2). Generating circumstances (peristiwa yang bersangkutan mulai bergerak)

Peristiwa selanjutnya mulai bergerak dimana Raja Silahisabungan berjumpa dengan Raja Pak-pak

Hal ini dilihat dalam contoh berikut:

Sada tingki Raja Pakpak/ Raja Parultep dohot uduranna marburu mandiori sada pidong , di ultop raja parultep ma lali alai dang mate lali i jala habang muse tu luat inganan ni Silahisabungan. Mangida na masa i di logot raja parultep ma jala dapotna Sialahisabungan di si. Muruk ma Raja Parultep jala ninna “Ise ho na barani tading di luathon, ahu do Raja Pakpak na marhuaso sahat tu adaran on”

Dihunduli Silahisabungan ma tano na diboanna sian balige jala dibuat aek na di boan sian Mual siguti, huhut denggan jala marsahala dialusi : “raja pakpak na marsangap, dang marsalah ahu. Hatani Rajai do sala. Tung barani di ahu martolon ia tano na hu hunduli on tanoku dohot aek na hu inom on aek hu” dungi ninna Silahisabungan ma muse: Natipniptip sanggar mambahen huru-huruan, jumolo sinungkun marga asa binoto partuturan, ia goarhu sude jolma baoa mamboan. Na manungkun ma ahu marga aha ma amang? dungi di jalang ma denggan Raja Parultep.

Terjemahan :

Disuatu saat, Raja Pakpak/Raja Parultep bersama rombonganya sedang mencari buruan berupa seekor burung, Raja Parultep menyupit burung elang tetapi burung itu tidak mati dan bahkan terbang ke daerah Silahisabungan ber mukim. Melihat kejadian itu Raja parultep mengejarnya dan menemukan Silahisabungan disana. Dan Raja parultep punmarah dan berkata “ Hei siapa kamu yang berani tinggal di daerahku ini, aku adalah Raja Pak-pak yang berkuasa sampai ke paintai danau ini”?


(35)

menjawab : “ Raja Pakpak yang mulia, saya tidak bersalah, ucapan raja yang mengada-ngada. Saya berani sumpah, bahwa tanah yang saya duduki ini adalah tanahku dan air yang saya minum ini adalah airku,” Kemudian Silahisabungan memperkenalkan dirinya dengan tutur katanya yang menawan, lalu menyalam Raja parultep dengan hormat.

3). Ricking Action (keadaan mulai memuncak)

Pada tahap ini pengarang memunculkan maksud dan tujuan dalam cerita rakyat ini. Keadaan cerita mulai memuncak ketika Raja Pak – pak menawarkan putrinya kepada Raja Silahisabungan untuk menjadi istrinya.

Hal ini dilihat dalam contoh berikut:

Sidung mangan marrnonang ma halaki sahat tu bagas borngin. Tingki marnonang halaki disungkun Raja Parultep ma idia dongan Saripe ni Silahisabungan. Di alusi ibana ma na so adong dope Parsondukbolonna. Doli-doli na matoras do ibana na so hea dope marbagas. Umbege hata dohot denggan ni Silahisabungan manghatai, ninna Raja parultep ma tu Silahisabungan: “adong 7 boruku. Nunga sude magodang, molo olo do hogabe hela ku marsogot hita tu Balla. Pillit masada boruku gabe dongan Saripemu. alai tung na so tupamarimbang saleleng ngolum. Tung mansa las rohani Silahisabungan jala huut ninna”ai naboa tung barani ahu tu balla anggo dang marhite adat. Ai au pe sahalak hu sambing do mangolu.hupangido, unang ma maol holong ni roha ni tulang mamboan paribanki tu son, asa disonma hupillit. Di jakkon Raja Parultep ma pangidoan ni na naeng hela na i. Jala huhut maniti sada ari na laho pardomuan huhut parsauton ni halak i.

Terjemahan:

Setelah makan mereka asik bercakap-ckap sampai larut malam. Dalam

percakapan mereka Raja Parultep menanya dimana istri dan keluarga Silahisabungan. Dijawabnya bahwa istrinya belum ada. Dia masih perjaka belum pernah berumah tangga. Mendengar tutur kata dan sopan santun dari Silahisabungan, Raja ingin bermenentukan


(36)

Silahisabungan lalu berkata : “ ada putriku 7 orang, Semuanya sudah anak gadis kalau kau berkenan menjadi menantuku besok kita pergi ke Balla. Pilih salah satu putriku menjadi istrimu. Dengan syarat tidak boleh dimadu sepanjang hidupmu “Silahisabungan menyambut dengan senang hati, lalu berkata “ mana mungkin saya berani ke Balla. Kalau tidak memenuhi adat istiadat. Sedang hidupku hanya sebatang kara. Kumohon , janganlah alang kepalang, kasih sayang pamanlah membawa paribanku itu kemari, supaya disini saya pilih “.

Raja Parultep menerima permintaan calon menantunya. Kemudian menetapkan hari dan tanggal pertemuan sekaligus perkawinannya.

4). Klimaks (Peristiwa-peristiwa mencapai puncaknya)

Peristiwa mencapai puncak terjadi setelah pinggan matio ingin pulang kekampunng halamannya

Hal ini dilihat dalam contoh berikut:

Dung salpu sia bulan nunga masihol iibana tu natorasna. di togihon ibana ma Silahisabungan lao tu Balla manjumpangi. Silahisabungan na tung holong rohana tu parsondukbolonna i mangoloi pangidoan nai.

Sada tingki lao ma Silahisabungan dohot Pinggan matio boru Padanghari tu huta simatuana di Balna. Tikki nakkok dolok Silalahi, parsondukbolonna na dung tung mardenggan pamatang i nunga mahuas. Jala nunga loja, gabe maradi ma halaki didolok na tukkis i. Nunga tung mauas Pinggan matio alani lojana mangandung ma ibana “Loja ma boruadi mamboan tua sian mulajadi, mauas ma tolonan ndang adong mangubati. Jonok do berengon sillumalan na so dundungonki, boha do parsahatku tu hota ni damang parsinuan, dainang pangintubu I” ninna.


