Penerapan Restorative Justice melalui 3 (tiga) divisi di PSMP ANTASENA
2. Penerapan Restorative Justice melalui 3 (tiga) divisi di PSMP ANTASENA
Anak pelaku tindak pidana (delinquency) yang telah mendapatkan penetapan dari pihak pengadilan maupun kepolisian dan memerlukan upaya penghukuman bersifat kepentingan kesejahteraan mental anak kedepannya serta upaya perlindungan terhadap hak anak, menurut penyusun perlu digunakan penerapan restorative justice. Upaya penerapan restorative justice di PSMP ANTASENA dalam merehabilitasi anak untuk menjadi anak yang lebih baik secara garis besar dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) divisi, yakni ; melalui seksi program advokasi, seksi rehabilitasi sosial (rehabsos) serta melalui pekerja sosial (peksos).
commit to user
Bentuk perlindungan anak-anak yang berhadapan dengan hukum menekankan perlunya memprioritaskan penerapan keadilan restoratif dengan tindakan dan bukan dengan pidana terhadap anak. Instansi pemerintah dibawah departement sosial seperti PSMP ANTASENA dalam memberikan rehabilitas dirasakan efektif dalam memberikan efek jera terhadap anak dan memberikan pendidikan secara mental agar dapat berperilaku seperti norma yang berlaku.
Program advokasi di PSMP ANTASENA terbagi menjadi 2 (dua) kewenangan, yaitu program advokasi bagian dalam dan program advokasi bagian luar. Program advokasi sosial bagian dalam
adalah segala sesuatu yang menyangkut segala permasalahan anak di dalam lingkungan Antasena. Contohnya : menyelesaikan anak yang berkelahi. Program advokasi bagian luar , adalah segala sesuatu yang menyangkut segala permasalahan anak di luar lingkungan Antasena. Contohnya : pendampingan anak yang berhadapan dengan hukum baik di tingkat penyidik maupun di pengadilan, mengadakan mediasi pada tingkat penyelidikan dan mengadakan penyuluhan ke dinas sosial setempat dan masyarakat.
Proses penyelesaian masalah antar anak di PSMP ANTASENA dilakukan melalui tahap mediasi dengan sistem win- win solution. Dengan adanya sistem win-win solution diharapkan adanya kepuasan diantara kedua belah pihak, dimana kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan karena fungsi dari Advokasi Sosial di PSMP ANTASENA adalah sebagai mediator yang bersifat netral.
Mediasi dalam proses penyelesaaian masalah anak dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu mediasi yang dilakukan didalam dan diluar lingkungan ANTASENA. Penyelesaian yang di dalam
commit to user
memberikan pengarahan apabila perbuatan tersebut dilakukan lagi, maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di PSMP ANTASENA. Contohnya : berkelahi. Penyelesaian yang diluar dilakukan dengan mediasi pada tahap penyidikan yang dihadiri oleh kepolisian, keluarga korban dan pelaku. Untuk kasus yang sudah masuk dalam proses persidangan, pihak Advokasi Sosial PSMP ANTASENA memfasilitasi dengan memberikan pertimbangan kepada hakim berupa mengupayakan agar anak tidak dijatuhi hukuman pidana agar putusan hakim tersebut berupa sanksi dikembalikan ke orang tua atau dititipkan ke Panti Sosial.
Mekanisme teknis Pendampingan anak berhadapan dengan hukum dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu di tingkat penyidikan dan di dalam proses di pengadilan. Mekanisme di tingkat penyidikan melalui tahap koordinasi dengaan kepolisian (polsek dan polres) dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) terlebih dahulu dan apabila dianggap perlu diadakan mediasi. Sedangkan mekanisme di tingkat pengadilan yaitu pihak ANTASENA dapat bekerjasama dengan pihak yang terkait seperti BAPAS, KAPAS, SETARA, PPA, WCC, Kepolisian, dan pihak lainnya. Dalam memperoleh informasi dan bertujuan untuk mendapatkan undangan agar dapat dihadirkan dalam proses persidangan dan apabila undangan tersebut tidak didapatkan pihak ANTASENA tetap dapat menghadiri sidang dengan surat tugas.
Kerja sama ANTASENA dalam kaitannya dengan pendampingan anak di pengadilan dengan pihak lain baik dengan BAPAS maupun dengan LBH yang mengayomi PSMP ANTASENA terbatas hanya dalam bentuk memberikan bahan pertimbangan pada hakim agar hakim dalam memutuskan penjatuhan hukuman pada anak lebih memprioritaskan perkembangan mental anak dengan dimasukkan dipanti sosial agar
commit to user
hukuman pidana yang hanya akan memperparah mental anak didalam hukuman penjara.
Berkaitan dengan pendampingan ke pengadilan untuk pihak ANTASENA dilakukan dengan inisiatif sendiri dari pihak ANTASENA dengan mengajukan surat yang berisi gambaran ANTASENA dalam mendidik anak nakal sebagai bahan pertimbangan hakim. Kemudian pihak ANTASENA akan menerima undangan dari pengadilan, jika tidak ada undangan maka pihak ANTASENA bisa melakukan kerjasama langsung dengan LBH yang mengayomi lembaga ANTASENA tersebut juga bekerjasam dengan BAPAS, tanpa harus melalui pihak pengadilan. Fungsi/peran ANTASENA di dalam pengadilan sebagai saksi ahli.
Gambar 4. Inisiatif Pendampingan
Apabila selama di ANTASENA anak tidak dapat mengikuti peraturan karena si anak tersebut hiperaktif maka ANTASENA dapat bekerja sama dengan instansi lain dengan menggunakan rujukan seperti rujukan dari psikiater, kepolisian, rumah sakit jiwa dll.
Kriteria untuk menyatakan bahwa seorang anak sudah lulus dari pendidikan di ANTASENA atau dengan kata lain anak tersebut sudah mengalami perubahan perilaku menjadi lebih baik sesuai dengan perkembangan anak tersebut, yang dituangkan dalam laporan perkembangan anak.
Permintaan pengadilan
commit to user
untuk pihak ANTASENA bisa melalui pelaporan telefon, bias melalui media masa, mendengan sendiri, dengan menggunakan maping tanpa harus mengenai objeknya langsung.
Sejauh mana bukti kenakalannya itu seperti apa maka dilakukan pendekatan melalui orangtua, keluarga, teman dekat atau teman bermain si anak, atau pendekatan dengan lingkungan anak tersebut. Apabila telah ditemukan bukti-bukti yang akurat tentang adanya kenakalan anak, maka si anak tersebut akan dilakukan soft interview dengan pertanyaan-pertanyaan ringan yang bersifat pancingan yang mengarah pada ada atau tidaknya bentuk kenakalan anak.
Untuk menerima anak masuk di ANTASENA harus ada persetujuan wali yang bertanggungjawab atas anak tersebut, hal ini untuk mengetahui tumbuh kembangnya anak pra rehabilitasi.
Apabila tidak ada wali pada saat anak tersebut masuk di antasena (pihak keluarga menutup-nutupi) maka inisiatif pelaporan ke pihak antasena dapat dilakukan oleh LSM atau kelurahan ketika si anak dianggap mengganggu ketentraman umum.
Apabila orang tua tidak menghendaki anak di masukkan ke ANTASENA akan tetapi pihak masyarakat menganjurkan dan mau bertanggungjawab atas anak tersebut, maka setelah anak tersebut selesai menempuh rehabilitasi, orang tua si anak tersebut yang akan diberikan training parent oleh pihak ANTASENA.