2 penggunaan protocol-protocol standart
Gambar 2.2 penggunaan protocol-protocol standart
Fungsi-fungsi
Sebelum beralih kepembahasan mengenai arsitektur komunikasi dan berbagai lapisan protocol, kita amati dulu serangkaian fungsi yang membentuk
dasar seluruh protocol. Tidak semua protocol memiliki seluruh fungsi: ini akan melibatkan usaha ganda yang signifikan. Meskipun demikian, terdapat bebarapa hal dari fungsi dengan tipe yang sama pada protocol yang berada pada level-level yang berbeda.
Karena terpaksa pembahasan ini menjadi agak abstrak. Hal itu memungkinkan pandangan yang terintegrasi mengenai karaktristik-karakteristik dan fungsi-fungsi protocol komunikasi. Konsep tentang protocol bersifat mendasar untuk beberapa topik dalam buku ini, dan saat kita lanjutkan akan kita lihat beberapa contoh dari semua fungsi-fungsi ini.
Kita dapat mengelompokan fungsi-fungsi protocol dalam kategori-kategori sebagai berikut: Encapsulation
Segmentasi dan reassembling (Segmentation and reassembly) Kontrol koneksi (connection control) Pengiriman sesuai order (Ordered delivery) Flow control Error control Pengalamatan Multiplexing Servis-servis transmisi (transmission service)
Encaptulation
Setiap PDU tidak hanya berisikan data tetapi juga informasi control. Tentu saja, beberapa PDU juga semata-mata hanya terdiri dari control informasi saja tanpa data. Contoh trol informasi dikelompokkan dalam tiga kategori umum:
Address: Alamat pengirim dan atau penerima yang dapat diindikasikan. Error-detecting code (kode pendetekdi error): Suatu jenis rangkaian
pengecekan terhadap frame untuk mendeteksi kesalahan. Protocol control: Informasi tambahan dimasukkan untuk menerapkan fungsi-fungsi protocol yang terdaftar dibagian dari akhir bagian ini.
Informasi control tambahan untuk data menunjukan pada encaptulation. Data yang diterima atau yang dijalankan oleh sebuah entiti dan ter-encaptulation ke dalam suatu PDU yang berisikan data tersebut plus kontrol informasi (Lihat gambar 1.7 dan 1.8).
Segmentasi dan Reassembling 2) Sebuah protocol berkaitan dengan pertukaran stream data diantara dua
entiti. Biasanya, dapat dikarakteristikkan sebagai consistensi dari rangkaian blok data dari beberapa ukuran yang terbatas. Pada level aplikasi, kita menunjuk suatu unit transfer data logis sebagai suatu pesan. Apakah entiti aplikasi mengirim data didalam pesan atau didalam stream yang terus-menerus, protocol-protocol yang berada pada level yang lebih rendah perlu memisahkan data supaya menjadi blok yang berukuran sama. Proses ini disebut segmentasi. Untuk lebih nyamannya, kita akan menunjuk pertukaran blok data diantara dua entiti melalui suatu protocol sebagai unit data protocol (PDU).
Ada sejumlah alasan untuk segmentasi, tergantung pada konteksnya. Alasan-alasan khusus untuk segmentasi antara lain sebagai berikut: Jaringan komunikasi menerima blok data hanya sampai ukuran-ukuran
tertentu. Sebagai contoh, sebuah jaringan ATM terbatas untuk blok sebesar
53 octets; Ethernet imposes ukuran maksimum sebesar 1526 octets. Control error bisa menjadi efisian dengan PDU yang berukuran lebih kecil.
Dengan PDU yang berukuran lebih kecil tersebut. Sedikitnya bit yang diperlukan untuk transmisi ulang lebih cepat saat PDU mengalami error.
Pada sebagian besar spesifikasi protocol yang berkaitan dengan suite protocol TCP/IP, lebih sering
Akses yang lebih wajar untuk menggabung fasilitas-fasilitas transmisi, dengan penundaan yang lebih pendek, dapat tersedia. Sebagai contoh, tanpa
blok berukuran maksimum, satu station dapat memonopoli media multipoint. Sebuah PDU yang berukuran lebih kecil bisa berarti bahwa entiti penerima dapat mengalokasikan bufer-bufer yang lebih kecil. Entiti mungkin memerlukan transfer data untuk menutup kiriman data, dari waktu ke waktu, untuk pengontrolan dan restart / recovery operasi.