(37)

Berselang sembilan bulan, rasa rindu pun mulai bergelora untuk berjumpa dengan orang tuanya. Diajaknnya silahisabungan pergi ke Balla mengunjungi keluarga. Silahisabungan yang sangat sayang kepada isteri tercinta mengabulkan dengan senang hati

Pada suatu hari pergilah silahisabungan Bersama Pinggan Matio boru padangbatanghari kekampung mertuanya di Balla. Sewaktu mendaki bukit silalahi,isterinya yang sudah hamil tua mulai merasa dahaga. Rasa penat mulai terasa, sehingga mereka mengaso dilereng bukit yang terjal. Rasa haus pinggan Matio mulai mendesak dan karena capeknya ia bersenandung dengan sedih : “ Loja ma boruadi mamboan tua sian mulajadi, mauas ma tolonan ndang adong mangubati. Jonok do berengon sillumalan na so dundungonki, boha do parsahatku tu hota ni damang parsinuan, dainang pangintubu I, “ katanya. “sudah lelah aku membawa kandungan, rasa haus tak ada mengobati. Nampak dekat air danau tetapi tak terjangkau, apakah aku sampai dikampung orang tuaku”.

5) Demoument (Pengarang memberikan pemecahan masalah soal dari semua peristiwa)

Pada tahap penyelesaian ini Raja Silahisabungan membuat dan menciptakan Aek Sipaulak Hosa air ini lah yang menjadi inti dari cerita dan kisah ini. Ini terbukti dari kasih sayang Raja silahisabungan terhadap istrinya Pinggan Matio boru Padang batanghari.

Hal ini dilihat dalam contoh berikut:

Umbege hatani parsondukbolonna i, dibuat Silahisabungan ma Siorlombing sian hadanghadanganna jala martonggo tu mulajadi nabolon asa dilehon mual Sipaulakhosa alana nunga mauas Pinggan matio. Dungi dipantikhon Silahisabungan ma siorlombingna i tu topi ni batu na pir jala haruar ma aek. Dungi di inum pinggan matio sasagal-sagalna. Mual i ma na ddokna Mual Sipaulak Hosa na adong maringanan di dolok Silalahinabolak.

Sidung sae mago na mauas na dihilalana i jala gogona pe nunga ro, di torushon halaki ma pardalanna tu huta ni simatuana di Balla. Haroroni Silahisabungan dohot


(38)

Pinggan matio dijakkon halak Raja Parultop dohot las ni roha tambani dung dibereng muse unga mardenggan pamatang boruna i. Alani nunga mardenggan pamatang Pinggan matio, dipangido simatua ni Silahisabungan ma asa tading boruna i di Balna paima sorang gellengna alani molo di silalahi dang adong donganni halaki.

Terjemahan:

Mendengar keluhan istrinya, Silahisabungan mengambil Siorlombing (tombak) dari kantongannya, lalu berdoa kepada Mulajadi Nabolon agar diberikan air penghidupan (mual sipaulak Hosa) karena Pinggan Matio merasa haus,kemudian silalahisabungan menancapkan Siorlombingnya ke dinding batu terjal dan keluarlah air, lalu diminum Pinggan Matio sepuas-puasnya, Air itulah yang di sebut” Mual Sipaulak hosa, ”yang terdapat dilereng bukit Silalahi Nabolak.

Setelah rasa haus hilang dan tenaga mulai pulih, mereka meneruskan perjalanan kekampung mertuanya di Balla. Kedatangan Silalahisabung dan Pinggan Matio disambut keluarga Raja Parultep dengan gembira apalagi setelah dilihat putrinya sudah hamil tua.Karena pinggan Matio sudahhamil tua, mertua Silahisabungan meminta agar putrinya tinggal di Balla menunggu kelahiran anaknya, karena di Silalahi tidak ada teman mereka membantu.

4.1.3 Latar atau Setting

Latar disebut juga istilah setting, yaitu tempat atau terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting adalah tempat berlangsungnya peristiwa dalam suatu cerita atau tempat kejadian yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Latar bukan hanya merupakan daerah atau tempat, namun waktu, peristiwa penting dan bersejarah. Dengan mengetahui dan memahami latar dalam sebuah karya sastra yang dituangkan menjadi cerita akan memudahkan pembaca untuk memahami latar dalam sebuah karya sastra yang


(39)

Latar tempat dalam cerita rakyat ini adalah terjadi di Silalahi. Cerita ini terjadi di desa Silalahi Nabolak, terletak di Sidabariba Toruan desa Silalahi sekitar 4 km dari pusat desa Silalahi. Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi.

Dalam ceritaAek Sipaulak Hosa ini terdapat tiga latar yaitu: - Latar tempat

- Latar waktu - Latar sosial 1. Latar tempat

Latar tempat dilihat dari sudut geografis, dimana kejadian itu berada yang menyangkut nama-nama tempat. Cerita Aek Sipaulak Hosa ini dilatarkan dalam enam tempat yaitu desa Balige, Laguboti, Bakkara, Harangan hole, Silalahi Nabolak, dan Balla

Hal ini dilihat dalam contoh berikut:

Alani adong partongkaron di halak pomparan Tuan Sorba di banua, 3 sian 5 na mardongan tubu pomparan ni Tuan sorba ni banua na sian Ina na parjolo ima Sipaittua, Silahisabungan dohot Raja Oloan satahi laho manadinghon tano hatubuanna ima tano Balige Raja. Mulanai borhat ma halaki tu Mual sibuti mambuat aek laho bohal ni halaki mangolu di pudian ni ari. Dipamasuk halaki ma aek tu bagas tabu-tabu jala dibuat tano tolu pohul jala di bahen tu bagas hadang-hadanganna be.

Terjemahan:

Karena terjadi kesalahpahaman dikeluarga Tuan Sorba Dibanua, 3 dari 5 orang bersaudara keturunan Tuan Sorba Dibanua yang dari istri pertama yaitu Sipaittua, Silahisabungan, dan Raja Oloan sepakat untuk pergi merantau dari tanah kelahiran mereka yaitu Tanah Balige. Mula-mula mereka pergi ke Mual Sibuti mengambil air minum sebagai bekal hidup dikemudian hari. Mereka mengisi air kedalam kendi dan mengambil tanah tiga kepal lalu dimasukkan kedalam gampil masing-masing.


(40)

Raja Silahisabungan berpisah dengan Raja Sipaittua di Lagu Boti, Raja Oloan di Bakkara.

