Strategi Komunikasi TINJAUAN TEORITIS
23
sesungguhnya esensi yang ingin kita sampaikan adalah makna. Padahal setiap kata, angka, dan simbol lain dalam bahasa yang kita pakai untuk menyampaikan
pesan pada orang lain tentulah mengandung makna. Begitu juga, rakitan antara satu angka dan kata angka lain neghasilkan suatu makna. Penampilan secara
keseluruhan sebuah wacana bahkan bisa menimbulkan tertentu Fiske, 1990; Carey, 1988.
Sebagai konsekuensinya, penggunaan bahasa tertentu berimplikasikan pada munculnya makna dan citra tertentu. Pilihan kata, susunan kata, dan cara
menyusun kalimat yang tertentu dalam melakukan konstruksi realitas dapat menentukan makna dan citra tertentu tentang realitas. Bahkan, dalam banyak
kasus bahasa bukan cuma sebagai alat mengkonstruksikan realitas, tapi sekaligus dapat menciptakan realitas itu sendiri.
Fungsi lainnya dari tanda adalah mencapai tujuan. Untuk kepentingan si pembicara komunikator, fungsi tanda berfungsi 1 untuk menyadarkan sense
pendengarnya akan sesuatu yang dinyatakannya untuk selanjutnya supaya memikirkannya, 2 untuk menyatakan perasaan feeling atau sikap dirinya
terhadap suatu obyek, 3 untuk memberitahukan convey sikap sang pembicara terhadap khalayaknya, dan 4 untuk menunjukan tujuan atau hasil yang
diinginkan oleh sipembicara atau penulis, baik disadari atau tidak disadari Berger, 1982 : 19-34.
Bagi kepentingan pendengar receiver, tanda berfungsi 1 menunjukan indicating pusat perhatian, 2 memberi ciri characterizing, 3 membuat
dirinya sadar akan permasalahan realizing, 4 memberi nilai valuing positif
24
atau negatif, 5 mmpengaruhi influencing khalayak untuk menjaga atau mengubah status, 6 untuk mengendalikan suatu kegiatan atau fungsi, dan 7
untuk mencapai suatu tujuan purposing yang ingin dicapainya dengan memakai kata-kata tersebut Berger, 1982: 19-34.
Dalam praktiknya, tidak berlebihan jika disimpulkan bahwa penggunaan tanda itu tiada lain karena kita memiliki tujuan. Karena kita ingin menyampaikan
dan atau mencapai sesuatu, dalam kegiatan komunikasi tentunya, maka kita gunakan tanda.
2. Strategi Framing Untuk strategi Framing atau praktik pemilahan dan pemilihan fakta yang
tidak akan dimasukan kedalam wacana merupakan hal yang tak terelakan dalam membuat wacana. Penyebabnya, di satu sisi, karena fakta yang terkait dengan
realitas sering lebih banyak dibandingkan dengan tempat dan waktu yang tersedia. Karena itu fakta haruslah dipilah dan dipilih mana yang akan dimasukan kedalam
wacana dan mana yang dikeluarkan dari wacana. Di sisi lain, pemilahan dan pemilihan itu dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu yang digunakan oleh
si pembuat wacana, baik faktor internal maupun eksternal. Dari aspek teknis, di dunia media massa, pemilahan dan pemilihan fakta
pertama- tama dilandasi oleh pertimbangan waktu dan tempat. Media cetak memiliki keterbatasan-keterbatasan kolom dan halaman; sementara pada media
elektronik terbatas dalam durasi dan jadwal siaran. Karena itu jarang ada media
25
yang mewacanakan peristiwa secara utuh mulai dari detik pertama kejadian hingga ke detik paling akhir.
18
3. Strategi Priming Adapun strategi priming adalah strategi mengatur ruang atau waktu untuk
pempublikasian wacana dihadapan khalayak. Dalam praktik media massa, praktik penonjolan isu ini terlebih dahulu dikenal dengan teori agenda setting DeFleur
dan Ball-Rekoach, 1989 : 264-265. Asumsi teori ini adalah perhatian masyarakat terhadap suatu isu sangat bergantung pada kesediaan media massa memberi
tempat pada isu itu. Semakin besar tempat yang diberikan oleh media massa semakin besar pula perhatian yang diberikan oleh khalayak.
Menurut teori ini, media mampu menentukan agenda yang diperhatikan khalayak, shingga media dinilai memiliki peran sebagai agenda setter. Bila satu
media apalagi sejumlah media menaruh sebuah isu sebagai head-line maka diasumsikan isu itu pasti memperoleh perhatian yang sangat besar dari khalayak.
Pemandangan ini tentu berbeda jika isu itu dimuat di halaman dalam, di pojok bawah pula. Faktanya pula, khalayak jarang memperbincangkan isu yang tidak
dimuat oleh media, yang boleh jadi isu itu justru sangat penting untuk masyarakat.
19
18
Ibid, h. 62.
19
Ibid, h. 70.
26