Terdapat beberapa kerugian untuk segmentasi yang mengharuskan membuat block sebesar mungkin, yakni:
Sebagaimana yang telah diterangkan, setiap DPU berisikan sejumlah informasi control tertentu. Karena itu, lebih kecil bloknya, lebih besar
persentasi overhead-nya. PDU yang baru masuk mungkin mengakibatkan interrupt yang harus dilayani. Blok-blok yang lebih kecil mengakibatkan terjadinya banyak interrupt.
Lebih sedikit waktu yang dipergunakan untuk memproses PDU yang sama, mengakibatkan adanya banyak PDU yang bebeda.
Semua faktor-faktor ini harus diperhitungkan oleh perancang protocol dalam menentukan minimum dan maksimumnya ukuran PDU. Persamaan segmentasi adalah reassembly. Akhirnya, data yang disegmentasi harus direassembling pesan-pesan yang sesuai dengan level aplikasi. Bila PDU tiba tidak sesuai yang diperintahkan, maka tasknya menjadi lebih rumit.
Proses segmentasi diilustrasikan pada Gambar 1.7 pada bab 1.
Kontrol Koneksi
Suatu entiti yang bisa mentransmisikan data ke entiti yang lain dengan cara masing-masing PDU diperlakukan secara bebas dari semua PDU sebelumnya. Hal ini disebut transfer data yang tanpa koneksi, sebagai contoh adalah penggunaan datagram, yang digambarkan di Bab 10. Sementara mode ini dianggap berguna, teknik-teknik yang tidak kalah pentingnya adalah transfer data yang berorientasi koneksi (connection-oriented transfer data), yang mana virtual circuit juga digambarkan di Bab 10, untuk contohnya.
Transfer data-berorientasi koneksi dipilih (bila perlu) bila station yang mengantisipasi perpindahan data yang panjang dan atau dengan detail-detail tertentu protocol mereka harus dihentikan secara dinamis. Asosiasi logis, atau koneksi dilakukan diantara entiti-entiti. Ada tiga fase yang terjadi (gambar 2.3):
Pengadaan koneksi (connection establishment) Transfer data Penghentian koneksi
Dengan protocol-protocol yang lebih canggih (sophisticated), kemungkinan juga ada penghentian koneksi dan fase perbaikan untuk mengulangi error-error Dengan protocol-protocol yang lebih canggih (sophisticated), kemungkinan juga ada penghentian koneksi dan fase perbaikan untuk mengulangi error-error
Setelah pengadaan koneksi, diikuti fase transfer data. Selama fase ini, kedua informasi kontrol dan data (misalnya, flow control, error control) dipindahkan. Pada gambar 2.3 ditunjukkan situasi dimana semua data mengalir dalam satu arah, dengan balasan yang dikembalikan kearah lain. Biasanya, data dan balasan mengalir kedua arah tersebut. Terakhir, satu sisi atau keinginan lain untuk menghentikan koneksi dengan mengirimkan permintaan penghentian. Kemungkinan lain, otoritas pusat mungkin memaksa berhentinya koneksi.
Karakteristik-karakteristik kunci dari transfer data berorientasi koneksi adalah penggunaan pengurutan. Masing-masing sisi mengirim jumlah PDU yang berurutan kesisi yang lain. Karena setiap sisi mengingat, apakah dia sibuk dalam sebuah koneksi logis, untuk menjaga lintasan antara kedua entiti tetap, dimana ia dijalankan dan jumlah PDU yang masuk, yang dijalankan oleh sisi yang lain. Tentu, pada dasarnya sesuatu dapat menentukan suatu transfer data yang berorientasi koneksi sebagai salah satu jumlah PDU dari kedua ujung dan menjaga agar lintasan antara jumlah masukan dan jumlah keluaran. Rangkaian mendukung tiga fungsi utama: mengirim sesuai perintah (ordered delivery), flow control, dan error control.