Hal ini dilihat dalam contoh berikut:

Ditadinghon halaki ma nagari Balige laho mandiori ngolu ni halaki be. Sipaittua nunga dapotna be ingananna ima na margoar Laguboti. dung dapot ni Sipaettua ingananna tadingma holan Silahisabungan dohot anggina Raja Oloan patorushon pardalanna laho mandiori ingananna, jala Raja Oloan dohot Silahisabungan nunga be dapotna ingananna ima margoar Huta Bakara . Huta Bakara i gabe dibahenma inganan hangoluan ni si Raja Oloan anggini Silahisabungan. alana tung loja Silahisabungan dohot anggina Raja Oloan , dung i dipangido tu anggina Raja Oloan asa tading rap dohot anggina satokkin. Dung di hilala Silahisabungan nunga boi be denggan mangolu anggina i , gabe dipangido Silahisabungan ma tu si Raja Oloan asa borhat ibana manorushon dalanna.

Terjemahan:

Mereka telah meninggalkan negeri Balige untuk mencari kehidupan diri masing-masing mereka. Sipaittua telah menemukan tempat permukiman, yaitu yang bernama Lagu Boti. setelah Sipaittua menemukan tempat permukimannya, Silahisabungan dan adiknya Raja Oloan untuk meneruskan perjalanan mereka untuk mencari tempat permukiman. Setelah mereka mencari-cari tempat permukiman, ternyata Raja oloan dan Silahisabungan telah mendapatkan tempat tersebut yang bernama Huta Bakkara.Huta Bakkara tersebut dijadikan tempat kehidupan si Raja Oloan adik dari Silahisabungan. Karena Silahisabungan serta adiknya Si Raja Oloan merasa letih, maka Silahisabungan Meminta kepada adiknya Raja Oloan untuk tinggal beberapa waktu bersama adiknya. Setelah Silahisabungan sudah merasa adiknya Si Raja Oloan dapat berdiri sendiri, maka Silahisabungan berpamitan kepada Si Raja Oloan dan melanjutkan perjalanannya.


(41)

Raja Silahisabungan bertapa di Harangan Hole dan Silalahi Nabolak Hal ini dilihat dari contoh berikut:

Ditonga dalan Silahisabunngan sahatma di Harangan hole, tombak na so hea di bolus jolma. dison ma ibana martapa 30 ari 30 borngin lelengna jala mandapot hasaktion jala gabe Datu bolon. Dungi ditorushon ibana ma pardalanna na jala sahat ma tu Silalahi Nabolak jala dipature ma sada sopo laho ingananna.

Terjemahan:

Ditengah perjalanan Silahisabungan sampe di Harangan Hole, hutan belantara yang tidak pernah di injak manusia, disini dia bertapa selama 30 hri 30 malam, dan memperoleh kesaktian dan menjadi Datu Bolon. Kemudian dia melanjutkan perjalanan dan sampai di Silalahi Nabolak dan mendirikan gubuk untuk tempat dia tinggal.

Kepergian Raja Silahisabungan dan istrinya Pinggan Matio ke Balla Hal ini dilihat dari contoh berikut:

Sidung sae mago na mauas na dihilalana i jala gogona pe nunga ro, di torushon halaki ma pardalanna tu huta ni simatuana di Balla. Haroroni Silahisabungan dohot Pinggan matio dijakkon halak Raja Parultop dohot las ni roha tambani dung dibereng muse unga mardenggan pamatang boruna i. Alani nunga mardenggan pamatang Pinggan matio, dipangido simatua ni Silahisabungan ma asa tading boruna i di Balna paima sorang gellengna alani molo di silalahi dang adong donganni halaki.

Terjemahan:

Setelah rasa haus hilang dan tenaga mulai pulih, mereka meneruskan perjalanan kekampung mertuanya di Balla. Kedatangan Silalahisabung dan Pinggan Matio disambut keluarga Raja Parultep dengan gembira apalagi setelah dilihat putrinya sudah hamil tua.Karena pinggan Matio sudahhamil tua, mertua Silahisabungan meminta agar putrinya


(42)

tinggal di Balla menunggu kelahiran anaknya, karena di Silalahi tidak ada teman mereka membantu.

2.Latar waktu

Uraian tentang ceritaAek Sipaulak Hosa merupakan nama-nama tempat dan zaman terjadinya suatu peristiwa.Latar yang terdapat dalam legenda ini menghidupkan suatu peristiwa pada zaman itu.

Latar waktu terjadinya cerita yakni ketika Raja Silahisabungan dan istrinya Pinggan Matio boru Padang Batanghari pergi ke desa Balla

Hal ini dilihat dalam contoh berikut:

Sada tingki lao ma Silahisabungan dohot Pinggan matio boru Padanghari tu huta simatuana di Balna. Tikki nakkok dolok Silalahi, parsondukbolonna na dung tung mardenggan pamatang i nunga mahuas. Jala nunga loja, gabe maradi ma halaki didolok na tukkis i. Nunga tung mauas Pinggan matio alani lojana mangandung ma ibana “Loja ma boruadi mamboan tua sian mulajadi, mauas ma tolonan ndang adong mangubati. Jonok do berengon sillumalan na so dundungonki, boha do parsahatku tu hota ni damang parsinuan, dainang pangintubu I” ninna.

Umbege hatani parsondukbolonna i, dibuat Silahisabungan ma Siorlombing sian hadanghadanganna jala martonggo tu mulajadi nabolon asa dilehon mual Sipaulakhosa alana nunga mauas Pinggan matio. Dungi dipantikhon Silahisabungan ma siorlombingna i tu topi ni batu na pir jala haruar ma aek. Dungi di inum pinggan matio sasagal-sagalna. Mual i ma na ddokna Mual Sipaulak Hosa na adong maringanan di dolok Silalahinabolak. Terjemahan:

Pada suatu hari pergilah silahisabungan Bersama Pinggan Matio boru padangbatanghari kekampung mertuanya di Balla. Sewaktu mendaki bukit silalahi,isterinya


(43)

mengaso dilereng bukit yang terjal. Rasa haus pinggan Matio mulai mendesak dan karena capeknya ia bersenandung dengan sedih : “ Loja ma boruadi mamboan tua sian mulajadi, mauas ma tolonan ndang adong mangubati. Jonok do berengon sillumalan na so dundungonki, boha do parsahatku tu hota ni damang parsinuan, dainang pangintubu I, “ katanya. “sudah lelah aku membawa kandungan, rasa haus tak ada mengobati. Nampak dekat air danau tetapi tak terjangkau, apakah aku sampai dikampung orang tuaku”.

