2.3.3 Klasifikasi Luka
Luka dapat terjadi pada trauma, pembedahan, neuropatik, vaskuler, dan penekanan. Luka diklasifikasikan dalam 2 bagian :
1 Luka akut : merupakan luka trauma yang biasanya segera mendapat
penanganan dan biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi. Kriteria luka akut adalah luka baru, mendadak dan
penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan Contoh : Luka sayat, luka bakar, luka tusuk, Luka operasi dapat dianggap sebagai
luka akut yang dibuat oleh ahli bedah. Contoh : luka jahit.
2 Luka kronik : luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali
rekuren dimana terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang biasanya disebabkan oleh masalah multifaktor dari penderita. Pada luka
kronik luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali.
Contoh : Ulkus dekubitus, ulkus diabetik, ulkus venous, dll Anonim II, 2008.
2.3.4 Penyembuhan Luka
2.3.4.1 Penyembuhan dengan penyambungan primer penyembuhan primer
Pada hari pertama pascabedah sesudah menjalani operasi setelah luka disambung dan dijahit, garis insisi segera terisi bekuan darah. Permukaan bekuan
darah ini mengering menimbulkan kerak yang menimbulkan luka. Reaksi radang akut yang biasa, terlihat pada tepi luka.
Universitas Sumatera Utara
Pada hari kedua, timbul dua aktivitas yang terpisah : reepitelisasi permukaan dan pembentukan jembatan yang terdiri dari jaringan fibrosa yang
menghubungkan kedua tepi celah subepitel.
Pada hari ketiga pascabedah respon radang akut mulai berkurang dan neutropil sebagian besar diganti oleh makrofag yang membersihkan tepi luka dari
sel-sel yang rusak dan juga pecahan fibrin.
Pada hari kelima, celah insisi biasanya terdiri dari jaringan granulasi yang kaya pembuluh darah dan longgar. Dapat dijumpai serabut-serabut kolagen
disana-sini.
Pada akhir minggu pertama, luka telah tertutup oleh epidermis dengan ketebalan yang lebih kurang normal, dan celah subepitel yang telah terisi jaringan
ikat yang kaya pembuluh darah ini mulai membentuk serabut-serabut kolagen.
Selama minggu kedua, tampak poliferasi fibroblas dan pembuluh darah secara terus menerus dan timbunan progesif serabut kolagen.
Pada akhir minggu kedua, struktur jaringan dasar parut telah mantap dan suatu proses yang panjang menghaslkan warna jaringan parut yang lebih muda
sebagai akibat tekanan pada pembuluh darah, timbunan kolagen dan peningkatan secara mantap daya rentang luka sedang berjalan Robbins dan Kumar, 1992.
Universitas Sumatera Utara
2.3.5.2 Penyembuhan dengan penyambungan sekunder Penyembuhan sekunder
Jenis penyembuhan ini secara kualitatif identik dengan penyembuhan primer. Perbedaan hanya terletak pada banyaknya jaringan granulasi yang
terbentuk. Jaringa granulasi tumbuh nyata di bawah keropeng kerak yang mengering pada luka dan terjadi regenerasi epitel yang terjadi di bawah
keropeng. Akhirnya pada keadaan ini keropeng lalu dibuang setelah penyembuhan sempurna. Penyembuhan sekunder memerlukan waktu yang lebih lama dan
jaringan parut yang dihasilkan lebih besar.
Pada umumnya kerusakan jaringan luas dan mengandung lebih banyak sel nekrotik serta eksudat yang harus dibersihkan. Pertumbuhan jaringan granulasi
memegang peranan yang lebih besar pada penyembuhan dengan penyambungan sekunder. Selain itu, jaringan granulasi hampir selalu diliputi oleh neutrofil dan
makrofag yang lebih padat, karena lesi yang lebih luas menimbulkan reaksi radang yang lebih kuat. Dan akhirnya kontraksi luka hanya akan timbul, bila
didapat lesi luas, karena pada luka dengan penyembuhan dengan penyambungan primer primer tidak terdapat cukup jaringan yang hilang. Sebagai akibat ini, maka
penyembuhan dengan penyambungan sekunder hampir selalu berakibat pembentukan jaringan parut dan hilangnya apendiks kulit rambut, kelenjar
keringat dan lemak secara menetap Robbins dan Kumar, 1992.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.7a. Penyembuhan Primer
Keterangan Gambar A. Tepi luka ditahan oleh gumpalan darah dan juga bisa dengan jahitan
Gambar B. Pada stadium ini berlangsung regenerasi epidermis Gambar C. Regenerasi epidermis sempurna dan jaringan parut yang padat Price,
1988.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.7b . Penyembuhan sekunder pada luka terbuka
Keterangan: Gambar A. Menunjukkan keadaan segera setelah terjadi luka
Gambar B. Penyembuhan di bawah keropengkerak Gambar C. Sebuah luka terbuka dengan jaringan granulasi
Gambar D. Sebuah jaringan parut yang besar atau daerah epidermis baru yang tipis dan tidak memiliki rambut serta apendiks lainnya
Price, 1988.
Universitas Sumatera Utara
2.3.6 Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka : 2.3.6.1 Faktor lokal