Entiti protocol Entiti protocol
akt w
Perpindahan ganda
Gambar 2.3 fase-fase transfer data yang berorientasi koneksi
Ordered Delivery
Bila dua entiti yang saling berkomunikasi berada pada host 3) yang berlainan, dihubungkan oleh sebuah jaringan,ada resiko PDU tidak akan tiba
sesuai dengan yang diperintahkan saat dikirim, karena mereka dapat saja melintasi jalur-jalur yang berlainan sepanjang jaringan. Pada protocol-protocol yang berorientasi koneksi, umumnya diupayakan agar order PDU dipertahankan. Sebagai contoh, apabila suatu file ditransfer diantara dua sistem, kita akan puas dipastikan bahwa record-recird dari file yang diterima sama dengan record-record file yang ditransmisikan dan tidak dibolak balik. Bila setiap PDU diberi nomor khusus dan nomor itu ditandai secara berurutan, maka inilah task yang sederhana bagi entiti penerima untuk memerintahkan kembali PDU yang diterima berdasarkan nomor urutnya. Problem yang muncul dengan skema semacam ini adalah yang berkaitan dengan bidang urutan tertentu, ulangan nomor berurutan (beberapa modul bernomor maksimum). Jelasnya nomor urutan yang maksimum harus lebihbesar dari nomor maksimum
PDU yang dapat ditonjolkan setiap saat. Kenyataannya, nomor maksimum mungkin memerlukan dua kali lipat dari nomor maksimum PDU yang ditonjolkan (misal, selective-repeat ARQ; lihat bab 7).
Flow Control
Flow control merupakan suatu fungsi yang ditunjukan melalui suatu entiti yang diterima untuk membatasi jumlah atau rate data yang dikirim oleh suatu entiti yang mentransmisikan.
Entuk flow control yang paling sederhana adalah prosedur berhenti-dan- tunggu (stop-and-wait procedure), dimana setiap PDU harus dibalas sebelum yang berikutnya dapat dikirim. Protocol-protocol yang lebih efisien yang melibatkan beberapa bentuk kredit yang disediakan untuk transmitter, dimana sejumlah data yang dapat dikirim tanpa balasan. Teknik HDLC sliding-window merupakan contoh untuk mekanisme ini.
Flow control merupakan suatu contoh yang baik akan fungsi yang harus diterapkan untuk beberapa protocol. Lihat kembali gambar 1.6. Jaringan perlu menjalankan flow control melalui model network access X melewati protocol network access, untuk menjalankan network traffic control. Disaat yang sama, modul network access Y hanya memiliki ruangan penyangga terbatas dan perlu untuk menjalankan flow control melalui protocol transport. Terakhir, meskipun modul network access Y dapat mengontrol aliran datanya, aplikasi Y dapat dengan mudah mengalami overflow. Sebagai contoh, aplikasi menjadi tergantung menunggu akses disk. Jadi, flow control juga diperlukan pada protocol berorientasi aplikasi.
Error Control
Teknik-teknik error control diperlukan untuk menjaga kendali informasi dan data dari kehilangan atau kerusakan. Biasanya, error control diterapkan sebagai dua fungsi yang terpisah, deteksi error dan transmisi ulang. Ulang mencapai deteksi error, pengirim menyisipkan kode pendeteksi kesalahan pada PDU yang ditransmisikan, yang juga merupakan fungsi bit-bit lain didalam PDU. Receiver memeriksa nilai kode pada PDU yang datang. Bila suatu kesalahan terdeteksi, receiver akan membuang PDU. Atas kelemahan dalam menerima balasan untuk PDU dalam waktu yang pantas, pengirim mentransmisikan PDU kembali. Beberapa protocol juga menggunakan kode perbaikan kesalahan, yang memungkinkan penerima tidak hanya mampu mendeteksi kesalahn namun juga untuk beberapa kasus, memperbaikinya sekalian.
Seperti halnya dengan flow control, error control merupakan fungsi yang harus ditunjukkan pada berbagai lapisan protocol. Amati lagi gambar 1.6. Protocol network access harus memasukkan fungsi error control untuk memastikan bahwa data dapat dipindahan dengan lancar diantara station dan jaringan. Bagaimanapun juga, sebuah paket data kemungkinan dapat hilang didalam jaringan dan protocol transport harus mampu memulihkannya dari kondisi yang merugikan itu.
Pengalamatan
Konsep pengalamatan daam sebuah arsitektur komunikasi bersifat kompleks dan meliputi berbagai hal sebagai berikut:
Addressing level (tingkatan pengalamatan) Addressing scope (jangkauan pengalamatan) Connection identifiers (identifikasi koneksi) Addressing mode (model pengalamatan)
Dari pembahasan, kita menggambarkan konsepnya menggunakan gambar
2.4, yang menunjukkan suatu konfigurasi menggunakan arsitektur TCP/IP. Konsep tersebut pada dasarnya sama untuk arsitektur OSI ataupun arsitektur- arsitektur komunikasi lainnya.