Mendengar keluhan istrinya, Silahisabungan mengambil Siorlombing (tombak) dari kantongannya, lalu berdoa kepada Mulajadi Nabolon agar diberikan air penghidupan (mual sipaulak Hosa) karena Pinggan Matio merasa haus,kemudian silalahisabungan menancapkan Siorlombingnya ke dinding batu terjal dan keluarlah air, lalu diminum Pinggan Matio sepuas-puasnya, Air itulah yang di sebut” Mual Sipaulak hosa, ”yang terdapat dilereng bukit Silalahi Nabolak.

Pada penggalan cerita diatas disebutkan latar waktu yakni pembuatan Aek Sipaulak Hosa.

3. Latar Sosial

Latar sosial menyarankan kepada hal-hal yang berkaitan dengan perilaku kehidupan sosial mayarakat. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks yaitu berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, spiritual dan lain sebagainya.

Hal ini dilihat dalam contoh berikut:

Jadi jolma nanaeng tu aek i sai tong do mamaeakhon napuran dohot unte anggir, alana gabe ima inganan parsatabian laho mangido sipangidoan. Nang pe logo ni ari dohot udan na gogo dang olo moru jala tamba godang ni aek i.


(44)

Jika hendak mandi ke air kehidupan tersebut, tetaplah meletakkan sirih dan jeruk purut. Sirih dan jeruk purut dipercayai oleh masyarakat Silalahi sebagai jalan untuk meminta. Jika hujan deras atau musim kemarau, debit air kehidupan tersebut tidaklah berubah. Tidak akan banjir jika hujan, atau kering jika musim kemarau.

4.1.4 Perwatakan

Perwatakan dapat disebut juga sebagai penokohan.Perwatakan dapat digambarkan secara langsung dan tidak langsung dari tokoh-tokoh ceritaAek Sipaulak Hosa.Perwatakan dalam cerita Aek Sipaulak Hosaini dapat kita bagi berdasarkan sifat-sifat tokoh dalam cerita

1. Raja Silahisabungan

2. Pinggan Matio Boru Batanghari

Sikripsi ini akan membahas watak-watak tokoh cerita Aek Sipaulak Hosayang sangat mendasar dalam cerita.

1. Raja Silahisabungan

Raja Silahisabungan merupakan pemeran utama dalam cerita Aek Sipaulak Hosa.Raja Silahisabungan adalah putera dari Tuan Sorba Dibanua yang mempunyai watak yang baik hati, pemberani, penuh kasih sayang, dan tegas.

Watak dari Raja Silahisabungan, hal ini dilihat dalam contoh berikut:

Umbege hatani parsondukbolonna i, dibuat Silahisabungan ma Siorlombing sian hadanghadanganna jala martonggo tu mulajadi nabolon asa dilehon mual Sipaulakhosa alana nunga mauas Pinggan matio. Dungi dipantikhon Silahisabungan ma siorlombingna i tu topi ni batu na pir jala haruar ma aek. Dungi di inum pinggan matio sasagal-sagalna. Mual i ma na ddokna Mual Sipaulak Hosa na adong maringanan di dolok Silalahinabolak.


(45)

Terjemahan :

Mendengar keluhan istrinya, Silahisabungan mengambil Siorlombing (tombak) dari kantongannya, lalu berdoa kepada Mulajadi Nabolon agar diberikan air penghidupan (mual sipaulak Hosa) karena Pinggan Matio merasa haus,kemudian silalahisabungan menancapkan Siorlombingnya ke dinding batu terjal dan keluarlah air, lalu diminum Pinggan Matio sepuas-puasnya, Air itulah yang di sebut” Mual Sipaulak hosa, ”yang terdapat dilereng bukit Silalahi Nabolak.

Kutipan cerita diatas menggambarkan tentang kebaikan hati Raja Silahisabungan terhadap istrinya.

Lanjutannya,...

Dihunduli Silahisabungan ma tano na diboanna sian balige jala dibuat aek na di boan sian Mual siguti, huhut denggan jala marsahala dialusi : “raja pakpak na marsangap, dang marsalah ahu. Hatani Rajai do sala. Tung barani di ahu martolon ia tano na hu hunduli on tanoku dohot aek na hu inom on aek hu” dungi ninna Silahisabungan ma muse: Natipniptip sanggar mambahen huru-huruan, jumolo sinungkun marga asa binoto partuturan, ia goarhu sude jolma baoa mamboan. Na manungkun ma ahu marga aha ma amang? dungi di jalang ma denggan Raja Parultep.

Umbege hata tolon ni Silahisabungan dohot uli ni hatanai, gabe mago ma muruk ni Raja Parultep jala di alusi denggan : “goarmu sude jolma baoa maboan, goarhu pe denggan ma paboaon, I ma ula-ulangku ari marga Padangbatanghri na domu tu marga Panasaribu“ ninna.


(46)

Silahisabungan menduduki tanah yang dibawa dari Balige dan mengambil air

yang dibawa dari Mual Siguti, lalu dengan sopan santun dan cukup berwibawa,

menjawab : “ Raja Pakpak yang mulia, saya tidak bersalah, ucapan raja yang mengada-ngada. Saya berani sumpah, bahwa tanah yang saya duduki ini adalah tanahku dan air yang saya minum ini adalah airku,” Kemudian Silahisabungan memperkenalkan dirinya dengan tutur katanya yang menawan, lalu menyalam Raja parultep dengan hormat.

Mendengar ucapan sumpah Silahisabungan dan tutur katanya yang menawan, amarah Raja Parultep jadi hilang dan menjawab dengan ramah:“Aku adalah Raja Pak-pak yang dijuluki Raja Parultep, marga Padangbatanghari sama dengan marga

panasaribu“, katanya.

2. Boru Batanghari

Boru Batanghari adalah istri pertama dari Raja Silahisabungan.Watak Boru Batanghari dalam cerita Aek Sipaulak Hosa adalah Boru Batanghari penyayang, baik hati, setia dan taat beribadah.

Hal ini dilihat dalam contoh berikut:

Sada tingki lao ma Silahisabungan dohot Pinggan matio boru Padanghari tu huta simatuana di Balna. Tikki nakkok dolok Silalahi, parsondukbolonna na dung tung mardenggan pamatang i nunga mahuas. Jala nunga loja, gabe maradi ma halaki didolok na tukkis i. Nunga tung mauas Pinggan matio alani lojana mangandung ma ibana “Loja ma boruadi mamboan tua sian mulajadi, mauas ma tolonan ndang adong mangubati. Jonok do berengon sillumalan na so dundungonki, boha do parsahatku tu hota ni damang parsinuan, dainang pangintubu I” ninna.


