TINJAUAN KOTA JAKARTA SEBAGAI LOKASI PERANCANGAN

A. TINJAUAN KOTA JAKARTA SEBAGAI LOKASI PERANCANGAN

A.1. Keadaan Geografis dan Klimatologis

Luas wilayah DKI

Jakarta

662.33 km 2 termasuk wilayah daratan Kepulauan Seribu yang tersebar di Teluk Jakarta. Wilayah Jakarta terletak

pada 6 0 12’ Lintang selatan dan 106 0 48’ Bujur Timur.

Dilihat dari keadaan topografi, pada dasarnya wilayah DKI Jakarta dapat dikategorikan sebagai daerah datar. Seluruh daratan terdiri dari endapan pleistocene, dimana permukaannya terdapat pada +50 meter di bawah permukaan tanah yang ada. Kekuatan tanah di wilayah DKI Jakarta mengikuti pola yang sama, dimana pencapaian lapisan tanah keras (untuk tujuan pembangunan) di wilayah bagian utara baru terdapat pada kedalaman 10–25 meter. Sedangkan makin ke selatan permukaan tanah keras semakin dangkal, sekitar 8–15 meter. Wilayah Jakarta dilewati oleh sungai-sungai baik alami maupun buatan, dan dilalui oleh angin musim barat dan angin musim timur sesuai dengan pergantian musim tahunan.

Gambar 3.1 Peta Wilayah Jakarta Sumber: BPS tahun 2010

commit to user

Batas wilayah kota DKI Jakarta adalah: Sebeleah selatan

: Kabupaten Bogor, Depok

Sebelah utara

: Laut Jawa

Sebelah barat

: Kabupaten Tangerang

Sebelah timur

: Kabupaten Bekasi

Kota Jakarta mempunyai potensi yang cukup besar dalam bidang budaya, pariwisata dan perdagangan, dan secara umum potensi kota Jakarta saat ini digambarkan sebagai berikut:

1. Sosio Kependudukan Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang begitu pesat, yang diikuti pula dengan adanya pertumbuhan ekonomi dan bisnis yang semakin maju, maka pendapatan perkapita masyarakat akan meningkat.

Jakarta sebagai pusat segala macam kegiatan, baik yang berskala nasional, regional maupun lokal, tidak terlepas dari hal tersebut. Jakarta mempunyai tingkat laju pertumbuhan penduduk terhitung antara tahun 2000-2010 sebesar 1,4 persen serta pertumbuhan ekonomi dan bisnis sebesar 6,5 persen pada tahun 2010 dan 6,7

persen dari tahun 2010 saja 1 . Semakin maju tingkat kehidupan masyarakat, maka mereka semakin menuntut adanya kelengkapan pada fasilitas untuk memenuhi aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti kebutuhan fasilitas informasi, transportasi, hiburan, rekreasi, dan sebagainya. Sementara semakin maju tingkat kehidupannya semakin besar pula tuntutan akan fasilitas-fasilitas tersebut.

1 Biro Pusat Statistik, Statistik Wilayah DKI Jakarta, 2007

commit to user

Jakarta dengan masyarakat yang multicultural memiliki potensi akan hal keberagaman budaya. Berbagai macam komunitas muncul di kota Jakarta seperti komunitas seni Salihara dan Utan Kayu, komunitas urban sejenis Parkour,Fixie, dan skateboard di Gelora Bung Karno dan Komunitas music di taman Suropati dan Kemayoran. Komunitas-komunitas ini merupakan potensi kreatif dari kota Jakarta dan memberikan warna tersendiri bagi kehidupan warga Jakarta. Baru-baru ini kota Jakarta menyelenggarakan sebuah acara yang bertajuk Jakarta Biennale: Maximum City. Acara ini merupakan sebuah merupakan sebuah respon dari komunitas- komunitas yang ada di Jakarta terutama komunitas seni tentang kota Jakarta yang mereka ungkapkan dalam sebuah karya yang ditampilkan dalam ruang-ruang public di kota Jakarta seperti di taman Ayodya,taman Menteng, dan bundaran HI.

Pada tahun 2010 lalu Pemprov DKI Jakarta mencanangkan suatu program yaitu “Kota Kreatif Jakarta Punya”. Program ini bertujuan untuk menambah ruang kreatif di ruang-ruang public Jakarta. Selain itu program ini juga membuka wawasan warga Jakarta tentang ruang kreatif yaitu mengajak warga Jakarta bahwa kreatif itu penting dan menampilkan karya tidak harus di panggung konvensional yang selama ini kita kenal.

3. Sarana dan Prasarana Sebagian besar penyediaan prasarana dasar kota saat ini belum mampu menjangkau seluruh wilayah kota. Kebutuhan akan listrik telah cukup mampu menjangkau seluruh wilayah kota. Saat ini telah dilakukan penambahan kapasitas dan peningkatan pelayanan dengan bantuan pemerintah dan pihak luar. Sementara dari segitransportasi, akses menuju beberapa bagian utama kota sudah dapat dicapai deng,an TransJakarta atau Busway.

commit to user

Di dalam wilayah DKI Jakarta dilakukan pembagian wilayah untuk pengembangan kota dan kepulauan sebagai zona-zona perencanaan. Berdasarkan analisa mengenai kondisi alam, antara lain sosial dan ekonomi penduduk, serta dengan memperhatikan pula aspek batas-batas wilayah kecamatan maupun kelurahan yang ada, maka wilayah DKI Jakarta dibagi menjadi 3 Wilayah Pengembangan (WP)

utama, yaitu 2 :

a. Wilayah Pengembangan (WP) Utara terdiri atas:

1. WP Kepulauan Seribu (WP-KS), dengan kebijakan meningkatkan kegiatan pariwisata, kualitas kehidupan masyarakat nelayan.