Level pengalamatan menunjukkan pada tingkatan dalam arsitektur komunikasi pada tempat dimana suatu entiti berada. Biasanya, suatu alamat khusus diasosiasikan dengan setiap ujung sistem (misalnya, workstation atau server). Dan setiap sistem lanjutan (misalnya, router) dalam suatu konfigurasi. Umumnya, alamat semacam itu adalah alamat level-jaringan (network-level addressing). Dalam hal arsitektur TCP/IP, hal ini disebut sebagai alamat IP (IP address), atau sederhananya alamat internet. Dalam hal arsitektur OSI, menunjuk pada Network Service Access Point (NSAP). Alamat Network-level dipergunakan untuk mengarahkan PDU melewati sebuah jaringan dan jaringan-jaringan menuju sebuah sistem yang diindikasikan lewat alamat network-level pada PDU.
Sekali data tiba pada sistem tujuan, data tersebut harus diarahkan kebeberapa proses atau aplikasi didalam sistem. Biasanya, sesuatu sistem akan mendukung aplikasi ganda dan suatu aplikasi bisa mendukung pengguna ganda. Masing-masing aplikasi dan mungkin, masing-masing pengguna aplikasi yang bersamaan, ditentukan oleh penanda tertentu, menunjukkan pada suatu port didalam arsitektur TCP/IP dan sebagai SAP (Service Access Point) didalam arsitektur OSI. Sebagai contoh, sistem host mendukung aplikasi electronik mail dan aplikasi transfer berkas. Pada angka minimum setiap aplikasi akan memiliki nomor port atau SAP yang khusus didalam sistem tersebut. selanjutnya, aplikasi transfer berkas akan mendukung transfer-transfer ganda yang simultan, dimana transfer tiap kasus dilambangkan secara dinamis melalui unit nomor port atau SAP.
Gambar 2.4 menggambarkan dua level pengalamatan didalam sebuah sistem. Ini merupakan kasus untuk arsitektur TCP/IP. Bagaimanapun juga, akan ada pengalamatan pada setiap tingkatan scope. Alamat internet atau alamat NSAP yang ditunjukan untuk setiap tingkatan arsitektur OSI.
Hal-hal lain yang berhubungan dengan alamat suatusistem dan atau sistem lanjutan adalah pengalamatan scope. Alamat internet atau alamat NSAP yang ditunjukkan sebelumnya merupakan alamat global. Karakteristik-karakteristik kunci dari suatu alamat global adalah sebagai berikut:
Global Nonambiguity: Alamat global menunjukkan alamat tertentu. Nama yang sinonim diperbolehkan. Maksudnya, sebuah sistem bisa saja memiliki alamat global lebih dari satu.
Global Applicabillity: Dimungkinkan pada apapun alamat global untuk memperkenalkan alamat global yang lain, didalam suatu sistem, dengan
memakai alamat global dari sistem yang lain.
Gambar 2.4 konsep pengalamatan
Karena suatu alamat global bersifat khusus dan dapat diterapkan secara luas, memungkinkan sebuah internet mengarahkan data dari suatu sistem yang terpasang pada suatu jaringan menuju sistem lain yang terpasang pada jaringan lain.
Gambar 2.4 menggambarkan tingkatan pengalamatan lain yang mungkin diperlukan. Masing-masing jaringan harus mempertahankan alamat khusus untuk masing-masing peralatan interface pada jaringan. Contoh-contohnya adalah sebuah alamat MAC pada suatu jaringan IEEE 802 dan alamat host X.25. Alamat ini memungkinkan jaringan mengarahkan unit-unit data (misalnya, MAC frames,
X.25 packets) sepanjang jaringan dan mengirimkannya kesistem terpasang yang dimaksudkan. Kita dapat menyebut alamat semacam itu sebagai alamat titik terkait jaringan (network attachment address).