(47)

Pada suatu hari pergilah silahisabungan Bersama Pinggan Matio boru padangbatanghari kekampung mertuanya di Balla. Sewaktu mendaki bukit silalahi,isterinya yang sudah hamil tua mulai merasa dahaga. Rasa penat mulai terasa, sehingga mereka beristirahat dilereng bukit yang terjal. Rasa haus pinggan Matio mulai mendesak dan karena capeknya ia bersenandung dengan sedih : katanya. “sudah lelah aku membawa kandungan, rasa haus tak ada mengobati. Nampak dekat air danau tetapi tak terjangkau, apakah aku sampai dikampung orang tuaku”.

4.2 Analisis Nilai-Nilai Sosiologi Cerita Aek Sipaulak Hosa

Berdasarkan tinjauan dari unsur-unsur intrinsik di atas, dapatlah dianalisis nilai-nilai sosiologis cerita Aek Sipaulak Hosadengan menggunakan pendekatan sosiologis tanpa menghilangkan konteks sastra karena tidak terlepas dari unsur-unsur karya sastra tersebut.

Karya sastra ini lebih menekankan pada pembahasan nilai-nilai sosiologis maka objek bahasannya adalah interaksi dari pada tokoh-tokoh dalam cerita tersebut sehingga menghasilkan nilai-nilai sosiologis yang terdapat dalam karya sastra itu sendiri.

4.2.1 Sistem Kekerabatan

Dalam cerita Aek Sipaulak Hosa, sistem kekerabatan sangat lah terlihat jelas antara keakraban Raja Parultep terhadap Raja Silahisabungan dimana pemberian dariRaja Parultep sangat dihargai Raja Silahisabungan.

Hal ini dilihat dalam contoh berikut:

Dungi ninna Silahisabungan ma : Horas ma tulang, ai Inongku pe boru Pasaribu do, ninna jala huhut mandok Raja Parultep asa nangkok tu sopo-sopo na i alana ari nunga naeng holom. Ditogihhon Silahisabungan ma Raja Parultep marborngin di sopo i. Las ma rohani ibana manjalo hata ni Silahisabungan i asa boi marnonang halaki parsabornginan.


(48)

Sidung mangan marrnonang ma halaki sahat tu bagas borngin. Tingki marnonang halaki disungkun Raja Parultep ma idia dongan Saripe ni Silahisabungan. Di alusi ibana ma na so adong dope Parsondukbolonna. Doli-doli na matoras do ibana na so hea dope marbagas. Umbege hata dohot denggan ni Silahisabungan manghatai, ninna Raja parultep ma tu Silahisabungan: “adong 7 boruku. Nunga sude magodang, molo olo do hogabe hela ku marsogot hita tu Balla. Pillit masada boruku gabe dongan Saripemu. alai tung na so tupamarimbang saleleng ngolum. Tung mansa las rohani Silahisabungan jala huut ninna”ai naboa tung barani ahu tu balla anggo dang marhite adat. Ai au pe sahalak hu sambing do mangolu.hupangido, unang ma maol holong ni roha ni tulang mamboan paribanki tu son, asa disonma hupillit. Di jakkon Raja Parultep ma pangidoan ni na naeng hela na i. Jala huhut maniti sada ari na laho pardomuan huhut parsauton ni halak i.

Terjemahan :

Kemudian Silahisabungan berkata :”horas la paman, Ibu yang melahirkan aku adalah boru pasaribu” katanya sambil mempersilahkan raja parultep naik kegubuk karena hari sudah mulai gelap,silahisabungan mengajak raja parultep bermalam digubuk itu. Ajakan Silahisabungan diterimanya dengan senang hati agar mereka dapat bercakap-cakap sepanjang malam.

Setelah makan mereka asik bercakap-ckap sampai larut malam. Dalam

percakapan mereka Raja Parultep menanya dimana istri dan keluarga Silahisabungan. Dijawabnya bahwa istrinya belum ada. Dia masih perjaka belum pernah berumah tangga. Mendengar tutur kata dan sopan santun dari Silahisabungan, Raja ingin bermenentukan Silahisabungan lalu berkata : “ ada putriku 7 orang, Semuanya sudah anak gadis kalau kau berkenan menjadi menantuku besok kita pergi ke Balla. Pilih salah satu putriku


(49)

Kalau tidak memenuhi adat istiadat. Sedang hidupku hanya sebatang kara. Kumohon , janganlah alang kepalang, kasih sayang pamanlah membawa paribanku itu kemari, supaya disini saya pilih “.

Nilai inti kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu (Hula-hula, dongantubu, boru). Hubungan kekerabatan dalam hal ini terlihat pada tutur sapa baik karena pertautan darah, solidaritas marga, martandang dan segala yang berkaitan dengan hubungan kekerabatan karena perkawinan. Dalam cerita Aek Sipaulak Hosa, terdapat tokoh-tokoh seperti ayah, ibu, anak dan saudara-saudara yang mencakup hubungan kekerabatan. Nilai kekerabatan dalam serita Aek Sipaulak Hosa” terdiri dari lima persitiwa tuturan. Pertama, solidaritas tolong menolongyang dilakukan oleh Raja Silahisabungan kepada istrinya

Kedua, Raja Silahisabungan menghormatiRaja Parultep,yang menjadi mertuanya. Ketiga, ketika Raja Parultep dan Istrinya memberikan berkat kepada Silahisabungan. Keempat, pada saat Raja Silahisabungan menyetujui untuk ikut menemani istrinya ke Balla. Kelima, Raja Silahisabungan membuat Aek Sipaulak Hosa.

4.2.2 Tanggung Jawab

Tanggung Jawab adalah suatu kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung Jawab juga berati berbuat sebagai wujutan atas perbuatannya.Sebagai seorang suami yang sangat sayang sama istrinya Silahisabungan menyetujui keinginan istrinya.

Hal ini dilihat dalam contoh berikut:

Dung salpu sia bulan nunga masihol iibana tu natorasna. di togihon ibana ma Silahisabungan lao tu Balla manjumpangi. Silahisabungan na tung holong rohana tu parsondukbolonna i mangoloi pangidoan nai.


(50)

Terjemahan :

Berselang sembilan bulan, rasa rindu pun mulai bergelora untuk berjumpa dengan orang tuanya. Diajaknnya silahisabungan pergi ke Balla mengunjungi keluarga.

