Membran Polikationik Membran polielektrolit

dan pengawetan makanan. Pemberian kitosan yang disemprotkan pada buah apel dan jeruk melindungi dari kerusakan jaringan dan pembusukan. Aplikasi lain adalah pembuatan bungkus makanan, buah dan sayuran dari kitosan yang secara nyata menghambat pertumbuhan mikroorganisme Beaulieu, 2005. Kitosan mampu menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri yang bersifat patogen dan menyebabkan resistensi tumbuhan terhadap infeksi jamur dan virus pada tanaman. Efek penghambatan meningkat segera setelah daun diberi kitosan Synowiecki dan Al-Khateeb, 2003.

2.2.4 Penggolongan Membran

Berdasarkan material yang digunakan dalam pembuatan membran, bahan pembuat membran dikelompokkkan menjadi membran polimer alam, liquid, padatan keramik dan penukar ion. Membran polimer alam, terbagi menjadi membran biologis dan membran sintetik. Membran sel termasuk membran biologis, sedangkan membran sintetik terdiri atas membran organik dan anorganik. Membran organik antara lain disusun oleh polisakarida-polisakarida yang karena pengaruh gugus fungsi yang dimilikinya bersifat polikationik maupun polielektrolit Zhao, at al., 2002.

2.2.4.1 Membran Polikationik

Membran kitosan adalah contoh membran polikationik. Membran kitosan pertama kali dibuat dan dikarakterisasi oleh Muzzarelli dan teman-temannya pada tahun 1974 Zhao, et al., 2002.

2.2.4.2 Membran polielektrolit

Kompleks polielektrolit dibentuk melalui reaksi suatu polielektrolit dengan polielektrolit lain yang berbeda muatannya dalam suatu larutan. Universitas Sumatera Utara Dikarenakan keragaman struktur dan sifatnya, kompleks ini memberikan aplikasi yang cukup luas sebagai membran, pelapis antistatic dll. Contoh membran polielektrolit adalah membran alginat-kitosan. Banyak kegunaan kitosan didasarkan pada sifat kationik alaminya yang membuatnya dapat berinteraksi dengan biomolekul bermuatan negatif seperti protein, polisakarida anionik dan asam nukleat. Karenanya pada kondisi tertentu alginat dan kitosan yang berbeda muatan akan saling berinteraksi seperti terlihat pada gambar 2.4. Gambar 2.4. Interaksi ionik antara narium alginatasam alginat dengan kitosan Hanya sedikit penelitian yang dilaporkan sehubungan dengan pembentukan kompleks polielektrolit alginat dengan kitosan dalam suasana asam. Hal ini disebabkan terbatasnya daerah pH yang berhubungan dengan kelarutan kitosan. Jika pH lebih besar dari 6, terjadi netralisasi muatan positif kitosan sehingga kitosan dapat mengendap Berger, et al., 2004. Sebaliknya pH yang lebih kecil dari 3, bisa menurunkan kompatible sistem dan juga bisa menyebabkan pengendapan alginat. Pada pH mendekati 5, gugus Interaksi Ionik Rantai Alginat Rantai Kitosan COO - Na + AcHN OOC NH 2 NH 3 + Cl - COOH NH 3 + -OOC Universitas Sumatera Utara karboksilat bebas dari rantai asam kebanyakan terdapat dalam bentuk karboksilat dan gugus amino dari kitosan terprotonasi. Cardenass dkk, berhasil membuat membran kompleks polielektrolit alginat-kitosan dengan cara mencampur larutan kitosan asetat dengan natrium alginat. Sebelum diperoleh kompleks elektrolit pada pH 5,28 melalui penambahan larutan NaOH, campuran ditambahkan HCl 32 terlebih dahulu. Interaksi kitosan dengan natrium alginat dalam membentuk kompleks polielektrolit berjalan sesuai dengan reaksi berikut ini: COO - Na + + Cl - NH 3 COO - NH 3 + Na + + Cl - Gambar 2.5. Mekanisme interaksi natrium alginat dengan kitosan Sebagai hasil pencampuran dua polielektrolit ini dihasilkan kompleks membran tidak larut yang mampu melewatkan zat dengan berat molekul tertentu dan mengalami pengembangan dalam air Cardenass,et al., 2003. 2 .3 Anatomi Fisiologi Kulit Dan Penyembuhan Luka

2.3.1 Anatomi kulit