Hal-hal yang berkaitan dengan jangkauan alamat umumnya hanya relevan untuk alamat network-level. Port atau SAP diatas level jaringan bersifat khusus didalam sistem yang diberikan namun tidak harus sedemikian khusus secara global. Sebagai contoh, pada gambar 2.4, akan ada port 1 pada sistem A dan port
1 disistem B. Penandaan penuh dari dua port ini ditunjukkan sebagai A.1 dan B.1 yang merupakan penandaan khusus. Sedangkan konsep pengenal koneksi muncul bila kita lebih mempertimbangkan transfer data tanpa koneksi (misalnya, datagram). Untuk transfer data tanpa koneksi, sebuah nama global dipergunakan dengan masing- masing transmisi data. Sedangkan untuk transfer yang global dipergunakan dengan masing-masing transmisi data. Sedangkan untuk transfer yang berorientasi koneksi, kadang-kadang hanya dipergunakan sebuah nama koneksi selama fase transfer data. Skenarionya adalah sebagai berikut, yaitu entiti 1 pada sistem Ameminta sebuah kneksi kepada entiti 2 sistem B, kemungkinan menggunakan alamat global B.2. Saat B.2 menerima koneksi, suatu penanda koneksi (biasanya dalam bentuk angka) disediakan dan dipergunakan oleh dua entiti untuk transmisi selanjutnya. Penggunaan sebuah penanda koneksi memiliki beberapa keuntungan, yakni:
Mengurangi Overhead: Penanda koneksi umumnya lebih singkat dari pada penanda global. Sebagai contoh, pada protocol X.25 (dibahas di bab 10) yang
dipergunakan pada packet-switced network, paket permintaan koneksi berisi alamat sumber dan tujuan, masing-masing dengan sebuah panjang sistem terdefinisi yang mungkin merupakan bilangan oktaf. Setelah koneksi logis, disebut sirkuit virtual, dijalankan, paket-paket data hanya berisikan nomor sirkuit virtual 12 bit.
Routing:Dalam menjalankan sebuah koneksi, ditentukan rute yang jelas. Penanda koneksi menentukan arah menuju sistem lanjutan, seperti simpul
paket-switching, untuk menangani PDU berikutnya, Multiplexing: Kita menandai fungsi-fungsi ini dengan istilah-istilah yang lebih umum nanti. Disini kita mencatat bahwa suatu entiti bisa saja ingin
memiliki lebih dari satu koneksi secara simultan. Jadi, PDU yang masuk harus diidentifikasi oleh penanda koneksi.
Penggunaan Informasi Kondisi (Use of State Information): Sekali suatu koneksi dijalankan, ujung sistem mampu mempertahankan informasi kondisi
yang berkaitan dengan koneksi tersebut. Hal ini memungkinkan fungsi-fungsi semacam flow control dan error contro mempergunakan serangkaian angka- angka. Kita lihat contoh-contohnya yang bersama dengan HDLC (bab 7) dan
X.25 (bab 10).
Gambar 2.4 menunjukkan beberapa contoh koneksi. Koneksi logis diantara router J dan host B berada pada level jaringan. Sebagai contoh, bila jaringan 2 merupakan jaringan paket switching yang mempergunakan X.25, maka koneksi Gambar 2.4 menunjukkan beberapa contoh koneksi. Koneksi logis diantara router J dan host B berada pada level jaringan. Sebagai contoh, bila jaringan 2 merupakan jaringan paket switching yang mempergunakan X.25, maka koneksi
Konsep pengalamatan yang lain adalah addressing mode. Umumnya, sebuah alamat menunjuk pada sebuah sistem tunggal atau port, dalam kasus ini menunjukkan pada lebih dari satu entiti atau port. Seperti sebuah penerima silmultan rangkap pengenal alamat data. Sebagai contoh, seorang user mungkin ingin mengirimkan sebuah pesan kepada sejumlah individu. Pusat control jaringan ingin memberitahukan kepada seluruh pengguna bahwa jaringan tersebut sedang mancet. Sebuah alamat untuk penerima-penerima ganda bisa tersiar, dimaksudkan untuk seluruh entiti didalam suatu domain, atau multicase, dimasukkan untuk serangkaian entiti tertentu. Tabel 2.1 mengilustrasikan kemungkinan- kemungkinan tersebut.
Multiplexing
Yang masih berkaitan dengan konsep pengalamatan adalah multiplexing. Satu bentuk multiplexing didukung oleh arti dari koneksi multiple kedalam sistem tunggal. Sebagai contoh X.25, akan ada sirkuit virtual ganda, berhenti pada suatu ujung sistem tunggal; dapat kita katakan bahwa sirkuit virtual ini digandakan pada interface fisik tunggal diantara ujung sistem dan jaringan. Multiplexing juga dapat dikerjakan melalui nama-nama port, yang juga mengizinkan koneksi silmutan ganda. Sebagai contoh kemungkinan akan ada koneksi TCP ganda yang berhenti pada sitem yang diberikan, masing-masing koneksi mendukung sepasang port yang berlainan.