Silahisabungan yang sangat sayang kepada isteri tercinta mengabulkan dengan senang hati

4.2.3 Kasih Sayang

Kasih sayang adalah suatu perasaan cinta atau sayang dan akan menunjukan rasa perhatian yang mungkin akan berlebihan. Kasih sayang dalam cerita Aek Sipaulak Hosa terlihat dari Raja Silahisabungan menyayangi IstrinyaPinggan Matio boru Padang Batang hari.

Hal ini dilihat dalam contoh berikut:

Umbege hatani parsondukbolonna i, dibuat Silahisabungan ma Siorlombing sian hadanghadanganna jala martonggo tu mulajadi nabolon asa dilehon mual Sipaulakhosa alana nunga mauas Pinggan matio. Dungi dipantikhon Silahisabungan ma siorlombingna i tu topi ni batu na pir jala haruar ma aek. Dungi di inum pinggan matio sasagal-sagalna. Mual i ma na ddokna Mual Sipaulak Hosa na adong maringanan di dolok Silalahinabolak.

Terjemahan :

Mendengar keluhan istrinya, Silahisabungan mengambil Siorlombing (tombak) dari kantongannya, lalu berdoa kepada Mulajadi Nabolon agar diberikan air penghidupan (mual sipaulak Hosa) karena Pinggan Matio merasa haus,kemudian silalahisabungan menancapkan Siorlombingnya ke dinding batu terjal dan keluarlah air, lalu diminum Pinggan Matio sepuas-puasnya, Air itulah yang di sebut” Mual Sipaulak hosa, ”yang terdapat dilereng bukit Silalahi Nabolak.


(51)

Kehadiran kasih sayang dalam kehidupan orang Toba sangatlah diperlukan. Kasih sayang dalam masyarakat Batak Toba terutama dalam dalihan natolu diperuntukan untuk boru yang berisikan elek marboru. Cinta kasih adalah pemberi kearifan, pemberi kesejahteraan, pelindung yang ditaati, pencipta ketentraman batin. Nilai kasih sayang pada cerita Aek Sipaulak Hosaterdapat satu peristiwa tutur, yaitu pada saat Raja Silahisabungan membuat Aek Sipaulak Hosa

ya itu untuk melegakan kehausan Istrinya yang sudah parah. 4.2.4 Pertentangan

Pertentangan dapat disebabkan oleh perbedaan pendapat, salah paham, dendam, tidak menerima kondisi dan keberadaan orang lain. Pertentangan yang dimaksudkan dalam cerita ini adalah saat Silahisabungan pertama kali berjumpa dengan Raja Parulep.Secara umum pertentangan itu adalah luapan emosional dari satu orang dengan orang lain.

Hal ini dilihat dalam contoh berikut:

Sada tingki Raja Pakpak/ Raja Parultep dohot uduranna marburu mandiori sada pidong , di ultop raja parultep ma lali alai dang mate lali i jala habang muse tu luat inganan ni Silahisabungan. Mangida na masa i di logot raja parultep ma jala dapotna Sialahisabungan di si. Muruk ma Raja Parultep jala ninna “Ise ho na barani tading di luathon, ahu do Raja Pakpak na marhuaso sahat tu adaran on”

Terjemahan :

Disuatu saat, Raja Pakpak/Raja Parultep bersama rombonganya sedang

mencari buruan berupa seekor burung, Raja Parultep menyupit burung elang tetapi burung itu tidak mati dan bahkan terbang ke daerah Silahisabungan ber mukim. Melihat kejadian itu Raja parultep mengejarnya dan menemukan Silahisabungan disana. Dan Raja parultep punmarah dan berkata “ Hei siapa kamu yang berani tinggal di daerahku ini, aku adalah Raja Pak-pak yang berkuasa sampai ke paintai danau ini”?


(52)

Proses melibatkan atau dilibatkan dalam suasana konflik, mendidik orang toba menjadi orang yang terbuka. Hal ini dapat dipahami, karena hampir tidak ada konflik yang disembunyikan. Berkonflik dalam masyarakat Toba bukanlah suatu aib Nilai konflik dalam ceritaAek Sipaulak Hosa terdapat tiga peristiwa tutur. Kegeraman Raja Parultep terhadap Silahisabungan.

4.4 Pandangan Masyarakat Silalahi terhadap cerita Aek Sipaulak Hosa

Masyarakat di desa Silalahi sangat menjaga dan taat pada aturan dan norma adat, hal ini dibuktikan dengan terawat nya semua situs warisan budaya Silahisabungan yang salah satunya adalah Aek Sipaulak Hosa . Letak Aek Sipaulak Hosa berjauhan dengan kampung desa Silalahi yaitu sebelah barat di pegunungan di sebelah kiri arah jalan menuju Sidikkalang.

Aek Sipaulak Hosa adalah sebuah cerita rakyat yang sangat relevan bagi masyarakat desa Silalahi yang dipandang dari segi pola kehidupan masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilihat dari cara pandang masyarakat terhadap cerita rakyat tersebut. Masyarakat Silalahi menyakini kebenaran cerita Aek Sipaulak Hosa. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam legenda Aek Sipaulak Hosa tidak terlepas dengan pola budaya masyarakat dewasa ini. Masyarakat desa Silalahi mempercayai adanya kekuatan supernatural yang ditimbulkan oleh Aek Sipaulak Hosa ini, dimana jika sedang sakit atau tidak enak badan jika mandi di Aek Sipaulak Hosabadan akan terasa segar dan bugar kembali.

Aek Sipaulak Hosa ini adalah salah satu tempat yang dikeramatkan oleh masyarakt setempat hal ini dapat dilihat dari peraturan-peraturan atau persyaratan yang harus dilakukan sebelum mandi di Aek Sipaulak Hosa diantaranya adalah :


(53)

1. Sebelum mandi harus memberikan napuran di tempat yang sudah di sediakan, yaitu sebelah kanan Parsuhutan dan yang sebelah kiri Boru. Hal ini bertujuan untuk permisi dan minta berkah supaya dengan mandi di situ akan memberikan keberuntungan dan kesembuhan berbagai penyakit.