2. WP Pantai Utara (WP-PU), dengan kebijakan meliputi:

a) Pantai Lama :

1) Meningkatkan dan melestarikan kualitas lingkungan Jakarta Utara

2) Mempertahankan permukiman nelayan

3) Mengembangkan fungsi pelabuhan dan perniagaan

b) Pantai Baru: melalui pengembangan reklamasi yang terpisah secara fisik dari pantai lama dengan kegiatan utama jasa dan perdagangan berskala internasional, perumahan, pelabuhan serta pariwisata.

b. Wilayah Pengembangan (WP) Tengah terdiri dari :

1. WP Tengah Pusat (WP-TP), dengan kebijakan pengembangan yang diarahkan untuk pusat pemerintahan, pusat kegiatan perdagangan dan jasa serta permukiman intensitas tinggi.

2 Rencana Umum Tata Ruang Kota DKI Jakarta, Jakarta 2010

commit to user

permukiman yang ditunjang dengan pengembangan Sentra Primer Baru Barat.

3. WP Tengah Timur (WP-TT), dengan kebijakan pengembangan untuk pusat industry/pergudangan serta permukiman yang ditunjang dengan pengembangan Sentre Primer Baru Timur.

c. Wilayah Pengembangan (WP) Selatan terdiri atas:

1. WP Selatan Utara (WP-SU) dengan kebijakan untuk pengembangan kawasan permukiman dengan intensitas ruang sedang sampai tinggi.

2. WP Selatan Selatan (WP-SS) dengan kebijakan pengembangan permukiman secara terbatas dengan penerapan Koefisien Dasar Bangunan rendah untuk mempertahankan fungsinya sebagai kawasan resapan air.

A.4 Regulasi Kebutuhan Fasilitas Umum di Kota Jakarta

Rencana distribusi fasilitas umum merupakan arahan tingkat/hierarki pelayanan setiap jenis kegiatan kota yang secara khusus dicerminkan dalam besaran radius pelayanan, ruang kota, maupun dalam wilayah pelayanan yang lebih luas, sedangkan rencana pengalokasian fasilitas pelayanan secara bertahap diarahkan pada pusat-pusat lingkungan sesuai dengan hierarki pelayanan.

Dasar pertimbangan penyusunan distribusi fasilitas umum adalah:

· Penduduk sebagai subyek dan obyek pelayanan kegiatan kota · Aspek kependudukan yang dipertimbangkan meliputi jumlah, distribusi dan

kepadatan

commit to user

kegiatan · Lokasi yang berkaitan dengan pengalokasian fasilitas berdasarkan pertimbangan

radius pelayanan dalam ruang kota secara keseluruhan

Rencana pengembangan kawasan bangunan fasilitas umum di DKI Jakarta ditentukan sebagai berikut:

· Mengembangkan fasilitas perdagangan terutama untuk pasar tradisional sesuai kebutuhan dan jangkauan pelayanannya

· Mengembangkan kawasan multifungsional bertaraf internasional secara terpadu di kawasan ekonomi prospektif. Pengembangan terbesar meliputi Kawasan Niaga

Terpadu Sudirman, Kawasan Segitiga Kuningan dan Casablanca · Membatasi pengembangan perkantoran, perdagangan, dan jasa di sepanjang jalan

arteri di luar kawasan ekonomi prospektif · Prosentase luas kawasan bangunan umum disesuaikan dengan kebutuhan dan

rencana pengembangan Setiap Wilayah Pengembangan (SWP) dan wilayah Kotamadya yang telah ditentukan, seperti misalnya pada wilayah Kotamadya Jakarta Selatan, ditargetkan pengembangan bangunan fasilitas umum sebesar 1,69% dari luas DKI Jakarta

A.5 Kebijakan ruang public Jakarta

Berdasarkan rencana tata ruang wilayah DKI Jakarta 2030 kebijakan tentang ruang public disusun untuk mewujudkan budaya kota yang tertata dan terkendali yaitu:

commit to user

estetika. · Mengembangkan proporsi yang seimbang antara massa bangunan dengan

ruang public. · Sesuai dengan prinsip pengembangan Traffic Oriented Develepment

(TOD) yaitu pendekatan desain dengan mengutamakan kenyamanan kehidupan pada ruang public dan pusat lingkungan serta mempertahankan ruang terbuka hijau.

A.6 Kebijakan ruang terbuka hijau Jakarta

Kebijakan tentang RTH Jakarta tecantum dalam rencana tata ruang wilayah Jakarta 2030 yaitu:

· Meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH serta mempertahankan ketersediaan RTH yang ada.

· Memfungsikan kembali ruang dan kawasan yang berpotensi dan/atau peruntukan sebagai RTH.

· Menerapkan inovasi penyediaan RTH budi daya. · Melibatkan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha

dalam penyediaan, peningkatan kualitas, dan pemeliharaan RTH privat dan public.

· Mengembangkan RTH privat melalui peningkatan peranserta masyarakat di lahan halaman rumah,kebon,halaman kantor,gedung, dan industry

yang memiliki potensi dikembangkan menjadi RTH.

commit to user