Tabel 2.1
Mode Pengalamatan
Tujuan
Alamat Jaringan
Alamat Sistem
Port/Alamat SAP
Kelompok Multicast
Semua Broadcast
Multiplexing dipergunakan pada konteks yang lain juga, yaitu pemetaan koneksi dari satulevel ke level yang lain. Amati lagi gambar 2.4. Jaringan 1 menyediakan sebuah layanan sirkuit virtual. Untuk setiap koneksi yang dijalankan pada level yang lebih tinggiberikutnya, sebuah sirkuit virtual dapat diciptakan pada level akses jaringan. Ini disebuthubungan satu-satu (one to one relationship), namun tidak perlu seperti itu. Multiplexing dapat digunakan dalam satu atau dua arah (gambar 2.5). mulplexing keatas, atau multiplexing kedalam, terjadi bila koneksi multipel pada level yang lebih tinggi. Ketika koneksi level lebih tinggi multiple adalah memultiplexikan, atau membagi, sebuah koneksi level rendah tunggal. Hal ini diperlukan agar penggunaan service pada level yang lebih rendah bisa lebih efisien atau untuk menyediakan beberapa koneksi pada level yang lebih tinggi pada suatu lingkungan dimana hanya ada sebuah koneksi tunggal pada level Multiplexing dipergunakan pada konteks yang lain juga, yaitu pemetaan koneksi dari satulevel ke level yang lain. Amati lagi gambar 2.4. Jaringan 1 menyediakan sebuah layanan sirkuit virtual. Untuk setiap koneksi yang dijalankan pada level yang lebih tinggiberikutnya, sebuah sirkuit virtual dapat diciptakan pada level akses jaringan. Ini disebuthubungan satu-satu (one to one relationship), namun tidak perlu seperti itu. Multiplexing dapat digunakan dalam satu atau dua arah (gambar 2.5). mulplexing keatas, atau multiplexing kedalam, terjadi bila koneksi multipel pada level yang lebih tinggi. Ketika koneksi level lebih tinggi multiple adalah memultiplexikan, atau membagi, sebuah koneksi level rendah tunggal. Hal ini diperlukan agar penggunaan service pada level yang lebih rendah bisa lebih efisien atau untuk menyediakan beberapa koneksi pada level yang lebih tinggi pada suatu lingkungan dimana hanya ada sebuah koneksi tunggal pada level
Hubungan Tingkat Lebih Rendah
Hubungan Tingkat Atas
a) Satu ke Satu
b) Multiplexing ke Atas
c) Multiplexing ke Atas
Gambar 2.5 koneksi multiplexing dan protocol
Multiplexing kebawah atau splitting, berarti suatu koneksi dibangun diatas puncak koneksi multiple pada level yang lebih rendah, jalur pada koneksi yang lebih tinggi dibagi antara berbagai koneksi yang lebih rendah. Teknik ini dipergunakan untuk menampilkan keandalan, kinerja, dan efisiensi.
Transmisssion Service
Sebuah protocol dapat menyediakan berbagai jenis layanan tambahan kepada entiti-entiti yang menggunakannya. Disini kita sebutkan tiga contoh umum yakni:
Prioritas: Pesan-pesan tertentu, misalnya kontrol message, diperlukan agar dapat menghubungkan entiti dengan penundaan minimum. Contohnya adalah permintaan penutupan koneksi. Jadi, perioritas ditentukan atas dasar
pesan, selain atas dasar koneksi. Mutu Layanan:Golongan data tertentu membutuhkan laju penyelesaian minimum atau batas penundaan maksimum. Pengamanan (security):Kemungkinan dimintai mekanisme pengamanan , membatasi akses.
Seluruh servis-servis ini tergantung pada sistem transmisi yang mendasari dan apapun entiti pada level yang lebih rendah yang menghalangi. Bila dimungkinkan pelayanan-pelayanan ini dapat disediakan dari bawah, protocol dapat dipergunakan oleh dua entiti untuk menjalankan pelayanan-pelayanan tersebut.