2. Jika mandi harus memakai basahan.

3. Mandi tidak boleh pakai sabun atau odol, dan diharuskan mandi pakai jeruk purut. Hal ini diharuskan krena orang mandi kesana bukan unttuk kebersihan tubuh melainkan mandi membersihkan Tondi atau jiwa


(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Cerita Aek Sipaulak Hosa memaparkan secara khusus kisah hidup Raja

Silahisabungan. Dalam cerita ini, Raja Silalahisabungan memiliki delapan saudara dari dua Ibu,

dari Anting malela buru pasaribu adalah:

1. Raja sibagotni pohan mempunyai kerajaan di Balige 2. Raja sipaittua mempunyai kerajaan di Laguboti 3. Raja Silahisabungan mempunyai kerajaan di Silalahi 4. Raja oloan mempunyai kerajaan di Huta Bakkara 5. Siraja Hutalima tidak mempunyai keturunan Dan dari boru pasopait lahir anaknya tiga orang laki-laki

1. Toga Sumba mempunyai kerajaan di Humbang 2. Toga Sobu mempunyai kerajaan di Silindung 3. Toga Pos-pos mempunyai kerajaan di silindung.

Cerita Aek Sipaulak Hosajugamasih sangat relevan terhadapmasyarakat Silalahi. Mereka masih sangat mempercayai kekuatanAek Sipaulak Hosa,nilai-nilai budaya yang terdapat dalam ceritaAek Sipaulak Hosajugatidak terlepas dengan pola budaya yangdianut oleh masyarakatSilalahi.

Nilai-nilai budaya yang ada dalam legendaAek Sipaulak Hosamasih diterapkan dalam kehidupan masyarakat Silalahi, dan itu sebabnyaAek Sipaulak Hosadikeramatkan oleh masyarakat Silalahi.


(55)

Penulis menggunakan pendekatan sosiologi dalam membahas cerita Aek Sipaulak Hosa, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Sosiologi dan sastra mempunyai hubungan yang erat karena lahir dari masyarakat dan untuk masyarakat. Sosiologi mempunyai objek dari berbagai kehidupan masyarakat yang terjadi dalam masyarkat begitu juga dengan sastra yang mempelajari masyarakat khususnya budaya.

2. Sebuah karya sastra dianalisis dengan menggunakan pendekatan struktural yaitu unsur-unsur pembentuk cerita (intrinsik)

3. Tema dalam Cerita Aek Sipaulak Hosa menggambarkan kasih sayang dan cinta Silahisabungan kepada istrinya.

4. Perwatakan dalam cerita Aek Sipaulak Hosa ini yaitu : Raja Silahisabungan dan Pinggan Matio boru padangbatanghari.

5. Adapun nilai-nilai sosiologis yang ada dalam cerita Aek Sipaulak Hosa ini a. Sistem Kekerabatan

b. Tanggung Jawab c. Kasih Sayang d. Pertentangan


(56)

5.2 Saran

Adapun saran yang penulis simpulkan dari penuliusan sikripsi ini antara lain sebagai berikut:

1. Dilakukan penelitian terhadap karya sastra tulisan, lisan, upacara adat,dan makanan atau masakan tradisional agar kelestariannya tidak punah dimakan perkembangan zaman.

2. Meramu hasil penelitian dalam bentuk buku-buku, audio, dan audiovisual.

3. Pembugaran cagar budaya terhadap budaya-budaya tradisional agar tidak hilang keaslian dan keutuhan budaya tersebut.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, dkk. 2003. Metode, Dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta.

Darma, Budi. 1990. :Perihal Studi Sastra”. Yogyakarta: Basisi, Agustus.

Endswara, Suwardi. 2002. “Pengajaran Sastra Berbasis Kompetensi”. Yogyakarta:Makalah Penataran Guru SLTP Bahasa Jawa, di SLTP 1 Pleret, tanggal 15 Oktober.

Laurenson, Diana dan Alan Swingewood. 1872. The Sociology of Literature. London: Granada Publishing Limited.

Pradopo, Rachmad Djoko.1990. “Penelitian Sastra Indonesia”. Jakarta: Makalah Kongres Bahasa Indonesia V, pusat Bahasa.

Ratna. 2003. Sastra dan Cultural Studies Refrensi Fiksi dan Fakta. Pustaka Belajar. Yokyakarta : Pustaka Belajar.

Sumardjo, Jacob dan Saini. 1984. Apresiasi Kesusteraan. Jakarta. Gramedia. Soekamto, Soerjono. 1970. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : UI-Press

Semi, Atar. Teori, Metode, Dan Teknik Penelitian Sastra”. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Semi 1989. Pengantar Sosiologi. Gramedia. Jakarta.

Semi 1985. Metode Penelitian Sastra. Angkasa Bandung

Tuloli, Nani, 1990. “Usaha Ke Arah Pengembangan Penelitian Sastra”. Jakarta: Makalah Kongres Bahasa Indonesia V, Pusat Bahasa.

Wellek, Rene dan Austin Waren. 1989. Teori Kesusteraan. Terjemahan Melani Budianto. Jakarta:Gramedia.


(58)

Lampiran 1: SINOPSIS CERITA

AEK SIPAULAK HOSA

Sian tarombo si Raja Batak, Silahisabungan nunga sundut palimahon. pungu ma raja Silahisabunngan 8 mardongan sarurut sian dua Ina, sian Inaanting malela boru Pasaribu ima;

1. Raja sibagotni pohan marharajaon di Balige 2. Raja sipaittua marharajaon di Laguboti 3. Raja Silahisabungan marharajaon di Silalahi 4. Raja oloan marharajaon di Huta Bakkara 5. Siraja Hutalima dang marpinompar jala sian boru Pasopaet tubu anakna 3 baoa

6. Toga Sumba marharajaon di Humbang 7. Toga Sobu marharajaon di Silindung 8. Toga Pos-pos marharajaon di silindung.

Alani adong partongkaron di halak pomparan Tuan Sorba di banua, 3 sian 5 na mardongan tubu pomparan ni Tuan sorba ni banua na sian Ina na parjolo ima Sipaittua, Silahisabungan dohot Raja Oloan satahi laho manadinghon tano hatubuanna ima tano Balige Raja. Mulanai borhat ma halaki tu Mual sibuti mambuat aek laho bohal ni halaki mangolu di pudian ni ari. Dipamasuk halaki ma aek tu bagas tabu-tabu jala dibuat tano tolu pohul jala di bahen tu bagas hadang-hadanganna be.

Ditadinghon halaki ma nagari Balige laho mandiori ngolu ni halaki be. Sipaittua nunga dapotna be ingananna ima na margoar Laguboti. dung dapot ni Sipaettua ingananna tadingma holan Silahisabungan dohot anggina Raja Oloan patorushon pardalanna laho


(59)

ima margoar Huta Bakara . Huta Bakara i gabe dibahenma inganan hangoluan ni si Raja Oloan anggini Silahisabungan. alana tung loja Silahisabungan dohot anggina Raja Oloan , dung i dipangido tu anggina Raja Oloan asa tading rap dohot anggina satokkin. Dung di hilala Silahisabungan nunga boi be denggan mangolu anggina i , gabe dipangido Silahisabungan ma tu si Raja Oloan asa borhat ibana manorushon dalanna.

Ditonga dalan Silahisabunngan sahatma di Harangan hole, tombak na so hea di bolus jolma. dison ma ibana martapa 30 ari 30 borngin lelengna jala mandapot hasaktion jala gabe Datu bolon. Dungi ditorushon ibana ma pardalanna na jala sahat ma tu Silalahi Nabolak jala dipature ma sada sopo laho ingananna.

Sada tingki Raja Pakpak/ Raja Parultep dohot uduranna marburu mandiori sada pidong , di ultop raja parultep ma lali alai dang mate lali i jala habang muse tu luat inganan ni Silahisabungan. Mangida na masa i di logot raja parultep ma jala dapotna Sialahisabungan di si. Muruk ma Raja Parultep jala ninna “Ise ho na barani tading di luathon, ahu do Raja Pakpak na marhuaso sahat tu adaran on”

Dihunduli Silahisabungan ma tano na diboanna sian balige jala dibuat aek na di boan sian Mual siguti, huhut denggan jala marsahala dialusi : “raja pakpak na marsangap, dang marsalah ahu. Hatani Rajai do sala. Tung barani di ahu martolon ia tano na hu hunduli on tanoku dohot aek na hu inom on aek hu” dungi ninna Silahisabungan ma muse: Natipniptip sanggar mambahen huru-huruan, jumolo sinungkun marga asa binoto partuturan, ia goarhu sude jolma baoa mamboan. Na manungkun ma ahu marga aha ma amang? dungi di jalang ma denggan Raja Parultep.

Umbege hata tolon ni Silahisabungan dohot uli ni hatanai, gabe mago ma muruk ni Raja Parultep jala di alusi denggan : “goarmu sude jolma baoa maboan, goarhu pe denggan ma paboaon, I ma ula-ulangku ari marga Padangbatanghri na domu tu marga Panasaribu“ ninna.


(60)

Dungi ninna Silahisabungan ma : Horas ma tulang, ai Inongku pe boru Pasaribu do, ninna jala huhut mandok Raja Parultep asa nangkok tu sopo-sopo na i alana ari nunga naeng holom. Ditogihhon Silahisabungan ma Raja Parultep marborngin di sopo i. Las ma rohani ibana manjalo hata ni Silahisabungan i asa boi marnonang halaki parsabornginan.

Sidung mangan marrnonang ma halaki sahat tu bagas borngin. Tingki marnonang halaki disungkun Raja Parultep ma idia dongan Saripe ni Silahisabungan. Di alusi ibana ma na so adong dope Parsondukbolonna. Doli-doli na matoras do ibana na so hea dope marbagas. Umbege hata dohot denggan ni Silahisabungan manghatai, ninna Raja parultep ma tu Silahisabungan: “adong 7 boruku. Nunga sude magodang, molo olo do hogabe hela ku marsogot hita tu Balla. Pillit masada boruku gabe dongan Saripemu. alai tung na so tupamarimbang saleleng ngolum. Tung mansa las rohani Silahisabungan jala huut ninna”ai naboa tung barani ahu tu balla anggo dang marhite adat. Ai au pe sahalak hu sambing do mangolu.hupangido, unang ma maol holong ni roha ni tulang mamboan paribanki tu son, asa disonma hupillit. Di jakkon Raja Parultep ma pangidoan ni na naeng hela na i. Jala huhut maniti sada ari na laho pardomuan huhut parsauton ni halak i.

Dung jumpang ari na tiniti i, di jangkon Silahisabungan ma araan sauduran ni Raja Parultep di topi binanga na bagas aek na. Dungi ninna Silahisabungan ma “tulang, dokhon ma borumi sada-sada manaripari tuson asa hu pillit sada gabe dongan saripe ku”. Dungi di antusi Raja Parultep ma boasa Silahisabungan manjumpangi halaki di topi binanga i, jala huhut manuruangka borunai sada sada manaripari binanga i huhut manghunti tandok na marisi tipa-tipa. sian boru na parjolo sahat tu boru na pa onomhon uli rupana, alai dang adong manang sada na solot tu rohana. Ipe asa boru na papituhon asa marriaria rohani Silahisabungan mangida jala huhu mandok “on ma na hu pillit tulang gabe dongan Saripeku


(1)

Lampiran 3: Daftar pertanyaan.

1. Siapakah yang menciptakan Aek Sipaulak Hosa ini?

2. Bagaimana awal kisah hingga terjadi Aek Sipaulak Hosa di Desa Silalahi? 3. Bagaimana perkembangan cerita Aek Sipaulak Hosa untuk dewasa ini?

4. Apakah Aek Sipaulak Hosa masi dianggap sakral oleh masyarakat Desa Silalahi? 5. Bagaimana tanggapan dan pandangan masyarakat dengan adanya Aek Sipaulak

Hosadi Desa Silalahi?

6. Apakah ada fakta yang membuktikan jika Aek Sipaulak Hosa ini sakral seperti yang diceritakan akan ada kematian terhadap orang yang berbuat kesalahan?

7. Bagaimana cara masyarakat mempertahankan dan menjaga kelestarian Aek Sipaulak Hosa?


(2)

Lampiran 4: Daftar-daftar informan

1. Nama : Halomoan Sidabutar Silalahi

Umur : 50 Tahun

J. Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : PNS Kantor Camat Silahisabungan Bahasa : Bahasa Toba, bahasa Indonesia

Agama : Kristen Protestan

2. Nama : Pannes Rumasondi

Umur : 63 Tahun

J. Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Wiraswasta

Bahasa : Bahasa Toba, bahasa Indonesia

Agama : Kristen Protestan

3. Nama : Jaleman Silalahi Sidabutar

Umur : 68 Tahun

J. Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Pensiunan PNS

Bahasa : Bahasa Toba, bahasa Indonesia

Agama : Kristen Protestan


(3)

4. Nama : Darmen Situmorang

Umur : 48 Tahun

J. Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Kepala Desa Silalahi

Bahasa : Bahasa Toba, bahasa Indonesia

Agama : Kristen Protestan


(4)

(5)

(6)